Suara gemericik air memecah keheningan, embun menutup kaca besar di hadapannya ,dengan jemarinya dia mengusap kaca tersebut lalu munculah terlihat wajah yang sangat tampan dalam pantulan cermin. dia mematikan shower mengambil handuk dan memakai piyamanya kemudian mengeringkan rambutnya menggunakan handuk ditangannya. Ia berjalan menuju meja tempat ponselnya berada beberapa saat ia menatap layar ponselnya, dialah Alexander CEO Global9, perusahaan besar yang terus berkembang di bidang gamer. ponselnya bergetar ia pun menjawab telponnya.
"Biarkan saja, aku akan kesana !"
Setelah berbicara sejenak dia pergi ke ruang ganti dan memilih baju yang cocok untuk hari ini. tak lupa ia kenakan jam tangan mewah , dia mengambil tas berisi laptop lalu pergi dengan mengendarai mobil menuju ke sebuah rumah besar, beberapa orang menyambutnya , Alex keluar dari mobil dengan langkah elegan, langkah panjangnya menyusuri tangga menuju lantai 2 , ia menuju ke sebuah kamar .
"good morning,Come on wake up baby!"
Alex membuka semua tirai di kamar agar semua cahaya matahari dapat masuk ke dalam kamar Jessy.
"aughh.... Alex kenapa kamu disini?"
"aku kesini untuk membangunkanmu, Ayo cepat bangun. Sejam lagi kita ada meeting"
"15 menit lagi. Aku masih ngantuk"
"apa semalam kamu mabuk? "
"Aku hanya minum sedikit"
"dari kemarin aku sudah bilang jangan minum. Hari ini kita ada meeting penting."
"baiklah maafkan aku. "
"aku tunggu setengah jam lagi , kita harus segera berangkat"
"Iya aku akan bersiap"
Jessy adalah seorang pebisnis muda pemilik Global9 perusahaan teknologi it dan gamer terbesar di korea selatan, namun identitasnya tak pernah terungkap, hanya orang tertentu yang mengetahui dirinya,sebagai ceo Alex berhak penuh atas kelangsungan bisnis di perusahaan ia di bantu Raymond sebagai sekertaris namun pekerjaan Raymond lebih dari itu. Global9 sendiri baru berdiri 7 tahun lalu dan kemunculannya berhasil menguasai pasar dunia terutama asia . beberapa anak perusahaan tersebar di banyak negara maju ,Setelah sukses buat anak perusahaan di singapura Jessy berencana memasuki pasar indonesia. Indonesia sendiri adalah negara asal Jessy dan Alex sebelum 10 tahun lalu pindah ke korea.
"Apa meeting hari ini?"
"Kau bilang ingin mencoba pasar indonesia dan proposal kali ini datang dari indonesia, kebetulan pemilik perusahaan itu sedang disini jadi sebaiknya kita bicarakan langkah selanjutnya"
"Kau sudah selidiki latar belakang perusahaan itu?"
"Sejauh yang aku dapat perusahaan itu sedang berkembang dan mempunyai potensi besar untuk menjadikannya lebih besar"
"Tunggu... Kau ingin membuatnya lebih besar?"
"Tentu saja, kita tidak bisa tiba-tiba masuk ke pasar indonesia, kita harus punya pendekatan lebih dulu, setelah itu kita akan buat Global9 di kenal disana lewat perusahaan yang akan kita besarkan"
"Kau sudah pikirkan semuanya"
"Sudah !"
"Apa kau seyakin itu ?"
"Hmm ... Tentu saja, aku merasa ini akan berhasil, untuk itulah aku mengajakmu serta dalam meeting kali ini, bagaimana?"
"Yaa.. terserah kamu saja"
Setelah melalui pembicaraan panjang akhirnya meeting selesai, Jessy sangat tertarik dengan penawaran yang di bawakan perusahaan dari Indonesia tersebut hingga ia sendiri yang mengajukan diri ingin ke indonesia.
"meeting hari ini sukses, aku akan ke indonesia dalam waktu dekat"
Mendengar ucapan Jessy Alex dan Ray tercengang. Secepat itu ??
"sebaiknya aku saja yang pergi"
"Alex disini banyak pekerjaan kau tidak bisa pergi, aku saja" saran Raymond
"Aku yang akan pergi"
"Jessy !"
