"DASAR TUA BANGKA SIALAN, awas saja kalau kau bertanya lagi ada menu apa saja di open kitchen hari ini ku tusuk mata keranjang mu itu..! "
Azze hanya bisa menggerutu di dalam hatinya sambil berusaha tersenyum manis di depan seorang lelaki paruh baya berbadan besar dan bemata sipit khas Chinesse yang sejak tadi menyita waktunya. Pria itu tidak kunjung mengatakan apa yang ia inginkan untuk menu breakfast yang akan ia pesan, pria tua itu hanya sibuk menggangu Azze dengan terus terusan bertanya.
"hmmm, kalau omelette pakai paprika enak tidak? "
Pria tua itu mencondongkan tubuhnya kedepan etalasebEgg Corner dimana Azze berdiri dibaliknya. Kepala plontos, wajah bulat kemerahan dengan tahilalat di pipi kanan dengan kedipan mata genit sungguh membuat Azze kesal.
"Enak, pak. "
Azze masih berusaha tersenyum manis dihadapan pria tua itu.
"Mmm... kalau omelette pakai jamur champignon enak tidak? "
"TENNNTU SAJJA ENAK PAK.."
Azze menjawab dengan senyum terpaksa sambil menggertakkan giginya. Satu tangannya yang sejak tadi ia sembunyikan dibawah meja, mencengkram sebuah teflon penggorengan. Jika saja tidak ramai saat itu, mungkin teflon itu sudah menghantam kepala berkilau layaknya lampu taman di depan nya.
"ayolah tuan, kami juga ingin memesan"
"adduhhh lama sekali.... pesan telur saja selama ini"
Para tamu hotel yang ikut antre di depan Egg Corner ikut kesal menunggu pak tua itu memesan, hingga sebagian orang memutuskan untuk tidak jadi memesan dan banyak dari mereka memilih untuk langsung mengambil makanan di area buffet yang tersedia.
"iya iya, sebentarr tidak sabaran sekali.. mmmm nona cantik... kalau omelette pakai.. "
"Mau bapak request pakai, paprika, jamur, keju, sosis, wortel, toge, timun, kangkung, obeng, paku, palu, Enakkk... enakk pak".
" Aduhhh nona cantikk bicara nya kok kasar sekali, saya kan cuma bertanya. Yaa sudah omelettenya terserah nona cantik saja mau dibuat kaya apa. Sekarang saya minta nomor handphone nya bolehhh? kamu cantik sekali saya suka.. semalam berapa? "
pria tua itu melontarkan kalimat menjijikan itu sambil mengedipkan sebelah matanya.
Azze sudah tidak sanggup menahan amarah yang sejak tadi ia tahan. Azze keluar dari Open kitchen lalu menarik kerah baju si tua mata keranjang itu.
"Kauuu... kauuu berani melecehkan aku hah? ku tendang kau brengsek. Aku sudah berusaha menjaga sikapku ya, tapi kau sendiri yang memaksaku melakukan hal ini... Rasakan!!! "
Azze menendang anu si pria tua itu, hingga dia jatuh tersungkur memegangi area sensitif nya.
Nah, hal itulah mengapa Azze tidak pernah mau dan tidak pernah diberi schedule untuk stand by di Open kitchen, khusunya Egg Corner yang setiap hari saat breakfast harus berhadapan dengan tamu dan selalu tersenyum saat menerima pesanan juga memasak di depan banyak orang. Azze sangat mudah marah dan tidak suka basa basi, dia tersenyum hanya diperlukan dan hanya di hadapan orang yang dekat dengannya.
Akibat keributan itu, para tamu yang semula menikmati breakfast tiba-tiba beranjak dan berkerumun penasaran dengan apa yang terjadi disana. Seorang pria berkemeja maroon berlari menghampiri Pusat perhatian itu. Diikuti dua pria berseragam hitam putih layaknya waiter.
