Usia 22 tahun
“Ulang tahunmu kali ini, bapak dan ibu hanya bisa membelikanmu kue tanpa kado. Doa ibu masih sama semoga selalu sukses ya nak dan pastinya cepat mendapatkan jodoh terbaik.” Kata Sari.
“Bapak tidak akan memaksamu harus segera menikah atau bekerja, kalau memang kamu ingin bekerja ya silahkan, dan kalau memang kamu ingin berumah tangga juga silahkan, tapi pesan bapak kalau sudah berumah tangga, imam kamu itu bukan lagi bapak tapi suamimu, patuh sama suami, kalau suami melarang tinggalkan, jadi semua harus atas izin suami.” Kata Aris.
“Terima kasih doanya ya pak bu, doakan saja semoga Alia segera mendapatkan jodoh terbaik ya.” Kata Alia.
“Kamu sudah punya pacar belum? Kamu itu anak satu-satunya bapak dan ibu, jujur saja ibu tidak ingin jauh dengan kamu nak.” Kata Sari.
“Sebenarnya Alia sedang dekat dengan seseorang bu, dia adalah wali kelas Alia saat SMA dulu.” Kata Alia.
“Wali kelasmu? Dia tulus tidak kepadamu? Bapak tidak ingin dia hanya memanfaatkanmu saja nak.” Kata Aris.
“Dia sangat menyukaiku pak, hubungan kami sudah satu tahun namun maaf Alia baru bisa cerita hari ini.” Kata Alia.
“Alhamdulillah kalau begitu nak, yang penting bagi bapak itu kamu bahagia dengannya dan dia bisa menjagamu dengan baik.” Kata Aris.
“Dia selalu membuatku nyaman dan bahagia kok pak, alhamdulillah.” Jawab Alia.
“Jadi yang dekat denganmu itu pak Dimas ya? Wah kamu hebat banget bisa mendapatkan pak Dimas. Usia kalian beda berapa tahun nak?” Tanya Sari.
“Beda 8 tahun buk, dia umur 30 tahun sekarang. Dia ingin segera menikahi Alia.” Kata Alia.
“Bagaimana kalian bisa berkenalan?” Tanya Aris.
“Jadi Alia tahun lalu kan hadir di acara reuni akbar SMA, lalu Alia menghampiri pak Dimas bersama teman-teman Alia, apalagi Alia juga kan dulu wakil ketua kelas, dan disana ada Ferdi teman kuliahku, Ferdi sedang mengantarkan ponsel pak Dimas yang tertinggal. Lalu Ferdi berniat mengenalkanku dengan pak Dimas. Ferdi itu adik kandungnya pak Dimas bu. Awalnya aku menolak karena pak Dimas berbeda 8 tahun dengan Alia, tapi karena pak Dimas memang tulus dan ingin mencari jodoh dan juga dia selalu perhatian kepadaku dan pak Dimas juga membantu mengerjakan skripsiku. Ferdi teman dekatku dikampus bu, bisa dibilang dia satu geng denganku, dia khawatir kakaknya lama menjomblo jadi dia seringkali dimintai tolong pak Dimas untuk mencarikan istri, Ferdi percaya denganku kalau aku pantas untuk kakaknya, di pertemanan Alia itu juga banyak perempuannya bu, tapi Ferdi jauh lebih percaya kepadaku.” Jawab Alia.
“Masyaallah itu tandanya pak Dimas tulus kepadamu. Bapak dan ibu mendukung kalian.” Kata Aris.
“Ibu mendoakan kalian semoga kalian selalu bahagia ya.” Kata Sari.
“Nanti saat wisudaku, dia juga akan datang bersama keluarganya bu.” Kata Alia.
“Wah berarti sebentar lagi. Kapan wisudamu nak?” Tanya Sari.
“Bulan depan bu, dan minggu ini dia akan ke rumah menemui bapak ibu.” Kata Alia.
“Iya nak, lebih cepat lebih baik.” Kata Aris.
“Tapi Alia tidak ingin terlalu cepat untuk menikah pak bu, Alia ingin bekerja dan ingin membahagiakan bapak ibu.” Jawab Alia.
“Kalau memang nanti pak Dimas akan memintamu secepatnya, semua Keputusan ada di tanganmu, bapak dan ibu cukup mendoakan yang terbaik buat Alia saja.” Jawab Aris.
Dimas datang ke rumah Alia.
“Silahkan masuk mas, bapak sama ibu sudah menunggu.” Kata Alia.
