"hei apa kalian tau, ada murid pindahan ke kelas kita lho dia cowok, kata orang sih ganteng banget"
"iya, aku juga dengar juga katanya dia orangnya pinter"
Obrolan dari sekelompok gadis yang berkumpul di penjuru kelas. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi kriiiiing.... Kriiiing. Seisi kelas heboh mereka duduk d kursinya masing masing.
Guru masuk dengan membawa buku absen siswa, dan berdiri di depan kelas.
"baiklah anak anak, hari ini kalian akan kedatangan teman baru di kelas X ini..... Ayo masuk" ujar guru menyuruhnya masuk.
Reza membuka pintu, berjalan perlahan ke depan kelas, dengan rambut biru langit, kulit putih dan postur badan yang tinggi dan berisi. Tak ada gadis yang tak berteriak riang melihatnya. Tapi tidak dengan Mawar, Mawar Nadira Dhiavidya. seorang gadis paling cantik yang duduk di paling belakang, ia terkejut saat Reza memasuki ruangan.
"mengapa dia bisa pindah ke kelas ini" gumamnya terkejut.
"Reza perkenalkan dirimu pada teman sekelasmu" ucap guru.
" baik pak....... Perkenalkan nama saya Reza Devadra Vidyasagara, panggil saja Reza" ucapnya memperkenalkan diri dengan wajah yang datar.
"baik Reza kamu bisa duduk dii...... nah di situ, di samping nak Mawar" ucap guru menunjuk barisan yang kosong.
Seketika Reza menjadi pusat perhatian, Reza duduk di kursinya.
"Reza kenapa kau bisa pindah ke sini bukankah kau sekolah di luar negeri ti tempat ayahmu bekerja?" Tanya mawar memalingkan badanya.
"oh Mawar senang bisa bertemu dengan mu lagi.... Aku dipindahkan ayah ku ke mari" jawabnya.
Dari arah belakang, dari bangku sebelahnya ada yang memanggilnya.
"hai Reza namaku Calvin senang bisa berkenalan denganmu" ucapnya mengulurkan tangan,
Reza yang melihatnya segera mencengkram hangat uluran Calvin.
"ya senang berkenalan denganmu" jawan Reza malu.
jam pelajaran itu tak kondusif, gadis gadis terus berisik mereka membicarakan Reza si murid baru. setelah 2 jam peljaran selesai, lonceng tanda istirahat berbunyi.
Saat guru sudah keluar dari ruang kelas, mereka dengan cepat menghampiri meja tempat Reza berada.
"hai Reza namaku.........., kenapa warna ramburmu biru Reza............, apa kau mengecatnya.......,Bagaimana kau merawat kulitmu.........., wajahmu sangat mulus............, darimana asal sekolahmu Reza.........." ucapan mereka yang bergerumbul di sana, Reza dengan wajah Datarnya hanya kebingungan merasa risih dengan suara bising itu.
"sudah sudah sudah... Sekarang waktunya istirahat, sana, sana ,sana" ujar Mawar berdiri tegak mengusir mereka.
Perlahan gerumbulan itu berkurang, dan akhirnya mereka pergi.
" huuh... Maaf ya, biasa mereka jarang ngelihat orang cakep" ucap Mawar.
"hah... Maksudmu semua cowok di sini jelek?" jawab Calvin kesal.
" yaaa.... itu udah tau, ada buktinya juga kan" jawab Mawar sinis.
"sudah, sudah, perutku sudah lapar, aku belum tahu kantin di sini" ucap Reza mencoba menenangkan
" oh maaf, ayo aku antar" ucap Calvin.
"iya makasih, eh Mawar gak ikut sekalian ke kantin?" tanya Reza
"nggak, aku sudah bawa bekal sendiri nanti ku makan di kelas" jawab nya sembari tersenyum
" ya sudah kami duluan" ucap Reza
......................
Saat mereka berjalan di lorong sekolah menuju kantin yang ramai. Berbincang sedikit dengan beberapa pertanyaan.
"Reza aku penasaran mengapa rambutmu itu berwarna biru, itu sangat indah, apa kau mengecatnya?" tanya Calvin penasaran.