"Alex please ! Disini yang tidak punya pekerjaan itu aku, hanya aku yang bisa pergi"
"Banyak dokumen yang harus kau tanda tangani, sebaiknya Raymond saja"
"Aku akan kerjakan sekarang, Ray bagaimana pekerjaanmu?"
"Aku ? Tidak banyak !"
"Kalau begitu kita berdua akan pergi"
"tapi... "
"tenanglah Alex, apa yang kau pikirkan?aku baik-baik saja, "
"baiklah aku percaya padamu"
Dengan berat hati Alex menginjinkan Jessy pergi, ia khawatir kembalinya Jessy ke Indonesia akan berdampak buruk, sebab masa lalunya yang cukup kelam, namun Alex tak bisa menahan Jessy selamanya.
"Ray siapkan tiket pesawat nya, aku akan selesaikan pekerjaanku"
Jessy berlalu dengan wajah berseri
"Jangan khawatir aku bersamanya" ucap Ray
"Iya sebaiknya aku tidak memikirkan hal yang tidak-tidak, pastikan kau terus bersamanya dan kabari aku"
"Baik !"
Semenjak Jessy memutuskan untuk ke Indonesia Alex jadi tidak tenang ia takut kenangan buruk di masa lalu menghantui Jessy. Tapi bagaimanapun ia tidak bisa memperlakukannya seperti orang sakit.
Kembali kemasa lalu saat Jessy berumur 19 tahun, Jessy adalah adalah seorang gadis yang menjadi korban pelecehan seksual oleh orang terdekatnya sendiri. dia mengalami depresi yang sangat parah bahkan sampai sekarang masih dalam pengobatan dan pengawasan dokter. Wajar saja Alex takut jika Jessy kembali ke indonesia akan membuatnya teringat masa lalunya . Selama ini Alex sebisa mungkin menjaga dan melindungi Jessy meskipun antara mereka tidak ada ikatan darah. Tapi mereka layaknya orang dekat yang melebihi sebuah keluarga, hanya Alex orang yang selalu ada untuk Jessy, hanya Alex yang mengerti Jessy.
"wahhh... Setelah Sekian lama akhirnya menginjakan kaki di indonesia"
Jessy tersenyum lebar begitu sampai di Indonesia dengan langkah ringan ia berjalan melihat sekeliling. Ini pertama kalinya ia kembali setelah kejadian yang pernah merenggut kebahagiaanya dulu.
Ray pun lega karena Jessy terlihat senang tanpa ada rasa tertekan di raut wajahnya.
"bagaimana dengan rumahnya? "
"kamu pasti suka, semua sesuai yang kamu mau "
"Benarkah? Kita pergi sekarang"
Tak sabar mereka segera menuju rumah yang selama ini tak pernah Jessy lihat, 5 tahun lalu Jessy minta Ray datang ke Indonesia untuk membeli rumah tersebut yang dilihatnya disitus jual beli. Dia sangat mengenal rumah itu jadi saat rumah itu di jual Jessy tanpa pikir panjang langsung membelinya.
"sudah sampai... "
"waaahhh.... Berbeda sekali, bahkan halaman luarnya sangat berbeda dari sebelumnya, Luar biasa. Hebat kamu Ray. "
Ray tersenyum melihat Jessy puas dengan hasil kerjanya
"ehemm saat kamu lihat di dalam akan jauh luar biasa lagi. Silahkan tuan putri... "
Rumah ini sangat besar bahkan dari pintu utama menuju ke rumah berjarak cukup jauh, di rumah ini pun sudah dilengkapi sistem keamanan yang canggih serta pengawal dari pasukan khusus yang Ray datangkan langsung dari C9, C9 adalah perusahaan keamanan milik Jessy yang bertugas melindungi Global9 dan orang VIP nya.
Jessy terpesona dengan rumah beserta isinya yang memang sesuai dengan keinginannya. Ada setitik air mata haru ia bisa berada di rumah ini setelah kejadian masa lalu yang membuatnya Depresi.
5 tahun lalu rumah ini dijual karena ekonomi keluarga seseorang sedang dibawah, bisnis mereka hancur, karena Jessy punya hutang budi pada keluarga tersebut maka ia membeli rumah ini agar seseorang bisa mengenang kenangannya suatu saat nanti.