"aaaa... dasar jalang sialan..!! "
"Ada apa ini..., Azze apa yang kau lakukan? kau memperlakukan tamu hotel seperti ini? "
Pria berkemeja marron dengan nama Rudy Fnb Manager yang tertera di name tagnya itu segera menolong pria tua itu untuk bangkit. Amarah tersirat dari wajah nya.
"Aku tidak akan menyerangnya jika dia tidak melecehkan ku duluan,... sini kau bajingan tua..!!! dasar kodok birahhiiii kau sialan!!! "
"Azze.. Azze.. hentikannn aduhh"
"Ahhhh tolong akuuuu... "
Azze berusaha meraih si tua bangka, dia belum puas menendang anu si pria tua itu. Azze masih sangat kesal dengan kalimat pelecehan yang pria tua itu lontarkan.
"KEMAARIII KAUUUU KODOK BIRAHII SIALANN"..
*buggg buggg *plakk
Azze berusaha memukul, menendang, menjambak bahkan Azze lupa pria tua itu botak, gadis itu dibutakan oleh amarah. Para tamu yang ada disitu ikut membantu melerai mereka. Namun, walaupun Azze seorang wanita tapi dia sangat kuat, hingga agak kewalahan menghentikannya.
"Azze... azze hentikann kubilang hentikann! Azzevanya"
"Kemariii kauuu siallannn!!! kau pikir aku jalang hahh... ini makannnn pukulan nku... "
Azze tak hentinya berusaha meraih si pria tua, Rudy yang menghalangi pertikaian itu sudah tidak berbentuk lagi. Kemeja yang ia kenakan sudah terbuka 3 bagian kancingnya rambutnya sudah terjambak Azze, wajahnya pun ikut menerima pukulan keras Azze.
"ANNTONNN cepat panggil Pak Hussen!! hanya dia yang bisa menenangkan wanita gila ini.. cepat"
"Baik pakkk.. "
Anton adalah salah satu OB yang ikut meleraikan pertikaian Azze dengan si pria tua. Dia bergegas memanggil Pak Hussen yang tak lain adalah Executive Chef hotel itu hanya Pak Hussen lah orang yang akan didengar oleh Azze.
Beberapa meter sebelum memasuki hot kitchen Aroma bumbu rempah menyeruak dari sana. Anton berlari masuk kedalam Hot kitchen, suara dentingan alat masak yang saling bersautan memenuhi seisi ruangan. Saat anton masuk kesana terasa seperti dua alam yang berbeda, seketika hawa panas mengelilingi tubuhnya.
"haahh, hahhh... Mmm.. Pak Hussen.. ada Pak Hussen? ekhhmmm haahh... hahhh Azzevanya.. "
Anton berteriak memanggil pak Hussen, sambil terengah kelelahan karena berlari tadi. Semua staff di kitchen tersebut seketika menghentikan aktivitas mereka.
Pak Hussen muncul dari sebuah ruangan khusus seperti penyimpanan bahan kering. Sambil memegang sebuah buku bertuliskan stok opname.
"Ada apa ton?? "
"Azze.. Pak.. azze.. Eta pasea jeung bapak bapak cina.. "
"HAHHH.. apa? "
Pak Hussen tidak mengerti dengan yang dibicarakan Anton tadi.
"Etta aduuhhh si Azzevanya itu teh paseaaa tuh apa ya.. oh bertengkar sama bapak bapak siga cina"
"Azzevanya bertengkar dengan singa cina? hah dimana. Bagaimana bisa??? maksud kamu apa..? di hotel ada Singa cina??"
"aduhhh saness.. ehh lainnn.. bukann hayu pak.. "
Anton menggaruk kepalanya yang tidak gatal bingung cara menjelaskan nya karena dia memang berasal dari pedalaman Jawa Barat.
"hayu, siapa hayu.. "
Pak Hussen tetap tidak mengerti apa yang dikatakan Anton.
