Istriku Bukan Manusia
Aku Hanya Milik Perut dan Sakit Kepala
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman) "Ah, sakit kepalaku yang indah. Kau selalu membuatku semakin tampan."
Perut
(Berbunyi) "Aku lapar, William. Bisakah kau memberiku makan?"
William
(Meraba perutnya dengan penuh kasih sayang) "Tentu saja, sayangku. Aku akan segera memberimu makan."
(William mencari video orang sakit kepala di laptopnya. Ia menemukan video Alvian yang sedang berpura-pura sakit kepala untuk mengetes kesetiaan para putri.)
William
(Menonton video dengan kagum) "Wow, Alvian benar-benar pintar. Ia menggunakan sakit kepalanya untuk mengetahui siapa yang benar-benar mencintainya."
Perut
"Aku juga ingin melihat orang sakit kepala. Aku ingin merasakan sensasi lapar lagi."
William
(Tertawa) "Baiklah, sayangku. Aku akan mencarikan video untukmu."
(William menemukan video orang sakit kepala yang lain. Ia menontonnya dengan senang.)
William
(Setelah selesai menonton) "Ah, itu tadi benar-benar memuaskan. Terima kasih, sayangku."
Perut
"Aku mencintaimu, William."
William
(Mencium perutnya dengan penuh gairah) "Aku juga mencintaimu, sayangku."
(Tiba-tiba, Ryan mengetuk pintu.)
Bimo
"Pangeran William, para putri dari kerajaan lain sudah menunggu di ruang tamu."
William
(Menghela napas lelah) "Baiklah, Ryan. Aku akan segera ke sana."
William menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan kemudian berjalan ke ruang tamu dengan penuh amarah.
Di ruang tamu
Laksani, Isabella, Dinda, dan Intan: (Menunggu William dengan penuh harap)
Pramugari
"Wah, pangeran William datang!"
Perut
"Dia benar-benar tampan dan gagah."
Arkan
"Aku harap dia memilihku sebagai istrinya."
(William masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa.)
William
(Menatap mereka dengan penuh kecurigaan) "Ada apa kalian datang ke sini?"
Pramugari
"Kami ingin bertemu denganmu, pangeran William."
Perut
"Kami mendengar rumor bahwa kau sudah menikah dan memiliki tiga anak laki-laki."
William
(Terkejut) "Dari mana kalian mendengar rumor itu?"
Arkan
"Dari para pelayan istana."
Aryasatya
"Benarkah rumor itu?"
William
(Menghela napas) "Benar. Aku sudah menikah dan memiliki tiga anak laki-laki."
Laksani, Isabella, Dinda, dan Intan: (Terkejut) "Apa?!"
Pramugari
"Tapi, pangeran William, kau adalah pangeran paling tampan dan kaya di seluruh kerajaan. Mengapa kau memilih untuk menikah dengan seorang wanita biasa?"
Perut
Ya, kami tidak percaya ini!"
Arkan
"Kami lebih pantas menjadi istrimu!"
William
(Marah) "Cukup! Aku tidak ingin mendengar kalian berbicara seperti itu. Istriku adalah wanita yang sangat spesial dan aku sangat bersyukur memilikinya."
Laksani, Isabella, Dinda, dan Intan: (Terdiam)
Penyusup
Pagi hari di ruang kerja William
William duduk di kursinya, membaca rumor di laptopnya tentang dirinya yang tidak pernah menikah. Ia marah mendengar rumor itu.
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya) "Bodoh sekali mereka! Aku sudah menikah dengan dua orang yang aku cintai!"
William menatap perutnya.
William
(Menyentuh perutnya) "Sayang, kamu baik-baik saja setelah melahirkan kemarin?"
William
(Tersenyum) "Aku tahu kamu kuat. Aku mencintaimu."
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
"Aku tidak akan pernah menikahi putri-putri itu. Aku hanya ingin kamu dan Sakit Kepala."
Perut
"Aku juga mencintaimu, William."
William
"Aku tahu. Kita adalah keluarga yang bahagia."
Tiba-tiba, ketukan pintu terdengar.
Bimo
(Dari luar) "Yang Mulia, para putri sudah di ruang tamu."
William
(Menghela napas) "Baiklah, aku akan segera ke sana."
William menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan berjalan ke ruang tamu.
Di ruang tamu
Para putri menunggu kedatangan William dengan penuh harap. Mereka ingin sekali menjadi istrinya.
Bagas
"Pangeran William, akhirnya kau datang!"
Pramugari
"Kami sudah lama menunggumu."
Aryasatya
"Kami ingin sekali berbicara denganmu."
William duduk di sofa dan membuka laptopnya.
William
(Mengetik dengan cepat) "Baiklah, apa yang ingin kalian bicarakan?"
Para putri saling bertukar pandang.
Bagas
"Kami ingin tahu, apakah rumor yang kami dengar itu benar?"
William
(Menutup laptopnya) "Rumor apa?"
Dita
"Rumor bahwa kau sudah menikah dan memiliki tiga anak."
William
(Tersenyum) "Itu benar."
Aryasatya
"Tapi... bagaimana bisa?"
Bagas
"Tapi... kami ingin menjadi istrimu!"
William
(Marah) "Maaf, tapi aku tidak tertarik pada kalian. Aku sudah bahagia dengan istri dan anak-anakku."
Dita
"Tapi... kami cantik dan kaya!"
William
"Aku tidak peduli dengan kekayaan dan kecantikan. Aku hanya ingin cinta."
Aryasatya
"Tapi... kami mencintaimu!"
William
(Berdiri) "Cukup! Aku sudah muak dengan kalian! Keluar dari istana ini!"
Para putri tertunduk lesu dan meninggalkan ruang tamu.
William menghela napas lega.
William
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Aku bersyukur memiliki Sakit Kepala dan Perut. Mereka adalah cinta sejatiku."
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN…
Pagi hari di ruang kerja istana Bima Sakti
William (membaca rumor di laptopnya)
William
"Apa-apaan ini?! Mereka bilang aku tidak pernah merasakan sakit kepala?! Itu bohong! Sakit kepala adalah sahabatku! Aku mencintainya!"