"Jam berapa kita akan menemui programmer itu"
"Besok pagi jam 9, aku akan siapkan dokumennya, kamu istirahat saja dulu"
"baiklah aku juga sangat lelah. Kamu sudah kasih kabar Alex? "
"Iya,saat dibandara sudah aku kasih kabar, dia minta kamu supaya istirahat"
"Hahh.. benar-benar Alex, baiklah, kamu juga istirahat "
Setiap sudut rumah ini di lengkapi cctv bayangan yang canggih, terkecuali kamar Jessy, Ray hanya meletakan beberapa cctv di depan pintu dan jendela, semua Ray lakukan demi keamanan Jessy. Identitas Jessy yang sebenarnya tidak boleh terungkap, Selama ini Jessy hidup layaknya seorang wanita biasa, tak ada yang mengira ia adalah pemilik Global9. Hanya orang-orang vip yang mengenal Jessy , selama ini yang terlihat duduk di kursi tertinggi adalah Alex di perusahaan, Jessy hanya sesekali ke kantor dan selebihnya ia bekerja dirumah, sebab kondisinya yang tak menentu Jessy memilih melakukan semuanya di rumah, bahkan untuk urusan kantor, maka dari itu hanya segelintir orang yang mengetahui pemilik Global9. Dalam acara penghargaan yang sering di peroleh Alex selalu yang menerima hingga fotonya terpajang di hampir semua majalah bisnis. Jessy adalah sosok misterius di balik perusahaan Global9.
Tempat meeting sudah siap, hari ini Jessy tanda tangan kontrak kerja sama dalam pembuatan sebuah game baru, ia memilih seorang programmer terbaik diperusahaan House Game atau lebih sering di katakana HG untuk bekerja sama mengembangkan sebuah game baru yang akan menjadi pintu masuk Global9 ke dalam pasar indonesia.
Seorang pria berbahu lebar dan tinggi dengan setelan Jas melengkapi penampilannya yang terlihat sempurna,ia memasuki ruang meeting dengan senyum di bibirnya.
"Hallo... Selamat siang? "
Sapanya saat melihat Jessy dan Raymond duduk bersebelahan.
"selamat siang... "
"ohh... Saya pikir anda tidak bisa menggunakan bahasa indonesia?”
Gurau pria berkulit putih tersebut yang di sambut tawa Jessy.
"saya berasal dari Indonesia kebetulan saja saya sukses di negri orang. Perkenalkan nama saya Jessy, ini rekan saya Raymond "
"saya Marcell. Senang bertemu dengan anda. Jadi saya langsung saja, sebelumnya saya sudah menerima email kontrak tersebut untuk saya pelajari, dan saya rasa tidak ada masalah jadi saya langsung tanda tangan saja, tim saya juga senang bekerja sama dengan global9"
"terima kasih banyak, kita akan sering bertemu dalam 6 bulan ke depan"
"tim saya sudah siapkan ruang khusus untuk anda dan saudara Ray, ah bagaimana saya harus memanggil anda? agar kerja sama kita lebih maksimal jadi anda bisa datang kapanpun untuk melihat kerja tim saya. "
"Panggil kami nama saja"
"Oh benarkah? Apa tidak masalah "
"Tidak masalah, dengan begitu kita akan bisa cepat saling mengenal"
"Kalau begitu silahkan anda panggil saya dengan nama saya"
"tentu saja. Terima kasih banyak"
Kedua belah pihak telah setuju dengan isi kontrak, maka urusan kali ini selesai tanpa kendala, Jessy menyempatkan diri berkeliling melihat kantor Marcell, kantor tersebut ada di lantai 18 JK tower. Ini adalah tower tempat perusahaan berkembang.
Ketika sedang bersantai Ray menyampaikan ke inginan yang sudah lama di pendamnya . dia pun menghampiri Jessy dengan perasaan senang sekaligus gugup.
"Jessy, Sebenarnya aku ingin mengunjungi mama” ujar Ray
"jadi kenapa tidak pulang? pergilah... "
"Kamu bagaimana?"
"ayolah Ray... Jangan perlakukan aku seperti orang sakit, pergilah aku baik-baik saja, ini beli apapun buat keluargamu"
"simpan saja kartunya, aku sudah cukup banyak uang buat membelikan barang kesukaan mereka. Hahaha "
"Dasar... Baiklah sampaikan salamku buat keluargamu, dan jangan lupa bawakan sesuatu untukku saat kau kembali "
"okay "
"Jangan buru-buru kembali, kau bisa bersama keluargamu sepuasnya"
"Thanks !"
