“Aku tidak menyukai wanita jelek seperti dirimu!” ucapan itu menghancurkan dunia Amy karena ucapan itu dilontarkan oleh pria yang dia sukai selama ini.
Amy Kendall, gadis berusia 24 tahun. Dia bekerja di sebuah perusahaan yang cukup terkenal. Dia memiliki posisi bagus di perusahaan itu, dia bahkan baru saja diangkat menjadi manajer oleh karena itu Amy memberanikan diri mengutarakan perasaannya pada pria yang dia sukai secara diam-diam sejak lama.
Pria itu adalah Alvin, dia bekerja di perusahaan lain. Kantornya berdekatan dengan kantor Amy. Setiap hari, Amy mengintip sang pujaan hati, melihatnya saja sudah membuatnya bahagia.
Alvin memiliki paras yang tampan. Dia pernah membantu Amy dari anjing liar yang mengganggunya dan pada saat itulah, Amy jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Alvin. Dia mencari tahu semua tentang pria itu, Amy bahkan mengambil foto Alvin secara diam-diam untuk dijadikan koleksi.
Mereka sering bertemu, tapi Amy tidak berani menyapa Alvin karena malu. Semua tentang pria itu dia tahu. Dia juga tahu Alvin tidak memiliki kekasih oleh karena itulah Amy memberanikan diri mengutarakan perasaannya tapi jawaban yang dia dapatkan, sungguh di luar dugaan.
“Aku tidak mengenal dirimu, bagaimana kau bisa menyukai aku?” ucap Alvin lagi.
“Aku yang kau tolong waktu itu. Apa kau lupa?”
“Untuk apa aku mengingat wanita jelek seperti dirimu? Sungguh tidak penting sama sekali!”
“Tapi aku menyukai dirimu, Alvin. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu. Sejak kau menyelamatkan aku dari anjing liar, aku selalu mengagumi dirimu!”
“Oh, jadi kau wanita jelek yang aku tolong waktu itu?” akhirnya dia ingat.
“Benar. Aku senang kau mengingatnya,” hatinya sudah mulai berbunga karena Alvin mengingat kejadian itu.
“Cih, rupanya kau. Anjing liar saja tidak menyukai wanita jelek seperti dirimu lalu bagaimana denganku? Maaf saja, aku masih waras!” cibiran yang sangat menyakitkan. Apa Amy sejelek itu?
Bentuk tubuhnya memang tidak terlalu menarik meski dia tidak gemuk. Rambutnya keriting, tidak pernah dia sisir dengan rapi. Kaca mata tebal juga dia gunakan karena dia seseorang yang menggilai pekerjaannya. Dia juga bukan pesolek sehingga wajahnya terlihat kusam dengan beberapa jerawat di wajahnya.
Amy menunduk, air mata pun berusaha dia tahan. Perkataan pria yang dia sukai benar-benar menyakiti hatinya. tatapan mata Alvin pun menunjukkan jika dia sedang menghina Amy.
“Coba lihat dirimu, apa kau pantas menjadi kekasihku? Sebaiknya kau tahu diri sebelum kau mengutarakan perasaanmu kepadaku karena wanita jelek seperti dirimu tidak pantas untuk menjadi kekasihku!”
“A-aku memang jelek. Lupakan saja!” Amy memilih berlari pergi meninggalkan Alvin.
“Jangan muncul di hadapanku lagi!” teriak Alvin padanya.
Amy berlari pergi sambil berderai air mata. Cintanya pada Alvin hancur berkeping-keping. Langit pada malam itu pun seperti menertawakan dirinya karena tiba-tiba saja hujan mengguyur dengan derasnya.
Cuaca memang sedang tidak bagus dan sekarang hujan yang mengguyur sudah seperti air matanya yang tak berhenti mengalir.
Amy berlari tanpa tujuan arah. Seharusnya dia tahu hal itu pasti terjadi karena dia tidak pernah beruntung dalam percintaan. Kariernya memang bagus namun tidak dengan dunia percintaannya.
Ini bukan pertama kali dia ditolak. Entah sudah berapa kali dia ditolak sebab cintanya tak pernah terbalaskan setiap kali dia mengutarakan perasaannya kepada pria yang dia sukai.
Entah kenapa laki-laki yang disukai tidak pernah menerima cintanya namun Alvin adalah pria pertama yang mengucapkan perkataan menyakitkan itu.
