NovelToon NovelToon

TARGET!

TARGET! 1.

Disaat suara burung-burung sudah mulai terdengar, bahkan sinar matahari pun mulai menampakkan dirinya. Terlihat sangat begitu indahnya dipagi hari ini, membuat suasana hati menjadi tenang.

Namun hal itu tidak berlaku untuk seseorang yang kini sedang berlari dengan begitu cepatnya kesana kemari, membuat Dayana menggelengkan kepalanya dengan disertai hembusan nafas yang cukup berat. Karena pemandangan ini selalu saja terlihat dipagi hari, dan pelakunya itu tak lain adalah anaknya sendiri, Meysha Alysandra.

"Kebiasaan ni anak, Mey. Jangan lari-larian begitu." Teriak Dayana sambil meletakkan segelas minuman hangat di atas meja makan.

"Aduh bun, Mey harus bergegas ini. Kalau tidak nanti bisa telat, bunda kenapa tidak bangunin Mey lebih awal? Kalau begini kan jadinya, huh." Meysha terus memasang kaos kakinya dengan cepat sambil menggerutu pada bundanya.

"Dasar ini anak, bunda sudah pengal bolak balik kekamar kamu untuk bangunin. Dasar kamunya saja yang tidurnya seperti batu, mau diapain juga tetap mager (malas gerak)." Ketus Dayana dengan menatap tajam ke arah Meysha.

"Enak saja, batu batu dan batu. Nanti anaknya jadi batu beneran, terus Bunda nangis. Ayah dimana bun? Udah mau telat ini." Selesai menggunakan kaos kakinya, tak lupa Meysha meneguk minuman hangat yang telah disediakan sebelumnya oleh sang bunda hingga tandas (habis).

Dengan malasnya, sang bunda memperlihatkan jam berukuran sedang yang terpasang pada dinding rumah mereka pada Meysha.

"Lihat, Ayah itu berangkat kerjanya pukul enam pagi. Kamu saja baru bangun enam tiga puluhan, ya Ayah sudah berangkat la." Sang bunda melirik dengan ekor matanya.

"Apa bun, ayah sudah berangkat? Kenapa tidak menunggu Mey sih?" Meysha terlihat begitu panik saat mengetahui ayahnya sudah tidak ada dirumah.

"Ya mau gimana lagi, kalau menunggu kamu bangun dan siap. Yang ada malah ayah akan dimarahin sama bosnya, makanya nak bangun itu pagi-pagi. " Sang bunga kembali menghela nafasnya, karena drama ini selalu saja terjadi dipagi hari.

Helaan nafas pun ikut Meysha hembuskan dan sangat terdengar putus asa, mau tidak mau hari ini ia harus ekstra cepat untuk tiba disekolah. Terlihat Sang bunda meletakkan kotak bekal makanan didalam tas anaknya, karena Meysha selalu saja melewati sarapan pagi.

"Bunda, Mey berangkat dulu. Nanti malah semakin telat, huh." Meysha lalu berpamitan dan tak lupa ia mencium punggung tangan kanan sang bunda.

"Hati-hati Mey, jangan sampai salah bus nya." Bunda pun melepas putrinya untuk berangkat ke sekolah.

Setelah itu, Meysha bergegas menuju halte bus yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Dimana hari ini adalah hari pertama bagi Meysha untuk masuk ke sekolah, Meysha merupakan murid pindahan dari sekolah lamanya. Karena Sang ayah selalu menjadi langganan untuk berpindah tempat kerja, dan Meysha pun harus ikut serta mendapatkan imbasnya.

Hari ini, sepertinya Meysha kurang beruntung. Dua puluh menit lagi pintu gerbang sekolah barunya akan ditutup, lalu ia menambah tenaga ekstranya untuk segera naik bus yang sudah menunggu dihalte tersebut.

...'Huh, selamat. Untung keburu naik busnya, kalau tidak bisa ketinggalan.'...

Bus yang membawa Meysha dan beberapa penumpang lainnya melaju dengan lancar, hingga tak terasa kini Meysha sudah tiba di halte pemberhentian sekolahnya.

Benar saja, Meysha tiba disekolah dimana pintu gerbang itu sudah tertutup rapat. Dengan berbagai cara yang ia miliki untuk membujuk penjaga tersebut, Meysha berharap penjaga gerbang itu mau agar membiarkannya masuk. Atas dasar alasan sebagai murid baru yang belum mengetahui peraturan sekolah disana, meskipun mendapatkan teguran. Meysha bersyukur akhirnya diperbolehkan untuk masuk kedalam lingkungan sekolah.

