NovelToon NovelToon

Istri Berasa Selingkuhan

Episode 1

Keluarga Handoko

Siapa yang tidak kenal dengan Keluarga Handoko. Sebuah keluarga yang sangat kaya raya dan sangat terpandang dan dihormati semua orang. Handoko dan istrinya Tasya adalah CEO dari sebuah perusahaan elektronik ternama di kota itu bahkan sampai keluar negeri.

Keluarga Handoko adalah keluarga harmonis yang memiliki anak 3 yakni Jocelyn/ Celyn umur 10 tahun, Dinar umur 8 tahun dan Dika umur 6 tahun. Ketiga anaknya ini hidup bahagia dan bergelimang harta.

Walaupun bergelimang harta keluarga tersebut dikenal sebagai keluarga yang sangat baik, taat agama dan suka membantu orang yang membutuhkan tanpa membeda- bedakan orang.

Ketiga anaknya pun terkenal sebagai anak yang pintar ramah dan sopan kepada orang yang lebih tua dari mereka. Ketiga anak tersebut selalu dibekali ilmu agama yang kuat di samping pendidikan formal yang mereka terima di sekolah. Mereka sangat tidak sombong, malah mereka sangat rendah hati. Mereka selalu mandiri dan menghargai pembantu rumah tangga yang ada di rumah mereka.

Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, yakni sebelum mereka bertiga pergi sekolah mereka harus menyempatkan diri untuk sarapan dengan kedua orangtuanya.

Sedari pagi Ibu Tasya sibuk di dapur untuk mempersiapkan sarapan buat keluarganya di bantu oleh Bi Santi. Ya memang benar bu Tasya tak pernah melalaikan kewajibannya untuk tetap turun tangan sendiri menyiapkan segala kebutuhan suami dan anaknya dengan tangannya sendiri walaupun dia mempunyai pembantu.

Setelah menyiapkan sarapan dan menatanya di atas meja makan Bu Tasya pun memanggil suami dan ketiga anaknya untuk sarapan.

" Mas..., Celyn.., Dinar.., Dika... ayo cepat turun dan sarapan. Ini sudah siang. Nanti kalian terlambat" panggil bu Tasya.

" Iya maaaa, bentar lagi ya. Celyn lagi bantu Dika menyusun bukunya ke dalam tas." sahut Celyn dari dalam kamar Dika.

" Maaa... Tolongin mas sebentar di kamar.." panggil Handoko kepada istrinya.

"Ada apa mas..???" seraya berjalan masuk ke dalam kamar tempat suaminya berada.

"Ini maa, mas susah sekali memasangkan dasi ini. Mas sudah hampir telat. Mas ada meeting pagi." Jawab Handoko.

" Astagaa masss... sudah berulang kali mama ajari pasang dasi sendiri kok belum bisa sih mas??" kata Bu Tasya seraya mengambil bangku meja rias dan naik ke sana untuk memasangkan dasi suaminya.

Maklum saja Pak Handoko jauh lebih tinggi dari suaminya. Jadi, dia tidak akan sampai kalo tidak naik ke kursi.

"Mas malas belajar masang dasi ma. Mas ingin mama yang setiap pagi memasangkan dasi mas. supaya kita ada kesempatan sedekat ini berdua" ujar Handoko seraya mengecup pipi istrinya setelah selesai memasangkan dasi suaminya.

"Idiihh mas nakal. Inikan masih pagi.." Ujar bu Tasya kepada suaminya.

Ayo cepat mas keluar kamar lalu sarapan. Anak-anak sudah menunggu di depan.

Lalu bu Tasya keluar dari kamar dan melangkah ke ruang makan. Dia sudah melihat ketiga anaknya duduk di kursi mereka masing-masing sambil memakan sarapannya.

"Makan yang banyak ya nak.. supaya ada tenaga di sekolah untuk menerima pelajaran di sekolah." Kata Bu Tasya kepada ketiga anaknya.

"Iya maa...." jawab mereka bertiga serentak.

Tak berapa lama Pak Handoko keluar dari kamar dan bergabung bersama mereka di meja makan.

"Pagi semuanya.. " sapa Pak Handoko

"Pagi Papa.." jawab mereka semua

"Ayo cepat habisin sarapannya supaya papa sempat mengantar kalian ke sekolah."

