NovelToon NovelToon

SWEET & BITTER

Visual

Abilla Putri Lesham

Gadis biasa saja dan tidak ada yang menarik dari dirinya. Namun jika diperhatikan dengan lebih baik lagi, gadis tersebut terlihat imut dengan rambut panjang yang indah dan kedua bola mata yang lebar dengan bulu mata yang lenting, hidung yang tidak terlalu mancung, serta gigi gingsulnya yang indah dipandang ketika ia tertawa.

Abilla merupakan gadis yang cerdas meski kecerdasannya tidak seperti Nafysa, yaitu sahabat yang paling dekat dengan dirinya. Ia sering belajar dengan giat ditemani oleh Arham, kakak kelas satu tingkat diatasnya. Ia merupakan anggota dari Tim Ribut yang didirikan oleh Yusuf.

****

Arham Denandra.

Pemuda tampan dengan sejuta kecerdasan serta sifatnya yang agak keras kepala. Dibalik kacamata yang sering ia gunakan terselip sinar mata yang begitu meneduhkan hati apabila kita menatapnya dengan dalam. Rambutnya yang sedikit berantakan serta pakaianya yang selalu rapi membuat dirinya begitu keren dengan penampilannya

***

Rangga Abimana

Pemuda tampan yang sangat pekerja keras, ia bekerja di sebuah restoran yang didirikan oleh temannya untuk menambah uang kuliahnya. Berasal dari keluarga sederhana menuntut dirinya untuk mandiri serta tidak mau membebani kedua orang tuanya.

****

Nafysa Ratnasari.

Gadis cerdas nan kalem sehingga banyak disukai teman-temannya, ia mudah bersosialisasi dan juga ramah. Paralel satu dari kelas IPS, yang bercita-cita ingin menjadi seorang Guru. Karena dia merupakan anggota dari Tim Ribut yang dibuat oleh Yusuf dengan seenaknya, membuat dirinya ikut menjadi anggota yang menurut para siswa adalah Tim Gesrek.

***

Yusuf Pratama

Yusuf atau yang sering dipanggil Ucup oleh teman-temannya adalah pemuda yang suka iseng dan sering membuat onar. Dia adalah anak keturunan sultan karena ayahnya yang bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan yang berada di Surabaya. Yusuf menyebut dirinya sendiri sebagai Ketua Tim Ribut, Tim yang ia dirikan sendiri dengan menyeret Abilla, Nafysa, Erika, Renata serta Riko untuk bergabung menjadi anggotanya.

Tim Ribut yang ia dirikan adalah satu-satunya geng yang sangat disegani oleh para siswa karena terdiri dari dua orang tampan dan empat orang cantik. Tim Ribut berhasil menjadi pusat perhatian semua warga sekolah.

***

Erika Maharani.

Gadis periang dan lucu namun sedikit lemot. Paling suka dengan makanan yang berbau coklat, jadi jika ia sedang ngambek cukup beri dia coklat pasti ngambeknya ilang, semudah itulah memenangkan hatinya. Didalam lemari kamar tidurnya lebih banyak menyimpan coklat sebagai cemilannya setiap hari, sengaja ia menyembunyikan coklat didalam lemari agar sang adik tidak bisa mengambil makanan kesukaannya itu.

***

Renata Kumala.

Tidak pandai dalam bidang akademik tapi ia sangat berbakat dalam bidang olahraga seperti renang, volly, lari dan taekwondo. Meskipun begitu, ia tetap feminim dengan penampilannya yang anggun. Renata lebih dewasa pemikirannya dibandingkan teman-temannya.

***

Riko Saifuddin

Sebelas duabelas dengan Yusuf namun Riko lebih lemot meski tak selemot Erika. Selalu menjadi bahan pembullyan oleh Yusuf dan Erika meski kadang Erika sering merasa kasihan jika sedang membullynya.