“Iya terimakasih.” Kata Dimas.
“Al Al Al tunggu.” Panggil Ferdi.
“Ferdi? Ngapain kamu ikut datang kesini juga?” Tanya Alia.
“Aku cuma mau memastikan saja kalau kak Dimas benar-benar datang ke rumahmu.” Kata Ferdi.
“Oh kirain mau ganggu.” Kata Alia.
“Gimana? Kamu sudah siap menikah sama abangku?” Tanya Ferdi.
“Sebenarnya aku ingin bekerja dulu setelah lulus kuliah tapi sepertinya mas Dimas ingin segera menikahiku.” Jawab Alia.
“Kalau kamu jadi nikah sama abangku, berarti kamu tinggal dirumahku dong Al.” kata Ferdi.
“Awas ya kalau kamu macam-macam denganku, aku laporin ke mas Dimas.” Ancam Alia.
“Hahahahaha tapi kamu siap-siap ditinggal ya Al.” Kata Ferdi.
“Ditinggal kemana memangnya?” Tanya Alia.
“Mas Dimas sekarang dipindah ke SMA 1 Kota, dan dia mulai aktif 3 bulan lagi. Memangnya dia tidak memberitahumu?” Tanya Ferdi.
“Tidak sama sekali, nanti aku coba tanya ke mas Dimas dulu lah. Ayo masuk rumah kalau begitu.” Kata Alia.
Di ruang tamu.
“Perkenalkan saya dengan Dimas pak bu.” Kata Dimas.
“Selamat datang dirumah kami pak Dimas.” Jawab Aris dan Sari.
“Jangan panggil saya bapak, sekarang kan saya bukan gurunya Alia melainkan kekasihnya Alia.” Jawab Dimas.
“Oh iya nak Dimas maksud ibuk.” Kata Sari.
“Jadi kapan nak Dimas akan menikahi putri kami? Dia kan baru saja lulus, hanya tinggal menunggu wisuda, tapi kalau nak Dimas menikahi putri kami secepatnya, mohon dimaklumi ya nak karena putri kami ini belum bekerja jadi dia tidak memiliki pengalaman bekerja alias dia hanya bisa mengandalkan nak Dimas saja.” Kata Aris to the point.
“Tidak apa-apa pak, bahkan saya melarang Alia untuk bekerja, saya ingin dia focus dirumah saja mengurus anak-anak kami. Saya berencana akan menikahi putri bapak dan ibu bulan depan, bapak dan ibu tidak perlu khawatir masalah biaya, karena semua biaya pernikahan akan saya tanggung, nanti rencananya akan digelar di rumah saya saja, agar bapak dan ibu tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak.” Kata Dimas. Alia kaget mendengar perkataan Dimas tapi dia hanya diam saja.
“Saya serahkan semuanya ke kalian saja inginnya seperti apa karena kalian yang akan menjalaninya.
Tidak lama kemudian Dimas pamit pulang. Sebelum pulang Alia menanyakan Kembali maksud dari pembicaraan nya tadi kepada orang tuanya.
“Mas ikut aku sebentar.” Ajak Alia, Alia mengajak ke taman depan rumahnya.
“Ada apa?” Tanya Dimas.
“Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu di depan bapak dan ibuku? Sebelumnya kamu belum pernah mengatakan rencana itu kepadaku loh mas.” Kata Alia.
“Sudahlah kamu tidak usah ikut campur, biar semuanya aku yang urus. Lebih cepat lebih baik kan, nanti setelah menikah kamu akan tinggal di rumahku, disana ada bapak, ibu dan adikku si Ferdi.” Kata Dimas.
“Seharusnya kamu bilang dulu ke aku mas, jujur aku sangat kaget mendengarnya. Oh iya tadi Ferdi bilang kepadaku kalau kamu mau pindah kerja ya mas?” Tanya Alia.
“Iya aku di mutasi di SMA 1 di kota, maaf aku belum cerita kepadamu. Sekarang kamu jaga diri dan jaga kesehatan saja ya dan fokus ke acara kita, aku tidak mau kamu kelelahan.” Kata Dimas sambil memeluk Alia.
Pre Wedding
“Cepat keluar, aku sudah didepan rumahmu.” Kata Dimas, dia menjemput Alia untuk ke studio foto karena mereka akan melakukan sesi foto prewedding.
“Baik mas, aku sudah siap kok.” Kata Alia.