Amy terus berlari. Air matanya melebur bersama dengan air hujan yang mengalir di wajahnya. Kaca mata yang terkena air membuat pandangannya buram. Amy berlari tanpa menyadari jika jalanan tidak rata sehingga membuatnya terjatuh.
Rasa sakitnya bertambah, tidak saja rasa sakit dihati tapi juga rasa sakit di tubuhnya. Air yang menciprat akibat semburan dari sebuah mobil yang lewat membuat Amy semakin menyedihkan saja.
“Kalian semua jahat!” teriak Amy.
"Apa salahnya jadi orang jelek?!" Amy kembali berteriak dengan keras sambil menatap langit gelap di mana kilat menyambar di atas sana.
Tangisannya semakin jadi. Jika memang tidak suka, kenapa harus mengatakan perkataan yang menyakitkan itu? Amy tidak peduli dengan keadaannya, lagi pula tidak ada yang peduli dengannya.
Dia justru meringkuk di atas jalanan. Biarlah, biar air hujan membawa kesedihannya pergi tapi ketika dia sedang meratapi nasib percintaannya, tiba-tiba saja hujan tidak lagi membasahi tubuhnya.
Amy mengangkat wajah. Dia sangat heran sebab hujan masih turun dengan derasnya namun di sekelilingnya tidak terdapat air hujan. Keajaiban Apa itu? Dia pun mengangkat wajahnya dan mendapati sebuah payung hitam berada di atasnya.
Amy berpaling, dia terkejut mendapati seorang pria gagah berdiri di belakangnya sambil memegang payung. Kilat yang menyambar membuatnya dapat melihat rupa pria itu.
Pria itu terlihat tampan dengan setelan jas yang serba hitam. Dia terlihat sedikit menakutkan. Amy mengira jika dia adalah seorang penjahat yang kebetulan lewat dan iba dengannya.
“Apa yang kau lakukan di sini, Nona? Apa kau sedang menyembah sesuatu atau kau sedang meminum air jalanan?” suaranya yang seksi terdengar menyenangkan.
“Enak saja. Apa kau kira aku babi yang minum air sembarangan?” teriak Amy tidak terima.
“Melihat keadaanmu ini, apa kau berpikir kau tidak seperti babi yang sedang kehausan di tengah hujan?”
“Pergi, jangan ganggu aku. Aku benci dengan pria tampan!” Amy beranjak, sebaiknya dia pergi.
“Ck.. ck, pantas saja auramu gelap. Apa kau baru putus cinta?” pertanyaan pria itu membuat Amy menghentikan langkahnya.
“Dari mana kau tahu hal itu?” Amy berbalik, memandangi pria asing itu.
“Kau dikelilingi oleh aura yang cukup gelap, oleh karena itulah kau tidak pernah beruntung dalam percintaan dan sekeras apa pun kau berusaha, kau tidak akan pernah berhasil!”
“Ba-bagaimana kau bisa tahu?”
“Aku pembaca kartu, aku bisa meramal masa depanmu. Apa kau mau mampir ke tokoku?” pria itu menunjuk sebuah toko yang tidak jauh dari mereka.
Amy menelan ludah, toko itu terlihat sedikit menakutkan.. Apa dia harus mempercayai pria asing itu? Terus terang saja, dia tidak percaya dengan ramalan.
“Diskon lima puluh persen untuk pelanggan pertama serta minuman hangat dan snack.”
“Aku terima!” mau wanita jelek atau cantik, tidak ada yang tahan saat mendengar diskon lima puluh persen meskipun pria itu seperti seorang penipu..
"Bagus, ikut denganku. Dari pada kau seperti babi yang kehausan dengan meminum air jalan, lebih baik jadi pelanggan pertamaku malam ini dan aku berjanji tidak akan mengecewakan!"
Pemuda itu mengajak Amy ke tokonya yang diterangi dengan lampu temaram berwarna merah. Amy mengikuti dari belakang, pemuda itu meliriknya dari balik bahu. Benar-benar mangsa yang sempurna untuk malam ini.
Kabar jika Amy telah ditolak oleh Alvin menyebar dengan luas di kantor. Entah siapa yang menyebarkan isu itu yang pasti kabar itu menjadi gosip hangat yang sedang diperbincangkan.
Amy yang tidak tahu apa pun datang seperti biasanya. Dia tidak seperti orang yang sedang patah hati. Mungkin itu bukan pertama kalinya dia ditolak jadi rasanya sudah terbiasa namun beberapa orang yang tidak menyukai dirinya atas prestasi yang dia dapatkan justru mulai menyebarkan gosip agar Amy menjadi bahan gunjingan.