Butuh sekitar sepuluh menit untuk Meysha menemukan kelasnya, namun dirinya masih berdiri didepan pintu kelas tersebut.

"Meysha Alysandra?" Suara yang terdengar tiba-tiba itu membuat Meysha sendiri kaget.

"Iya bu, saya Meysha." Dengan nada kagetnya, Meysha menatap wajah guru tersebut yang sudah berada dihadapannya.

"Baru datang ya? Saya memaklumi atas keterlambatan kamu hari ini, karena kamu adalah murid baru disini." Guru tersebut tersenyum dan memahami keterlambatan Meysha.

"Maafkan saya bu, rumah saya cukup jauh dari sini. Untuk hari-hari selanjutnya dan seterusnya, akan saya usahakan untuk berangkat ke sekolah lebih awal bu." Meysha merutuki sikapnya hari ini, dengan menunduk sambil memainkan jemari tangannya.

" Ya sudah, tidak apa-apa. Kamu masuk dikelas sebelas B. Ayo." Guru tersebut mempersilahkan pada Meysha untuk mazuk kedalam kelas.

Namun ternyata, kelasnya bukan yang berada dihadapannya itu. Melainkan harus berjalan lagi, tepatnya disebelah lorong berikutnya lalu Meysha pamit dari hadapan Guru tersebut dan langsung masuk kedalam kelasnya.

...'Jika saja ayah tidak harus pindah kerjanya, hal ini tidak akan terjadi. Capek harus pindah pindah sekolah terus.'...

Meysha sudah memasuki kelasnya, terlihat semua siswa disana menatapi dirinya. Namun hal tersebut tidak Meysha hiraukan, terus berjalan dan mencari dimana ia mendapatkan tempat yang cukup strategis untuk duduk. Lalu kedua matanya mendapatkan tempat dimana kursi nomor dua dari belakang, hal itu membuatnya menghela nafasnya dengan berat.

"Hai, kamu anak baru itu ya. Kenalin, aku Yasmin. Bendahara sekaligus ketua kelas disini, hebat ya." Dengan percaya diri Yasmin memperkenalkan dirinya, disaat Meysha baru saja mendaratkan bokongnya.

"Salam kenal juga, kok kamu ketua kelasnya cewek? Biasanya kan anak cowok." Meysha sedikit heran.

"Biasa aja kali, Mey. Tapi keren kan? Jarang banget ada ketua kelas itu dipimpin oleh cewek, mungkin disekolah ini hanya aku." Yasmin membanggakan jabatannya itu.

"Ya, keren." Sungguh saat itu, Meysha sangat malas untuk menanggapi dan menjawabnya singkat.

"Oke, terima kasih. Nama kamu siapa? Dari tadi hanya aku saja yang memperkenalkan diri." Yasmin mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Aku Meysha. " Dimana Yasmin adalah orang yang pertama menjadi teman Meysha disekolah barunya itu.

Mereka pun sudah berkenalan, dan tak lama kemudian jam pelajaran dimulai. Guru yang mengajar dikelas tersebut perlahan memasuki ruangan kelas, lalu mempersilahkan pada Meysha untuk memperkenalkan dieinya. Perkenalan singkat Meysha dilakukan didepan kelasnya, kedatangannya disambut dengan cukup baik oleh semua siswa yang berada didalam kelas tersebut. Jam pelajaran terus berlangsung, semua siswa teeligat fokus dengan pelajaran yang ada. Hingga tak terasa jam istirahat telah tiba, satu persatu para siswa keluar dari kelas tersebut.

"Mey, aku mau ke ruangan OSIS. Kalau kamu mau makan siang, tidak apa-apakan sendirian?" Yasmin membereskan perlengkapan belajarnya dari atas meja.

"Ya, tidak apa-apa kok." Meysha pun turut membereskan perlengkapan belajarnya.

"Oke deh, nanti kalau urusan diruang OSIS sudah selesai. Aku susulin kamu ya." Yasmin beranjak dari tempatnya dan menjauh dari pandangan Meysha.

...****************...

Hai semuanya...

Bertemu lagi dengan karya saya yang terbaru, semoga kalian semuanya tidak bosan ya untuk mampir. Jangan lupa untuk dukung karya terbaru ini ya, terima kasih.

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya.

Vote ✔️

Komen ✔️

Rate ✔️

Like ✔️

Favorit✔️

Diborong ya...