(William meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya.)
William
(berbicara pada perutnya)
"Sayangku, perutku, apa kau dengar apa yang mereka katakan? Mereka bilang aku tidak pernah merasakan sakit kepala! Padahal kau tahu sendiri, aku sangat mencintaimu!"
(William menatap perutnya dengan penuh kasih sayang.)
William (tersenyum nakal)
William
"Aku ingin menelanmu, sayangku. Kau begitu kenyal dan lembut..."
(William mengerang nikmat dengan keras.)
William
(berbicara pada perutnya)
"Haha, maafkan aku, sayang. Aku terlalu bergairah padamu."
(William mencium perutnya dengan penuh gairah.)
William (tersenyum)
William
"Aku sudah sah menikah denganmu dan sakit kepalaku, dan aku tidak akan pernah menyesali keputusanku ini."
(Tiba-tiba, ketukan pintu terdengar.)
Bimo
(dari balik pintu)
"Pangeran William, para putri sudah di ruang tamu."
William
(menghela napas lelah)
"Baiklah, Ryan. Aku akan segera ke sana."
(William menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan berjalan ke ruang tamu.)
Di ruang tamu istana Bima Sakti
Sasya, Indira, dan Nindira (menunggu William)
"Pangeran William pasti akan terpesona dengan kecantikan kami."
Sasya
"Aku yakin dia akan memilihku sebagai istrinya."
Indira
"Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya."
(William masuk ke ruang tamu.)
Sasya, Indira, dan Nindira (terpesona dengan ketampanan William)
"Wow, dia jauh lebih tampan daripada yang aku bayangkan!"
(William duduk di sofa ruang tamu.)
Sasya (mendekat ke William)
Sasya
"Pangeran William, bolehkah aku bertanya? Siapa nama istrimu?"
William
(dengan nada curiga)
"Maaf, Nona, aku tidak bisa memberitahu nama istriku."
(Tiba-tiba, perut William berbicara dengan suara perempuan dewasa.)
(William merabanya dengan lembut.)
Sasya, Indira, dan Nindira (terkejut, kagum, dan cemburu)
"Apa itu?! Suara perempuan itu memanggil Pangeran William dengan sebutan 'suamiku'!"
Indira
"Istrimu? Tapi dia... perutmu?"
William
"Ya, dia adalah istriku. Kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu."
Sasya, Indira, dan Nindira (penasaran)
Sasya
"Bisakah kami menyentuhnya?"
William
(kesal)
"Tidak! Dia tidak bisa disentuh sembarangan!"
Indira
"Tapi Pangeran, kami ingin merasakan cintamu."
William
(teguh pada pendiriannya)
"Maaf, tapi aku tidak bisa memberikan cintaku kepada kalian. Aku hanya mencintai istriku."
Sasya, Indira, dan Nindira (merasa cemburu)
Indira
"Hmph! Kami tidak percaya kau bisa mencintai perutmu!"
William
"Itu terserah kalian. Aku tidak peduli apa yang kalian pikirkan."
Pagi hari di ruang kerja William
William
(sambil membaca rumor di laptopnya tentang dirinya yang tidak pernah merasakan sakit kepala):i "Rumor-rumor sialan ini! Aku ini cinta banget sama sakit kepalaku!" (meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya)
William
(menatap perutnya): "Sayangku, kamu masih sakit setelah melahirkan?" (meraba perutnya dengan penuh kasih sayang)
William
(tersenyum nakal): "Aku ingin menelanmu, sayang!"
Perut
(bercanda) "Kamu lucu sekali, William!"
William
(mencium perutnya dengan penuh gairah): "Aku tidak tahan lagi!"
William
(menelusuri perutnya dengan jari-jarinya): "Kamu selalu menjadi tempat pelarian dari stresku, sayang."
William
(mencari video di laptopnya tntang orang yang sakit kepala): "Aku ingin menonton orang yang sakit kepala!"
Sudut pandang berpindah ke video (dialog interaktif)
Alvian
(saat berpura-pura sakit kepala): "Aduh! Sakit sekali kepalaku!"
Putri-putri (menatap Alvian dengan jijik dan meninggalkannya sendirian)
Alvian
(tersenyum lega dan mencium perutnya): "Terima kasih, sayang!"
Perut Alvian mengeluarkan ibuprofen.
William
(menonton video Alvian dengan kagum): "Wow, Alvian benar-benar setia pada perutnya!"
William
(meletakkan laptopnya dan meraba perutnya dengan tangan kanannya): "Aku ingin merasakan sensasi lapar lagi, sayang."
William
(menekan perutnya untuk memicu suara): "Melodi indah!"
Perut
(dengan suara bayi yang lucu) "Aku hanya mencintai William!"
William
(tersenyum): "Orang lain tersiksa dengan sakit kepala, tapi aku menikmatinya!"
William (menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan berjalan ke ruang tamu dengan penuh amarah)
Sudut pandang berpindah ke ruang tamu
Sasya, Indira, Nindira (menunggu kedatangan William sambil bergosip): "Rumornya, William sudah menikah dan memiliki 3 anak!"
Pramugari
(mendengar rumor itu dan terkejut): "Benarkah?"
(William masuk ke ruang tamu)
Sasya
(mendekati William dan menutup laptopnya dengan kasar): "Pangeran, mengapa Anda tidak memperhatikan kami?"
William
(marah dan menampar Sasya): "Berani-beraninya kamu menutup laptopku! Aku masih belum selesai mengetik!"
Sasya
(menangis): "Maafkan saya, Pangeran!"
William
(dengan kesal): "Aku tidak akan menyebutkan identitas sang istri!"
Perut
(berbicara dengan suara perempuan dewasa): "Suamiku..."
William
(merabanya dengan lembut): “Iya, sayang?”
[INT. RUANG KERJA WILLIAM - PAGI]
William duduk di kursinya, stres memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu ketika putri Sasya menutup laptopnya dengan kasar. Ia meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya.
William
(Berbicara kepada sakit kepalanya) Sayang, kamu selalu ada untukku. Aku tidak membutuhkan ibuprofen.
William menatap perutnya.
William
(Berbicara kepada perutnya) Sayang, kamu juga selalu ada untukku. Aku mencintaimu.