Ketika Amy tiba, mereka mulai membicarakan dirinya. Mereka berbisik-bisik namun dengan sedikit keras supaya Amy mendengar dan supaya dia mendapat malu.
“Kau lihat dirinya yang tidak memilihi rasa malu sama sekali. Dengan penampilannya yang begitu jelek, beraninya dia menyatakan perasaan kepada Alvin, pria tampan yang disukai oleh banyak wanita dari kantor sebelah?”
“Sepertinya dia lupa membawa kaca sehingga dia lupa berkaca ketika dia menyatakan perasaannya pada Alvin. Apa dia tidak tahu jika dia seperti babi yang buruk rupa?”
“Ssst, jangan sampai didengar olehnya. Apa kalian tidak Iba? Aku mendengar jika Alvin mengatakan pada dirinya bahwa anjing liar saja tidak akan menyukai si jelek itu.”
“Itu berarti Anjing liarnya masih waras!” setelah ucapan itu dilontarkan, gelak tawa pun terdengar. Tawa itu tentu saja untuk menghina Amy dan Amy tahu akan hal itu namun dia hanya berdiam diri sambil mengepalkan kedua tangannya.
Entah dari mana mereka bisa tahu akan apa yang Alvin ucapkan padahal saat itu tidak ada siapa pun yang bersama dengan mereka. Apakah Alvin yang telah memberitahu semua orang jika dia telah menolaknya?
“Jika aku jadi dirinya, aku pasti sudah menggali tanah lalu mengubur diriku di dalam tanah karena aku akan menanggung malu untuk seumur hidupku.”
“Mengubur diri bersama dengan seekor anjing liar!” Amy kembali mendapat cibiran dan mereka kembali menertawakan Amy.
Amy sudah tidak tahan lagi. Dia memang sudah terbiasa ditolak tapi dia tak pernah mendapat penghinaan seperti itu sebelumnya. Dia tahu orang-orang yang berada di kantor tidak menyukai dirinya karena reputasinya yang cukup bagus.
Persaingan di tempat kerja tentu saja hal biasa namun orang-orang yang membenci Amy tentu saja lebih banyak daripada yang menyukai dirinya. Sepanjang dja bekerja, tak hentinya Amy mendapatkan cibiran dari orang-orang yang tidak menyukai dirinya.
Tidak tahan lagi mendengar cibiran yang begitu pedas, Amy pergi ke kamar mandi. Dia memilih menangis secara diam-diam di sana. Memangnya apa salahnya jika dia terlahir sebagai orang jelek? Apa seseorang bisa memilih ketika dia hendak dilahirkan?
Jika seseorang bisa memilih, dia sangat ingin dilahirkan dengan paras cantik seperti Beyonce tapi sayangnya dia terlahir dengan rupa yang seperti itu, tidak menarik sama sekali.
“Kalian semua jahat!” Amy masih berada di dalam kamar mandi dan entah apa yang dipikirkan olehnya, sebuah gunting dia keluarkan dari dalam tasnya.
Amy keluar, dia berdiri di depan cermin lalu dia menggunting rambutnya sendiri secara sembarangan seperti orang yang sedang kerasukan.
"Aku benci dengan rambut ini. Aku benci dengan rambut sawi ini!" ucapnya sambil menggunting rambutnya yang panjang.
Semua hinaan yang baru saja dia dapatkan juga hinaan yang Alvin ucapkan semalam, membuatnya semakin sakit hati saja. Apa dia melakukan sebuah kesalahan sampai membuatnya mendapatkan hinaan seperti itu?
Amy meminta izin pada atasannya dengan berpura-pura sakit. Dia keluar dari kantor tanpa ada yang melihat dirinya. Amy pun pergi dengan berderai air mata dan tentunya dia pergi mencari Andrew, peramal misterius yang dia temui semalam. Dia ingin meminta bantuan Andrew untuk mengubah nasib buruk akan percintaannya.
Dia sudah berdiri di sebuah bangunan ruko berlantai 2 namun tempat itu terlihat kosong seperti tidak ada penghuninya. Dia sangat yakin jika semalam dia berada di tempat itu bersama dengan Andrew.
