Namaku Senja, umurku 27 tahun, aku bekerja di salah satu toko bunga di jakarta.
aku berasal dari keluarga yang sederhana, ayah dan ibu ku sudah meninggal saat aku masih remaja. Sejak saat itu aku di besarkan oleh nenek ku, Paman dan istri paman ku.
Hidup ku tidak bahagia, Sejak kecil aku sudah merasakan pahit dan jahat nya dunia padaku,tinggal bersama Paman yang pemabuk membuat aku merasa tersiksa di kelilingi oleh orang orang semacam itu. Hanya nenek ku lah alasan aku masih bertahan saat itu.
Aku sangat menyukai bunga, jadi aku sangat betah bekerja di toko bunga itu, lagi pula, hanya berlatar belakang lulus SMA, menurutku sangat sulit rasanya mendapatkan pekerjaan yang bagus di kota yang besar ini. bekerja disini dengan gaji yang tak seberapa aku sudah sangat bersyukur.
2 tahun yang lalu nenek ku meninggal dunia, aku pun memutuskan untuk tinggal di luar, aku ngekost tidak jauh dari tempat kerja ku, selain dekat dan aku bisa menghemat ongkos ku selama ini, aku pun sudah tidak ingin hidup bersama mereka, yang begitu jahat pada hidup ku dan cinta ku.
•••
Jam menunjukkan pukul 5 sore, wanita bernama senja itu pun bersiap siap untuk pulang. "Senja, sebelum pulang, kesana yuk." ajak Fitri teman satu kerjaan nya.
Senja pun melihat ke arah tangan Fitri menunjuk, sebuah cafe baru saja di buka, terlihat besar dan nyaman membuat Fitri tidak sabar mengajak Senja untuk mencoba nya. Fitri adalah satu satunya teman nya Senja, ia selalu mengajak nya ketempat tongkrongan baru, untuk melepaskan penat setelah lelah bekerja.
Senja pun mengiyakan dan menyetujui ajakan sahabat nya itu.
•••
Adrian Abinaya.
Seorang laki laki yang tampak dan pintar, ia adalah seorang pimpinan di sebuah perusahaan stasiun tv terbesar di jakarta, selain itu ia pun memiliki berbagai bisnis yang bergerak di bidang kecantikan dan fashion.
Memiliki kekayaan berlimpah yang jelas tidak akan habis 7 turunan, di tambah memiliki paras yang tampan dan tubuh yang proporsional membuat ia tidak lepas dari incaran wanita.
Namun meski memiliki semuanya, Adrian belum memiliki wanita sebagai pasangan hidup. pernah memiliki kegagalan dalam percintaan bahkan dalam pernikahan nya, membuat ia menghindar dan memilih untuk tidak lagi terikat dalam suatu hubungan. Karena baginya wanita datang pada nya karena saja. Baginya cinta itu hanya lah omongan saja yang begitu banyak kepalsuan.
"Tuan, Minggu depan kita akan ada undangan dari perusahaan Wiston, apa anda akan menghadiri nya tuan?." Tom yang adalah sekretaris Adrian meletakan sebuah undangan di atas meja. Mata Adrian melihat ke arah Undangan yang di bawa Tom, lalu kembali membolak balikkan kertas di tangan nya.
"Ya, siapkan saja hadiah untuk mereka."Jawab Adrian yang sedang membolak balikkan berkas di tangan nya.
"Baik Tuan." Jawab Tom, sebelum nya ia ragu ragu melihat Adrian saat mendengar Adrian akan hadir.
Adrian lalu meletakkan map itu di atas meja agak kesal, Suasana hati nya tidak baik saat ia mendengar nama keluarga Wiston, yang adalah musuh dari perusahaan Joylanda milik Adrian.
Namun tidak ingin terlihat lemah oleh mereka, Adrian memilih hadir dan tidak ingin menjadi pecundang di mata mereka. terlebih banyak rekan bisnis Yang bekerja sama dengan perusahaan Joylanda juga akan hadir.
Adrian pun memutuskan untuk pulang dan beristirahat, Namun sebelum itu mata nya menyusuri jalanan.