TARGET! 2.

Meysha berjalan sendirian meninggalkan ruang kelasnya, hari pertama disekolah barunya. Dimana Meysha belum terlalu membuka diri dan juga para siswa yang lainnya hanya sebatas menegur bukan untuk mendekati.

Saat tiba di kantin, suasana riweh memenuhi tempat tersebut.

...'Ya ampun, ramai sekali. Pada kelaparan semuanya apa? Huh, mana tidak ada kursi yang kosong lagi.'...

Langkah kaki Meysha membawanya untuk terus berjalan, cukup sulit untuknya menemukan tempat. Namun atas kesabaran itu, akhirnya ia menemukan tempat yang kosong. Alan tetapi, disisi lainnya dari tempat tersebut. Ada seseorang siswa laki-laki yang duduk sendirian, dengan berpura-pura tidak tahu. Meysha pun duduk pada kursi kosong tersebut dan mulai memakan makanannya yang sebelumnya ia bawa daei rumah, tanpa menghiraukan tatapan para siswa yang lainnya pada dirinya.

...' Kenapa semuanya melihatmu seperti itu? Ah masa bodoh la, perutku sudah keroncongan. '...

Melanjutkan makannya, Meysha tidak memperdulikan tatapan tersebut. Dan ternyata, siswa laki-laki itu pun melirik Meysha dengan ekor matanya.

"Eh, makan." Meysha tersenyum dan mengeluarkan jurus sapaan namun merasa enggan, disaat ia mendapati siswa tersebut menatapnya.

Namun siswa laki-laki tersebut hanya melirik acuh membalas sapaan Meysha, dan Meysha meneruskan makannya. Dan anehnya, cowok tersebut tiba-tiba pergi begitu saja. Membuat Meysha semakin merasa tidak enak, lalu muncullah Yasmin.

" Mey, kamu ngapain duduk disini?" Wajah Yasmin yang cukup panik.

"Memangnya kenapa? Aku makanlah disini, mau dimana lagi." Meysha menunjukkan jika tidak ada tempat kosong lagi.

Yasmin langsung menarik Tangan Meysha dan membawanya menjauh dari kantin, hampir saja Meysha meninggalkan tempat makanannya disana. zjika tidak, maka bundanya akan mengomel sepanjang waktu.

"Eh, ada apa ini?" Meysha menghentikan langkahnya.

"Astaga ni anak, kamu tidak boleh duduk disitu Mey. Tapi itu kan ada Bima." Semakin tidak jelas saja raut muka yang Yasmin perlihatkan.

"Bima? Siapa?" Meysha yang tidak mengenalinya, benar-benar dibuat pusing dengan hal tersebut.

"Cowok yang duduk didekat kamu tadi, itu namanya Bima." Dengan geramnya Yasmin menegaskan ucapannya.

"Oh, terus kenapa?" Meysha semakin tidak mengerti.

"Pokoknya jangan pernah berdekatan dengan dia ataupun apapun itu." Yasmin benar-benar tidak ingin membuat Meysha menjadi terluka nantinya.

"Ya memangnya ada apa, Yasmin?" Meysah semakin pusing.

"Pokoknya dan intinya, tidak boleh. Oke! Paham." Yasmin hampir putus asa menjelaskan pada teman barunya itu.

"Aduh, pusing deh. Terserah kamulah, kepalaku jadinya muter-muter dengan hal aneh ini." Meysha melanjutkan langkahnya menuju ruang kelasnya dan meneruskan acara makannya yang tertunda.

Meysha merasa aneh, tatkala semua tatapan tajam tertuju padanya ketika ia duduk berdekatan dengan laki-laki tersebut.

.

.

.

.

Keesokan harinya...

Untuk hari ini, Meysha bangun lebih awal dan berangkat menuju ke sekolah bersama dengan sang ayah.

"Belajar dengan baik, sayang." ajar ayah saat mereka telah tiba didepan pintu gerbang sekolah.

"Baik ayah, da." Meysha melambaikan tangannya melepas ayahnya pergi.

Kaki itu melanjutkan langkahnya menuju ruang kelasnya, dimana terlihat para siswa disekolah tersebut sudah pada berdatangan. Tanpa sadar dan masih merasa penasaran dengan siswa laki-laki yang kemarin, mata Meysha melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan orang tersebut.

"Perasaan, kemarin dia masuk ke dalam kelas ini deh. Tapi mana ya, kok tidak ada." Meysha terus mencari keberadaan orang yang ia pikirkan.

