NovelToon NovelToon

Istriku Bukan Manusia

Aku Hanya Milik Perut dan Sakit Kepala

William
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman) "Ah, sakit kepalaku yang indah. Kau selalu membuatku semakin tampan."
Perut
Perut
(Berbunyi) "Aku lapar, William. Bisakah kau memberiku makan?"
William
William
(Meraba perutnya dengan penuh kasih sayang) "Tentu saja, sayangku. Aku akan segera memberimu makan."
(William mencari video orang sakit kepala di laptopnya. Ia menemukan video Alvian yang sedang berpura-pura sakit kepala untuk mengetes kesetiaan para putri.)
William
William
(Menonton video dengan kagum) "Wow, Alvian benar-benar pintar. Ia menggunakan sakit kepalanya untuk mengetahui siapa yang benar-benar mencintainya."
Perut
Perut
"Aku juga ingin melihat orang sakit kepala. Aku ingin merasakan sensasi lapar lagi."
William
William
(Tertawa) "Baiklah, sayangku. Aku akan mencarikan video untukmu."
(William menemukan video orang sakit kepala yang lain. Ia menontonnya dengan senang.)
William
William
(Setelah selesai menonton) "Ah, itu tadi benar-benar memuaskan. Terima kasih, sayangku."
Perut
Perut
"Aku mencintaimu, William."
William
William
(Mencium perutnya dengan penuh gairah) "Aku juga mencintaimu, sayangku."
(Tiba-tiba, Ryan mengetuk pintu.)
Bimo
Bimo
"Pangeran William, para putri dari kerajaan lain sudah menunggu di ruang tamu."
William
William
(Menghela napas lelah) "Baiklah, Ryan. Aku akan segera ke sana."
William menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan kemudian berjalan ke ruang tamu dengan penuh amarah.
Di ruang tamu Laksani, Isabella, Dinda, dan Intan: (Menunggu William dengan penuh harap)
Pramugari
Pramugari
"Wah, pangeran William datang!"
Perut
Perut
"Dia benar-benar tampan dan gagah."
Arkan
Arkan
"Aku harap dia memilihku sebagai istrinya."
Aryasatya
Aryasatya
"Aku juga!"
(William masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa.)
William
William
(Menatap mereka dengan penuh kecurigaan) "Ada apa kalian datang ke sini?"
Pramugari
Pramugari
"Kami ingin bertemu denganmu, pangeran William."
Perut
Perut
"Kami mendengar rumor bahwa kau sudah menikah dan memiliki tiga anak laki-laki."
William
William
(Terkejut) "Dari mana kalian mendengar rumor itu?"
Arkan
Arkan
"Dari para pelayan istana."
Aryasatya
Aryasatya
"Benarkah rumor itu?"
William
William
(Menghela napas) "Benar. Aku sudah menikah dan memiliki tiga anak laki-laki."
Laksani, Isabella, Dinda, dan Intan: (Terkejut) "Apa?!"
Pramugari
Pramugari
"Tapi, pangeran William, kau adalah pangeran paling tampan dan kaya di seluruh kerajaan. Mengapa kau memilih untuk menikah dengan seorang wanita biasa?"
Perut
Perut
Ya, kami tidak percaya ini!"
Arkan
Arkan
"Kami lebih pantas menjadi istrimu!"
Aryasatya
Aryasatya
"Benar!"
William
William
(Marah) "Cukup! Aku tidak ingin mendengar kalian berbicara seperti itu. Istriku adalah wanita yang sangat spesial dan aku sangat bersyukur memilikinya."
Laksani, Isabella, Dinda, dan Intan: (Terdiam)

Penyusup

Pagi hari di ruang kerja William William duduk di kursinya, membaca rumor di laptopnya tentang dirinya yang tidak pernah menikah. Ia marah mendengar rumor itu.
William
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya) "Bodoh sekali mereka! Aku sudah menikah dengan dua orang yang aku cintai!"
William menatap perutnya.
William
William
(Menyentuh perutnya) "Sayang, kamu baik-baik saja setelah melahirkan kemarin?"
Perut William berdenyut.
William
William
(Tersenyum) "Aku tahu kamu kuat. Aku mencintaimu."
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
William
"Aku tidak akan pernah menikahi putri-putri itu. Aku hanya ingin kamu dan Sakit Kepala."
Perut
Perut
"Aku juga mencintaimu, William."
William tersenyum lebar.
William
William
"Aku tahu. Kita adalah keluarga yang bahagia."
Tiba-tiba, ketukan pintu terdengar.
Bimo
Bimo
(Dari luar) "Yang Mulia, para putri sudah di ruang tamu."
William
William
(Menghela napas) "Baiklah, aku akan segera ke sana."
William menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan berjalan ke ruang tamu.
Di ruang tamu Para putri menunggu kedatangan William dengan penuh harap. Mereka ingin sekali menjadi istrinya.
Bagas
Bagas
"Pangeran William, akhirnya kau datang!"
Pramugari
Pramugari
"Kami sudah lama menunggumu."
Aryasatya
Aryasatya
"Kami ingin sekali berbicara denganmu."
William duduk di sofa dan membuka laptopnya.
William
William
(Mengetik dengan cepat) "Baiklah, apa yang ingin kalian bicarakan?"
Para putri saling bertukar pandang.
Bagas
Bagas
"Kami ingin tahu, apakah rumor yang kami dengar itu benar?"
William
William
(Menutup laptopnya) "Rumor apa?"
Dita
Dita
"Rumor bahwa kau sudah menikah dan memiliki tiga anak."
William
William
(Tersenyum) "Itu benar."
Para putri terkejut.
Aryasatya
Aryasatya
"Tapi... bagaimana bisa?"
William
William
"Itu rahasia."
Bagas
Bagas
"Tapi... kami ingin menjadi istrimu!"
William
William
(Marah) "Maaf, tapi aku tidak tertarik pada kalian. Aku sudah bahagia dengan istri dan anak-anakku."
Para putri kecewa.
Dita
Dita
"Tapi... kami cantik dan kaya!"