"Iya Pa,... "jawab mereka lagi.

Setelah itu mereka fokus memakan sarapan mereka supaya dapat pergi ke sekolah dan tidak telat.

Setelah makan mereka berjalan ke ruang tamu untuk mengambil tas sekolah mereka masing-masing dan menyalami ibu nya dan langsung menunggu ayah mereka keluar dan masuk mobil.

"Mas sama anak-anak berangkat dulu ya" kata pak Handoko. Bu Tasya pun mengantar suami nya kedepan dan menyalam tangan suaminya.

"Hati-hati ya Mang Udin bawa mobilnya.." Ujar Tasya ke supirnya.

" Kalian juga hati-hati di jalan ya. belajar yang rajin biar pintar. dan kamu mas jaga hatimu ya sayang" *Ujar bu Tasya.

" Cie.. Cie.. Mama romantis amat sih sama papa*" Ledek Ceĺyn

"Celyn... Ya sudah sana pergi biar ga telat ke sekolah. Nanti setelah pulang sekolah langsung pulang jangan kemana- mana lagi " Nasehat Tasya ke anaknya.

"Iya ma... " jawab mereka semua.

Mobilpun beranjak dari rumah menuju sekolah ketiga anaknya dan ke kantor suaminya.

Setelah mobilnya tidak kelihatan lagi bu Tasya ditemani bi Santi membereskan meja makan dan berberes rumah menunggu anaknya nanti pulang sekolah.

Episode 2

Hari Yang Cerah

Pagi hari jalanan di ibukota Jakarta sangat padat. Sudah menjadi hal yang lumrah kalau di Jakarta itu macet dan penuh sesak orang - orang yang berlomba untuk sampai ke kantor masing-masing. Banyak orang yang berdesakan dan saling mendahului supaya dapat sampai dengan tidak terlambat ke tempat mereka mencari nafkah buat hidup mereka.

Tak beda jauh dengan mobil yang dikendarai Mang Udin. Mereka pun berlomba dengan waktu agar Pak Handoko dan ketiga anaknya tidak telat sampai di kantor dan di sekolah ketiga anak tersebut. Untung saja ketiga anak tersebut bersekolah di sekolah yang sama dan tidak jauh dari kantor Pak Handoko, sehingga mereka semua bisa sampai tepat waktu ke sekolah. dan Mang Udin pun tidak harus repot putar balik karena arah sekolah anak-anak itu dan kantor Pak Handoko searah.

Di dalam mobil Pak Handoko hanya diam seribu bahasa dan fokus pada HP yang ada di tangannya.

Seperti biasa dia selalu memeriksa Schedule nya hari ini yang selalu di update oleh sekretarisnya Lina.

Menurut pak Handoko, Lina adalah sekretaris yang handal. Lina dapat menghandle segala masalah yang dihadapi kantor sebelum pak Handoko tiba di kantor. Lina juga sangat pintar dan cekatan dalam urusan pekerjaan. Sejak adanya Lina sebagai sekretarisnya beban kerja pak Handoko berkurang setengahnya dan dia sangat bersyukur ada seorang Lina yang selalu menemani dan membantunya setiap hari di kantor.

Waktu menunjukkan Pukul 06.50 WIB, mobil mereka pun sampai di sekolahan ketiga anak tersebut. Tanpa aba aba ketiga anak itu pun turun dari mobil dan secara bergantian menyalami pak Handoko.

"Belajar yang baik ya anak papa.. Ingat jangan main-main sewaktu jam pelajaran berlangsung. Harus serius. " Kata Pak Handoko.

"Nanti pulang sekolah di jemput Mang Udin. Tunggu mang Udin datang. jangan kemana-mana".Lanjut pak Handoko lagi

"Iya papa.. Cerewet banget sih masih pagi" jawab Celyn dengan memanyunkan bibirnya ke arah papanya. Pak Handoko yang melihat itu hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut Celyn yang dibiarkan terurai.

"idih.. papa... jangan berantakin rambutku."Cetus Celyn kesal dengan ulah papanya.

"dadaaa papa... Kita masuk dulu ya.. " Seru Dinar dan Dika. Celyn masih meminjam kaca spion untuk memperbaiki rambutnya yang diacak acak papanya. Setelah selesai dia pun berlari masuk ke dalam sekolah bersama kedua adiknya.