Me
"oh rambut ini, aku juga sebenarnya tidak tahu tapi rambutku sudah biru sejak lahir" jawabnya
"mungkin karena genetik?" tanya Calvin kembali
"entahlah aku tidak tahu" jawabnya lagi.
Di tengah perbincangan itu seseorang muncul di hadapan mereka, memakai jas biru dengan kancing yang dilepas dan baju seragam yang di keluarkan.
" hei kamu yang berambut biru!" teriak nya dari belakang.
Reza dan Calvin yang mendengarnya noleh ke belakang. Laki laki itu menghampiri mereka yang terlihat bingung.
"Rambutmu telah menyalahi aturan, warna biru gitu kamu mau bergaya apa!" teriak lali lali itu.
Dengan raut wajah yang datar Reza bertanya.
"Calvin itu siapa ya?" tanya nya polos
"dia kak Rafael, anak osis" jawabnya berbisik.
"heh!... Kok malah berbisik bisik, sini ikut saya ke ruang BK biar kamu jera" ucapnya dan menarik tangan Reza dengan kasar pergi.
Calvin yang khawatir mengikuti mereka, mencoba melepaskan cengkraman Rafael dan terus memberikan alasan, "rambutnya sudah bawaan lahir"
Tapi Rafael tak memperdulikannya ia terus menarik tangan Reza. Namun Reza sama sekali tak ber ekspresi, dengan wajah datarnya ia terus megikuti ke mana tanganya ditarik.
Mereka akhirnya sampai di depan ruangan. Terlihat guru duduk memegang penggaris kayu panjang.
"Ada apa ini? Tanya guru dengan mata sinis.
"ini pak ada siswa yang melanggar aturan!" ujar Rafael mendorong Reza.
"jadi aturan apa yang kamu langgar" tanya guru, berdiri tegak berbadan tinggi dan besar, dengan aura mengintimidasi.
Calvin yang ketakutan, kakinya gemetaran bersembunyi di belakang Reza.
"lihat rambutnya berwarna biru pasti ia mengecatnya dengan sengaja" jawab Rafael kesal.
"jadi begitu... Kau mengecatnya dengan sengaja ya, itu pelanggaran yang cukup parah" ucap guru mengangkat penggarisnya yang panjang dan besar.
"Saya Reza pak, murid pindahan. Dan rambut saya sudah begini sejak lahir" ucap Reza dengan wajah datarnya.
"hmmm bisa kamu buktikan bahwa itu benar?" tanya guru.
"saya membawa foto masa kecil saya, mungkin ini bisa meyakinkan bapak" ucap Reza mengeluarkan foto masa kecilnya dari saku celana. dan memberikannya pada guru itu.
" hmm mungkin kau benar, kau bisa kembali lagi ke kelas" ucap guru memperhatikan foto itu dengan baik.
"kenapa pak sudah jelas dia menyalahi aturan, kenapa gak di botakin aja pak" protes Rafael.
" Rambutnya sudah begitu sejak lahir, meski sangat langka, tapi poto ini membuktikannya, rambutnya sudah berwarna biru sejak kecil selain itu saya tak melihat pelanggaran lain..... Namun sepertinya ada pelanggaran yang kamu perbuat, baju yang dikeluarkan, memakai kalung dan gelang. Serta memakai jas OSIS tanpa persetujuan..... Sepertinya kamu yang harus disiplinkan di sini"
Ucap guru, dengan muka yang memerah dan sebilah penggaris ditangannya ia kemudian mengejar Rafael berlarian di sepanjang lorong.
" huuuffff takut banget, badanya besar banget" ucap Calvin yang gemetaran serta bercucuran keringat dingin.
"hmm sepertinya beruang itu sedang mengejar ayam lepas" ucap Reza dengan wajah datarnya.
"Reza bisa bisanya kamu tenang tenang saja! Dia guru paling galak di sekolah ini, memangnya kamu gak takut" ucap Calvin yang geram dengan tingkah Reza.
Reza yang mendengarnya hanya menoleh dan berkata, " hmm buat apa panik, itu tak akan merubah keadaan, takut pun tak guna itu tak bisa menyelesaikan masalah"
Calvin yang mendengarnya hanya terdiam tak berkata.