William tersenyum dan menyentuh perutnya dengan lembut.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku ingin menelanmu.
Perut William bercanda dan mengatakan bahwa William sangat lucu.
William
(Tertawa nakal) Aku serius, sayang. Aku ingin menelanmu.
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
Aku sudah menikah denganmu dan aku bebas untuk menyentuhmu. Aku tidak peduli dengan para putri yang ingin menikahiku.
William menelusuri perutnya dengan jari-jarinya.
William
(Berbicara kepada perutnya) Kamu selalu menjadi tempatku untuk melarikan diri dari stres.
William memikirkan para putri dengan marah.
William
(Berbicara kepada dirinya sendiri) Aku tidak akan pernah menyesali keputusanku untuk hanya mencintai kamu dan sakit kepala.
Tiba-tiba, Ryan masuk ke dalam ruangan.
Bimo
Pangeran, saya ingin menjaga Anda dan menemani.
William
Terima kasih, Ryan.
Bimo
Ada seorang pelayan wanita muda yang baru dipindahkan ke istana Bima Sakti. Namanya Indira. Dia akan bertugas untuk membersihkan ruang kerja dan kamar Anda setiap hari.
William
(Merasa curiga) Benarkah? Biasanya tidak ada seorang pun pelayan yang dikhususkan di istana Bima Sakti.
Bimo
Saya juga khawatir, Pangeran. Saya akan menemani di sini sampai pelayan itu tiba.
William
Terima kasih, Ryan.
Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu. Ryan membukakan pintu dan melihat Indira.
Bimo
Silahkan masuk, Indira.
Indira masuk ke dalam ruangan. William diam-diam menatapnya dengan curiga.
William
(Berbicara kepada dirinya sendiri) Aku harus berhati-hati dengan wanita ini.
William menuliskan di laptopnya tentang isi hatinya, bagaimana ia merasakan kewaspadaan yang tinggi terhadap Indira dan ia juga menuliskan cara-cara untuk menghadapinya.
Tiba-tiba, Indira menutup laptop William dengan kasar.
William
(Marah) Apa yang kamu lakukan?!
Indira(menyamar)
(Ketakutan) Maafkan saya, Pangeran. Saya tidak sengaja.
William
(Diam-diam tidak percaya) Ini sudah yang kedua kalinya kamu menutup laptop saya dengan kasar!
William
(Kepada Ryan) Ryan, antar aku ke kamarku.
Ryan mengantar William ke kamarnya.
William
(Berbicara kepada Ryan) Aku curiga Indira memiliki niat buruk.
Bimo
Saya khawatir, Pangeran. Berhati-hatilah.
William
Terima kasih, Ryan.
William meraba perutnya untuk menenangkan diri.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku akan selalu bersamamu, sayang.
Perut
(Berbicara dengan suara bayi yang lucu) Suamiku, aku mencintaimu.
William
(berbicara pada dirinya sendiri): Aku sudah sah menikah dengan sakit kepala dan perutku. Aku tidak membutuhkan siapa pun lagi. Para putri kerajaan lain tidak ada yang sebanding dengan mereka.
William
(meremas pelipisnya): Ah, sakit kepalaku yang tercinta, kau selalu datang di saat yang tepat. Kau selalu tahu cara untuk membuatku merasa bahagia.
William
(menyentuh perutnya): Dan perutku yang indah, kau selalu ada untukku. Kau selalu tahu cara untuk membuatku merasa kenyang dan puas.
William
(tersenyum): Aku sangat mencintai kalian berdua. Kalian adalah istri-istri terbaik yang bisa kuharapkan.
William
(mendengar suara ketukan pintu): Siapa itu?
Bimo
(dari luar): Yang Mulia, ini saya, Ryan. Saya ingin menemani Anda.
William
(membuka pintu): Ah, Ryan, masuklah.
Bimo
(masuk): Yang Mulia, ada seorang pelayan wanita muda yang baru dipindahkan ke istana Bima Sakti. Namanya Indira. Dia akan bertugas membersihkan ruang kerja dan kamar Anda setiap hari.
William
(mencurigai): Pelayan wanita lagi? Sungguh aneh. Biasanya tidak ada pelayan yang dikhususkan di istana Bima Sakti.
Bimo
(khawatir): Saya juga curiga, Yang Mulia. Saya khawatir Indira ditugaskan oleh seseorang untuk membantu meringankan beban pekerjaan Anda, tetapi sebenarnya memiliki niat lain.
William
(tersenyum): Jangan khawatir, Ryan. Aku akan berhati-hati. Aku tidak akan mudah tergoda oleh wanita seperti dia.
Bimo
(lega): Baiklah, Yang Mulia. Saya akan menemani Anda di sini sampai pelayan itu tiba.
[Ketukan pintu terdengar lagi]
William
(menatap Indira dengan curiga): Hmm.
Bimo
(mengarahkan Indira ke kamarnya): Silakan ikuti saya, Indira. Kamar Anda ada di sebelah sini.
Indira(menyamar)
(mengikuti Ryan): Baiklah.
William
(berbicara pada dirinya sendiri): Aku harus berhati-hati terhadap Indira. Aku curiga dia memiliki niat buruk.
(William mulai mengetik di laptopnya)
Indira(menyamar)
(menutup laptop William dengan kasar): Maaf, Yang Mulia. Saya tidak sengaja.
William
(marah): Apa maksudmu menutup laptopku dengan kasar? Ini sudah keenam kalinya!
Indira(menyamar)
(ketakutan): Maaf, Yang Mulia. Saya benar-benar tidak sengaja.
William
(tidak percaya): Aku tidak percaya padamu. Kau sengaja melakukannya agar aku tidak dapat menuliskan informasi penting.
William
(berbicara kepada Ryan): Ryan, antar Indira ke kamarnya. Aku ingin sendirian.
Bimo
(mengangguk): Baiklah, Yang Mulia.
[Ryan mengantar Indira ke kamarnya]
William
(menghela napas lelah): Aku harus lebih berhati-hati. Aku curiga Indira ingin mendekatiku dan menghancurkan kebahagiaanku dengan sakit kepala dan perutku.