Riko namun semua temannya tidak mau memanggilnya dengan sebutan Riko karena sifatnya yang plinplan maka ia lebih sering dipanggil Udin.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hallo semuanya!, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca novel pertamaku, disini aku masih belajar membuat novel jadi mohon untuk pengertiannya, jangan ngehujat aku ya :)

tolong berikan kritik yang membangun supaya aku bisa memperbaiki kesalahannya, mohon dukungannya dengan cara like, komen dan juga rate bintang 5.

Terima Kasih...

a Novel by : DEAN RESMA

1

"Lo gak papa?." Tanya seorang pemuda yang tengah mengenakan almamater sekolah lengkap biru putih disertai slayer berwarna kuning dengan logo OSIS.

"Gak papa, Kak." Jawab gadis itu dengan suara lirih, ia berseragamkan merah putih dengan rambut panjangnya yang dikepang menjadi dua dihiasi dengan banyak pita yang terbuat dari tali rafiah dan memakai topi ulang tahun serta berkalung kardus.

Lihatlah! Penampilan gadis tersebut sudah mirip sekali dengan gembel, apalagi wajahnya penuh dengan coretan tinta berwarna hitam dan seragam merah putihnya yang telah basah kuyup karena guyuran air yang baru saja disiramkan ketubuh mungilnya.

"Kalian sengaja mau nyelakain anak orang?" Bentak pemuda tersebut kepada dua temannya. "Jika terjadi sesuatu sama murid baru apa kalian mau tanggung jawab, hah?."

"Arham, kami cuma mau ngejalanin peraturan yang ada. Anak ini udah terlambat dan udah sewajarnya kita hukum dia." ujar salah satu temennya.

"Iya, kalo kita gak ngasih hukuman buat dia entar murid baru yang lain bakal ikut-ikutan kayak dia yang gak ngehargain waktu"

"Tapi tindakan kalian itu udah sama dengan kekerasan, dan hal ini bisa masuk ke ranah hukum. Kalian mau mendekam dipenjara?"

"Gak" jawab keduanya kompak

"Minta Maaf!" seru Arham dan seketika kedua temannya tersebut meminta maaf ke gadis tersebut.

"Makasih Kak atas bantuannya" Arham tak menggubris ucapannya, ia berjalan meninggalkan gadis tersebut.

"Kak berhenti!" Lagi-lagi gadis tersebut tak mendapat jawaban dan dengan segera ia mengejar Arham.

"Kak boleh minta biodatanya gak? buat tugas MOS" seketika Arham menghentikan langkahnya, ia menatap ke gadis tersebut, dilihatnya gadis tersebut tersenyum menatapnya.

"Siapa nama elo?"

"Kenalin" gadis tersebut mengulurkan tangannya namun beberapa detik Arham tak segera menjabat tangannya hingga gadis tersebut segera menarik tangan Arham pada genggamnya.

"Namaku Billa, Abilla Putri Lesham." ucap gadis tersebut mengenalkan namanya.

Semenjak pertemuannya dengan Arham, Abilla berusaha untuk bisa lebih dekat dengan Arham. Awalnya memang sedikit susah untuk mendekati Arham karena sifat dinginnya yang tidak mudah diartikan oleh Abilla. Perlu diketahui bahwa Arham selama ini hanya menganggap Abilla seperti adiknya sedangkan Abilla diam-diam menyimpan rasa cinta pada Arham.

***

BRAAAKKK...

"Astaga...." Ucap Abilla yang kaget karena ulah ketiga sahabatnya yaitu Nafysa, Erika, dan juga Renata.

"Kalian tuh ya, ngagetin aja. Sengaja mau buat jantung gue copot!" ucap Abilla yang nampak kesal dengan kedatangan sahabatnya tersebut.

"Haha... Sorry Bil, kita cuma mau nyamperin lo doang kok, nih si Erika sama Renata yang punya ide iseng buat ngagetin lo" ucap Nafysa menjelaskan.

"Hayo lo... Ngapain disini sendirian?" tanya Erika seraya mendudukkan tubuhnya didekat Abilla.