"eh cepet waktu istirahat sebentar lagi nanti gak bisa istirahat lagi" ucap Calvin panik.
Calvin kemudian akan berlari, tapi baru saja melangkah, bel masuk berbunyi.
"TIDAAAAAAKK" teriak Calvin kesal
Mereka kemudian terpaksa masuk kelas dengan perut kosong, melanjutkan pelajaran dengan lesu. Karena tak ada jam istirahat hari itu mereka terpaksa kelaparan hingga bel pulang berbunyi
Di pagi hari yang cerah, sinar matahari menembus kaca jendela, menyoroti Reza yang memeluk kepalanya di atas meja, menyilaukan matanya. Pintu kelas terbuka, Mawar berdiri di baliknya.
"waaah kamu sudah datang sangat pagi sekali Reza" ucap Mawar berjalan ke bangkunya.
"hehehe.... Iyalah anak rajin" jawab Reza terbangun, menegakkan tubuhnya.
"tapi penjaga sekolah baru juga datang dan langsung membukakan gerbang yang terkunci untuku. Lalu darimana kamu masuk?" tanya Mawar.
Reza yang mendengar itu terkejut dengan muka datarnya dan mulai menjawab dengan ragu "e.. Ada gerbang yang bolong di belakang dan aku masuk dari sana"
"kau tidak bisa berbohong padaku dengan wajah datar itu... Apa kau tidur di sekolah lagi? Tanya nya balik.
" haaaaah...... Iya" jawab Reza menghembuskan nafas berat.
"aduh kamu ini kebiasaan banget dari kecil, kayak gak punya rumah aja" jawabnya.
"kamu juga pasti belum sarapan.... Nih makan aja bekal ku, aku mau ke toilet dulu" lanjutnya, mengeluarkan bekalnya dari tas dan kemudian pergi ke luar kelas
setelahnya Mawar pergi, seorang wanita datang, dengan make up nya yang tebal, dan pakaiannya yang ketat. Menghampiri Reza yang tengah membuka bekal.
"Reza.. Kamu sendirian ajaa" ucapnya duduk berhimpitan di samping Reza.
Tak di sadarinya Calvin datang, seketika langkahnya terhenti, melihat gadis yang dikenal berandal di kelasnya, hanya memandangi dari depan pintu kelas.
"mau aku temenin gak" ucapnya memandang wajah Reza yang tengah memakan bekalnya.
Reza yang mendengar itu hanya diam tak menanggapi, dan melanjutkan makannya dengan lahap.
"ih.. Kok kamu diem aja siih" ucapnya kesal.
"mumpung kita berdua aja di kelas, jangan diem mulu sih" ujarnya mulai mendekat dan memeluk Reza.
Sebelum ia memeluknya Reza menyingkirkan kedua tangannya dan berkata dengan wajah datarnya. "kamu ini kenapa?, kerasukan kah saya sedang makan bisa diem gak?" ucapnya dengan nasi yang masih di mulutnya, menghempaskan tangannya.
"ih,.. Kok kamu gitu sih, gak seru" jawabnya lagi. Berdiri dari tempat duduknya dan pergi berjalan menjauh ke depan kelas.
Calvin melihat semuanya namun ia tidak bergeming, hanya diam terpaku di depan pintu kelas, melihat apa yang terjadi. Setelah gadis itu pergi, Calvin menghampiri reza.
"eh... Reza habis apa kamu sama Listya" tanya nya.
"nggak tahu gak jelas" jawab Reza sibuk dengan makanannya.
Mawar datang dari pintu masuk kelas, duduk di bangkunya, disampingnya Reza sibuk dengan makanannya.
"hey Mawar tahu gak tadi aku lihat Reza berduaan dengan Listya di kelas" ucap Calvin berbisik halus.
"hah iyakah..... Kamu gak di apa apain kan?" tanyanya cemas, seketika menoleh ke arah Reza.
"nggaaak, emang kenapa sih" jawabnya kesal, dengan mulut penuh.