William
William
"Aku tidak peduli dengan kekayaan dan kecantikan. Aku hanya ingin cinta."
Aryasatya
Aryasatya
"Tapi... kami mencintaimu!"
William
William
(Berdiri) "Cukup! Aku sudah muak dengan kalian! Keluar dari istana ini!"
Para putri tertunduk lesu dan meninggalkan ruang tamu. William menghela napas lega.
William
William
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Aku bersyukur memiliki Sakit Kepala dan Perut. Mereka adalah cinta sejatiku."
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN…
Pagi hari di ruang kerja istana Bima Sakti William (membaca rumor di laptopnya)
William
William
"Apa-apaan ini?! Mereka bilang aku tidak pernah merasakan sakit kepala?! Itu bohong! Sakit kepala adalah sahabatku! Aku mencintainya!"
(William meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya.)
William
William
(berbicara pada perutnya) "Sayangku, perutku, apa kau dengar apa yang mereka katakan? Mereka bilang aku tidak pernah merasakan sakit kepala! Padahal kau tahu sendiri, aku sangat mencintaimu!"
(William menatap perutnya dengan penuh kasih sayang.) William (tersenyum nakal)
William
William
"Aku ingin menelanmu, sayangku. Kau begitu kenyal dan lembut..."
(William mengerang nikmat dengan keras.)
William
William
(berbicara pada perutnya) "Haha, maafkan aku, sayang. Aku terlalu bergairah padamu."
(William mencium perutnya dengan penuh gairah.) William (tersenyum)
William
William
"Aku sudah sah menikah denganmu dan sakit kepalaku, dan aku tidak akan pernah menyesali keputusanku ini."
(Tiba-tiba, ketukan pintu terdengar.)
Bimo
Bimo
(dari balik pintu) "Pangeran William, para putri sudah di ruang tamu."
William
William
(menghela napas lelah) "Baiklah, Ryan. Aku akan segera ke sana."
(William menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan berjalan ke ruang tamu.)
Di ruang tamu istana Bima Sakti Sasya, Indira, dan Nindira (menunggu William) "Pangeran William pasti akan terpesona dengan kecantikan kami."
Sasya
Sasya
"Aku yakin dia akan memilihku sebagai istrinya."
Indira
Indira
"Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya."
(William masuk ke ruang tamu.)
Sasya, Indira, dan Nindira (terpesona dengan ketampanan William) "Wow, dia jauh lebih tampan daripada yang aku bayangkan!"
(William duduk di sofa ruang tamu.) Sasya (mendekat ke William)
Sasya
Sasya
"Pangeran William, bolehkah aku bertanya? Siapa nama istrimu?"
(William terkejut.)
William
William
(dengan nada curiga) "Maaf, Nona, aku tidak bisa memberitahu nama istriku."
(Tiba-tiba, perut William berbicara dengan suara perempuan dewasa.)
Perut
Perut
"Suamiku..."
(William merabanya dengan lembut.)
Sasya, Indira, dan Nindira (terkejut, kagum, dan cemburu) "Apa itu?! Suara perempuan itu memanggil Pangeran William dengan sebutan 'suamiku'!"
William
William
"Ini... istriku."
Indira
Indira
"Istrimu? Tapi dia... perutmu?"
William
William
"Ya, dia adalah istriku. Kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu."
Sasya, Indira, dan Nindira (penasaran)
Sasya
Sasya
"Bisakah kami menyentuhnya?"
William
William
(kesal) "Tidak! Dia tidak bisa disentuh sembarangan!"
Indira
Indira
"Tapi Pangeran, kami ingin merasakan cintamu."
William
William
(teguh pada pendiriannya) "Maaf, tapi aku tidak bisa memberikan cintaku kepada kalian. Aku hanya mencintai istriku."
Sasya, Indira, dan Nindira (merasa cemburu)
Indira
Indira
"Hmph! Kami tidak percaya kau bisa mencintai perutmu!"
William
William
"Itu terserah kalian. Aku tidak peduli apa yang kalian pikirkan."
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Pagi hari di ruang kerja William
William
William
(sambil membaca rumor di laptopnya tentang dirinya yang tidak pernah merasakan sakit kepala):i "Rumor-rumor sialan ini! Aku ini cinta banget sama sakit kepalaku!" (meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya)
William
William
(menatap perutnya): "Sayangku, kamu masih sakit setelah melahirkan?" (meraba perutnya dengan penuh kasih sayang)
William
William
(tersenyum nakal): "Aku ingin menelanmu, sayang!"
Perut
Perut
(bercanda) "Kamu lucu sekali, William!"
William
William
(mencium perutnya dengan penuh gairah): "Aku tidak tahan lagi!"
William
William
(menelusuri perutnya dengan jari-jarinya): "Kamu selalu menjadi tempat pelarian dari stresku, sayang."
William
William
(mencari video di laptopnya tntang orang yang sakit kepala): "Aku ingin menonton orang yang sakit kepala!"
Sudut pandang berpindah ke video (dialog interaktif)
Alvian
Alvian
(saat berpura-pura sakit kepala): "Aduh! Sakit sekali kepalaku!"
Putri-putri (menatap Alvian dengan jijik dan meninggalkannya sendirian)
Alvian
Alvian
(tersenyum lega dan mencium perutnya): "Terima kasih, sayang!"
Perut Alvian mengeluarkan ibuprofen.
William
William
(menonton video Alvian dengan kagum): "Wow, Alvian benar-benar setia pada perutnya!"
William
William
(meletakkan laptopnya dan meraba perutnya dengan tangan kanannya): "Aku ingin merasakan sensasi lapar lagi, sayang."
(Perut William berbunyi)
William
William
(menekan perutnya untuk memicu suara): "Melodi indah!"
Perut
Perut
(dengan suara bayi yang lucu) "Aku hanya mencintai William!"
William
William
(tersenyum): "Orang lain tersiksa dengan sakit kepala, tapi aku menikmatinya!"