Pak Handoko pun melihat mereka masuk ke sekolah dan menunggu bayangan mereka sampai tidak kelihatan lagi baru menyuruh Mang Udin berangkat.

"Ayo Mang.. Langsung ke kantor. Saya ada meeting pagi ini" Suruh pak Hamdoko.

"Baik, Pak" Jawab Mang udin singkat lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor Pak Handoko. Mang Udin tau walaupun Pak Handoko buru buru dia tidak pernah mengizinkan Mang Udin untuk ngebut. Menurutnya keselamatan adalah nomor satu dihidupnya.

Setelah 15 menit akhirnya mobil tersebut sampai di lobi kantor Pak Handoko. Dia pun lalu turun. Sebelum turun Pak Handoko menyampaikan sesuatu pada Mang Udin.

"Mang.. saya hari ini di kantor sampai sore. Mang Udin boleh bawa mobil ke bengkel untuk mencuci mobil ini. Supaya mobilnya tetap kinclong" Kata Pak Handoko.

"Baik Pak. Saya akan mengurus mobil ini." Jawab Mang Udin.

"Ini uangnya.. " sambung Pak Handoko sambil meñgeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu.

" Makasih Pak" Ujar Mang Udin menerima uang tersebut dengan sopan dari tangan Pak Handoko. Setelah itu Pak Handoko melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor. Tapi belum sampai 3 langkah dia berbalik lagi ke arah Mang Udin.

"Ada apa, Pak??" Tanya Mang Udin heran.

"Jangan sampai telat ya Mang jemput anak anak di sekolah. Sekarang musim penculikan anak-anak. Saya takut mereka kenapa-kenapa."Kata Pak Handoko.

"Bapak tenang saja. Saya akan standby di sekolah mereka 15 menit sebelum bel sekolah berbunyi."Ucap Mang Udin menenangkan bos nya itu.

"Bagus kalo begitu" Kata Pak Handoko. Dia pun berbalik meninggalkan Mang Udin yang masih berdiri di samping mobil menunggu bos nya itu masuk ke dalam kantornya dan memastikan Pak Handoko tidak berbalik lagi dan menghilang di tengah kerumunan karyawan yang tergesa gesa masuk takut terlambat.

Akhirnya bayangan Pak Handoko tidak terlihat lagi olehnya. Mang Udin pun masuk mobil dan menjalankan mobilnya keluar dari lobi seraya menuju ke bengkel langganan Pak Handoko untuk mencuci mobil tersebut sesuai perintah Pak Handoko. Mobil itu pun melaju cepat.

Mang Udin melihat jam nya setelah sampai di bengkel.

"Oh, masih jam segini. Nona Celyn dan adiknya masih lama pulang sekolah. Saya mau minum kopi dulu sambil menunggu mobil di cuci dan ganti oli" batinnya.

Waktu pun bergulir begitu cepatnya. Kopi yang di pesan Mang Udin pun sudah datang. Dia menyeruput kopinya sambil membaca koran yamg terletak di meja itu dan sesekali memakan camilan sebagai teman daro kopi tersebut.

Akhirnya mobil pun selesai dan Mang Udin kembali ke kantor Pak Handoko.

Episode 3

Di Kantor..

"Pagi pak.." sapa Lina spontan berdiri melihat pak Handoko keluar dari lift dan berjalan melewati Lina menuju ruangan kerjanya.

"Pagi juga Lina..!!,"balasnya seraya menyunggingkan senyumnya ke arah Lina sambil terus berjalan ke ruangannya diikuti Lina dari belakang dengan membawa setumpuk berkas dan tablet kerjanya.

"Saya akan membacakan schedule Bapak hari ini"Ucap Lina dan berhenti sebentar menunggu Pak Handoko mengambil posisi yang nyaman di belakang meja kerjanya dan siap mendengarkan apa yang akan Lina sampaikan kepadanya.

"Oke, silahkan Lina.. Saya sudah siap mendengarnya" Kata Pak Handoko dengan wajah yang serius dan pandangan yang tertuju pada Lina yang menandakan bahwa dia siap mendengarkan apapun yang akan Lina sampaikan padanya.