Raymond lahir di surabaya, tapi besar di Jerman, orang tuanya bercerai saat Ray berumur 15 tahun, Ray pun ikut dengan ayahnya sampai ia bertemu dengan Alex lalu bekerja dengan Jessy.
Ray berangkat ke surabaya ke esokan harinya. Sedangkan Jessy bersiap ke kantor, ia ingin lebih dekat dengan tim yang bekerja untuknya. Pagi-pagi sekali Jessy sudah bersiap dan sampai di kantor Marcell disaat semua orang siap bekerja.
"selamat pagi... !!"
Pandangan semua orang di ruangan itu tertuju pada Jessy,
"selamat pagi...! " jawab mereka kompak
"Apa kabar kalian semua? Gimana kalau kita berkenalan dulu. Mungkin kalian sudah tahu nama saya. Tapi saya bahkan satupun tak tau nama kalian. Kalian boleh duduk, saya akan ke meja kalian memperkenalkan diri dan ya.. Jeng jeng jeng.. Saya bawa kopi buat kalian semua "
Namun semua terdiam, semua tetap berdiri, mereka tak menyangka Jessy bersikap baik pada mereka, mereka saling berpandangan ini sangat berbanding terbaik dari yang Marcell ungkapkan sebelumnya
--
"Pokoknya kita harus bisa membuktikan bahwa kita layak mendapat kontrak itu dan kerja kita patut di perhitungkan oleh perusahaan besar seperti Global9. Jadi jika beliau kemari pastikan kalian tidak membuat kesalahan, mengerti !"
"Baik pak !"
--
"ada apa? Kenapa semuanya diam.. " tanya Jessy
"emmh... Maaf bu, perkenalkan nama saya Leo kepala tim project 1"
"ohh iya, saya Jessy! "
"sepertinya Bu Jessy tidak perlu menghampiri kami satu persatu, karena kami akan merasa malu,jadi alangkah baiknya jika kami saja yang memperkenalkan diri"
"tidak apa-apa, kita sama saja, kita bisa jadi teman sekarang..."
"tapi bu kami tidak enak, bu Jessy kan atasan kami"
"baiklah kalau begitu sebagai atasan kalian. Saya minta kalian semua duduk dan terima kopi dari saya, oke"
"baik bu "
Semua orang duduk dikursi masing-masing dan tentu saja mereka sangat tegang.
"saya lebih suka seperti itu. Oke kita mulai! "
Jessy menghampiri satu persatu meja dan memperkenalkan dirinya dengan sangat ceria hingga membuat semua orang nyaman.
Memperkenalkan diri kepada 30 orang karyawan cukup melelahkan namun Jessy ingin membangun sebuah persahabatan dengan timnya, cara kerja disini sangat berbeda, jika di Global9 semua karyawan bekerja dengan fokus namun santai, sedangkan disini sangat monoton. Jessy ingin membangun sebuah keluarga disini.
Nampak di balik kaca besar seseorang memperhatikan Jessy yang berusaha mengakrabkan diri pada karyawannya. Marcell memperhatikan setiap Gerakan Jessy bahkan ia tanpa sadar tersenyum dengan wajahnya yang memerah. Tanpa sengaja mereka bertatapan mata,Jessy pun menuju ruangannya dengan kopi ditangannya.
Tok tok tok...
"selamat pagi!"
Jessy menghampiri Marcell dengan senyum manis mengambang di bibirnya.
"selamat pagi..Bagaimana kabarnya? "
"agak gugup karena ini hari pertama saya bertemu dengan mereka. "
"mereka mungkin tidak sama dengan karyawan yang di Global9, jadi harap maklum, tapi mereka akan bekerja keras, jangan khawatir "
"ahh iya ini buat bapak... "
Jessy menyodorkan kopi yang ia bawa dan di terima baik oleh Marcell
"panggil marcell saja.. "
"kalau begitu panggil saya Jessy "
"tapi kan.. "
Sssttt...
Jessy mendekat tepat di telinga Marcell.
"bukankah kita juga seumuran! "
Jessy lantas pergi dengan senyuman di bibirnya, Marcell mematung hatinya bergetar tiba-tiba jantungnya berdetak sangat kencang dan sangat cepat, hingga ia tak menyadari kehadiran Leo di depannya.