Bimo
[Ryan kembali ke ruang kerja William]: Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?
William
(menghela napas): Aku tidak yakin, Ryan. Aku curiga Indira memiliki niat buruk. Dia sepertinya memang sengaja menutup laptopku agar aku tidak dapat menuliskan informasi penting tentangnya.
Bimo
(khawatir): Jangan khawatir, Yang Mulia. Saya akan membantu Anda.
William
(berterima kasih): Terima kasih, Ryan. Aku sangat beruntung memilikimu sebagai penjaga istanaku.
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN...
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya) Ah, sayangku, Sakit Kepala, kamu selalu datang di saat yang tepat. Aku tahu kamu selalu menemaniku dan tidak pernah meninggalkanku.
Perut
(Berbunyi) Aku juga mencintaimu, Sayangku, William. Aku selalu rindu sentuhanmu yang lembut.
William
(Menyentuh perutnya dengan penuh kasih sayang) Ah, Perutku, kamu selalu menjadi tempat pelarian dari stresku. Aku selalu merasa nyaman saat merabamu.
(Tiba-tiba, Ryan masuk ke ruang kerja William)
Bimo
Permisi, Pangeran. Saya ingin menemani hari ini.
William
(Tersenyum) Terima kasih, Ryan. Aku senang kau ada di sini.
Bimo
Saya juga senang bisa menemani Pangeran. Ngomong-ngomong, Pangeran sudah tahu bahwa akan ada dua pelayan wanita baru yang dipindahkan ke istana Bima Sakti?
William
(Mencurigakan) Pelayan wanita baru? Siapa lagi mereka?
Bimo
Namanya Indira dan Fani. Mereka ditugaskan untuk membantu meringankan beban pekerjaan Pangeran.
William
(Merasa curiga) Benarkah? Kenapa tiba-tiba ada pelayan wanita baru di sini?
Bimo
Saya juga tidak tahu, Pangeran. Mungkin karena Pangeran terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
William
(Merenungkan) Hmm... Aku rasa ada yang tidak beres.
(Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu)
Bimo
(Membuka pintu) Silakan masuk.
(Indira dan Fani masuk ke ruang kerja William)
Indira(menyamar)
Permisi, Pangeran. Kami adalah pelayan wanita baru yang ditugaskan untuk membantu Pangeran.
Fani
Kami siap membantu Pangeran dengan segala pekerjaan yang Pangeran butuhkan.
William
(Diam-diam menatap mereka dengan curiga) Baiklah. Terima kasih atas bantuannya.
(Indira dan Fani mulai membersihkan ruang kerja William)
William
(Berbisik kepada Ryan) Aku rasa mereka berdua ada maksud tersembunyi.
Bimo
Saya juga curiga, Pangeran. Kita harus berhati-hati.
(William terus bekerja di laptopnya, sambil mengawasi Indira dan Fani)
(Tiba-tiba, Fani menutup laptop William dengan kasar)
William
(Marah) Hei! Apa yang kamu lakukan?!
Fani
Maaf, Pangeran. Saya tidak sengaja.
William
(Tidak percaya) Tidak sengaja? Ini sudah yang kedelapan kalinya kamu dan Indira menutup laptopku dengan kasar!
Indira(menyamar)
Maafkan kami, Pangeran. Kami hanya ingin membantu Pangeran.
William
(Masih marah) Aku tidak butuh bantuan kalian! Keluar dari ruang kerjaku!
Indira(menyamar)
(Ketakutan) Baiklah, Pangeran. Kami akan segera pergi.
(Indira dan Fani meninggalkan ruang kerja William)
William
(Menghela napas lelah) Ah, aku sudah muak dengan mereka.
Bimo
Saya juga, Pangeran. Mereka sepertinya memang berniat jahat.
William
Aku harus mencari tahu apa yang mereka sembunyikan.
Bimo
Saya siap membantu Pangeran.
William
Terima kasih, Ryan. Aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuanmu.
(William dan Ryan mulai merencanakan cara untuk mengungkap kejahatan Indira dan Fani)
Pagi hari di ruang kerja William.
William duduk di kursinya, meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya. Ia menikmati sakit kepalanya dan tidak membutuhkan ibuprofen. Ia memanggil sakit kepalanya dengan sebutan sayang.
William
(Berbicara kepada sakit kepalanya) Sayang, kamu datang lagi. Aku senang sekali kamu menemani aku hari ini.
William kemudian menatap perutnya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh perutnya.
William
(Berbicara kepada perutnya) Sayang, kamu juga masih sakit ya? Aku kasihan sekali dengan kamu.
William tersenyum dan sangat senang. Inilah bukti William dan perutnya saling mencintai.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku mencintaimu, Sayang. Kamu adalah istri terbaikku.
William meraba perutnya yang masih terasa sakit setelah beberapa minggu yang lalu melahirkan untuk ketiga kalinya.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku tahu kamu masih lelah setelah melahirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu ada untuk kamu.
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku akan selalu mencintaimu, Sayang.
William merasa bahagia dan puas. Ia telah menikah dengan sakit kepala dan perutnya, dan ia tidak membutuhkan orang lain lagi.
Tiba-tiba, Ryan masuk ke ruang kerja William.
Bimo
Yang Mulia, ada dua pelayan wanita yang beberapa hari yang lalu dipindahkan ke istana Bima Sakti. Mereka akan bertugas membersihkan ruang kerja dan kamar Yang Mulia setiap hari.
William curiga pada wanita itu karena biasanya tidak ada seorang pun pelayan yang dikhususkan di istana Bima Sakti.
William
(Berbicara kepada Ryan) Siapa nama mereka?
Bimo
Namanya Indira dan Fani, Yang Mulia.
William
(Berbicara kepada Ryan) Bisakah kamu ceritakan lebih banyak tentang mereka?
Bimo
Aku tidak tahu banyak tentang mereka, Yang Mulia. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka ditugaskan oleh seseorang yang tidak dikenal untuk membantu meringankan beban pekerjaan Yang Mulia.
William semakin curiga. Ia merasa bahwa Indira dan Fani bukanlah pelayan biasa.