"Tau tuh! Sendirian aja di taman, mau cari wejangan lo?" ledek Renata dengan senyuman usil.

"Nglamunin apa, Bil? Sampek serius gitu?" Tanya Nafysa.

"Ehm, gak nglamunin apa-apa kok. Oh ya Naf, nanti istirahat kedua jadi 'kan kita ke perpustakaan? Entar lo ajarin gue ya, tentang materi sejarahnya Pak Bay, gue tadi gak paham maksudnya" pinta Abilla.

"Kenapa kita nggak belajar dikelas aja? Iya nggak, Ren?" seru Erika seraya mengedipkan matanya.

"Kalo itu sih maunya elo, Er!" gerutu Nafysa dan Erika pun terkekeh mendengar ucapan Nafysa.

"kalian nggak tau sih gimana rasanya punya otak dibawah rata-rata itu kayak gimana, kalian enak aja diberi kecerdasan nggak kayak gue sama Erika" gerutu Renata.

"Kok bawa-bawa gue sih!" seru Erika

"Serah kalian deh mau ikut kita belajar apa enggak" jawab Abilla dengan malasnya, karena dia tau kedua sahabatnya itu paling susah kalau diajak belajar, meski ke tempat-tempat favorit mereka tetap saja tak mengubah kemalasan mereka untuk belajar, berbeda dengan Nafsya.

"Naf, lo bulan depan bakal ikut Olimpiade lagi?" tanya Abilla.

"Iya, kenapa?"

"Lo ikut Olimpiade apa?" ucap Abilla seraya mengubah posisi duduknya dengan menghadap ke Nafysa "Astronomi?, Ekonomi?, atau Matematika?" tanya Abilla yang sangat antusias.

"Umm... Gue ambil Matematika lagi" jawab Nafysa.

"Wowww... Hebat banget nih temen gue yang satu ini, gara-gara keseringan merguru sama gue di gua monyet jadi ilmunya berguna banget" cerocos Erika sembari tertawa renyah, dan hanya ditatap sinis oleh tiga pasang mata.

"Gak usah ngawur gitu ngomongnya" kesal Nafysa.

"Lombanya dimana? Siapa saja yang bakal ikut mewakili olimpiade Matematika, Naf?" tanya Abilla lagi.

"Lombanya akan diadakan di Malang, kalo anggotanya dari kelas X ada Anna sama Dion, kelas XI ada Farhan sama gue, dan kelas XII ada Kak Sinta sama Kak Arham" ucap Nafysa menjelaskan.

"Kak Arham" gumam Abilla dalam hati.

"Wiihh... ada Kak Arham lagi nih, dulu lo juga pernahkan olimpiade sama dia, Naf?" tanya Erika dan Nafysa hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda jawabannya.

"Gue jadi pengen ikut olimpiade biar bisa ketemu sama Kak Arham" ucap Erika seraya terkekeh.

"Ngerjain PR aja gak pernah kelar mau ikut olimpiade" ledek Renata dan Erika hanya mencebikkan bibirnya pertanda ia tidak suka dengan ledekan Renata.

"Bil, Lo sama Kak Arham masih pacaran?" tanya Renata.

"Siapa yang pacaran?" tanya Abilla balik sembari menautkan kedua alisnya.

"Gue sama Kak Arham itu cuma temenan doang, gak lebih" ujarnya lagi.

"Terjebak friendzone nih kayaknya" ledek Erika.

"Ngaco banget sih elo" kesal Abilla

***

Diruang perpustakaan terlihat sedikit siswa yang berkunjung, Abilla dan Nafysa absen terlebih dahulu sebelum mereka masuk kedalam ruangan yang dipenuhi oleh tumpukan buku tersebut. Setelah selesai absen, mereka segera mengitari rak-rak buku yang berjejer di ruangan tersebut untuk mencari buku yang menjadi bahan referensinya mengerjakan tugas. Setelah menemukan buku referensinya, Abilla dan Nafysa mencari bangku kosong di perpustakaan.