Amy berusaha memastikan apakah dia salah alamat atau tidak namun dia tidak salah sama sekali. Dia ingat jika dia menangis di jalanan itu, ruko itu juga memiliki warna berbeda dengan ruko yang ada di samping kiri dan kanannya sehingga mudah diingat jadi dia tidak mungkin salah.
“Andrew,” Amy memanggil sambil mengetuk pintu. Dia menunggu beberapa saja tapi tidak ada yang menjawab sama sekali bahkan tanda-tanda kehidupan saja tidak. Bangunan itu seperti sudah kosong begitu lama tapi entah kenapa bangunan itu tidak seperti itu semalam jika diperhatikan dengan seksama. Apakah ada yang salah?
Amy semakin curiga dengan Andrew. Jangan katakan Andrew benar-benar makhluk halus yang menyamar menjadi seorang peramal. Atau jangan-jangan Andrew berasal dari dunia lain? Amy melangkah mundur, tiba-tiba dia jadi merinding. Apakah peramal itu bukan manusia?
Celaka, sepertinya dia mulai gila gara-gara cinta yang tak terbalaskan juga cibiran yang menyakitkan. Daripada berpikir yang tidak-tidak lebih baik dia menunggu. Mungkin saja Andrew memulai bisnisnya saat matahari sudah terbenam jadi lebih baik dia menunggu.
Amy menunggu cukup lama. Dia tidak melihat Andrew sama sekali padahal dia tidak jauh berada di ruko itu. Kemunculan Andrew yang secara tiba-tiba dari dalam ruko tentu saja mengejutkan dirinya. Amy tampak bingung, dari mana pemuda itu datang? Apa Andrew tinggal di dalam sana?
Sekarang dia jadi ragu, apakah dia harus mendekati Andrew atau tidak karena dia takut dengan pria itu yang bisa saja merupakan makhluk halus atau apa pun yang tidak dia ketahui.
Lupakan, dia terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh. Amy berlari menghampiri Andrew yang sedang mengeluarkan sebuah banner untuk mempromosikan kemampuan ramalnya. Pria itu manusia, dia manusia. Amy mengatakan hal itu secara berulang di dalam hatinya.
“Andrew!” Amy berteriak memanggil, Andrew melihat ke arahnya. Pemuda itu terkejut melihat penampilan Amy yang berantakan.
“Apa yang terjadi denganmu, Nona? Kenapa rambutmu acak-acakan seperti itu? Apa kau pergi ke salon yang salah?”
Amy berlari ke arahnya lalu dia memeluk Andrew. Walaupun peramal itu masih misterius karena kemunculannya yang secara tiba-tiba tapi dia butuh seseorang yang bisa menghibur dirinya.
“Mereka jahat padaku, Andrew. Mereka semua jahat padaku!” ucap Amy di sela tangisannya.
“Kenapa, apa mereka menggunting rambutmu secara paksa?”
“Tidak, kenapa aku memiliki wajah yang jelek? Kenapa aku dilahirkan dengan wajah jelek seperti ini?”
“Ck, jangan menyalahkan rupamu. Masuklah, kau harus menenangkan diri.”
“Apa tidak ada pelanggan?”
“Tidak, aku baru buka. kebetulan klien eksekutif ku datang jadi kau adalah pelanggan pertamaku malam ini.”
Amy memandanginya dengan tatapan curiga, siapa sebenarnya Andrew? Dia semakin yakin jika Andrew bukanlah peramal biasa. Jika begitu semoga saja Andrew benar-benar bisa mengubah takdir percintaannya supaya jauh lebih baik lagi meskipun sesungguhnya dia tidak percaya dengan ramalan.
Ruangan remang-remang yang diterangi dengan cahaya lampu berwarna merah membuat Amy mulai merasa takut. Dia jadi curiga dengan pria yang dia ikuti. Bagaimana jika pria itu adalah penjahat?
Tiba-tiba dia menyadari kebodohannya karena dia mengikuti pemuda asing itu begitu saja. Meskipun tempat itu tampak meyakinkan karena ada sebuah meja serta ada setumpuk kartu yang menandakan jika pemuda itu benar-benar seorang peramal tapi sebaiknya dia waspada.
“Duduklah, aku akan mengambilkan sebuah handuk untukmu,” pemuda itu masuk ke dalam sebuah ruangan yang ditutupi dengan tirai merah.
Amy memandangi kepergiannya. Ini adalah kesempatan untuk lari tapi entah kenapa dia justru duduk dan tak melakukannya. Padahal sudah jelas jika pria itu penipu. Di era modern seperti saat ini, apakah peramal benar-benar ada?