"enggak, takut aja, dia anak yang nakal takut kamu kebawa aja" jawab Mawar.
Tak terasa seisi kelas mulai ramai, berdatangan semua orang yang ada, suasana kelas yang tenang dan damai, dipenuhi suara suara bising.
bel masuk pun berbunyi, pembelajaran dimulai.
...****************...
Waktu istirahat pun tiba mereka memutuskan untuk pergi ke kantin, sebelum terlambat seperti kemarin. Beruntung mereka mendapat bagian. Mereka duduk bersama, di pinggir kaca jendela.
"eh.. Reza kamu sudah tau masuk klub apa" tanya Calvin membuka obrolan.
"belum tuh, tapi mungkin ikut klub bela diri kendo" jawabnya.
"ohh... Kamu bisa beladiri" tanya Calvin.
"iya, pernah belajar" jawabnya dengan singkat.
Mereka menghabiskan makananya dengan lahap, seperti orang yang tak pernah makan.
Calvin mencondongkan arah Reza "Reza, aku lihat kamu sangat dekat dengan teman sebangkumu, apa kalian sudah kenal sejak lama? Tanya nya.
"oh, Mawar ... Iya dia teman masa kecilku, rumahnya dekat dengan rumahku dulu" jawabnya dengan wajah tanpa ekspresi.
"ohh.. Pantesan" jawan nya merasa lega.
Tak lama, bel masuk pun berbunyi, mereka kembali ke kelas menyusuri lorong sekolah. Setelahnya sampai, Reza duduk di bangkunya, terdiam terpaku melihat selembar kertas putih, yang ditutupi lem. Mawar yang juga melihatnya bertanya.
"surat apa itu Reza?" tanya Mawar.
"nggak tau, dari tadi sudah ada di sini" ucapnya, menyingkirkan surat itu dan menempelkan tubuhnya dia tas meja kayu.
"kenapa gak dibaca?" tanya Mawar sedikit kesal.
"malas,... Palingan juga gak penting" jawab Reza
"yaudah, aku yang baca boleh?" tanya Mawar.
"iya" jawab Reza.
Mawar mengambil surat itu, membuka lem yang menutupi isi nya, dan mengeluarkan selembaran surat di atas kertas. Membacanya dengan seksama, semakin lama membaca, wajahnya semakin memerah. Setelah dibacanya, ia meletakan surat itu di atas meja.
"Rezaa.... Kamu mendapatkan surat cinta, dan kamu diminta untuk datang di atap gedung sekolah setelah pulang sekolah nanti, bagaimana Reza?" tanya Mawar dengan wajah yang memerah.
"oh ok, bisa kamu temani?" tanya Reza dengan wajah yang mengantuk.
"bisa, nanti aku ajak Calvin juga" jawab Mawar.
Jam pelajaran dimulai, suasana kelas di siang hari yang sangat tenang, tak biasanya begitu.
jam pelajaran telah selesai, bel pilang berbunyi kencang, semua murid berlarian kencang untuk kembali ke rumahnya. Namun tidak dengan Reza.
Reza berada di atap gedung sekolah, dihadapannya telah ada seorang gadis bersama 2 teman lainnya. Reza bertanya dengan wajah tanpa ekspresi. "jadi ada apa kamu mengajakku ke sini?"
"langsung saja ke intinya. Reza.... jadilah pacarku" ucap Listya dengan percaya diri.
Calvin yang mendengarnya terkejut, girang tak terkendali, namun Mawar hanya berdiri tenang menatap tajam Listya.
"Mengapa aku harus menjadi pacarmu?" tanya Reza dengan ekspresi datarnya.
"karna aku menyukaimu, dan pasti tak ada seorangpun yang tidak mau berpacaran denganku. Jadi kupikir kau juga akan menyukaiku" jawabnya dengan sombong.
"kalau begitu aku tidak mau menjadi pacarmu" jawab Reza.
Listya yang mendengar itu terkejut, sedangkan selama ini tak ada yang menolak pernyataan cintanya.
"tapi kenapa, aku ini cantik, proporsi tubuhku sangat ideal bagi kalian para laki laki, dan seenaknya kamu menolakku. aku ini mencintaimu Reza!" ucap Listya dengan tergesa gesa.