William
(Berbicara kepada Ryan) Baiklah. Aku akan menyelidiki mereka lebih lanjut. Terima kasih atas informasinya, Ryan.
Bimo
Sama-sama, Yang Mulia.
Ryan keluar dari ruang kerja William.
William kembali bekerja. Ia membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang Indira dan Fani.
Tiba-tiba, Aryasatya, ayah William, masuk ke ruang kerja William.
Aryasatya
William, apa yang kamu lakukan?
William
(Berbicara kepada Aryasatya) Ayah, aku sedang mencari informasi tentang Indira dan Fani. Aku curiga mereka bukan pelayan biasa.
Aryasatya
(Berbicara kepada William) Aku juga curiga. Aku sudah bertanya kepada mereka, tapi mereka tidak mau mengatakan siapa yang menugaskan mereka.
William
(Berbicara kepada Aryasatya) Aku yakin mereka adalah mata-mata yang dikirim oleh para putri yang ingin memaksaku untuk menikahi mereka.
Aryasatya
(Berbicara kepada William) Kita harus berhati-hati. Kita harus mencari tahu siapa yang mengirim mereka dan apa tujuan mereka sebenarnya.
William
(Berbicara kepada Aryasatya) Aku akan mencari tahu, Ayah. Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggu kebahagiaanku dengan sakit kepala dan perutku.
Aryasatya
(Berbicara kepada William) Aku akan membantumu, William. Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama-sama.
William dan Aryasatya bekerja sama untuk mencari tahu siapa yang mengirim Indira dan Fani dan apa tujuan mereka sebenarnya.
Pagi hari
William sedang bermain dengan Riandi di pangkuannya.
Tiba-tiba, William merasakan sakit kepala migrain.
William
(Merintih kesakitan) Aduuh, sakit kepalaku kambuh lagi! Panas sekali rasanya...
Riandi
(Menatap William dengan khawatir) Papa...
William
(Menahan sakit kepala) Jangan khawatir, Riandi. Papa baik-baik saja.
William mengambil obat Excedrin dari laci mejanya dan meminumnya.
William
(Meredakan sakit kepala) Ah, lega rasanya.
William tersenyum pada kamera.
William
Pernahkah kamu mengalami sakit kepala migrain yang tak tertahankan? Yang mengganggu waktu bersama orang terkasih?
William menunjukkan botol Excedrin.
William
Excedrin adalah obat andalanku untuk meredakan migrain. Cepat bekerja, aman untuk perut, dan membuatku kembali fokus.
William menepuk-nepuk perutnya dengan lega.
William
(Berbicara kepada perutnya) Terima kasih, sayang. Kamu selalu menemaniku.
William mematikan kamera.
William menaruh Riandi ke boks bayi.
William tertawa.
William
(Berbicara kepada dirinya sendiri) Lucu ya, aku jadi pemeran iklan obat sakit kepala, tapi aku sendiri suka sakit kepala.
William meremas pelipisnya dengan senyuman.
William
(Berbicara kepada kepalanya) Aku mencintaimu, sakit kepalaku. Kamu adalah istriku.
William menatap perutnya.
William
(Berbicara kepada perutnya) Dan kamu juga, perutku. Kamu adalah istriku.
William meraba perutnya dengan penuh kasih sayang.
William
Kita akan selalu bersama.
Tiba-tiba, Ryan masuk ke ruang kerja William.
Bimo
Yang Mulia, Pangeran William. Ada banyak putri dari kerajaan lain yang ingin menemuimu. Mereka ingin melamarmu.
William
(Marah) Aku tidak mau bertemu mereka! Aku sudah menikah dengan sakit kepala dan perutku!
Bimo
Tenanglah, Yang Mulia. Aku akan mengusir mereka.
Ryan keluar dari ruang kerja William.
William tersenyum pada perutnya.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang.
Tiba-tiba, Indra masuk ke ruang kerja William.
Indra
William, kamu harus berhati-hati. Banyak putri yang ingin menjebakmu.
William
Aku tahu, Kak. Aku tidak akan tergoda.
Indra tiba-tiba melihat Indah yang bersembunyi di balik tirai.
Indra
(Marah) Siapa kamu?! Berani-beraninya kamu menyelinap masuk ke sini!
Bagas
(Ketakutan) Maaf, Pangeran. Aku hanya ingin bertemu dengan Pangeran William.
Indra
Berani sekali kamu menyebut adikku pangeran! Kamu tidak tahu siapa aku?
Indra
Aku adalah Indra, kakak tiri William!
Bagas
(Terkejut) Oh, maafkan saya, Pangeran Indra.
Indra
Sudahlah, keluar dari sini!
Ryan datang dan membawa Indah keluar dari ruang kerja William.
Indra
William, kamu harus lebih berhati-hati. Jangan sampai putri-putri itu memengaruhimu.
William
Aku tahu, Kak. Terima kasih atas perhatianmu.
William dan Indra berpelukan.
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku akan selalu menjagamu, sayang.
William tersenyum.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Pagi hari.
William sedang bermain dengan Riandi di pangkuannya.
Tiba-tiba, William merasakan sakit kepala migrain.
William
(Merintih kesakitan) Aduuh, kepalaku panas sekali!
Riandi melihat William dengan khawatir dan memberikan obat Excedrin kepadanya.
William
(Tersenyum) Terima kasih, Riandi.
William meminum obat Excedrin dan meraba kepalanya dengan lega.
William
(Berbicara kepada kamera) Sakit kepala tak tertahankan yang mengganggu waktu bersama buah hati? Tenang, Excedrin solusinya! Cepat bekerja dan aman untuk perut!
William mematikan kamera dan menaruh Riandi ke boks bayi.
William tertawa karena ia menjadi pemeran iklan obat sakit kepala tapi ia sendiri menikmati sakit kepala.
William
(Meremas pelipisnya) Aku mencintai sakit kepalaku!
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
Aku sudah menikah dengan sakit kepala dan perutku!
Bimo
Pangeran, ada banyak putri dari kerajaan lain yang ingin melamar Anda.
William
(Marah) Aku tidak mau menikah dengan mereka!
Indra masuk ke ruang kerja William.