Dan yang lain, yang berada di kitchen itu hanya tertawa menyaksikan kekonyolan yang terjadi di hadapan mereka. Tanpa ada yang berniat meng-translatekan apa yang dimaksud oleh anton padahal disana ada Wawan yang sama-sama berasal dari Jawa Barat.
"ahhh pokona mah hayuuu pak.. "
Anton spontan menarik tangan Pak Hussen karena sudah tidak ada waktu lagi.Apalagi jika harus menjelaskan apa yang terjadi saat ini di Restoran Hotel.
"Hey.. jelaskan dulu main tarik saya kamu! "
protes Pak Hussen
"nanti si bapak, ninggal sorangan aja we"
"hahh sampai ada yang meninggal juga?? ".
" heeeuuuuuu aduhhh"
Anton sudah menyerah, mereka berdua berlari menuju restoran hotel.
Tak berapa lama, akhirnya Anton dan Pak Hussen tiba di restoran hotel. Pak Hussen segera ikut melerai pertikaian Azzevanya dengan si pria tua itu.
"Azze sudah, sudah hentikan...! "
Pak Hussen berdiri dihadapan Azze sambil menahan kepalan tangan Azze yang terlihat mungil tapi sangat keras.
"Aduuhhhhh bu'uk abiiii ieuu teteh!!!! "
Anton yang ikut melerai pun akhirnya ikut menjadi korban seperti Rudy, rambutnya terjambak keras oleh Azze hingga tercabut beberapa helai.
"AZZEVANYA!!! SUDAH HENTIKAN"
Suara menggelegar yang berasal dari pak Hussen sukses membuat Azze berhenti seketika dari aksinya. Si pria tua yang berlindung di balik tubuh Rudy tampak masih ketakutan. Jangan tanya bagaimana penampilan Rudy, dia terlihat sangat amburadul dengan name tag yang lepas, beberapa kancing yang sudah copot dan hilang entah jatuh kemana, rambut yang acak acakan, dan sudut bibir yang berdarah. Rudy berjalan lunglai meninggalkan orang-orang disana untuk berdiri di depan cermin dekat wastafel. Dia amat terkejut dengan penampilannya yang sekarang.
"ASTAGAAAAA, APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU AZZEVANYA!!! ".
Azze hanya berdiri terengah-engah dengan sorot mata tajam, dia tampak belum puas. Rasanya dia ingin menghabisi pria tua mata keranjang itu.
Rudy melangkah berjalan kembali ke arah mereka. Sekarang otaknya sangat mendidih melihat kelakuan fatal Azzevanya. Rudy menggulung lengan bajunya lalu menunjuk Azzevanya tepat di dahinya.
"AZZEVANYA!! KAUUU...!!!!!! AKAN KU ADUKAN KAU KE GENERAL MANAGER BAHWA KAU HARUS DIPECAT KARENA ULAHMU MEMUKULI TAMU HOTEL TANPA ALASAN.!!! "
"APPPPA?? TANPA ALASAN, TAPI DIA MELECEHKAN KU DENGAN KALIMAT TAK PANTAS PAK!!! MASA AKU HARUS DIAM DIPERLAKUKAN SEPERTI ITU.... "
Azze tidak Terima dirinya disalahkan secara sepihak.
"Tunggu.. jangan saling menyalahkan dulu. Kita harus mendengarkan kronologi sebenarnya seperti apa. Memangnya apa yang dia katakan padamu nak? "
Pak Hussen mencoba mendinginkan suasana.
"Diaaa!!! si pria tua mata keranjang itu terus menganggu ku dengan sikapnya yang genit, aku mencoba menahan amarah tapi semakin ku biarkan kegenitan nya semakin menjadi bahkan dia bicara dengan kalimat tak pantas padaku. Dia meminta nomor handphone ku dan bilang berapa harga ku untuk semalam!!!!!! "
"Bohongggg!!! wanita itu berbohong.. aku tidak mengatakan hal seperti itu. dia bohongg!! aku hanya akan memesan tapi dia tiba-tiba memukul ku dengan keras!! "
Si pria tua memotong perkataan Azze dengan membela dirinya bahwa dia tidak seperti yang Azze katakan.