"Tom, hentikan mobil nya." Ucap Adrian. Tom pun lekas menghentikan mobil nya. Melihat Tuan nya dengan heran dan mencoba menebak apa yang Adrian inginkan, karena tiba tiba meminta nya untuk berhenti.
Di tempat mereka berhenti saat ini, seorang wanita akan menyebrang dan kini terhalang oleh mobil mereka, Tom mengira Adrian inginkan wanita itu, namun segera Tom menepis pikiran nya sendiri. Karena begitu banyak wanita yang cantik dan seksi terus mengejar Tuan nya, namun satu pun tidak ada yang berhasil menduduki hati nya. Bagaimana bisa wanita dengan penampilan biasa saja itu bisa menjadi pusat perhatian Adrian.
"Tom, kenapa kau diam saja, belok ke cafe itu."Ucapan Adrian seketika menyadarkan tom dari lamunan nya. Ia pun lekas berbelok ke cafe yang di minta Adrian.
Mata Adrian tiba tiba tertarik pada sebuah cafe yang besar dan tampak ramai, seperti ada daya tarik nya sendiri, dengan desain nya yang unik seperti sebuah perkampungan namun nampak nyaman.
Andrian lalu masuk ke dalam cafe itu di ikuti Tom. Ia pun duduk di sebuah meja, Live musik yang sedang memutar lagu kesukaan nya membuat suasana hati Adrian terasa nyaman.
Sementara di meja tidak jauh dari mereka, Senja dan Fitri yang sudah di sana sejak tadi pun melihat kedatangan Adrian yang mencuri perhatian mereka. dengan pakaian jas yang di kenakan Adrian membuat ia tampak sangat berkharisma.
"Ganteng juga ya Ja." ucap Fitri, mata nya masih menatap Adrian yang tampak sangat menarik mata.
Senja saat itu pun membalas ucapan sahabat nya dengan senyuman sembari melihat Adrian, namun tiba tiba saja Adrian menoleh ke arah senja dan menatap nya dengan dingin.
Adrian yang merasa Seseorang di samping nya sedang menatap nya membuat ia tidak nyaman dengan tatapan para wanita yang menatap nya dengan tatapan ingin.
Tatapan yang menakutkan dan begitu dingin seperti ingin menelan nya saat itu juga membuat senja lekas mengalihkan perhatian nya.
"Menyeramkan sekali." Batin Senja.
Senja bukan wanita yang mudah menyukai laki laki hanya dari pandangan pertama. Ia melihat Adrian hanya semata ingin mengagumi cipta Tuhan yang begitu indah. Gaya Adrian datang ke cafe pun begitu unik bagi Senja, ia datang dengan memakai pakaian kantor mengunakan Jas dan dasi yang masih tergantung rapih di leher nya.
Kedua nya kembali menikmati malam di cafe itu, meski sesekali Senja menoleh ke arah Adrian mengingat sorotan Mata Adrian tadi yang begitu menakutkan.
•••
Malam pun semakin laur. Senja dan Fitri pun beranjak untuk pulang.
"Cowok di dalam tadi ganteng ya Ja, Tampang tampang bos besar."Ucap Fitri memuji tentang Adrian.
"Buat apa ganteng kalau mirip singa, dia seperti nya sangat menyebalkan." Balas Senja.
"Siapa yang kau bilang mirip singa?." Adrian yang tiba tiba muncul di belakang mereka membuat senja terkejut.
"Kau mengatakan aku mirip singa?." Tanya Adrian lagi.
"Hm, Apa tuan?, Anda merasa saya mengatai anda?." Ucap senja yang merasa kesal saat melihat Adrian kini ada di hadapan nya.
"Apa anda merasa tampan tuan?." Tanya senja lagi.
Adrian mengerutkan kening nya mendengar perkataan wanita di hadapan nya itu. Adrian pun diam menatap Senja.
"Maaf Tuan kalau anda merasa saya mengatai anda, padahal di dalam begitu banyak laki laki tampan, Maaf kalau anda merasa Sebagai laki laki tampan dan mirip singa yang kami bicarakan." Ucap senja lagi penuh emosi yang berusaha ia tahan.