"Pada jam 9 Bapak akan meeting dengan perusahaan A, jam 1 siang anda meeting dengan perusahaan B dan jam 3 sore anda akan meeting dengan Staff Marketing pak."Lina diam sejenak dan memperhatikan bos nya itu memperhatikan semua hal yang dia katakan.

"Ini berkas - berkas meeting hari ini,Pak. Saya sudah menyiapkannya. Yang merah adalah berkas meeting dengan perusahaan A, Yang Biru adalah berkas meeting dengan perusahaan B, dan terakhir yang Kuning adalah berkas meeting dengan Staff Marketing" Lanjutnya sembari memberikan satu per satu berkas yang sudah Lina siapkan untuk schedule meeting Pak Handoko hari ini.

Pak Handoko menerima semua berkas tersebut dan langsung meletakkan berkas-berkas di atas mejanya tanpa membukanya.

"Silahkan dibaca dan dipelajari ya Pak.. Saya akan keluar untuk memeriksa apakah ruang meeting sudah disiapkan dan menunggu tamu dari perusahaan A tiba di sini. Setelah itu saya akan memanggil Bapak kembali". Ucapnya lagi.

"Baiklah saya akan membaca dan mempelajari semuanya. Terima kasih Lina" Kata Pak Handoko sambil melirik berkas yang sudah menumpuk di atas mejanya dan menghembuskan nafas panjang dan kasar sembari memijat keningnya yang sama sekali tidak sakit.

"Saya keluar dulu ya Pak..!! Selamat mempelajarinya pak. Saya akan memberitahu kalau nanti utusan dari perusahaan A sudah datang". Ucapnya sambil berjalan keluar dari ruangan Pak Handoko dengan membawa tablet kerja di tangannya.

"Terima kasih Lina atas kerja kerasmu. Kamu sudah banyak membantu saya menjalankan perusahaan ini." Kata Pak Handoko

"Sama-Sama Pak.." Ucap Lina singkat lalu berlalu dari ruangan itu.

Sekeluarnya Lina dari ruangan itu Pak Handoko membuka satu per satu berkas yang ada di hadapannya dan mempelajarinya. Pertama dia membuka map merah yakni bahan meeting dengan perusahaan A. Dia mempelajari dengan seksama proposal kerja sama yang diajukan oleh perusahaan A. Dia sudah mengerti dengan apa yang akan di meetingkan pagi ini.

Selanjutnya dia membuka map biru yang berisikan berkas meeting dengan perusahaan B siang ini. Dia membuka halaman proposal kerja sama tersbut satu persatu. Dengan khusyuk dia mempelajarinya sampai dia mengerti dan akhirnya dia mengangguk angguk dan sedikit tersenyum.

Lalu dia akan melanjutkan ke berkas yang ketiga yang berwarna kuning. Tapi belum sempat dia membuka berkas itu Lina mengetuk pintu dan langsung masuk.

"Pak, utusan dari perusahaan A sudah sampai. Kita akan segera memulai meetingnya."Jelasnya tergesa gesa.

"Baiklah Lina.. Ayo kita pergi ke ruang meeting". Tanpa menunggu jawaban Lina, Pak Handoko berdiri dari kursinya dan langsung keluar ruangannya membawa berkas rapat tadi menuju ruang meeting yang berada di dekat ruangannya. Lina setengah berlari mengikuti langkah Pak Handoko.

Hari ini semua meeting yang sudah terjadwal berjalan dengan baik dan memperoleh hasil kerjasama memuaskan diantara kedua belah pihak.

Di tempat lain yakni ruangan para supir menunggu majikan mereka yang berada di dalam kantor. Salah satunya adalah Mang Udin. Dia melihat arloji nya sudah menunjukkan Pukul 2 siang yang menandakan dia harus segera bergerak untuk menjemput ketiga anak majikannya di sekolah. Karena Pak Handoko tidak ingin ketiga anaknya itu menunggu Mang Udin kelamaan.

Mang Udin pun segera beranjak dari tempat duduknya berjalan menuju dia memarkirkan mobilnya tadi.

"Saya gerak dulu yach.." Ujar Mang Udin kepada teman sesama supir yang menemaninya duduk dan mengobrol untuk menghabiskan waktu di kantor itu.