William (menitipkan anak-anaknya kepada Ryan dan berjalan ke ruang tamu dengan penuh amarah) Sudut pandang berpindah ke ruang tamu
Sasya, Indira, Nindira (menunggu kedatangan William sambil bergosip): "Rumornya, William sudah menikah dan memiliki 3 anak!"
Pramugari
Pramugari
 (mendengar rumor itu dan terkejut): "Benarkah?"
(William masuk ke ruang tamu)
Sasya
Sasya
(mendekati William dan menutup laptopnya dengan kasar): "Pangeran, mengapa Anda tidak memperhatikan kami?"
William
William
(marah dan menampar Sasya): "Berani-beraninya kamu menutup laptopku! Aku masih belum selesai mengetik!"
Sasya
Sasya
(menangis): "Maafkan saya, Pangeran!"
William
William
(dengan kesal): "Aku tidak akan menyebutkan identitas sang istri!"
Perut
Perut
(berbicara dengan suara perempuan dewasa): "Suamiku..."
William
William
(merabanya dengan lembut): “Iya, sayang?”
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN
[INT. RUANG KERJA WILLIAM - PAGI] William duduk di kursinya, stres memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu ketika putri Sasya menutup laptopnya dengan kasar. Ia meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya.
William
William
(Berbicara kepada sakit kepalanya) Sayang, kamu selalu ada untukku. Aku tidak membutuhkan ibuprofen.
William menatap perutnya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Sayang, kamu juga selalu ada untukku. Aku mencintaimu.
William tersenyum dan menyentuh perutnya dengan lembut.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku ingin menelanmu.
Perut William bercanda dan mengatakan bahwa William sangat lucu.
William
William
(Tertawa nakal) Aku serius, sayang. Aku ingin menelanmu.
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
William
Aku sudah menikah denganmu dan aku bebas untuk menyentuhmu. Aku tidak peduli dengan para putri yang ingin menikahiku.
William menelusuri perutnya dengan jari-jarinya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Kamu selalu menjadi tempatku untuk melarikan diri dari stres.
William memikirkan para putri dengan marah.
William
William
(Berbicara kepada dirinya sendiri) Aku tidak akan pernah menyesali keputusanku untuk hanya mencintai kamu dan sakit kepala.
Tiba-tiba, Ryan masuk ke dalam ruangan.
Bimo
Bimo
Pangeran, saya ingin menjaga Anda dan menemani.
William
William
Terima kasih, Ryan.
Bimo
Bimo
Ada seorang pelayan wanita muda yang baru dipindahkan ke istana Bima Sakti. Namanya Indira. Dia akan bertugas untuk membersihkan ruang kerja dan kamar Anda setiap hari.
William
William
(Merasa curiga) Benarkah? Biasanya tidak ada seorang pun pelayan yang dikhususkan di istana Bima Sakti.
Bimo
Bimo
Saya juga khawatir, Pangeran. Saya akan menemani di sini sampai pelayan itu tiba.
William
William
Terima kasih, Ryan.
Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu. Ryan membukakan pintu dan melihat Indira.
Bimo
Bimo
Silahkan masuk, Indira.
Indira masuk ke dalam ruangan. William diam-diam menatapnya dengan curiga.
William
William
(Berbicara kepada dirinya sendiri) Aku harus berhati-hati dengan wanita ini.
William menuliskan di laptopnya tentang isi hatinya, bagaimana ia merasakan kewaspadaan yang tinggi terhadap Indira dan ia juga menuliskan cara-cara untuk menghadapinya. Tiba-tiba, Indira menutup laptop William dengan kasar.
William
William
(Marah) Apa yang kamu lakukan?!
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
(Ketakutan) Maafkan saya, Pangeran. Saya tidak sengaja.
William
William
(Diam-diam tidak percaya) Ini sudah yang kedua kalinya kamu menutup laptop saya dengan kasar!
William
William
(Kepada Ryan) Ryan, antar aku ke kamarku.
Ryan mengantar William ke kamarnya.
William
William
(Berbicara kepada Ryan) Aku curiga Indira memiliki niat buruk.
Bimo
Bimo
Saya khawatir, Pangeran. Berhati-hatilah.
William
William
Terima kasih, Ryan.
William meraba perutnya untuk menenangkan diri.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku akan selalu bersamamu, sayang.
Perut
Perut
(Berbicara dengan suara bayi yang lucu) Suamiku, aku mencintaimu.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Pagi hari
William
William
(berbicara pada dirinya sendiri): Aku sudah sah menikah dengan sakit kepala dan perutku. Aku tidak membutuhkan siapa pun lagi. Para putri kerajaan lain tidak ada yang sebanding dengan mereka.
William
William
(meremas pelipisnya): Ah, sakit kepalaku yang tercinta, kau selalu datang di saat yang tepat. Kau selalu tahu cara untuk membuatku merasa bahagia.
William
William
(menyentuh perutnya): Dan perutku yang indah, kau selalu ada untukku. Kau selalu tahu cara untuk membuatku merasa kenyang dan puas.
William
William
(tersenyum): Aku sangat mencintai kalian berdua. Kalian adalah istri-istri terbaik yang bisa kuharapkan.
William
William
(mendengar suara ketukan pintu): Siapa itu?
Bimo
Bimo
(dari luar): Yang Mulia, ini saya, Ryan. Saya ingin menemani Anda.
William
William
(membuka pintu): Ah, Ryan, masuklah.
Bimo
Bimo
(masuk): Yang Mulia, ada seorang pelayan wanita muda yang baru dipindahkan ke istana Bima Sakti. Namanya Indira. Dia akan bertugas membersihkan ruang kerja dan kamar Anda setiap hari.
William
William
(mencurigai): Pelayan wanita lagi? Sungguh aneh. Biasanya tidak ada pelayan yang dikhususkan di istana Bima Sakti.
Bimo
Bimo
(khawatir): Saya juga curiga, Yang Mulia. Saya khawatir Indira ditugaskan oleh seseorang untuk membantu meringankan beban pekerjaan Anda, tetapi sebenarnya memiliki niat lain.
William
William
(tersenyum): Jangan khawatir, Ryan. Aku akan berhati-hati. Aku tidak akan mudah tergoda oleh wanita seperti dia.