"kau bicara seolah olah tahu apa itu cinta!" jawab Reza.
"tentu aku tahu aku telah mencintai banyak orang, karenanya aku tahu cinta itu seperti apa, dan aku merasakan perasaan yang sama" jawabnya dengan marah dan tergesa gesa.
"kalau begitu apa?, apa cinta itu menyukai banyak orang sekaligus?" tanya Reza sedikit kesal.
Litya yang mendengar itu hanya terdiam terpaku, tak bisa menjawab apa yang ditanyakan.
"apa cinta itu hanya alat untuk menyakiti perasaan orang lain?, apa cinta itu hanya terdiri dari suka sama suka?, kalau begitu penjual dan pembelinya pun bisa" lanjut Reza dengan kesal.
Listya tetap terpaku pada tempatnya, matanya berkaca kaca, mulai meneteskan air mata dengan deras. Jatuh terduduk di atas lantai beton, menutupi matanya dengan tanganya. Mengis dengan suara kecil.
"hei Mawar, kenapa Reza mengatakan seperti itu?" tanya Calvin terpana kebingungan.
"entahlah, tapi ini membuatku teringat masa SMP" jawabnya.
"apa dia mengatakan itu juga?" tanya Calvin.
"iya, tapi setiap ditanya alasanya, ia terus mengelak.
Reza berbalik, meninggalkan Listya yang menangis sesegukan memberika tamparan mendalam, Listya mengangkat kepalanya, dengan raut wajah yang marah ia berkata "Reza... aku pasti akan memilikimu apapun caranya itu"
Reza menoleh ke belakang dan berkata " coba saja kalau bisa"
Reza pergi meninggalkan tempat itu, bergegas pulang dengan motor birunya. Meninggalkan bekas mendalam, pada setiap perkataan yang ia lontarkan.
Hari hari telah berlalu. Mawar sedang berjalan di sepanjang lorong yang ramai, menggendong tas yang terlihat kecil, ia mendengar bisik bisikan orang yang tengah bergosip.
"eh tahu gak?, ayahnya Reza, si murid pindahan itu, seorang Mafia" suara kecil namun pasti masuk ke dalam telinga Mawar.
Langkahnya yang lambat, seketika menjadi cepat terburu buru memasuki kelas, melihat Reza yang tengah tidur memeluk mejanya. Mawar yang tergesa gesa, mengambil nafas dengan tenang, lalu duduk di kursinya. Dan berkata pada Reza yang menyembunyikan wajahnya.
"Reza.. Saat aku berjalan di lorong sekolah aku mendengar desas desus tentang ayahmu. Apa itu tak apa" ucapnya lembut.
"biarkan, itu juga tak menggangguku" ucapnya malas.
"tapi Reza semua sekolah membicarakan ayahmu yang seorang Mafia, padahal di sekolah ini hanya aku yang mengetahuinya, dan akupun tak memberitahukannya pada siapa pun, mengapa tiba tiba semua orang membicarakannya?" ucap Mawar khawatir.
Reza bangkit dari tidurnya berdiri tegak dan berkata "tak masalah, bukankah itu justru bagus, sekarang aku akan tahu siapa yang benar benar temanku". Ucapnya lalu pergi ke luar kelas.
Reza berjalan di tengah banyaknya orang, terdengar suara suara kecil sedang membicarakannya. Namun, meski Reza mendengarnya, ia bersikap cuek dengan wajahnya yang datar. Terdengar seorang yang memanggilnya dari arah belakang.
"Rezzaaa.... Selamat pagi..." ucap Calvin berlaring menghampiri reza yang menegok belakang.
Calvin menepuk pundaknya dan berjalan berdampingan seraya berkata. "kau mau ke mana Reza?"
"aku ingin ke ruang guru, aku akan mendaftar sebagai anggota dari klub kendo" jawab Reza.
"oh.. Jadi kamu beneran masuk klub itu?" tanya Calvin. Reza dengan singkat menjawab" ya aku yakin"
"tapi ku dengar ketua klubnya, ketua gang juga" ucap Calvin agak khawatir.