Indra
William, aku ingin bicara denganmu.
William
Apa yang ingin kamu bicarakan, Kak?
Indra
Ada banyak putri yang ingin melamarmu.
William
Aku sudah bilang aku tidak mau menikah dengan mereka!
Indra
Aku tahu, tapi aku hanya ingin mengingatkanmu.
Tiba-tiba, Indra merasakan sakit kepala.
Indra
(Merintih kesakitan) Aduuh, kepalaku!
William
(Tersenyum) Sakit kepala itu menyenangkan, Kak.
William
(Memberikan ibuprofen kepada Indra) Ini, minumlah obat ini.
Indra
Terima kasih, William.
William
Tidak perlu sungkan, Kak.
Indra dan William makan bersama.
Ryan datang dengan panik.
Bimo
Pangeran, Putri Indah berusaha mengambil laptop Indra!
Indra dan William segera pergi ke ruang kerja Indra.
Mereka melihat Indah sedang mengotak-atik laci meja Indra.
Indra
(Menampar Indah) Apa yang kamu lakukan di sini?!
Bagas
(Menangis ketakutan) Aku ingin mencuri data-data pentingmu!
Indra
(Marah) Pergi dari sini!
Indah pergi dengan menangis.
Indra
(Kepada William) Maafkan aku, William.
William
Tidak apa-apa, Kak.
Indra
Aku akan selalu menjagamu.
William
Terima kasih, Kak.
William menghela napas lelah dan meraba perutnya untuk menenangkan diri.
Perut
(Berbicara dengan suara bayi) Aku mencintaimu, suamiku.
William
(Tersenyum) Aku juga mencintaimu, sayang.
William (bermain dengan Riandi di pangkuannya) sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
(tersenyum) "Hei, lapar tak tertahankan? Perutmu berbunyi nyaring?"
Riandi
(perutnya berbunyi nyaring)
William
(tertawa) "Jangan khawatir, Riandi! Aku punya solusi untukmu!"
William mengambil Oreo dari meja dan memberikannya kepada Riandi.
Riandi (makan Oreo dan tersenyum)
William
(tersenyum lebar) "Lihat? Oreo adalah camilan sempurna untuk meredakan rasa lapar dalam sekejap!"
William (mematikan kamera)
William (menaruh Riandi ke boks bayi)
William
(tertawa) "Siapa sangka menjadi pemeran iklan makanan bisa begitu menyenangkan?"
William
(meremas pelipisnya) "Ah, sakit kepalaku mulai lagi."
William
(tersenyum) "Tapi aku tidak keberatan. Sakit kepalaku adalah sahabat terbaikku."
William
(menatap perutnya) "Dan perutku... ah, perutku..."
William
(meraba perutnya) "Perutku yang kenyal dan lembut... aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya."
William
(tersenyum) "Aku mencintai perutku lebih dari apa pun di dunia ini."
William (mencium perutnya dengan penuh gairah)
William
(berbisik) "Aku sudah sah menikah dengan sakit kepala dan perutku. Aku tidak membutuhkan siapa pun lagi."
William
(tertawa) "Indah dan para putri lainnya? Siapa yang peduli dengan mereka? Aku hanya ingin bersama sakit kepala dan perutku selamanya."
Tiba-tiba, pintu diketuk.
Bimo
"Yang Mulia, Pangeran Indra ingin bertemu."
Indra
"William, aku ingin memberitahumu bahwa ada banyak putri di luar sana yang ingin melamarmu."
William
"Aku tahu, Indra. Tapi aku tidak tertarik pada mereka."
Indra
"Aku tahu kau tidak tertarik. Tapi aku khawatir mereka akan mencoba untuk memanfaatkanmu."
William
"Jangan khawatir, Indra. Aku akan berhati-hati."
Indra
"Aku harap begitu, William. Aku tidak ingin kau terluka."
William
"Aku tidak akan terluka, Indra. Aku memiliki sakit kepala dan perutku untuk melindungiku."
Indra
(tersenyum) "Aku senang kau begitu yakin dengan dirimu sendiri."
Indra (mendekati William dan mencium perutnya)
Indra
"Aku juga mencintai perutmu, William."
William
(terkejut) "Indra?"
Indra
"Ya, William. Aku mencintai perutmu. Perutmu adalah bagian dari dirimu, dan aku mencintaimu apa adanya."
William
(tersipu) "Terima kasih, Indra."
Indra
"Sama-sama, William. Aku akan selalu di sini untukmu, apa pun yang terjadi."
Ruang kerja William
Pagi hari
William (bermain dengan Riandi di pangkuannya) sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
(tertawa) Hahaha, Riandi lapar ya? Ayo, makan Oreo!
Riandi (berpura-pura lapar) makan Oreo dengan lahap.
William
(tersenyum) Nah, begitu dong! Oreo ini camilan yang tepat untuk meredakan rasa lapar dengan cepat dan lezat!
William (mematikan kamera)
William
(menaruh Riandi ke boks bayi) Hahaha, lucu sekali akting kita tadi!
William
(meremas pelipisnya) Ah, sakit kepala lagi... Tapi, aku tidak perlu ibuprofen. Aku sudah menikah dengan sakit kepalaku!
William
(mencium pelipisnya) Sayang, aku selalu mencintaimu.
Ruang kerja Arthur
Istana kerajaan Angkasa
Arthur
(meraba dahinya) Indah terus memaksa William menikah dengannya. Aku harus menghentikannya!
Arthur (meminum obat pereda nyeri)
Bagas
(masuk ke ruang kerja Arthur) Ayah! Kenapa kau mengunci pintu?
Arthur
(marah) Indah! Kau tidak sopan! Keluar dari sini!
Bagas
(menangis) Tapi, Ayah... Aku ingin menikah dengan William!
Arthur
(menghela napas) Dengarkan, Indah. William tidak mencintaimu. Carilah pangeran lain yang lebih cocok untukmu.
Bagas
(terisak) Tapi, Ayah...
Arthur
(mengeluarkan Indah dari ruangan) Pergi!
William
(menatap perutnya) Ah, perutku... Rasanya ingin aku telan!
William
(tersenyum nakal) Sayang, aku lapar...