"Pak Marcell.. Pak! " Panggil Leo
"ahh... Leo, ada apa? "
"ini laporan kemarin yang harus bapak cek lagi sebelum diserahkan ke tim perencanaan"
"baiklah letakan di meja.. "
"bapak tidak apa-apa kan? "
"iya. Saya baik-baik saja !"
Ruang kerja Marcell berhadapan langsung dengan ruang kerja Jessy, membentuk huruf U dan ruang tengah di sediakan untuk Ray. Hal ini membuat Marcell leluasa memandang Jessy, sebab jauh sebelum pertemuan kali ini Marcell sangat tertarik dengannya, semenjak mendapat tawaran kerja sama dengan Global9 Marcell tak henti-hentinya mencari tau tentang perusahaan tersebut, tak banyak info mengenai Jessy sebab disana tertulis pemilik perusahan dengan sebutan Kim dan selain itu tak ada info apapun kecuali Alexander yang lebih banyak tertulis disana, Marcell tak pernah menyangka seseorang yang pernah ia lihat di sebuah majalah bisnis kini ada di hadapannya. Meski tak menampakan seluruh wajahnya namun Marcell yakin wanita di belakang Alex di sebuah majalah itu adalah Jessy, Marcell terus menggali informasi tentangnya namun nihil, bahkan saat ini Marcell tak tahu Jessy adalah pemilik Global9.
Hari ini berjalan dengan sangat baik, Jessy mulai akrab dengan timnya walau masih belum hafal nama mereka Jessy sangat senang karena timnya kompak, jadi dia berpikir pekerjaan akan cepat selesai dari yang di targetkan.
Jessy sedang menelfon Alex, mereka membicarakan banyak hal, Alex senang mendengar Jessy sangat semangat dengan project saat ini, Jessy banyak tertawa di sela-sela ia menceritakan yang terjadi seharian ini. Marcell mengetuk pintu ruanganya.
"silahkan masuk... "
Jessy melihat ke arah pintu .
“Alex aku akan menghubungimu lagi, bye !”
Jessy mengakhiri dan menutup telponnya, ia melihat Marcell memasuki ruangannya.
"kenapa belum pulang? "
"sebentar lagi aku masih mempelajari pekerjaan hari ini. Silahkan pulang lebih dulu"
"saya juga sedang mengerjakan materi dasar jadi mungkin malam ini tidak pulang"
"kita masih punya banyak waktu. "
"saya biasa lakukan itu. "
"ohh baiklah. Gimana kalau kita ngopi dulu. Sepertinya di depan kantor ada cafe"
"boleh. Saya yang traktir... "
"wooo.. Oke! "
Malam ini mereka melewati malam bersama mereka sibuk mengerjakan project yang telah mereka sepakati, waktu pun terus berlalu, mereka terlalu asyik dengan pekerjaanya.
"sudah jam 2 pagi... Apa dia sudah pulang? "
Marcell menuju ruangan Jessy dan mendapati Jessy tertidur di meja kerjanya.
"rupanya dia ketiduran, apa harus aku bangunkan atau biarkan saja" gumam Marcell dalam hati.
Pada akhirnya Marcell menyelimuti badan Jessy dengan Jas yang ia kenakan.
Untuk beberapa waktu Marcell terpesona saat memandangi wajah Jessy, sejenak Marcell terpaku dengan apa yang ada di hadapanya , Mereka baru bertemu 2 kali namun Marcell sudah jatuh cinta dengan Jessy.
"auhh... Ini masih di kantor? Jam berapa sekarang? Aku ketiduran... Hah punya siapa ini? "
Jessy bangun dengan sedikit rasa sakit di tubuhnya lalu melipat jas yang sebelumnya ada untuk menyelimutinya,
Jessy bergerak cepat, terlebih dulu ia harus pulang membersihkan diri, ia mengambil ponsel dan tasnya lantas berlalu, saat melewati ruangan Marcell Jessy sempat melihat kedalam namun tidak menemukan Marcell , dia berpikir bahwa marcell pulang semalam. Namun kenyataannya Marcell pun terlelap di balik dokumen dan monitor besar yang menutupi dirinya.
Karena Jessy merasa sangat lelah, jadi hari ini ia tidak ke kantor, ia meminta Leo untuk memberi kabar perkembangan project tersebut. Selama di rumah ia menghabiskan waktu dengan bermalasan.