"KAUUUU.!!! KEMARIII KAU DASAR BAJINGANNN TUAAAA!!! KODOK BIRAHI!!! SIALAN"
Azze yang tidak Terima dengan pembelaan dari si pria tua, Tiba-tiba kembali ingin memukulnya namun dihalangi oleh Pak Hussen.
"Sabarr nak sabar!! ,apakah ada saksi mata
saat bapak ini melontarkan kalimat yang melecehkan Azze? "
Tanya Pak Hussen pada orang-orang yang berada disana, tamu-tamu lain yang awalnya hanya menikmati makanan, namun sedikit terganggu dengan pertikaian itu hanya bisa saling pandang.
"saya melihatnya pak. "
seorang pria bersetelan militer Angkatan Darat yang tadi berdiri tepat di belakang pria tua itu dan menegurnnya karena lama memesan angkat bicara.
"ya saya juga melihat dan mendengar bapak itu bicara tidak sopan pada nona itu"
Sambung tentara itu.
"iya, saya juga mendengarnya. Sudah tua masih ganjen hey, pak ingat umur. Tambah amalan malah tambah dosa. Ingat istri.. anak dirumah.. lapor polisi saja nona.. Security!!! "
seorang wanita paruh baya bergaya modis dengan sanggul khas ibu pejabat juga ikut angkat bicara membela Azze.
"Mme.. meee reka semua bohong. Wanita itu yang melakukan kekerasan secara tiba-tiba padaku!! yang harus ditangkap itu dia.. bukan saya!! "
pria tua itu masih saja membela dirinya padahal semua bukti sudah jelas bahwa dia melecehkan Azze.
"SECURITY!!!!! SECURITY..!!! BAWA DIA. DAN HUBUNGI POLISI"
pak Hussen sangat emosi saat tau bahwa pria itu benar-benar melecehkan Azze. Kalau saja bukan di tempat bekerja. Mungkin pria tua itu sudah babak belur ditangan Pak Hussen.
Dua orang Security menghampiri mereka dan menyeret pria tua itu.
"Ayo ikut kami pak.. "
"berani kalian melakukan ini padaku, saya kenal hukum kaliann ingin dipecat hah!!!.. awasss kaliannn"
Rudy masih nampak tidak senang, walau bukti sudah terkuak. Dia Berjalan menjauh meninggalkan Restoran sambil mendengus kesal. Pak Hussen menenangkan Azze yang masih kesal akibat kejadian tadi. Sedangkan Anton mengusap kepalanya yang masih terasa sakit akibat jambakan keras Azze. Bahkan Anton sampai menitikkan air mata saking perihnya.
"Ampunnn si teteh, kepala saya meni nyeri kieu"
"Maaf Ton, salah siapa kau berusaha menghalangi ku, Nanti aku belikan rokok".
Azze meng iming-imingi Anton dengan imbalan rokok sebagai permintaan maaf padanya.
" Sudah, Ayo kembali bekerja. dah ton.. Yang berbohong disini tuh kamu. Katanya Ada singa cina ada yang meninggal.. mana? pembohong".
Pak Hussen pergi meninggalkan Restoran bersama Azze. Anton yang mendengar tuduhan Pak Hussen hanya bisa berekspresi bingung.
"Kok jadi saya yang salah... huhhh eta mah si bapak we bahasa Sunda wae teu ngerti.. payah"
Semua tamu kembali menikmati breakfast dengan santai, karena masalah sudah kelar. Semua kembali ke aktivitas pagi masing-masing.