Bimo
Bimo
(lega): Baiklah, Yang Mulia. Saya akan menemani Anda di sini sampai pelayan itu tiba.
[Ketukan pintu terdengar lagi]
Bimo
Bimo
(membuka pintu): Ya?
William
William
(menatap Indira dengan curiga): Hmm.
Bimo
Bimo
(mengarahkan Indira ke kamarnya): Silakan ikuti saya, Indira. Kamar Anda ada di sebelah sini.
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
(mengikuti Ryan): Baiklah.
William
William
(berbicara pada dirinya sendiri): Aku harus berhati-hati terhadap Indira. Aku curiga dia memiliki niat buruk.
(William mulai mengetik di laptopnya)
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
(menutup laptop William dengan kasar): Maaf, Yang Mulia. Saya tidak sengaja.
William
William
(marah): Apa maksudmu menutup laptopku dengan kasar? Ini sudah keenam kalinya!
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
(ketakutan): Maaf, Yang Mulia. Saya benar-benar tidak sengaja.
William
William
(tidak percaya): Aku tidak percaya padamu. Kau sengaja melakukannya agar aku tidak dapat menuliskan informasi penting.
William
William
(berbicara kepada Ryan): Ryan, antar Indira ke kamarnya. Aku ingin sendirian.
Bimo
Bimo
(mengangguk): Baiklah, Yang Mulia.
[Ryan mengantar Indira ke kamarnya]
William
William
(menghela napas lelah): Aku harus lebih berhati-hati. Aku curiga Indira ingin mendekatiku dan menghancurkan kebahagiaanku dengan sakit kepala dan perutku.
Bimo
Bimo
[Ryan kembali ke ruang kerja William]: Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?
William
William
(menghela napas): Aku tidak yakin, Ryan. Aku curiga Indira memiliki niat buruk. Dia sepertinya memang sengaja menutup laptopku agar aku tidak dapat menuliskan informasi penting tentangnya.
Bimo
Bimo
(khawatir): Jangan khawatir, Yang Mulia. Saya akan membantu Anda.
William
William
(berterima kasih): Terima kasih, Ryan. Aku sangat beruntung memilikimu sebagai penjaga istanaku.
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN...
William
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya) Ah, sayangku, Sakit Kepala, kamu selalu datang di saat yang tepat. Aku tahu kamu selalu menemaniku dan tidak pernah meninggalkanku.
Perut
Perut
(Berbunyi) Aku juga mencintaimu, Sayangku, William. Aku selalu rindu sentuhanmu yang lembut.
William
William
(Menyentuh perutnya dengan penuh kasih sayang) Ah, Perutku, kamu selalu menjadi tempat pelarian dari stresku. Aku selalu merasa nyaman saat merabamu.
(Tiba-tiba, Ryan masuk ke ruang kerja William)
Bimo
Bimo
Permisi, Pangeran. Saya ingin menemani hari ini.
William
William
(Tersenyum) Terima kasih, Ryan. Aku senang kau ada di sini.
Bimo
Bimo
Saya juga senang bisa menemani Pangeran. Ngomong-ngomong, Pangeran sudah tahu bahwa akan ada dua pelayan wanita baru yang dipindahkan ke istana Bima Sakti?
William
William
(Mencurigakan) Pelayan wanita baru? Siapa lagi mereka?
Bimo
Bimo
Namanya Indira dan Fani. Mereka ditugaskan untuk membantu meringankan beban pekerjaan Pangeran.
William
William
(Merasa curiga) Benarkah? Kenapa tiba-tiba ada pelayan wanita baru di sini?
Bimo
Bimo
Saya juga tidak tahu, Pangeran. Mungkin karena Pangeran terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
William
William
(Merenungkan) Hmm... Aku rasa ada yang tidak beres.
(Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu)
Bimo
Bimo
(Membuka pintu) Silakan masuk.
(Indira dan Fani masuk ke ruang kerja William)
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
Permisi, Pangeran. Kami adalah pelayan wanita baru yang ditugaskan untuk membantu Pangeran.
Fani
Fani
Kami siap membantu Pangeran dengan segala pekerjaan yang Pangeran butuhkan.
William
William
(Diam-diam menatap mereka dengan curiga) Baiklah. Terima kasih atas bantuannya.
(Indira dan Fani mulai membersihkan ruang kerja William)
William
William
(Berbisik kepada Ryan) Aku rasa mereka berdua ada maksud tersembunyi.
Bimo
Bimo
Saya juga curiga, Pangeran. Kita harus berhati-hati.
(William terus bekerja di laptopnya, sambil mengawasi Indira dan Fani) (Tiba-tiba, Fani menutup laptop William dengan kasar)
William
William
(Marah) Hei! Apa yang kamu lakukan?!
Fani
Fani
Maaf, Pangeran. Saya tidak sengaja.
William
William
(Tidak percaya) Tidak sengaja? Ini sudah yang kedelapan kalinya kamu dan Indira menutup laptopku dengan kasar!
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
Maafkan kami, Pangeran. Kami hanya ingin membantu Pangeran.
William
William
(Masih marah) Aku tidak butuh bantuan kalian! Keluar dari ruang kerjaku!
Indira(menyamar)
Indira(menyamar)
(Ketakutan) Baiklah, Pangeran. Kami akan segera pergi.
(Indira dan Fani meninggalkan ruang kerja William)
William
William
(Menghela napas lelah) Ah, aku sudah muak dengan mereka.
Bimo
Bimo
Saya juga, Pangeran. Mereka sepertinya memang berniat jahat.
William
William
Aku harus mencari tahu apa yang mereka sembunyikan.
Bimo
Bimo
Saya siap membantu Pangeran.
William
William
Terima kasih, Ryan. Aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuanmu.
(William dan Ryan mulai merencanakan cara untuk mengungkap kejahatan Indira dan Fani)
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Pagi hari di ruang kerja William. William duduk di kursinya, meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya. Ia menikmati sakit kepalanya dan tidak membutuhkan ibuprofen. Ia memanggil sakit kepalanya dengan sebutan sayang.