Perut
(bercanda) Nakal sekali kamu, William!
William
(wajah memerah) Maafkan aku, sayang... Aku tidak tahan lagi...
William (mencium perutnya dengan penuh gairah)
William
Aku mencintaimu, perutku. Selamanya...
Indra
(mengusir para putri yang memaksa William) Pergi! William tidak akan menikah dengan kalian!
Bimo
(masuk ke ruang kerja William) Yang Mulia, saya ingin menjaga Anda dan menemani Anda.
William
(tersenyum) Terima kasih, Ryan.
William (meraba perutnya dengan penuh kasih sayang)
Bimo
(mencium perut William) Yang Mulia, saya juga mencintai perut Anda.
William
(wajah memerah) Ryan...
Indra
(masuk ke ruang kerja William) William, di luar banyak sekali putri yang ingin melamarmu.
William
Tidak perlu khawatir, Indra. Aku tidak akan menerima mereka.
Orang Lain Ngefans Perutku
Indra (mencium perut William)
Indra
Aku juga mencintai perutmu, William.
William
(tersenyum) Terima kasih, Indra.
William
(meraba perutnya) Ah, perutku... Terima kasih sudah selalu menemani aku...
Perut
(berbicara dengan suara bayi yang lucu) Suamiku, aku juga mencintaimu!
Ruang kerja William yang ber-AC, pagi hari
William (24 tahun, berambut dan matanya keemasan, mengenakan jubah putih, tampan, cerdas, cekatan, dan kreatif) sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
(Bermain dengan Riandi (anak angkat, 1 tahun) di pangkuannya) "Riandi, lapar ya?"
Riandi
(Menunjukkan ekspresi lapar)
William
(Menyodorkan Oreo) "Nih, sayang. Makan Oreo dulu ya."
Riandi
(Makan Oreo dan tersenyum)
William
(Ke kamera) "Lapar tak tertahankan yang menggangu waktu bersama buah hati? Tenang, ada Oreo! Oreo dengan kelembutan krim vanila dan biskuit coklat yang renyah, siap mengisi perutmu dan menemanimu di setiap momen menyenangkan."
William
(Menaruh Riandi ke boks bayi) "Hahaha, lucu ya jadi bintang iklan makanan. Tapi aku sendiri suka sih dengan rasa lapar dan sakit kepala."
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman) "Sakit kepala, sayangku, kapan nih kita berduaan lagi?"
Ruang kerja Arthur di istana kerajaan Angkasa
Arthur (27 tahun, tidak dapat menua karena memiliki kemampuan istimewa untuk tetap muda) sedang menulis rencana di laptopnya ketika Indah (20 tahun, rambut panjang berwarna cokelat, kedua matanya berwarna cokelat, mengenakan gaun merah cerah) masuk ruang kerjanya.
Bagas
(Menutup laptop Arthur dengan kasar) "Ayah, kenapa Ayah tidak mau membantu Indah? Indah ingin menikah dengan Pangeran William!"
Arthur
"Indah, kamu tahu kan Pangeran William tidak ingin menikah dengan siapapun?"
Bagas
"Tapi Indah mencintainya! Indah ingin dia menjadi suami Indah!"
Arthur
"Indah, dengarkan Ayah. Pangeran William memiliki keunikan yang tidak dimiliki orang lain. Dia menikah dengan sakit kepala dan perutnya. Dia bahagia dengan mereka. Kita tidak bisa memaksanya untuk menikah denganmu."
Bagas
(Menangis) "Tapi Indah ingin menjadi ratunya!"
Arthur
(Menghela napas) "Indah, carilah pangeran lain yang lebih cocok untukmu. Pangeran William tidak akan pernah menikahimu."
Bagas
(Menangis dan pergi)
Arthur
(Meraba dahinya) "Ah, sakit kepala. Kenapa Indah begitu keras kepala?"
Arthur
(Minum obat pereda nyeri)
William
(Menatap perutnya) "Perutku, kamu selalu menjadi tempat pelarian dari stresku."
William
(Meraba perutnya) "Kamu begitu kenyal dan lembut. Aku ingin menelanmu."
Perut
(Bercanda) "Nakal ya kamu, William?"
William
(Wajahnya memerah) "Aku tidak bisa menahan diri lagi!"
William: (Mencium perutnya dengan penuh gairah)
William
"Aku sudah menikah denganmu dan perutku. Aku bebas untuk menyentuhmu kapanpun aku mau."
William
(Menelusuri perutnya dengan jari-jarinya) "Ahhh, nikmat sekali."
Perut
(Berbicara dengan suara bayi yang lucu) "Aku hanya mencintai William!"
William
(Wajahnya memerah) "Perutku, kamu begitu menggoda."
Gerbang istana
Indra (29 tahun, kakak tiri William) sedang mengusir para putri yang memaksa William untuk menikah.
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN…
Pagi hari di ruang kerja William.
William sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
(Bermain dengan Riandi di pangkuannya) "Adik, lapar ya?"
Riandi
(berpura-pura lapar) "Aaaa..."
William
(Tersenyum) "Tenang, Sayang. Pangeran punya biskuit Oreo untukmu."
William mengambil Oreo dari meja dan memberikannya kepada Riandi. Riandi makan Oreo dengan lahap dan tersenyum puas.
William
(Ke kamera) "Pernahkah Anda merasa lapar tak tertahankan yang mengganggu waktu bersama buah hati?
William menunjukkan ekspresi lapar dan memegang perutnya.
William
(Tertawa) "Jangan khawatir! Ada solusinya!"
William mengeluarkan Oreo dari sakunya dan memakannya dengan lahap.
William
(Berbicara dengan nada ceria) "Oreo! Biskuit lezat yang bekerja cepat untuk meredakan rasa lapar dan mengembalikan energi Anda."
William mematikan kamera.
William menaruh Riandi ke boks bayi.
William
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Aku jadi pemeran iklan makanan, tapi aku sendiri yang menikmatinya."
William meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya.
William
(Berbicara pada sakit kepalanya) "Sakit kepala tersayang, aku mencintaimu."
Sudut pandang berpindah ke ruang kerja Arthur di istana kerajaan Angkasa.