"Hei!" Tiba-tiba saja punggung Meysha ditepuk seseorang dari arah belakang.

...'Aduh, sakit juga. Tapi siapa sih yang iseng pagi-pagi.'...

Dengan perlahan Meysha membalikkan tubuhnya dan melihat siapa orang yang sudah menepuknya, dan disaat ia melihat siapa orang tersebut dan itu membuat dirinya kaget luar biasa.

"Hhmm, ada apa ya?" Ujar Meysha yang cukup kaget.

"Eh salah, maaf ya. Aku kira tadi itu teman aku, tapi ternyata bukan." Seorang siswi perempuan menyapa Meysha.

"Kamu, bukannya anak baru yang pindahan itu kan?" Siswi perempuan itu memiliki wajah yang sangat cantik dimata Meysha.

"Iya, saya murid baru disini." Meysha masih terpesona akan kecantikan yang dimiliki siswi tersebut.

"Kamu kayaknya lagi mencari seseorang ya? Cari Bima? Kalian beneran sudah saling kenal satu sama lain?" Tanya siswi itu dengan tatapan yang cukup sulit untuk diartikan.

"Bima?" Meysha sungguh tidak ingat akan nama itu.

" Masa sih? Ah, kenalin. Aku Giska, satu kelas sama Bima. Salam kenal, kamu Meysha kan?" Anak tersebut mengenali Meysha dan itu menambah rasa kaget yang membuat Meysha semakin merasa aneh.

"Salam kenal juga, terima kasih. Ah iya, aku ke kelas duluan ya." Melihat jam ditangannya sudah mendekati waktu pelajaran akan dimulai, Meysha pun pamit.

"Eh tunggu, aku adalah ketua kelas disini. Nanti kalau kamu ada apa-apa, cari saja aku. Oke." Giska memberitahu hal tersebut agar Meysha mengingatnya.

"Baiklah, terima kasih." Meysha pun bergegas menuju kelasnya.

Sebelum itu, Meysha sangat kagum dengan siswi perempuan disekolah tersebut. Yang dimana mereka semuanya hampir seluruhnya memiliki para yang cantik dan juga bersikap ramah.

"Mey, darimana saja sih? Telat lagi?" Yasmin langsung memberikan pertanyaan disaat Meysha baru saja duduk dikursinya.

"Dari kebelet, enak saja telat." Kebohongan atas keterbatasan dilakukan Meysha.

"Lama bener, Mey. Mules banget kayaknya, jam pelajaran sudah mau dimulai." Dengan cerewetnya Yasmin mengomel.

"Iya iya, maaf bu Peri. Perut hamba sedang tidak bisa diajak kompromi. Eh, kamu tahu tidak laki-laki yang kemarin itu kelas berapa?" Meysha tidak ingat siapa namanya, namun merasa penasaran.

"ya ampun, sudah dibilang dari kemarin. Jangan pernah punya urusan sama tu anak." Yasmin tidak habis pikir kenapa Meysha tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Memangnya kenapa sih? Kayaknya dia benar-benar ditakuti oleh banyak orang. Coba jelasin, biar aku paham dan tidak penasaran." Meysha begitu antusias untuk mengetahui hal tersebut.

"Dasar ngeyel, pokoknya tidak, tidak dan tidak. Skip saja, panjang banget ceritanya." Yasmin pun menatap Meysha dengan aneh, tiba-tiba saja ia bertanya mengenai Bima.

"Aneh banget itu anak, sepertinya penasaranku belum terjawabkan. Apa aku gangguan saja dia ya." Isi kepala Meysha mulai monoton dan sudah tidak terkontrol.

Plak!

"Belajar dulu yang pinter, nanti aku ceritain dirumah. Jadi, stop buat nanyain Bima lagi." Yasmin menepuk lengan Meysha agar temannya itu sadar.

"Nah gitu dong, awas ya kalau bohong. Kalau bohong, nanti makamnya (kuburannya) sempit." Dengan menahan tawanya, Meysha menggoda Yasmin.

"Gesrek ni anak, iya janji." Yasmin memanyunkan bibirnya atas ucapan Meysha.

"Bener ya, jangan bohong. Kalau bohong, nanti digigit kambing ompong." Lagi-lagi dengan usilnya, Meysha terus menggoda Yasmin.

"Mana ada kambing ompong, itu bisa-bisanya kamu aja. Bener-bener ni anak otaknya sudah gesrek, udah diem." Yasmin melebarkan kedua bola matanya, membuat Meysha pun akhirnya diam.