"hmm... Terus apa syarat masuk klubnya?, gak mungkin harus masuk gang nya juga kan?" tanya Reza sedikit penasaran.
"mungkin sedikit benar, sebab cara masuk klub itu hanya ada 2, antara ngalahin ketua klub atau bisa lewat orang dalam, sebagai anggota gang nya" jawab Calvin.
" hmm.. Emangnya siapa ketua klubnya?" tanya Reza
"kalau tidak salah namanya... Clay dia kakak kelas 12, dia terkenal dengan badannya yang besar dan kuat" jawab Calvin.
Wajah Reza tak menampakan ekspresi apapun, ia tak berkata, hanya mengerutkan dahinya.
"e.. Reza apa kamu hanya akan masuk di klub kendo" ucap Calvin mengalihkan topik.
"hmmm.... tidak juga sih aku juga berencan untuk masuk klub sains" jawab Reza.
Tak terasa seberapa lama mereka berjalan, mereka sampai di ruang guru. Reza masuk dengan sopan, mengucapkan salam dan membungkuk, berjalan menghampiri seseorang yang sibuk dengan laptopnya.
"maaf bu Dewi, saya mau mendaftar masuk klub" ucapnya sopan.
" oh mau masuk klub apa?" tanya nya.
" saya ingin masuk klub kendo dan klub sains" jawab Reza.
"dua klub sekaligus ya, baik untuk klub sains kamu tinggal masuk saja, namun untuk bisa masuk klub kendo kamu harus meminta tanda tangan dari ketua klub kendo" jawab sang guru.
Bu Dewi menyerahkan selembaran kertas formulir pendaftaran, namun untuk masuk klub kendo ia harus membujuk Clay untuk menandatangani formulir itu.
"baik sudah saya daftarkan ke klub sains, kamu bisa mulai besok selepas pulang sekolah. Dan kamu bisa datang ke ruangan ini selepas pulang sekolah ruangan ini jika ingin masuk klub kendo" ujar sang guru, menyerahkan catatan kecilnya.
" baik bu terima kasih" ucap Reza.
...****************...
Selepas bel pulang berbunyi, Reza ditemani Calvin menyusuri lorong sekolah, tiba di depan lapangan tertutup sekolah. Membuka pintu yang berdecit, terlihat, pasukan berbaris mengayunkan pedang terbuat dari kayu, dengan suara keras. Terlihat seorang berbadan besar berada di depan pasukan itu, memimpin setiap gerakannya.
"itu,.... Reza pria berbadan besar itu Clay, kau harus dapatkan tanda tangannya" ucap Calvin menunjuk Clay.
Tak sepatah kata pun keluar dari mulut nya, Reza pergi menghampiri Clay, berjalan dengan tenang. ia berada di samping Clay dan berkata.
"Maaf.. Kak bisa saya minta tanda tanganmu?" ucap Reza.
Semua gerakan dari semua orang tiba tiba berhenti, Clay menghentikan ayunannya, dan berdiri tepat di hadapan Reza.
"jadi.... Kau ingin masuk ke dalam klub ku?" tanya nya balik.
"ya saya ingin masuk ke dalam klub yang kakak pimpin" jawab nya.
"tunggu bukankah kamu adalah anak dari seorang Mafia?, aku mendengarmu dari semua orang, mereka bilang ayahmu seorang mafia yang kejam" ucapnya sedikit mencoba memojokkan Reza.
"ya benar itu aku, dan memang ayahku seorang mafia" ucap Reza sedikit kesal.
"hahahah.... Menarik, tapi jika kau ingin tanda tanganku kau harus mengalahkanku terlebih dulu. Mari kita lihat bagaimana kemampuan dari anak seorang mafia" ujar nya mengacungkan pedang kayu yang dibawanya.
Reza berjalan pelan, menghampiri segundukan pedang kayu. Membawa sebilah pedang kayu.
"aku hanya bisa sedikit ilmu beladiri tapi aku akan mencobanya" ujar Reza sangat yakin
Mereka saling berhadapan, seketia anggota lain menyingkir, membuat sebuah lingkaran besar dengan Clay dan Reza di tengahnya. Mereka yang saling berhadapan.