William
William
(Berbicara kepada sakit kepalanya) Sayang, kamu datang lagi. Aku senang sekali kamu menemani aku hari ini.
William kemudian menatap perutnya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh perutnya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Sayang, kamu juga masih sakit ya? Aku kasihan sekali dengan kamu.
William tersenyum dan sangat senang. Inilah bukti William dan perutnya saling mencintai.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku mencintaimu, Sayang. Kamu adalah istri terbaikku.
William meraba perutnya yang masih terasa sakit setelah beberapa minggu yang lalu melahirkan untuk ketiga kalinya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku tahu kamu masih lelah setelah melahirkan. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu ada untuk kamu.
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku akan selalu mencintaimu, Sayang.
William merasa bahagia dan puas. Ia telah menikah dengan sakit kepala dan perutnya, dan ia tidak membutuhkan orang lain lagi. Tiba-tiba, Ryan masuk ke ruang kerja William.
Bimo
Bimo
Yang Mulia, ada dua pelayan wanita yang beberapa hari yang lalu dipindahkan ke istana Bima Sakti. Mereka akan bertugas membersihkan ruang kerja dan kamar Yang Mulia setiap hari.
William curiga pada wanita itu karena biasanya tidak ada seorang pun pelayan yang dikhususkan di istana Bima Sakti.
William
William
(Berbicara kepada Ryan) Siapa nama mereka?
Bimo
Bimo
Namanya Indira dan Fani, Yang Mulia.
William
William
(Berbicara kepada Ryan) Bisakah kamu ceritakan lebih banyak tentang mereka?
Bimo
Bimo
Aku tidak tahu banyak tentang mereka, Yang Mulia. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka ditugaskan oleh seseorang yang tidak dikenal untuk membantu meringankan beban pekerjaan Yang Mulia.
William semakin curiga. Ia merasa bahwa Indira dan Fani bukanlah pelayan biasa.
William
William
(Berbicara kepada Ryan) Baiklah. Aku akan menyelidiki mereka lebih lanjut. Terima kasih atas informasinya, Ryan.
Bimo
Bimo
Sama-sama, Yang Mulia.
Ryan keluar dari ruang kerja William. William kembali bekerja. Ia membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang Indira dan Fani. Tiba-tiba, Aryasatya, ayah William, masuk ke ruang kerja William.
Aryasatya
Aryasatya
William, apa yang kamu lakukan?
William
William
(Berbicara kepada Aryasatya) Ayah, aku sedang mencari informasi tentang Indira dan Fani. Aku curiga mereka bukan pelayan biasa.
Aryasatya
Aryasatya
(Berbicara kepada William) Aku juga curiga. Aku sudah bertanya kepada mereka, tapi mereka tidak mau mengatakan siapa yang menugaskan mereka.
William
William
(Berbicara kepada Aryasatya) Aku yakin mereka adalah mata-mata yang dikirim oleh para putri yang ingin memaksaku untuk menikahi mereka.
Aryasatya
Aryasatya
(Berbicara kepada William) Kita harus berhati-hati. Kita harus mencari tahu siapa yang mengirim mereka dan apa tujuan mereka sebenarnya.
William
William
(Berbicara kepada Aryasatya) Aku akan mencari tahu, Ayah. Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggu kebahagiaanku dengan sakit kepala dan perutku.
Aryasatya
Aryasatya
(Berbicara kepada William) Aku akan membantumu, William. Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama-sama.
William dan Aryasatya bekerja sama untuk mencari tahu siapa yang mengirim Indira dan Fani dan apa tujuan mereka sebenarnya.
Pagi hari William sedang bermain dengan Riandi di pangkuannya. Tiba-tiba, William merasakan sakit kepala migrain.
William
William
(Merintih kesakitan) Aduuh, sakit kepalaku kambuh lagi! Panas sekali rasanya...
Riandi
Riandi
(Menatap William dengan khawatir) Papa...
William
William
(Menahan sakit kepala) Jangan khawatir, Riandi. Papa baik-baik saja.
William mengambil obat Excedrin dari laci mejanya dan meminumnya.
William
William
(Meredakan sakit kepala) Ah, lega rasanya.
William tersenyum pada kamera.
William
William
Pernahkah kamu mengalami sakit kepala migrain yang tak tertahankan? Yang mengganggu waktu bersama orang terkasih?
William menunjukkan botol Excedrin.
William
William
Excedrin adalah obat andalanku untuk meredakan migrain. Cepat bekerja, aman untuk perut, dan membuatku kembali fokus.
William menepuk-nepuk perutnya dengan lega.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Terima kasih, sayang. Kamu selalu menemaniku.
William mematikan kamera. William menaruh Riandi ke boks bayi. William tertawa.
William
William
(Berbicara kepada dirinya sendiri) Lucu ya, aku jadi pemeran iklan obat sakit kepala, tapi aku sendiri suka sakit kepala.
William meremas pelipisnya dengan senyuman.
William
William
(Berbicara kepada kepalanya) Aku mencintaimu, sakit kepalaku. Kamu adalah istriku.
William menatap perutnya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Dan kamu juga, perutku. Kamu adalah istriku.
William meraba perutnya dengan penuh kasih sayang.
William
William
Kita akan selalu bersama.
Tiba-tiba, Ryan masuk ke ruang kerja William.
Bimo
Bimo
Yang Mulia, Pangeran William. Ada banyak putri dari kerajaan lain yang ingin menemuimu. Mereka ingin melamarmu.
William
William
(Marah) Aku tidak mau bertemu mereka! Aku sudah menikah dengan sakit kepala dan perutku!
Bimo
Bimo
Tenanglah, Yang Mulia. Aku akan mengusir mereka.
Ryan keluar dari ruang kerja William. William tersenyum pada perutnya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang.
Tiba-tiba, Indra masuk ke ruang kerja William.
Indra
Indra
William, kamu harus berhati-hati. Banyak putri yang ingin menjebakmu.
William
William
Aku tahu, Kak. Aku tidak akan tergoda.