TARGET! 3.

Suasana di kelas XII A disaat jam istirahat dimulai, dimana kelas tersebut merupakan kelas unggul untuk kelas XII. Dan disana juga merupakan kelas yang banyak disukai oleh para siswi disekolah tersebut, karena para siswa tampan berada didalam kelas tersebut.

"Bim, nanti malam jangan lupa." Aksena menahan Bima yang hendak melangkah keluar dari kelas.

"Hhmm, tentu." Bima pun melanjutkan langkahnya.

"Mau kemana tu anak?" Bimo yang baru saja bergabung, menatap kepergian Bima.

"Mana aku tahu, lagian juga tu anak biasanya begitu. Main pergi saja, Daniel dan Yoga sudah nungguin." Aksena pun beranjak dari tempatnya.

"Oke, gas!" Bimo mengikuti langkah Aksena yang sudah terlebih dahulu berjalan.

Dalam riwehnya kelas tersebut, kepergian ketiga pria tampan disana membuat Giska menatap heran.

"Kenapa? Ditinggalin ayang bebeb?" Mona yang merupakan anggota geng 'Red Blink' menggoda ketuanya gengnya.

"Diam!" Giska menatap tajam pada Mona.

.

.

.

.

Jam pelajaran telah usia, ditandai dengan bel istirahat berbunyi. Seperti biasanya, Yasmin dan Meysha berjalan menuju kantin, namun disaat keduanya akan menikmati makanan yang sudah ada dihadapannya. Mereka dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang sesungguhnya tidak diharapkan oleh Yasmin, namun dicari-cari oleh Meysha.

"Meysha? Kamu Meysha kan?" Tiba-tiba saja Bima datang menghampiri keduanya, disusul oleh Aksena dan juga Bimo.

Atas hal tersebut, membuat Yasmin maupun Meysha menjadi sangat kaget, karena Bima datang secara tiba-tiba dan berdiri dihadapan mereka. Begitu pula dengan kehadiran Aksena dan juga Bimo, dan mereka pun menjadi pusat perhatian dari semua ornag yang berada disana.

"Meysha?" Kembali Bima mengulangi ucapannya.

" Ya, eh iya." Entah apa yang membuat Meysha menjadi gagu seperti itu.

"Mo, lu tahu mau ngapain si Bima?" Aksena menyenggol lengan Bimo yang berada disampingnya.

"Mana aku tahu, lu aja tidak tahu apalagi aku. Sudah diam, liat saja." Bimo pun tidak tahu maksud dari sikap Bima.

"Bima, tolong ya. Jangan ditanggapi masalah yang kemarin. Dia anak baru disini dan belum tahu semua peraturan yang ada, maafin ya." Yasmin semakin takut jika Meysha menjadi mainan oleh geng 'Black Devil'.

Ketakutan itu bukan tanpa sebab, karena geng Black Devil benar-benar menjadi ketakutan sendiri bagi orang-orang yang mengetahuinya. Banyak berita yang tersebar, jika orang-orang yang mencari masalah dengan geng tersebut. Maka dapat dipastikan mereka akan menjadi incaran geng itu, bahkan nyawa mereka pun berada dalam ancaman.

...'Kok Yasmin kayaknya takut sekali sama mereka, apa benar kalau mereka itu adalah jagoan disekolah ini? Kok jadinya merinding begini, aduh Meysha. Kamu benar-benar dalam masalah.'...

"Kemarin kamu bisa bicara, kenapa sekarang mendadak diam?" Mendapati Meysha yang hanya diam, membuat Bima mengeluarkan kata-kata yang cukup tajam.

"Eh, enak saja. Aku bisa bicara." Meysha merasa terpojokkan atas ucapan Bima padanya.

"Pulang sekolah nanti, kamu ikut aku." Perkataan tegas namun tajam.

"Mey, jangan. Tolak saja." Bisik Yasmin pada Meysha yang sudah melebarkan kedua bola matanya setelah mendengar ucapan dari Bima.

"Hm maaf, aku sudah punya janji pulang bersama dengan Yasmin." Jawab Meysha yang masih meresa aneh atas ucapan Bima saat itu.

Saat mereka terlibat percakapan, dengan banyaknya pasang mata yang turut menyaksikan peristiwa tersebut. Tak terkecuali Giska dan juga gengnya 'Red Blink' turut menyaksikan, dan itu menimbulkan perasaan tidak suka.