Seperti yang pemuda itu janjikan. Dia membawa minuman hangat serta snack. Dia juga membawa handuk untuk Amy agar dia dapat mengeringkan tubuhnya yang basah.
“Apa kau benar-benar seorang peramal?” Amy tampak tidak yakin sebab dia tidak mempercayai hal itu.
“Aku memang seorang peramal dan kau adalah pelanggan pertamaku di tengah cuaca yang tidak bagus ini.”
“Aku yakin tidak mungkin ada yang datang untuk meramal karena orang-orang tidak mungkin mempercayai hal seperti ini lagi.”
“Yang kau katakan memang sangat benar. Aku hanya meramal orang-orang spesial saja!”
“Apa maksud perkataanmu?” Amy semakin curiga saja jika pemuda itu benar-benar seorang penipu.
“Aku hanya meramal orang-orang spesial seperti dirimu, Nona.”
“Aku tidak percaya. Kau benar-benar tidak seperti seorang peramal. Apakah kau preman yang sudah pensiun dan berusaha mencari pekerjaan lain dan menipu orang-orang dengan berpura-pura menjadi seorang peramal?”
“Tidak, apa aku seperti seorang preman?” mendapat pertanyaan seperti itu membuat Amy memandanginya dengan serius.
“Kau seorang mafia yang sedang menyamar?” jika dilihat pria itu sedikit mirip dengan mafia.
“Juga bukan,” pemuda itu tersenyum, dia duduk di hadapan Amy.
“Ck, tidak mungkin kau seorang tuan muda yang sedang bosan lalu menjadi peramal!”
“Nikmati minuman hangatnya, Nona. Tidak perlu khawatir, tidak ada apa pun dalam minuman itu!” dia berkata demikian seolah-olah dia tahu apa yang sedang Amy pikirkan saat ini.
“Kau seperti bisa membaca pikiranku saja. Apa kau bisa melakukannya?”
“Tentu saja. Aku bisa membaca pikiran tapi tidak semua orang. Aku bisa membaca pikiran orang-orang yang terpilih terutama seperti dirimu!” entah pria itu serius atau tidak tapi ekspresi yang dia tunjukkan tampak begitu serius.
“Jadi kau benar-benar seorang peramal?” handuk yang diberikan oleh pria itu sudah membungkus tubuhnya agar dia tidak kedinginan. Amy pun menikmati minuman hangatnya setelah dia yakin tidak ada obat di dalamnya.
“Bukankah sudah aku katakan padamu, aku adalah seorang peramal dan aku akan membaca masa depanmu dengan sebuah kartu!”
“Tiba-tiba aku merasa seperti orang bodoh!” ucap Amy.
“Sikap meremehkanmu itulah yang membuatmu dikelilingi oleh aura gelap. Percayalah padaku, selama aura gelap itu tidak menyingkir dari dirimu maka jangan harap kau akan berhasil dalam dunia percintaan!”
“Aura gelap apa? Jangan menakuti aku!” Amy kini mulai terlihat serius dan pemuda misterius itu mulai mengambil kartunya.
“Siapa namamu?” tanya pemuda itu.
“Beritahu namamu terlebih dahulu baru aku akan memberitahu namaku!” nama ditukar dengan nama, itu baru adil.
“Andrew, usia 30 tahun. Profesiku sebagai sebagai peramal. Apa ada hal lain yang ingin kau ketahui lagi?”
“Baiklah, Andrew. Meski kau tampan tapi aku sudah tidak mau tertipu oleh pemuda tampan lagi dan aku tidak akan mempercayai dirimu!” semua itu hanya omong kosong dan dia mau melakukannya untuk menghibur diri agar tidak terlalu tenggelam dalam kesedihan akibat patah hati.
“Namamu?” Andrew hanya tersenyum saja sambil memainkan kartunya.
“Bukankah kau bisa membaca pikiran? Apa kau tidak bisa mengetahui namaku?”
“Kemampuanku tidak akan selalu datang, Nona. Jadi beritahu aku, siapa namamu. Usia dan tanggal lahirmu, aku ingin tahu semuanya dan kau bisa menuliskannya di sini!” Andrew memberikan selembar kertas kepada Amy.