Kemudian Alia masuk kedalam mobil Dimas, dan ternyata didalam mobil Dimas, ada Ferdi juga.
“Ayo kita berangkat mas.” Kata Alia.
“Hai Al.” Sapa Ferdi.
“Loh kok kamu ikut sih?” Tanya Alia.
“Memangnya kenapa? Memangnya tidak boleh ya?” Tanya Ferdi.
“Jadi Ferdi yang akan mengambil foto prewedding kita.” Kata Dimas.
“Apa? Memangnya dia bisa?” Kata Alia kaget.
“Aku ini punya studio foto loh tapi memang tidak banyak orang yang mengetahuinya.” Kata Ferdi.
“Sejak kapan kamu bisa memotret?” Tanya Alia.
“Ya baru beberapa bulan sih, kira-kira tujuh bulanan lah.” Kata Ferdi.
“Lalu kita mau foto Dimana nanti mas?” Tanya Alia.
“Di alun-alun saja sama di taman indah, bagaimana?” Tanya Dimas.
“Terserah mas Dimas saja.” Jawab Alia.
Setibanya di tempat foto.
Alia dan Dimas segera Bersiap-siap untuk mengambil gambar, dan mereka mendengarkan arahan dari Ferdi.
“Kita foto formal dulu ya, kalian berdiri berdampingan dan menghadap ke arah kamera ya.” Kata Ferdi.
Satu jam berlalu.
Mereka pun selesai melakukan pengambilan foto prewedding. Mereka melanjutkan perjalanan untuk makan siang.
“Kamu mau makan apa?” Tanya Dimas.
“Aku makan dirumah saja mas, aku Lelah ingin istirahat saja, acara kita kurang satu minggu jadi aku ingin banyak istirahat.” Jawab Alia.
“Baiklah kalau begitu.” Kata Dimas.
Akhirnya Dimas pun mengantarkan Alia pulang.
Sesampainya dirumah Alia, Dimas dan Ferdi turun dari mobil dan mengantar Alia sampai kedalam rumah.
“Dimana bapak sama ibu?” Tanya Dimas.
“Sedang keluar mas, ke rumahnya budeku.” Jawab Alia.
“Kalau begitu salam saja buat mereka ya, aku langsung pulang.” Kata Dimas.
“Terima kasih untuk hari ini mas, salam buat bapak dan ibu kamu ya mas.” Kata Alia.
Sedangkan Ferdi justru masih asyik duduk di ruang tamu.
“Hei cepat kamu pulang sana, dasar mengganggu.” Gerutu Alia.
“Justru kamu harus sering-sering berterimakasih kepadaku.” Kata Ferdi.
“Iya terima kasih, kalau bukan karenamu mungkin aku saat ini masih bingung mencari pekerjaan. Eh ternyata setelah lulus, aku malah langsung menikah.” Kata Alia.
“Kamu beruntung loh, abang Dimas juga bersyukur banget bisa mendapatkan kamu.” Kata Ferdi.
“Nanti setelah menikah, kamu harus jaga jarak denganku.” Kata Alia.
“Iya tenang saja, lagipula aku juga jarang dirumah kok karena aku lebih banyak menghabiskan waktu di studio.” Kata Ferdi.
“Kamu tidak pernah cerita kalau punya studio foto?” Tanya Alia.
“Studioku ini gabungan sama temanku yang bekerja di WO, dia belum memiliki kantor lalu aku mengajak bergabung, ya kerjasama lah intinya.” Kata Ferdi.
“Oh gitu, sukses ya untuk pekerjaanmu.” Kata Alia.
“Terima kasih ya, aku balik dulu.” Kata Ferdi sambil memeluk Alia, Alia pun terkejut dan segera mendorong Ferdi.
“Apa maksudmu memelukku seperti tadi?” Gerutu Alia.
“Kita kan dulu sudah biasa waktu masih kuliah, kumpul-kumpul lalu ketawa-ketawa berpelukan.” Jawab Ferdi.
“Tapi kan itu pas bareng-bareng sama yang lainnya, bukannya Cuma berdua saja.” Kata Alia.
“Maaf ya.” Kata Ferdi.
“Cepat pergi sana.” Kata Alia.
“Iya, sekali lagi maaf ya.” Kata Ferdi.
“Dasar mengagetkanku saja, abangnya saja belum pernah memelukku eh adiknya malah berani-beraninya memelukku, mentang-mentang sudah kenal akrab dan teman kuliah tapi kan aku calon kakak iparnya.” Gerutu Alia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!