"Bim, Bima." Tegur Giska yang dengan cepat menghampirinya.

"Bim, kau dengar nggak sih?" Suara Giska meninggi dan ia menghentakkan kakinya.

"Lah ni cewek, bar-bar bener." Bimo terganggu dengan kehadiran Giska dan gengnya disana.

"Bim, kita jadikan pulang bareng? Nanti aku tunggu kamu ya." Dengan sangat percaya dirinya, Giska mengatakan hal tersebut kepada Bima.

Interaksi tersebut membuat Meysha menjadi risih, apalagi dengan sikap Giska yang menunjukkan seakan-akan jika dirinya adalah orang yang begitu dekat dengan Bima. Lalu dengan cepat, Meysha menarik tangan Yasmin dan berjalan menjauh.

"Meysha, tunggu!" Bima menahan lengan Meysha yang hendak menjauh, dan hal tersebut membuat semuanya mata yang menyaksikannya menjadi melotot.

Peristiwa yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan Bima, dan wanita pertama yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Bima adalah Meysha. Bahkan dengan wanita yang dulunya pernah singgah dalam kehidupan Bima, bisa terhitung mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Tolong lepasin, tidak enak dilihat orang. Tu, pacar kamu mau keluar bola matanya." Benar saja, mata Giska melebar dan seperti pemanasan yang hendak menerkam mangsanya.

Sedangkan Yasmin, ia memilih untuk menjauh. Dirinya tidak ingin terlibat apapun yang berhubungan dengan geng Black Devil, namun ia juga khawatir dengan Meysha.

Namun sebenarnya, Bima dan anggota gengnya itu adalah siswa teladan dan pintar, tampan dan juga merupakan anak dari para pengusaha sukses. Dan satu hal yang membuat mereka sangat ditakuti, karena Bima merupakan ketua dari geng motor. Mereka selalu terlibat dalam beberapa peristiwa kejam, namun posisi mereka selalu aman dan kebal dari hukum.

Satu hal lagi yang belum diketahui oleh orang banyak, jika Bima Aksara adalah seorang Mafia yang cukup disegani.

"Turuti ucapanku! Aku tunggu dipintu keluar, jika kamu tidak datang. Jangan salahkan aku kalau sesuatu akan terjadi padamu." Lalu Bima melepaskan tangannya dari lengan Meysha dan berlalu begitu saja.

Melihat Bima pergi, Aksena dan Bimo pun segera mengikutinya walaupun berbagai pertanyaan mengenai hal ini belum terjawabkan. Begitu pula dengan Meysha, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa atas sikap Bima padanya. Mereka pun kembali melanjutkan jam pelajaran berikutnya hingga selesai. Lalu terdengarlah suara tanda yang menyatakan jika sudah saatnya untuk pulang, dan itu membuat Meysha menjadi pusing.

"Mey, semangat ya." Yasmin mencoba memberikan semangat pada Meysha yang sudah terlihat serba salah.

"Huh! Kenapa selalu saja hidupku bertemu dengan orang-orang seperti ini." Meysha menggerutu.

"Sabar, sabar. Orang sabar itu sawahnya lebar, uangnya juga bukan rupiah tapi dolar. Hehehe, aku pulang duluan ya Mey. Sampai ketemu besok, jangan lupa buat ceritain kelanjutannya." Yasmin langsung berjalan menjauh dari Meysha yang masih nampak kebingungan.

Dalam kebingungannya, Meysha terus melangkahkan kakinya. Ingin rasanya ia menghilang menggunakan pintu ajaib, namun sayangnya pikiran tersebut hanya ada didalam cerita dongeng.

"Sudah siap?" Suata tersebut mengagetkan Meysha yang sedang melamun.

"Ah, i iya." Dengan nada bicara yang gagu, membuat Meysha terlihat seperti sedang kepergok.

"Aku menggunakan motor, apa kamu tidak apa-apa?" Lagi-lagi Meysha kaget dengan sikap Bima yanh berbeda dari sebelumnya.

"Motor? Kenapa tidak naik angkutan umum saja? Naik bus lebih nyaman." Entah apa yang ada didalam pikiran Meysha saat itu, penolakan yang mengarah pada memberikan saran.

"Bus? Sepertinya cukup asik, baiklah."

"Eh, tidak tidak tidak. Aku hanya adalah bicara saja, naik motor kan? Ayo, lebih cepat lebih baik." Meysha sengaja mempercepat untuk pulang, karena sudah banyak mata yang menatapnya dengan penuh kebencian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!