"Apa masalahnya sudah selesai? Pak, Kak Ze? sebenarnya apa yang terjadi sih.. aku ingin ikut lihat tapi piring kotor banyak sekali.."
Saat Azze, dan Pak Hussen memasuki Hot Kitchen semua orang disana penasaran dengan pertikaian tadi. Terutama Rian si anak bawang, iya dia adalah seorang dishwaser, dia baru menginjak usia 18 tahun menjadi yang termuda di kitchen dan si paling kepo di setiap masalah orang disekitarnya.
"Sudahlah bocah, aku lelah tau.. huuu selalu kepo. "
Azze mengambil segelas air, karena tenggorokan nya sangat kering akibat terlalu banyak mengeluarkan teriakan dan makian tadi.
"Gimana pak, beneran ada singa cina di depan? seperti yang si Anton bilang? "
Deni tak kalah kepo dari si bungsu. Dia adalah Chef pastry di sana.
"Lainnnnn, ehhh bukan.. Tadi itu si Anton bilang Siga Cina itu kalau di bahasa Indonesia Seperti Cina... bukannya Singa Cina..! "
Wawan memberi penjelasan tentang perdebatan antara pak Hussen dan Anton beberapa waktu yang lalu.
"Tapi kan tadi katanya ada yang sampai meninggal juga kan ya..?! bener itu pak? . "
Susi, juga ikut penasaran. Dia adalah Cook helper disana. Dia bertanya sambil menggenggam sebuah terong berukuran besar.
"Hahh siapa yang meninggal Pak? kok aku tidak tau. aku kan tadi ada di depan juga.!? jadi selain aku yang bertengkar tadi ada yang meninggal juga di restoran tadi"
"INALILLAHI!! "
serempak dari Azze, Susi, Rian, dan Deni.
Azze pun malah jadi ikut bertanya penasaran, sedangkan Pak Hussen terlihat bingung dan Wawan yang sebenarnya mengerti apa yang terjadi malah lebih bingung.
"Adduhhh sanesss eh bukan ah ribet, tadi si Anton juga bilang Ninggal itu Liat.. bukan meninggal Pak.. "
"Lahhh kamu juga tadi bukannya bantu translate ucapan si Anton malah diam saja.. "
"ya maaf Pak,... "
Pak Hussen menyalahkan Wawan yang diam saja saat Anton menjelaskan apa yang terjadi menggunakan bahasa Sunda yang tidak semua orang disana mengerti.
"Ohhh jadi gk ada yang meninggal nih? "
sambung Susi.
"Yahh tidak ada lah.. tadi itu saat aku stand by di Egg Corner di Open kitchen Ada bapak-bapak Chinesee bulat, botak, genit. Ganggu dan menyita waktuku dengan menanyakan menu terus menerus. Padahal kan Menu Open Kitchen sudah terpampang jelas di Banner. Aku berusaha sabar kan dan tetap profesional. Dia terus saja seperti itu, tamu yang lain sudah menunggu lama dalam antrian untuk memesan. Ehh ditegur malah Tidak Terima, Dia lanjut memesan tapi dia juga melontarkan kalimat yang seperti melecehkan ku. Awalnya dia tanya kalau omelette pakai ini enak tidak, kalau omelette pakai itu enak tidak. sampai saat aku kesal aku sedikit membentaknya dengan nada tinggi dia bilang ya sudah buatkan tapi sekalian minta nomor handphone dan bertanya harga ku untuk semalam berapa... memang dasar bajingan..!!! kodok birahi sialan!!! ".
Azze menjelaskan kronologi kejadian itu pada mereka sambil meraih terong yang lumayan besar dari tangan susi lalu membelahnya dengan tangan kosong saking kesalnya. Mereka semua menyimak Cerita Azze dengan serius
" Aduhhh linu itu Ze.. Ze.. "
Tubuh Deni bergetar ngilu saat Azze berhasil mematahkan Terong itu.