Tanpa terasa kerja sama Ini sudah berjalan 2 minggu. Jessy sudah terbiasa dengan tim project nya dan ia makin akrab dengan Marcell. Mereka beberapa kali makan Bersama, selain itu Marcell beberapa kali menemani Jessy mengunjungi beberapa tempat yang di rekomendasikan olehnya, dan menghabiskan waktu di kantor mengerjakan project hingga larut. Kedekatan mereka mulai nyata seiring berjalannya waktu.
Hari ini Ray kembali dari surabaya. Tampaknya pertemuanya dengan keluarga ibunya berjalan lancar. Jessy melihat Ray sangat bahagia, Ray memperlihatkan senyuman yang tak pernah Jessy lihat sebelumnya, ia pun merasa lega melihatnya.
Begitu Kembali Ray langsung menuju kantor menemui Jessy disana, ia juga sudah sangat merindukannya.
"wahh wahh.... Sepertinya ada yang sangat bahagia " celetuk
"ehh Jessy...! "
"aku perhatiin dari tadi kamu senyum-senyum sendiri. Kenapa? "
"ini mungkin tidak sopan, tapi bolehkan aku peluk kamu"
Sebelum Jessy mengiyakan Ray sudah memeluknya dengan erat. Ray memeluknya sangat erat hingga ia kesulitan bernafas, meski begitu Jessy membalas pelukannya dengan senyuman mengambang di bibirnya.
"2 minggu di surabaya itu rasanya sangat menyenangkan"
"aku rasa ini berlebihan. Hahah... Selama di sini kamu boleh sering-sering ke surabaya. Kau harus meluangkan waktu untuk ibumu"
"terimakasih. Sebagai balasannya aku akan pastikan project ini berhasil"
"aku percaya sama kamu.ceritakan padaku bagaimana kau disana"
Jessy mendengarkan cerita Ray dengan semangat mereka tertawa bersama, Ray menceritakan semua yang di lakukan selama bersama keluarga Ibunya , terutama waktu dengan Ibunya yang sangat berharga.
Ditempat lain seseorang melihat keakraban mereka dengan rasa iri hati, Marcell, sepertinya kali ini Marcell menjadi salah paham dengan melihat kedekatan Mereka berdua.
"apa sih, kamu terlalu berharap, mereka berdua sangat cocok. Lupakan, jangan jatuh cinta dengannya"
Marcell meratapi nasib cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
Wajahnya datar dengan tatapan mata kosongnya, ia juga mendesah panjang
"Pak.. Dari tadi ngelihatin Bu Jessy sama Pak Raymond? "
"Leo, sejak kapan kamu disini? "
"sudah dari tadi... Jadi dari tadi saya bicara sendiri, bapak tidak mendengarkan saya? "
"memangnya kamu bicara apa? "
"bapak dari semalam gak pulang? "
"iya, "
"bapak kerja sendiri? "
"iya, "
"bapak suka sama bu Jessy? "
"iya,... Hah. Leo, apa-apaan kamu"
"maaf, hanya memastikan! "
"itu tidak benar, tadi saya hanya sekedar jawab saja"
"saya lihat sih benar.. Benar kan? "
"keluar sekarang...!! "
Gertak Marcell yang mulai menyadari bahwa Leo berusaha menjebaknya
"baik baik. Leo dukung pak! Semangat ya "
"keluar sana. Cepat kerja! "
Marcell dan Leo memang berteman dekat, Leo sendiri merupakan juniornya nya di kampus dulu, semenjak saat itu mereka berteman hingga sekarang. Leo adalah orang yang paling tau tentang Marcell karena Leo adalah orang paling dekat dengannya.
Selama project ini berjalan kesempatan untuk lebih dekat sangat tidak di ragukan lagi, setiap harinya Marcell semakin jatuh cinta dengan Jessy yang selalu membuatnya nyaman.
Suara tawa bahagia menggema di ruangan Marcell, sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang lucu, hingga Jessy tertawa terbahak.
Tok tok tok...
"sudah waktunya makan siang" ujar Ray menghampiri Jessy
"oh.. Iya. Kita makan bertiga saja. Ayo Marcell" ucap Jessy
"gak apa-apa aku gabung dengan kalian?"