Indra
Indra
Baguslah.
Indra tiba-tiba melihat Indah yang bersembunyi di balik tirai.
Indra
Indra
(Marah) Siapa kamu?! Berani-beraninya kamu menyelinap masuk ke sini!
Bagas
Bagas
(Ketakutan) Maaf, Pangeran. Aku hanya ingin bertemu dengan Pangeran William.
Indra
Indra
Berani sekali kamu menyebut adikku pangeran! Kamu tidak tahu siapa aku?
Bagas
Bagas
Aku tidak tahu.
Indra
Indra
Aku adalah Indra, kakak tiri William!
Bagas
Bagas
(Terkejut) Oh, maafkan saya, Pangeran Indra.
Indra
Indra
Sudahlah, keluar dari sini!
Ryan datang dan membawa Indah keluar dari ruang kerja William.
Indra
Indra
William, kamu harus lebih berhati-hati. Jangan sampai putri-putri itu memengaruhimu.
William
William
Aku tahu, Kak. Terima kasih atas perhatianmu.
William dan Indra berpelukan.
William meraba perutnya.
William
William
(Berbicara kepada perutnya) Aku akan selalu menjagamu, sayang.
William tersenyum. BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Pagi hari. William sedang bermain dengan Riandi di pangkuannya. Tiba-tiba, William merasakan sakit kepala migrain.
William
William
(Merintih kesakitan) Aduuh, kepalaku panas sekali!
Riandi melihat William dengan khawatir dan memberikan obat Excedrin kepadanya.
William
William
(Tersenyum) Terima kasih, Riandi.
William meminum obat Excedrin dan meraba kepalanya dengan lega.
William
William
(Berbicara kepada kamera) Sakit kepala tak tertahankan yang mengganggu waktu bersama buah hati? Tenang, Excedrin solusinya! Cepat bekerja dan aman untuk perut!
William mematikan kamera dan menaruh Riandi ke boks bayi. William tertawa karena ia menjadi pemeran iklan obat sakit kepala tapi ia sendiri menikmati sakit kepala.
William
William
(Meremas pelipisnya) Aku mencintai sakit kepalaku!
William mencium perutnya dengan penuh gairah.
William
William
Aku sudah menikah dengan sakit kepala dan perutku!
Bimo
Bimo
Pangeran, ada banyak putri dari kerajaan lain yang ingin melamar Anda.
William
William
(Marah) Aku tidak mau menikah dengan mereka!
Indra masuk ke ruang kerja William.
Indra
Indra
William, aku ingin bicara denganmu.
William
William
Apa yang ingin kamu bicarakan, Kak?
Indra
Indra
Ada banyak putri yang ingin melamarmu.
William
William
Aku sudah bilang aku tidak mau menikah dengan mereka!
Indra
Indra
Aku tahu, tapi aku hanya ingin mengingatkanmu.
Tiba-tiba, Indra merasakan sakit kepala.
Indra
Indra
(Merintih kesakitan) Aduuh, kepalaku!
William
William
(Tersenyum) Sakit kepala itu menyenangkan, Kak.
Indra
Indra
(Tertawa) Benarkah?
William
William
(Memberikan ibuprofen kepada Indra) Ini, minumlah obat ini.
Indra
Indra
Terima kasih, William.
William
William
Tidak perlu sungkan, Kak.
Indra dan William makan bersama.
Ryan datang dengan panik.
Bimo
Bimo
Pangeran, Putri Indah berusaha mengambil laptop Indra!
Indra dan William segera pergi ke ruang kerja Indra. Mereka melihat Indah sedang mengotak-atik laci meja Indra.
Indra
Indra
(Menampar Indah) Apa yang kamu lakukan di sini?!
Bagas
Bagas
(Menangis ketakutan) Aku ingin mencuri data-data pentingmu!
Indra
Indra
(Marah) Pergi dari sini!
Indah pergi dengan menangis.
Indra
Indra
(Kepada William) Maafkan aku, William.
William
William
Tidak apa-apa, Kak.
Indra
Indra
Aku akan selalu menjagamu.
William
William
Terima kasih, Kak.
William menghela napas lelah dan meraba perutnya untuk menenangkan diri.
Perut
Perut
(Berbicara dengan suara bayi) Aku mencintaimu, suamiku.
William
William
(Tersenyum) Aku juga mencintaimu, sayang.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
William (bermain dengan Riandi di pangkuannya) sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
William
(tersenyum) "Hei, lapar tak tertahankan? Perutmu berbunyi nyaring?"
Riandi
Riandi
(perutnya berbunyi nyaring)
William
William
(tertawa) "Jangan khawatir, Riandi! Aku punya solusi untukmu!"
William mengambil Oreo dari meja dan memberikannya kepada Riandi. Riandi (makan Oreo dan tersenyum)
William
William
(tersenyum lebar) "Lihat? Oreo adalah camilan sempurna untuk meredakan rasa lapar dalam sekejap!"
William (mematikan kamera) William (menaruh Riandi ke boks bayi)
William
William
(tertawa) "Siapa sangka menjadi pemeran iklan makanan bisa begitu menyenangkan?"
William
William
(meremas pelipisnya) "Ah, sakit kepalaku mulai lagi."
William
William
(tersenyum) "Tapi aku tidak keberatan. Sakit kepalaku adalah sahabat terbaikku."
William
William
(menatap perutnya) "Dan perutku... ah, perutku..."
William
William
(meraba perutnya) "Perutku yang kenyal dan lembut... aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya."
William
William
(tersenyum) "Aku mencintai perutku lebih dari apa pun di dunia ini."
William (mencium perutnya dengan penuh gairah)
William
William
(berbisik) "Aku sudah sah menikah dengan sakit kepala dan perutku. Aku tidak membutuhkan siapa pun lagi."
William
William
(tertawa) "Indah dan para putri lainnya? Siapa yang peduli dengan mereka? Aku hanya ingin bersama sakit kepala dan perutku selamanya."
Tiba-tiba, pintu diketuk.
Bimo
Bimo
"Yang Mulia, Pangeran Indra ingin bertemu."