Merasa dirinya sudah terlalu cepat beramsusi, mengucapkan seolah yang di bicarakan senja adalah diri nya, ia pun berjalan pergi, tidak ingin memperpanjang masalah. Meski ia yakin yang di katakan Senja soal Pria seperti singa itu adalah dirinya.
"Maaf Tuan kalau anda merasa saya mengatai anda, padahal di dalam begitu banyak laki laki tampan, Maaf kalau anda merasa Sebagai laki laki tampan dan mirip singa yang kami bicarakan." Ucap senja lagi penuh emosi yang berusaha ia tahan.
Merasa dirinya sudah terlalu cepat beramsusi, mengucapkan seolah yang di bicarakan senja adalah diri nya, ia pun berjalan pergi, tidak ingin memperpanjang masalah. Meski ia yakin yang di katakan Senja soal Pria seperti singa itu adalah dirinya.
Fitri yang tadi tegang pun tertawa lepas setelah mobil Adrian berlalu pergi dari tempat itu.
"Padahal kita memang membicarakan, tapi aku salut sama insting nya, Dia bisa tahu kita sedang membicarakan dia, padahal di dalam kita hanya diam kan." Fitri tertawa puas Senja pun hanya tersenyum mengelengkan kepala merespon ucapan sahabat nya.
•••
Di dalam mobil. Muka Adrian saat itu nampak kesal, Tom yang saat itu menyetir pun melihat raut wajah yang sudah berubah. Ia sudah mengenal sosok Adrian dan sudah bisa menebak suasana hati tuan nya dari raut wajah nya saat ini.
Tom memikirkan tentang keberanian Senja, karena sangat jarang bahkan tak ada perempuan yang berani memaki tuan nya, yang ada hanyalah pujian dan rayuan saja.
Setelah mobil berhasil mendarat sempurna di halaman rumah, Adrian turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, tampak ayah dan Ibu nya sedang berbicara di ruang tamu.
"Adrian kamu sudah kembali, kemari lah!." Pinta Pak Herman. Adrian berjalan menghampiri.
"Kamu sedang memilih undangan, menurut kamu mana yang bagus sayang?." Tanya Bu Mira yang adalah ibu nya.
"Mama saja yang pilih, aku tahu selera mama bagus."Balas Adrian dan duduk.
"Bagaimana untuk acara Minggu depan, kamu sudah mengurus semua nya?." Tanya Pak Herman.
"Aku sudah minta Tom yang urus semua nya Pa, jangan khawatir."Balas Adrian.
"Baguslah kalau begitu."
"Aku mau ke kamar dulu Pa, Ma." Adrian berjalan pergi setelah mengatakan hal itu sebelum kedua orang tua nya membalasnya.
Bu Mira dan Pak Herman pun melihat putra pergi, tahu suasana hati Adrian sedang tidak baik baik saja.
"Ada apa dengan nya Pa?."
"Biarkan saja, palingan pusing tentang kantor."Balas Pak Herman.
Adrian duduk di sofa kamar nya, Kembali memikirkan tentang Wanita yang bertemu dengan nya di cafe. Benar benar membuat diri nya seolah di cap terlalu pede.
Ia melepaskan dasinya menghempaskan dengan kasar.
•••
Keesokan pagi nya.
Adrian sedang sarapan bersama Kedua orang tua nya dan kakek nya.
"Adrian, Besok Mora akan kembali dari luar negeri, Kamu temui dia kalau dia datang ya.",Ucap Bu Mira.
Adrian terdiam sejenak. Sebelum ia mengiyakan.
"Mana tahu kan, Nanti kamu akan cocok dengan dia. Mau sampai kapan kamu sendiri, kamu kan..."
"Aku sudah selesai sarapan, aku pergi dulu." Adrian beranjak berdiri dari duduk nya, ia sungguh malas saat ibu nya membahas soal wanita atau pun pernikahan.
Bu Mira pun hanya bisa mengelengkan kepala nya kecewa melihat Adrian yang menghindari pembahasan ini.
Sudah bertahun tahun Adrian sendiri, Sebagai anak satu satu nya, Bu Mira sangat ingin putra nya kembali menjalani kasih dengan seorang wanita, khawatir Adrian tidak akan menikah, Ia pun bermaksud menjodohkan Mora anak dari teman nya untuk Adrian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!