"enggak apa-apa, malah makin ramai makan siangnya. Ayo aku yang traktir "
Mereka pergi bertiga, selama pergi banyak hal yang terjadi yang menciptakan persaingan antara Ray dan Marcell. Seperti saat keluar dari ruangan Marcell. Marcell dan Ray berebut membukakan pintu untuk Jessy, juga saat menaiki lift dan terus berlanjut hingga mereka makan siang, saat Jessy bingung menggunakan garpu atau sumpit untuk makan .
Marcell memberinya sumpit sedangkan Ray memberinya garpu. Namun akhirnya Jessy makan menggunakan sumpit, melihat hal itu Ray menjadi kesal dan membuat pandangan aneh pada Marcell, Marcell tau bahwa Ray tidak begitu menyukainya, karena dekat dengan Jessy. tapi dia merasa ada dorongan dalam hatinya bahwa ia harus lebih dekat dengan Jessy, dia sudah benar-benar jatuh cinta padanya.
Meskipun Jessy merasa ada yang aneh dengan mereka berdua namun ia berusaha bersikap netral dan mencairkan suasana yang mulai menegang.
"Selesai makan siang, aku harus pulang dulu. Ada kerjaan .."
Ujar Jessy karena mulai lelah dengan sikap mereka berdua yang selalu merebut perhatiannya.
"aku antar " jawab Marcell dan Ray bersamaan
"waahhhh... Ada apa kalian. ?? "
"aku akan mengantarmu" ujar Ray yang langsung menggenggam tangan Jessy
"tidak Ray. Aku bisa pulang sendiri, kalian akan ada meeting nanti. Aku duluan ya "
Ray dan Marcell saling bertatapan, setelah Jessy melangkahkan kakinya pergi.
"aku rasa kamu mulai mendekati Jessy" celetuk Ray yang kemudian di jawab Marcell dengan tersenyum
"bukankah seharusnya jika ada yang bertanya kau harus menjawab" tanya Ray sekali lagi
"aku rasa kita tidak sedekat itu untuk membicarakan masalah ini" jawab Marcell singkat
Ray memandang Marcell tajam 'what !! Pria sialan ini benar-benar membuatku kesal'
"Aku duluan !"
Marcell berlalu, Ray tak bisa menyembunyikan wajah kesalnya dia bahkan membanting sendoknya di atas meja dengan kemarahan
"wahhh... Hey!! Wahh liat siapa dia, berani sekali dia begitu, dia pikir siapa dia?? " ucap Ray geram
Dengan penuh kekesalan Ray kembali ke kantor melanjutkan pekerjaanya , tentu saja bersama dengan Marcell .
Jessy rupanya sedang menyiapkan suatu bisnis dan dia sedang membahasnya dengan Alex, dalam waktu dekat Alex akan ke indonesia untuk melihat peluang bisnis yang di bicarakan Jessy akhir-akhir ini.
"Ray, jangan lupa jemput Alex di bandara" Ujar Jessy mengingatkan
"Alex kesini? Kapan"
"iya, kita akan membahas bisnis baru, dia akan menghubungimu saat kemari "
"bisnis apa? " Tanya Ray dengan penasaran
"ini hanya pemikiranku saja, aku ingin buka cafe, tempat ngopi gitu, sepertinya disini punya peluang bagus"
"coffee J mau kamu bawa kesini? "
"iya, aku lihat anak muda sekarang suka sekali dengan idol korea , drama korea, apapun itu tentang korea, aku sudah survei dan hasilnya memang jaman sekarang lagi demam tentang korea, bagaimana menurutmu"
"Aku rasa bagus juga, kita punya waktu 6 bulan buat memantau project sekarang, tapi selain itu kita tidak punya kerjaan lain, jadi menurutku menambah bisnis itu hal bagus"
"bagus, jadi kamu setuju? "
"tentu saja aku setuju"
"baiklah, buka sebanyak yang kamu bisa"
"aku? " Ray menunjuk dirinya sendiri
"tentu saja, kamu orang yang paling bisa mencari tempat usaha, secepatnya kamu harus dapat tempat itu "
"di dalam mall? "
"bisa juga. Baiklah aku harus mulai pekerjaan ini"
Jessy sangat bersemangat dengan bisnis yang akan dia jalani nanti , dia mempersiapkan semua yang di perlukan tanpa terkecuali dengan bantuan orang-orang kepercayaannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!