William
William
"Masuklah, Ryan."
Indra (masuk ke ruangan)
Indra
Indra
"William, aku ingin memberitahumu bahwa ada banyak putri di luar sana yang ingin melamarmu."
William
William
"Aku tahu, Indra. Tapi aku tidak tertarik pada mereka."
Indra
Indra
"Aku tahu kau tidak tertarik. Tapi aku khawatir mereka akan mencoba untuk memanfaatkanmu."
William
William
"Jangan khawatir, Indra. Aku akan berhati-hati."
Indra
Indra
"Aku harap begitu, William. Aku tidak ingin kau terluka."
William
William
"Aku tidak akan terluka, Indra. Aku memiliki sakit kepala dan perutku untuk melindungiku."
Indra
Indra
(tersenyum) "Aku senang kau begitu yakin dengan dirimu sendiri."
Indra (mendekati William dan mencium perutnya)
Indra
Indra
"Aku juga mencintai perutmu, William."
William
William
(terkejut) "Indra?"
Indra
Indra
"Ya, William. Aku mencintai perutmu. Perutmu adalah bagian dari dirimu, dan aku mencintaimu apa adanya."
William
William
(tersipu) "Terima kasih, Indra."
Indra
Indra
"Sama-sama, William. Aku akan selalu di sini untukmu, apa pun yang terjadi."
William (tersenyum)
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Ruang kerja William Pagi hari William (bermain dengan Riandi di pangkuannya) sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
William
(tertawa) Hahaha, Riandi lapar ya? Ayo, makan Oreo!
Riandi (berpura-pura lapar) makan Oreo dengan lahap.
William
William
(tersenyum) Nah, begitu dong! Oreo ini camilan yang tepat untuk meredakan rasa lapar dengan cepat dan lezat!
William (mematikan kamera)
William
William
(menaruh Riandi ke boks bayi) Hahaha, lucu sekali akting kita tadi!
William
William
(meremas pelipisnya) Ah, sakit kepala lagi... Tapi, aku tidak perlu ibuprofen. Aku sudah menikah dengan sakit kepalaku!
William
William
(mencium pelipisnya) Sayang, aku selalu mencintaimu.
Ruang kerja Arthur Istana kerajaan Angkasa
Arthur
Arthur
(meraba dahinya) Indah terus memaksa William menikah dengannya. Aku harus menghentikannya!
Arthur (meminum obat pereda nyeri)
Bagas
Bagas
(masuk ke ruang kerja Arthur) Ayah! Kenapa kau mengunci pintu?
Arthur
Arthur
(marah) Indah! Kau tidak sopan! Keluar dari sini!
Bagas
Bagas
(menangis) Tapi, Ayah... Aku ingin menikah dengan William!
Arthur
Arthur
(menghela napas) Dengarkan, Indah. William tidak mencintaimu. Carilah pangeran lain yang lebih cocok untukmu.
Bagas
Bagas
(terisak) Tapi, Ayah...
Arthur
Arthur
(mengeluarkan Indah dari ruangan) Pergi!
Ruang kerja William
William
William
(menatap perutnya) Ah, perutku... Rasanya ingin aku telan!
William
William
(tersenyum nakal) Sayang, aku lapar...
Perut
Perut
(bercanda) Nakal sekali kamu, William!
William
William
(wajah memerah) Maafkan aku, sayang... Aku tidak tahan lagi...
William (mencium perutnya dengan penuh gairah)
William
William
Aku mencintaimu, perutku. Selamanya...
Gerbang istana
Indra
Indra
(mengusir para putri yang memaksa William) Pergi! William tidak akan menikah dengan kalian!
Ruang kerja William
Bimo
Bimo
(masuk ke ruang kerja William) Yang Mulia, saya ingin menjaga Anda dan menemani Anda.
William
William
(tersenyum) Terima kasih, Ryan.
William (meraba perutnya dengan penuh kasih sayang)
Bimo
Bimo
(mencium perut William) Yang Mulia, saya juga mencintai perut Anda.
William
William
(wajah memerah) Ryan...
Indra
Indra
(masuk ke ruang kerja William) William, di luar banyak sekali putri yang ingin melamarmu.
William
William
Tidak perlu khawatir, Indra. Aku tidak akan menerima mereka.

Orang Lain Ngefans Perutku

Indra (mencium perut William)
Indra
Indra
Aku juga mencintai perutmu, William.
William
William
(tersenyum) Terima kasih, Indra.
William
William
(meraba perutnya) Ah, perutku... Terima kasih sudah selalu menemani aku...
Perut
Perut
(berbicara dengan suara bayi yang lucu) Suamiku, aku juga mencintaimu!
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
Ruang kerja William yang ber-AC, pagi hari William (24 tahun, berambut dan matanya keemasan, mengenakan jubah putih, tampan, cerdas, cekatan, dan kreatif) sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
William
(Bermain dengan Riandi (anak angkat, 1 tahun) di pangkuannya) "Riandi, lapar ya?"
Riandi
Riandi
(Menunjukkan ekspresi lapar)
William
William
(Menyodorkan Oreo) "Nih, sayang. Makan Oreo dulu ya."
Riandi
Riandi
(Makan Oreo dan tersenyum)
William
William
(Ke kamera) "Lapar tak tertahankan yang menggangu waktu bersama buah hati? Tenang, ada Oreo! Oreo dengan kelembutan krim vanila dan biskuit coklat yang renyah, siap mengisi perutmu dan menemanimu di setiap momen menyenangkan."
William
William
(Menutup kamera)
William
William
(Menaruh Riandi ke boks bayi) "Hahaha, lucu ya jadi bintang iklan makanan. Tapi aku sendiri suka sih dengan rasa lapar dan sakit kepala."
William
William
(Meremas pelipisnya dengan senyuman) "Sakit kepala, sayangku, kapan nih kita berduaan lagi?"
Ruang kerja Arthur di istana kerajaan Angkasa Arthur (27 tahun, tidak dapat menua karena memiliki kemampuan istimewa untuk tetap muda) sedang menulis rencana di laptopnya ketika Indah (20 tahun, rambut panjang berwarna cokelat, kedua matanya berwarna cokelat, mengenakan gaun merah cerah) masuk ruang kerjanya.