"Hai, Bil. Sedang apa?" sapa seorang pemuda yang bertubuh tegap dan memakai kacamata.

"Kak Arham" ucap Abilla kaget karena kehadirannya yang tiba-tiba. "Umm... Biasa Kak, lagi cari referensi karena tadi aku gak paham sama materi yang di sampaikan oleh guru sejarah kami." Jawab Abilla.

"Boleh ikut gabung lagi nggak?" tanya Arham sambil menatap Nafysa beberapa detik hingga kedua bola mata mereka saling bertemu.

"Gabung aja Kak, nggak usah pamit mulu kalo mau gabung" jawab Abilla.

Arham langsung mendudukkan tubuhnya dekat dengan Nafysa, ini bukan yang kedua kalinya Arham bergabung dengan mereka. Namun setiap ingin gabung, Arham selalu meminta izin kepada keduanya.

"Hai, Naf." Sapa Arham ketika dia berhasil mendudukkan tubuhnya di kursi yang bersebelahan dengan Nafysa.

"H-hai juga kak" jawab Nafysa sedikit canggung, entah kenapa Nafysa sering melihat Arham menghampiri dirinya dan juga Abilla setiap kali mereka ke perpustakaan.

Hening...

Hening...

Hening...

"Kak, bulan depan Kak Arham dan kak Sinta ikut Olimpiade Matematika di Malang ya?" tanya Abilla.

"Iya, kenapa?" jawab Arham kemudian ia memutup buku yang semula ia buka.

"Nafysa juga ikut loh" ujar Abilla.

"Apa sih, Bil" Nafysa melototkan matanya ke Abilla.

"Udah tau, makanya gue maksain ikut Olimpiade ini sampek ngebujuk Sinta biar dia ikut mewakili kelas 12" jelasnya.

"Kenapa?" tanya Abilla yang nampak kebingungan.

"Ehmmm... Gapapa sih, lagian ini adalah Olimpiade terakhir gue yang bisa gue ikutin, dan habis ini gue udah fokus sama UN" ujar Arham. "Sedih tau, karena setelah lulus gue udah nggak bisa ketemu sama Nafysa lagi" lanjutnya.

"Maksudnya?" tanya Nafysa kaget.

"Maksud gue, habis kelulusan kita udah nggak bisa lagi ketemu, gue sibuk sama urusan gue dan kalian sibuk sama urusan masing-masing, iya gak, Bil?" Abilla hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ini Olimpiade kalian yang ketiga kalinya ya? jadi mulai kapan kalian akan ikut kelas bimbingan?" tanya Abilla.

"Iya, tapi yang pertama kita beda mapel" jawab Arham

"kelas bimbingannya masih kurang tau sih" jawab Nafysa.

"Tahun kemaren Nafysa pernah nangis loh waktu dibentak sama guru pembimbing" ledek Arham.

"Iiih, Kak Arham jahat, kenapa masih diinget terus sih" ucap Nafysa dengan mencubit perut Arham.

"Hahaha... Waktu itu gue lihat wajah dia lucu banget, Bil." seru Arham.

Abilla merasa tidak suka setiap kali melihat Arham dan Nafysa terlihat akrab seperti itu, Abilla hanya tersenyum untuk menanggapi kedua orang yang ada di depannya tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mohon bantuannya untuk pembaca yang telah mampir ke novel pertamaku, kasih sarannya dan juga kritik yang membangun agar aku bisa menganalisis karyaku ke depannya, tolong tinggalkan Like dan juga Komen yang positif ya, biar aku tambah semangat ngetiknya.

Ok, Terima Kasih telah menyempatkan waktu luang untuk mengunjungi karyaku, jangan lupa kasih Like, Komen, dan juga Rate Bintang 5.

Salam dari DEAN RESMA

Follow juga akun IG aku @dean_resma untuk sekedar sharing atau mau tanya sesuatu🤗

2

Bimbingan belajar untuk Olimpiade Matematika akan dimulai hari ini setelah pulang sekolah, hal tersebut membuat Nafysa jarang bersama ketiga sahabatnya karena dia benar-benar harus fokus sama Olimpiade tersebut.