Amy memandanginya dengan tatapan curiga, apakah Andrew bisa dipercaya? Sungguh, dia merasa semua itu terlihat konyol tapi tidak ada salahnya mencoba. Mungkin saja keberuntungannya dalam percintaan benar-benar bisa berubah setelah diramal oleh pria itu.
Amy menuliskan namanya, usia dan tanggal lahirnya seperti yang Andrew inginkan. Dia ingin tahu apa saja yang akan Andrew ramal akan nasib percintaannya yang selalu buruk.
Amy memberikan kertas yang sudah bertuliskan namanya pada Andrew. Pria itu melihatnya sejenak, kertas pun diletakkan di atas meja dan setelah itu Andrew mengocok kartunya lalu menyimpannya satu persatu ke atas meja.
Jantung Amy jadi berdegup. Mendadak dia jadi menganggap jika pria itu serius bisa meramal nasib percintaannya. Kartu pertama diambil, jantungnya semakin tidak karuan saja bahkan Amy menahan nafasnya.
“Ba-bagaimana?” tanyanya tidak sabar.
Andrew kembali tersenyum, pelanggannya yang kali ini sedikit tidak sabar. Padahal Amy berkata jika dia tidak percaya akan ramalan tapi justru dia yang paling tidak sabar.
“Seperti yang aku katakan padamu, Amy. Kau dikelilingi oleh aura buruk oleh sebab itulah, percintaanmu selalu gagal!” kartu yang dibuka pun diperlihatkan dan tentunya itu adalah kartu yang buruk.
“Aura apa yang kau maksudkan? Apakah ada seseorang yang mengirimkan aura buruk itu padaku?”
“Tentu saja tidak. Kau yang menciptakan aura buruk itu sehingga aura itu terus mengikuti dirimu. Karirmu memang cemerlang, tapi kau terlalu mencintainya sehingga kau tidak mencintai dirimu sendiri!” begitu mendengarnya, Amy menunduk. Memang selama ini dia terlalu mencintai pekerjaannya.
Dia berjuang keras untuk karirnya. Dia selalu melakukan yang terbaik agar dia selalu berada di atas. Tidak pernah satu kali pun dia melakukan kesalahan, atasannya selalu puas dengan hasil pekerjaannya namun dia tidak pernah memperhatikan dirinya sendiri.
“Jadi, apa yang harus aku lakukan?” tanya Amy sambil menunduk.
“Besok, pergi ke salon dan perbaiki rambutmu yang keriting seperti sawi asin itu!”
“Rambutku tidak?” Amy melihat rambut keritingnya dan terdiam. Sial, ternyata benar-benar seperti sawi asin yang keriting.
“Tapi aku tidak punya waktu untuk ke salon.”
“Jika begitu aura buruk itu akan semakin bertambah. Percayalah,” Andrew sedikit mendekat, “Jangan sampai kau diikuti oleh aura itu untuk seumur hidupmu!” ucapnya lagi.
Amy menelan ludah, tentu saja dia tidak mau. Hanya pergi ke salon saja, seharusnya dia bisa.
“Baiklah, ramalan hari ini sudah cukup. Terima kasih untuk nasehatnya. Aku harus bayar berapa?”
“Konsultasi pertama aku berikan gratis dan besok kau akan mendapatkan diskon 50%.”
“Hah?” Amy tertegun. Apa pria itu tidak akan rugi dengan memberikan konsultasi gratis seperti itu?
“Tidak perlu khawatir, aku tidak akan rugi!” lagi-lagi, sepertinya Andrew benar-benar bisa membaca pikirannya.
“Baiklah jika begitu, aku sangat berterima kasih,” Amy beranjak, dia mengembalikan handuk yang dia pakai kepada Andrew. Amy berpamitan, beruntungnya hujan sudah berhenti di luar sana.
“Hati-Hati, Amy,” Andrew mengantarnya sampai di depan pintu. Amy berjalan perlahan, meninggalkan tempat peramal itu namun dia berpaling sejenak untuk melihat Andrew sebelum dia terlalu jauh.
Aneh, kenapa pria itu tiba-tiba menghilang? Amy mengusap lengan, tiba-tiba dia menjadi merinding. Sial, jangan katakan pria itu adalah peramal yang datang dari dunia lain.
Kini dia mulai takut, jangan katakan dia baru saja bertemu dengan hantu tampan. Amy ketakutan, dia pun berlari pergi. Pria yang dia sukai menghina dirinya bahkan hantu yang dia temui pun menghina dirinya. Sungguh luar biasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!