"Reza aku memberimu kesempatan, mulailah terlebih dahulu" ucap Clay dengan sangat yakin.
Reza mengambil ancang ancang, kakinya terbuka lebar dengan pedang di belakang tangan kanannya. Melesat dengan cepat, menghantam Clay dari samping kirinya, namun Clay bisa dengan cepat menahanya, dan berkata.
"hah.. Sedikit ya, ayo kita lihat seberapa sedikitnya memampuan mu". Clay melemparkan Reza dangan satu tebasan, Clay kemudian melesat dengan cepat, namun juga dapat di tahan Reza.
Mereka terus beradu pedang, bentrokan keduanya menghasilkan angin yang kencang. Bahkan serangan dan gerakan mereka pun tak bisa di lihat oleh mata.
"apa?... Tak mungkin.. Ia dapat bertarung sengit dengan bos!" ujar salah seorang anggota.
" Re.... Reza ini yang kau bilang sedikit dari kemampuan mu, lawannya siswa terkuat di sekolah loh!" ujar Calvin terkejut.
"hahahaha...... lumayan juga kau Reza,..... Ayo tunjukan semua kemampuanmu..." ucap Clay di tengah pertarungan.
Angin yang di timbulkan semakin kencang. Gerakan, bahkan mereka tak terlihat. Yang nampak haya kilatan angin yang kencang.
Reza mencoba menyerangnya lagi, namun seranganya dapat dihempaskan kembali. Reza terpental pada sebuah dinding, namun kakinya menapaki dinding, dan melompa dengan tinggi. Menghantam pedang Clay dengan keras. Hantaman itu menghancurkan pedangnya. Reza memutar badanya berlawanan arah jarum jam. Dan melayangkan serangan ke arah kanan tubuh Clay.
Namun ia menghentikannya sebelum serangan itu mendarat.
Seketika semuanya berhenti, semua yang menyaksikan itu, membeku dengan wajah terkejut.
"hahahaha hebat, hebat Reza. Baiklah aku akan menerima mu" ujar Clay.
Reza meneluarkan kertas formulir itu. Tanganya yang di basahi keringat, membahasi lembaran itu. Clay menanda tangani formulir itu. Dan segera berlari ke suatu ruangan, kembali membawa baju yang di bungkus plastik. Memberiakannya pada Reza.
" ini bajumu, kau bisa mulai latihan besok setelah pulang sekolah" ucapnya.
"baik terimakasih kak" ucap Reza.
Reza pergi meninggalkan ruangan itu, menggending tas hitam. Ia berjalan di temani Calvin. Di suatu lorong, cahaya oranye menembus kaca, Reza berhenti sejenak, memandangi dari jendela kaca. Dan berkata.
"Calvin aku yakin kau sudah mendengar, bahwa aku seorang anak mafia. Apa tak apa kau berteman dengan anak dari seorang mafia kejam" ucap Reza.
"ada apa dengan mu, tak biasanya memikirkan orang lain. Aku tetap akan menjadi temanmu, sekalipun kau seorang anak iblis, kau tetaplah dirimu yang aku kenal Reza" jawab Calvin.
"hmm.. Maaf Calvin, aku sudah menanyakan hal yang tidak tidak" ucap Reza dengan raut wajah sedikit tersenyum.
"eh Reza kau tadi tersenyum?!"
" eh tidak!"
"ini langka, kamu tadi tersenyum kan?!
"enggak tuh"
"bisa dibilang aku orang yang beruntung ya soalnya baru pertama kali wajahmu itu berubah"
"sudah kubilang aku tidak tersenyum!"
" ayolah tidak apa..........."
Mereka berbicara sembari menyusuri lorong. Tanpa disadari reza, Listya mengikutinya. Ia berkata.
"Reza ia tak bergeming dengan gosip yang ku sebar, bahkan ia tetap masih biasa saja, sial......"
"hmm sepertinya aku tahu, aku akan membuatmu berlutu Reza" ucap Listya berbicara dengan dirinya sendiri di tengah redupnya cahaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!