"Kalau saja tidak ada yang menghalangi ku, mungkin anu nya si kodok birahi sudah bernasib sama seperti Terong ini.. "
Azze menaruh terong yang sudah terbelah menjadi dua itu diatas meja.
"Tuh kan Wan, kalau saja kau yang mau jaga open kitchen tadi tidak akan terjadi hal buruk. Mana ada yang akan menggoda kalau kau yang jaga kan.!! "
Deni tiba-tiba memukul punggung Wawan, dia pikir ini semua terjadi akibat Wawan yang tidak mau menggantikan Galang seorang Cook yang harusnya dapat schedule untuk stand by di open kitchen hari ini, dia berhalangan hadir karena sedang Diare parah.
Tapi Wawan yang sedang malas akhirnya digantikan Azze, karena hari itu Azze datang agak terlambat dan prepare pagi sudah semua staff kitchen handle.
"Gara-gara kau, aku jadi bertemu Kodok birahi sialan. Akkkhhhh!!! hari ini hari yang buruk.... "
Azze meninggal kan mereka semua, pergi menuju dry store.
"Lahhh kenapa jadi saya ini... "
"A Wawan sih, banyak malasnya.. "
Rian menepuk pundak Wawan dengan ekspresi menyebalkan.
"Berani kau anak bawang!! awasnya maneh.. "
"Hahay, kapan lagi ikut menyalahkan senior... kaburrrr"
Rian berlari meninggal kan Wawan yang masih kesal.
"Sudah ayo kerja lagi, lunch nanti Direktur Pengembangan Hotel akan datang. Kita harus menyajikan one set lunch dish dari mulai Appetizer, Soup, Main course dan dessert. Dan kamu Wawan awas kalau Malas... dan malas lagi!!. "
Pak Hussen kembali ke ruang dry store untuk melanjutkan stok opname bulanan. Dan staff kitchen lain mulai prepare untuk lunch nanti.
"Gimana pak, semua sudah ready?, apa yang harus aku kerjakan? ".
Azze bertanya pada pak Hussen sambil memakai apronnya kembali.
" Paling , Appetizer hanya tinggal finishing, semua sayuran untuk Caesar salad sudah dibersihkan disimpan di chiller. Ayam fillet sudah di saute. Untuk Soup, tadi aku sudah menyuruh Susi untuk merebus kepiting dan jagung, kalau-kalau ada yang alergi seafood jadi bisa diganti dengan corn sup. Lalu Dessert, Deni sudah menyiapkan Basque Burnt Cheesecake dan Chocolate Tiramisu. Hanya tinggal Main course saja. Karena Direktur kita Orang Eropa Jadi lebih baik cari aman saja dengan hidangan Western. Terserah mau kau yang buat tidak apa-apa Ze, Aku masih butuh banyak waktu untuk Stok opname. Apa tidak masalah? "
"Pak kau seperti baru kenal aku saja, aku cinta mati dengan hal yang berbau memasak. Jadi serahkan padaku... "
"Itulah kenapa kau menjadi murid favorit ku saat di Bangku Kuliah dulu... aku suka semangatmu. "
Kedekatan Pak Hussen dan Azze berawal saat Pak Hussen menjadi dosen di perguruan tinggi yang Azze tempuh, dia menjadi murid favorit Pak Hussen karena keterampilan nya dalam hal memasak, entah itu hidangan oriental, Western ataupun Indonesia. Azze juga menguasai segala teknik memasak . Dan Azze juga adalah orang yang pantang menyerah dan sangat suka belajar hal baru. Hal itu lah yang membuat dia menjadi lulusan terbaik saat di bangku kuliah dulu.
"Oh iya Pak, one set lunch itu untuk berapa pax kah? "
"Kurang lebih 30 orang, lebih baik lebih dari pada kita membuat kurang kan. "
"Baiklah kalau begitu, aku kembali ke kitchen"
"Oke, Thank's Azze, aku percaya padamu!! "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!