"Kenapa?" tanya Arham pada Nafysa

"Masih bingung cara ngerjain limit" jawab Nafysa.

"Mau dibantuin nggak?"

"Kak Arham mau bantuin? Kalo gitu silahkan!"

"Asalkan ada syaratnya!" Nafysa mengernyitkan dahinya, "Lo traktir gue makan gado-gado, gimana" Lanjut Arham.

"Ohh... Ok" tanpa pikir panjang, Nafysa menyetujui persyaratan dari Arham.

Arham memberi trik cepat cara mengerjakan soal Matematika yang ia pelajari dari Pak Anang yang terkenal dengan rumus superkilatnya. Arham juga meminjamkan catatan miliknya yang berisi kumpulan rumus untuk dipelajari oleh Nafysa.

Bimbingan berlanjut selama dua jam, mereka mendengarkan penjelasan dari guru pembimbing dan juga berlatih mengerjakan banyak soal untuk mengasah kemampuan dari masing-masing peserta.

"Naf, lo pulang bareng siapa?" tanya Arham.

"Bareng Billa, Kak. Kenapa?"

"Billa? Billa belom pulang? Kok bisa?" cicit Arham.

"Katanya dia nggak ada temen dirumah. Om Alex sama Tante Diah lagi keluar kota jadi Billa mau nginep dirumah gue, sekarang dia lagi nungguin gue" terang Nafysa.

"Yaudah Kak, gue mau nyamperin Billa. Kasihan dia, udah lama nungguin" lanjutnya lagi.

"Mungkin belom saatnya untuk pulang bareng sama Nafysa" gumam Arham dalam hati, ia menggaruk belakang kepalanya dan tangan yang satu berkacak pinggang.

"Kenapa?" tanya Nafysa heran.

"Ok, kalian pulangnya hati-hati ya!" Nafysa mengangguk sebagai jawaban.

***

Didekat lapangan sekolah terlihat seorang gadis sedang duduk di kursi yang dekat di bawah pohon rindang sembari mendengarkan radio dari ponselnya.

Arah sang cinta dan balasannya tolong ajarkanlah

Apakah referensi yang lebih baik?

Karena ku anak IPS aku pun tidak tahu

Selalu saja punya prasangka buruk

Padahal kupikir aku tidak bisa

Arah sang cinta dan balasannya tolong ajarkanlah

Sebaiknya harus menulis apa ya?

Apakah dia tak berminat hal selain ujian?

Ya menjadi Einstein di masa depan

Kuingin duduk di sampingnya dan mencontek isi hatinya

"Billa..." Teriak Nafysa saat berjalan ditengah lapangan untuk menghampiri Abilla.

Namun sepertinya Abilla tak mendengarkanya karena ia terlihat asyik dengan ponselnya seraya bersenandung lagu yang dibawakan oleh Idol grup JKT48 yang berjudul Arah Sang Cinta Dan Balasannya.

Level cintaku terlalu tinggi jadi terkejut

Tidak mungkin lewat jalur PMDK

Pilihan cadangan selain itu pun tidak perlu

Belajar lebih giat untuk ujian

Pasti kan membuatnya berpaling padaku

Level cintaku terlalu tinggi jadi terkejut

Nilaiku sudah pasti tak akan cukup

Ke guru les privat hatiku ingin meminta tolong

kuingin memperbaiki kekurangan

Apakah mulai menyapanya semangat peserta ujian

"Bil..." Panggil Nafysa seraya menepuk pundak Abilla agar ia menyadari keberadaannya

"Lo udah selesai?" tanya Abilla sembari melepas headset yang sedari tadi melekat di daun telinganya untuk memdengarkan radio di ponselnya.

"Udah dari tadi" jawabnya, "Asyik banget merhatiin ponsel, sampe gue teriak-teriak juga nggak digubris" Cicit Nafysa.