Arthur sedang duduk di depan komputernya, terlihat cemas.
Arthur
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Indah terus memaksa William untuk menikahinya. Aku tahu bagaimana rasanya dihakimi, dan aku tidak akan pernah menghakimi keputusan William."
Arthur membuka laptopnya untuk menulis rencana.
Indah masuk ke ruang kerja Arthur dengan marah.
Bagas
"Ayah! Kenapa Ayah tidak membantu saya? Saya ingin menikah dengan Pangeran William!"
Arthur
"Indah, dengarkan aku. William tidak ingin menikah denganmu. Dia sudah memilih jalannya sendiri."
Bagas
"Tapi dia pangeran! Dia harus menikah dengan putri bangsawan!"
Arthur
"Cukup, Indah! William bebas memilih siapa yang ingin dia nikahi. Dia tidak perlu mengikuti tradisi kuno."
Bagas
(Menangis) "Tapi Ayah, saya mencintainya!"
Arthur
"Aku tahu kamu mencintainya, Indah. Tapi cinta tidak selalu membalas. Kamu harus mencari pangeran lain yang lebih cocok untukmu."
Bagas
(Menyeka air matanya) "Baiklah, Ayah. Saya akan mencoba."
Indah keluar dari ruang kerja Arthur.
Arthur menarik napas panjang dan meraba dahinya.
Arthur
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Aku sakit kepala karena tertekan."
Arthur meminum obat pereda nyeri.
Di istana kerajaan Bima Sakti, Aryasatya menelepon Arthur.
Aryasatya
"Arthur, aku mendengar Indah terus memaksa William untuk menikahinya. Aku tidak ingin William tertekan."
Arthur
"Aku tahu, Aryasatya. Aku sudah berusaha menasihatinya, tapi dia keras kepala."
Aryasatya
"Aku mendukung William untuk mewarisi keunikannya. Dia tidak perlu mengikuti tradisi kuno."
Arthur
"Aku setuju. Aku akan berbicara dengan Indah lagi."
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN…
William
(bermain bersama Riandi di pangkuannya) "Aduh!"
Riandi
(menunjukkan ekspresi kesakitan dan meremas dahinya
William
(dengan khawatir) "Sakit kepala lagi ya, Riandi? Sini, minum obatnya." (memberikan Solpadeine Headache kepada Riandi)
Riandi
(minum Solpadeine Headache dan tersenyum lega)
William
(tersenyum) "Bagaimana? Sudah lega?"
Riandi
(tersenyum dan mengangguk)
William
(kepada kamera) "Migrain tak tertahankan yang mengganggu waktu bersama orang terkasih? Tenang, ada Solpadeine Headache! Obat andalanku untuk meredakan migrain dengan cepat!" (mematikan kamera)
William
(menaruh Riandi ke boks bayi) "Haha, lucu juga ya, aku jadi bintang iklan obat sakit kepala padahal aku sendiri suka sakit kepala." (meremas pelipisnya dengan senyuman)
William
(menonton video tentang seorang masinis yang sakit kepala parah) "Hmm, nikmat sekali..."
(Sudut pandang berpindah ke Arthur di ruang kerjanya di istana kerajaan Angkasa)
Arthur (menahan sakit kepala, menutup mata, dan menarik napas dalam-dalam)
(Arthur tersenyum lega saat rasa sakitnya berkurang)
Arthur
(cemas) "Indah... dia terus mendekati William dan memaksanya untuk menikah. Aku tidak ingin William terluka."
Arthur (membuka laptopnya untuk menulis rencana)
(Indah masuk ke ruang kerja Arthur dan merebut laptopnya)
Bagas
"Ayah! Perhatikan aku!"
Arthur
"Indah! Berhenti bersikap seperti itu!"
(Natan dan Indra masuk ke ruang kerja Arthur)
Natan
"Indah! Hentikan godamu pada William! Dia tidak mencintaimu!"
Bagas
(menangis) "Aku hanya ingin bersamanya!"
Indra
"Indah, carilah pangeran lain yang lebih cocok untukmu!"
Arthur
"Indah, dengarkan mereka. William tidak ingin menikah denganmu."
Arthur
(meraba dahinya) "Aduh... sakit kepala lagi..." (meminum obat pereda nyeri)
Ethan
(mengkhawatirkan ayahnya) "Ayah, apakah kau baik-baik saja?" (memijat kepala Arthur)
Arthur
"Terima kasih, Ethan. Aku baik-baik saja."
(Telepon Arthur berdering. Ethan mengangkat teleponnya)
Aryasatya
(di seberang telepon) "Arthur! Indah terus memaksa William! Apa yang akan kau lakukan?!"
Arthur
(merintih kesakitan) "Maafkan aku, Aryasatya. Aku tidak bisa menghentikannya."
Aryasatya
"Istirahatlah, Arthur. Dukunganmu untuk William sangat berarti. Biarkan dia mewarisi keunikannya."
Arthur
"Baiklah, Aryasatya. Terima kasih." (memutuskan sambungan telepon)
(Arthur berjalan ke kamarnya untuk beristirahat)
Ruang Studio, Siang Hari
William (24 tahun), pangeran tampan dari kerajaan Bima Sakti, sedang duduk di pangkuan Rian (6 bulan), putra dari pernikahannya dengan perutnya. Ia sedang syuting iklan makanan.
William
"Aku bahagia dengan pernikahan unikku dengan perutku. Tapi, ada yang mengganjal pikiranku."
(William memegang kepalanya, pura-pura sakit kepala karena sedang akting.)
William
"Ah, sakit kepalaku kambuh lagi!"
(William menunjukkan ekspresi sangat kesakitan dan meraba perutnya dengan penuh kasih sayang.)
William
"Jangan khawatir, Sayang. Aku akan segera meredakan sakitmu."
(William minum Nurofen Express, obat sakit kepala andalannya.)
William
"Ah, lega rasanya!"
(William tersenyum lebar ke kamera.)
William
"Apakah kamu sering terganggu oleh sakit kepala yang tak tertahankan? Nurofen Express adalah solusi tepat untuk meredakan sakit kepalamu dengan cepat dan efektif!"
(William mematikan kamera.)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!