"Mau kemana? Kok buru-buru? Apa Pak Handoko ingin keluar kantor?"Tanya temannya tadi

"Bukan.. Ini sudah jam 2 siang. Sudah waktunya saya menjemput ketiga anak Pak Handoko di sekolah mereka. Jika tidak berangkat sekarang saya takut saya akan terlambat menjemput mereka. Kamu tau sendiri lah Jakarta itu selalu saja macet. Mau pagi, siang ataupun malam" Jelas Mang Udin panjang lebar kepada temannya itu.

"Iya kamu benar Mang.. Bukan kota Jakarta namanya kalau tidak macet. Ya sudah Mang Udin harus segera berangkat sekarang. Saya takut ketiga anak itu kelamaan menunggu jemputan Mang Udin di sekolah."Ucap temannya lagi.

"Baiklah. Saya berangkat duluan ya.." Mang Udin pun langsung masuk mobil dan menghidupkan mesinnya.

"Hati-hati Mang Udin.. Jangan ngebut ya.." teriak temannya dari belakang dan hanya ditanggapi oleh lambaian tangan dari Mang Udin sambil menjalankan mobilnya keluar dari area parkiran.

Di dalam perjalanan Mang Udin menggerutu kecil melihat betapa panjangnya antrian mobil yang ada di depannya yang mengakibatkan mobilnya tidak bisa jalan dari jalanan itu. Mang Udin hanya takut dia terlambat menjemput anak majikannya.

Mang Udin bolak balik memperhatikan arloji nya dari tadi. Jam sudah menunjukkan Pukul 14.25 wib atau hampir jam setengah 3 sore. Mang Udin takut dia bisa sampai terlambat di sekolah. Biasanya ketiga anak itu keluar dari sekolahan jam 3 sore.

"Ya Tuhan.. tolong hambaMu ini. tolong jangan sampai aku telat menjemput mereka. Aku khawatir mereka akan menunggu lama dalam keadaan lapar dan haus. Terang saja mereka hanya membawa bekal hanya sedikit. dan itu sudah pasti habis pada jam istirahat sekolah yakni pukul 12.00 Wib." Batin Mang Udin yang sedari tadi kesal karena jalanan ibukota itu yang sangat ramai dan macet di mana mana.

Setelah menunggu 15 menit di dalam mobil akhirnya mobilnya Mang Udin dapat keluar dari kemacetan yang dari tadi berlangsung. Mang Udin menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang tapi lebih cepat dari biasanya. Mang Udin berharap sekali dia tidak akan terlambat menjemput mereka.

Jam menunjukkan Pukul 14.55 akhirnya Mang Udin sampai di sekolah mereka setelah kejadian drama kemacetan yang dialami nya.

"Puji Tuhan.. akhirnya aku bisa sampai tepat waktu, terima kasih Tuhan." Batinnya dengan penuh rasa syukur yang amat sangat.

Beberapa menit kemudian mereka pun keluar dari kelas mereka. Celyn menjemput adik - adiknya agar dapat pergi barengan menuju mobil yang sudah standby di lobi sekolah.

"Selamat siang Mang Udin... Wahh.. makasih ya Mang karena Mang Udin selalu jemput kita trpat waktu."Sapa Celyn si sulung.

"Ayo masuk Non. Ayo masuk Den.. Mang Udin tau kalian pasti kelaparan setelah belajar seharian. " Ucap Mang Udin.

" Iya Mang bener. Cacing yang diperut saja sudah sangat kelaparan. " Ucap Dinar kepada Mang Udin.

"Baiklah , mari kita berangkat anak-anak." Mang Udin menjalankan mobilnya menuju rumah. Mang Udin melirik ketiga anak itu di bangku belakang. Ketiganya kelihatan sangat capek dan kelaparan.

Mang Udin mempercepat jalannya mobil itu. Untung saja mereka tidak terkena macet sehingga dalam waktu 20 menit mereka semua sudah sampai di rumah.

"Makasih ya Mang..." Ucapnya ketiga serentak sambil keluar masing masing dari mobil.

"Sama sama. Ini kan memang tugas Mang Udin" Jelasnya pada Celyn anak sulung keluarga itu.

" Saya masuk dulu ya Mang Udin." . Ucap Celyn juga.

Mang Udin pun masuk ke rumah lewat pintu samping dan memakan jatah makan siangnya. Setelah itu Mang Udin beranjak kembali ke kantor karena sudah mendekati jam pulang kantor.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!