"Sorry, Naf. Kan gue pake headset jadi gak kedengeran" Kekeh Abilla seraya merangkul Nafysa.

"Lo mau ikut ke parkir apa nunggu gue di depan gerbang sekolah?" tanya Nafysa.

"Lo bawa sepeda?" tanyanya balik, dan Nafysa hanya mengangguk, "Kenapa gak jalan kaki aja, kan rumah lo deket dari sini" ujar Abilla.

"Lo mau ikut gue keparkiran apa nunggu didepan gerbang? ini udah sore lo mau sampai kapan ada di sekolahan?" tanya Nafysa sekali lagi

"Hehehe... Gue ikut lo aja, takut entar elo ilang dibawa hantu sekolahan" cicit Abilla.

"Apaan sih" ujar Nafysa seraya terkekeh mendengar ucapan sahabatnya tersebut.

***

Di ruang kamar yang tidak terlalu luas namun terkesan mewah terasa hening dikarenakan orang yang berada didalam kamar tersebut sedang sibuk menatap lampirqn kertas demi kertas yang tersusun rapi, ya begitulah Nafysa dan Abilla, mereka berdua begitu tenang dan rajin belajar berbeda dengan kedua sahabatnya yaitu Renata dan Erika yang terkesan barbar dan susah jika diajak belajar.

Nafysa dan Abilla hanya belajar satu jam saja karena besok adalah hari libur sekolah, sengaja tidak ingin membuat otak mereka panas karena keseringan menatap buku akhirnya mereka gunakan sedikit waktu mereka sebelum tidur untuk bertukar cerita, suara tawa yang semula menghiasi ruangan sekarang sudah tidak terdengar ketika Nafysa menceritakan sesuatu hal yang menyayat hati Abilla.

"Menurutmu Kak Arham itu gimana, Bil?" tanya Nafysa tiba-tiba.

"Kenapa memangnya?" tanya Abilla balik, sebenarnya Abilla sedikit terkejut mendengar Nafysa menanyakan tentang Arham padanya, namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Jawab aja! Gue pengen tau pendapat lo tentang Kak Arham"

"Menurut gue--" Abilla bingung ingin menjawab seperti apa dan pada akhirnya ia menjawab tidak tahu.

"Kenapa? Lo suka sama Kak Arham ya?" tanya Nafysa lagi.

"Apaan sih, Naf. Kok jadi bahas Kak Arham" elak Abilla.

"Lo udah lama kenal sama Kak Arham, pasti diantara kalian ada perasaan suka, benerkan?"

"Gak usah aneh-aneh deh lo" gerutu Abilla. "Jangan-jangan, lo suka sama Kak Arham?" kini Abilla balik bertanya kepada Nafysa

"Gue... Gue belom yakin sama hati gue, Bil." Nafysa menjawab dengan ekspresi sendu, terlihat kebingungan di kedua bola matanya.

"Maksud lo?"

"Gue harus mastiin sesuatu dulu sebelum hatiku bener-bener jatuh cinta pada seseorang" serunya.

"Jadi beneran lo suka sama Kak Arham?" tanya Abilla lagi.

"Kalo sekarang sih enggak, tapi gak tau kalo besok" ujarnya.

Deggh...

Abilla merasa seperti lumpuh disekujur tubuhnya, sekarang ia memiliki saingan yang lebih berat yaitu Nafysa, sahabatnya sendiri. Abilla tau kalo Arham mungkin juga memiliki perasaan yang sama dengan Nafysa karena selama ini Arham sedikit berbeda ketika melihat Nafysa, Abilla bisa menemukan binar cinta di kedua bola mata milik Arham yang ditujukan pada Nafysa.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mohon saran dan kritik yang membangun supaya Author bisa memperbaiki cerita kedepannya.

Author sangat berterima kasih jika para readers berkenan memberikan Like, Komen serta Rate Bintang 5.

Terima Kasih...

a Novel by : DEAN RESMA

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!