Bagas
Bagas
(Menutup laptop Arthur dengan kasar) "Ayah, kenapa Ayah tidak mau membantu Indah? Indah ingin menikah dengan Pangeran William!"
Arthur
Arthur
"Indah, kamu tahu kan Pangeran William tidak ingin menikah dengan siapapun?"
Bagas
Bagas
"Tapi Indah mencintainya! Indah ingin dia menjadi suami Indah!"
Arthur
Arthur
"Indah, dengarkan Ayah. Pangeran William memiliki keunikan yang tidak dimiliki orang lain. Dia menikah dengan sakit kepala dan perutnya. Dia bahagia dengan mereka. Kita tidak bisa memaksanya untuk menikah denganmu."
Bagas
Bagas
(Menangis) "Tapi Indah ingin menjadi ratunya!"
Arthur
Arthur
(Menghela napas) "Indah, carilah pangeran lain yang lebih cocok untukmu. Pangeran William tidak akan pernah menikahimu."
Bagas
Bagas
(Menangis dan pergi)
Arthur
Arthur
(Meraba dahinya) "Ah, sakit kepala. Kenapa Indah begitu keras kepala?"
Arthur
Arthur
(Minum obat pereda nyeri)
Ruang kerja William
William
William
(Menatap perutnya) "Perutku, kamu selalu menjadi tempat pelarian dari stresku."
William
William
(Meraba perutnya) "Kamu begitu kenyal dan lembut. Aku ingin menelanmu."
Perut
Perut
(Bercanda) "Nakal ya kamu, William?"
William
William
(Wajahnya memerah) "Aku tidak bisa menahan diri lagi!"
William: (Mencium perutnya dengan penuh gairah)
William
William
"Aku sudah menikah denganmu dan perutku. Aku bebas untuk menyentuhmu kapanpun aku mau."
William
William
(Menelusuri perutnya dengan jari-jarinya) "Ahhh, nikmat sekali."
Perut
Perut
(Berbicara dengan suara bayi yang lucu) "Aku hanya mencintai William!"
William
William
(Wajahnya memerah) "Perutku, kamu begitu menggoda."
Gerbang istana Indra (29 tahun, kakak tiri William) sedang mengusir para putri yang memaksa William untuk menikah.
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN…
Pagi hari di ruang kerja William. William sedang tampil di depan kamera menjadi pemeran iklan makanan.
William
William
(Bermain dengan Riandi di pangkuannya) "Adik, lapar ya?"
Riandi
Riandi
(berpura-pura lapar) "Aaaa..."
William
William
(Tersenyum) "Tenang, Sayang. Pangeran punya biskuit Oreo untukmu."
William mengambil Oreo dari meja dan memberikannya kepada Riandi. Riandi makan Oreo dengan lahap dan tersenyum puas.
William
William
(Ke kamera) "Pernahkah Anda merasa lapar tak tertahankan yang mengganggu waktu bersama buah hati?
William menunjukkan ekspresi lapar dan memegang perutnya.
William
William
(Tertawa) "Jangan khawatir! Ada solusinya!"
William mengeluarkan Oreo dari sakunya dan memakannya dengan lahap.
William
William
(Berbicara dengan nada ceria) "Oreo! Biskuit lezat yang bekerja cepat untuk meredakan rasa lapar dan mengembalikan energi Anda."
William mematikan kamera. William menaruh Riandi ke boks bayi.
William
William
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Aku jadi pemeran iklan makanan, tapi aku sendiri yang menikmatinya."
William meremas pelipisnya dengan senyuman tertera di wajahnya.
William
William
(Berbicara pada sakit kepalanya) "Sakit kepala tersayang, aku mencintaimu."
Sudut pandang berpindah ke ruang kerja Arthur di istana kerajaan Angkasa. Arthur sedang duduk di depan komputernya, terlihat cemas.
Arthur
Arthur
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Indah terus memaksa William untuk menikahinya. Aku tahu bagaimana rasanya dihakimi, dan aku tidak akan pernah menghakimi keputusan William."
Arthur membuka laptopnya untuk menulis rencana. Indah masuk ke ruang kerja Arthur dengan marah.
Bagas
Bagas
"Ayah! Kenapa Ayah tidak membantu saya? Saya ingin menikah dengan Pangeran William!"
Arthur
Arthur
"Indah, dengarkan aku. William tidak ingin menikah denganmu. Dia sudah memilih jalannya sendiri."
Bagas
Bagas
"Tapi dia pangeran! Dia harus menikah dengan putri bangsawan!"
Arthur
Arthur
"Cukup, Indah! William bebas memilih siapa yang ingin dia nikahi. Dia tidak perlu mengikuti tradisi kuno."
Bagas
Bagas
(Menangis) "Tapi Ayah, saya mencintainya!"
Arthur
Arthur
"Aku tahu kamu mencintainya, Indah. Tapi cinta tidak selalu membalas. Kamu harus mencari pangeran lain yang lebih cocok untukmu."
Bagas
Bagas
(Menyeka air matanya) "Baiklah, Ayah. Saya akan mencoba."
Indah keluar dari ruang kerja Arthur. Arthur menarik napas panjang dan meraba dahinya.
Arthur
Arthur
(Berbicara pada dirinya sendiri) "Aku sakit kepala karena tertekan."
Arthur meminum obat pereda nyeri. Di istana kerajaan Bima Sakti, Aryasatya menelepon Arthur.
Aryasatya
Aryasatya
"Arthur, aku mendengar Indah terus memaksa William untuk menikahinya. Aku tidak ingin William tertekan."
Arthur
Arthur
"Aku tahu, Aryasatya. Aku sudah berusaha menasihatinya, tapi dia keras kepala."
Aryasatya
Aryasatya
"Aku mendukung William untuk mewarisi keunikannya. Dia tidak perlu mengikuti tradisi kuno."
Arthur
Arthur
"Aku setuju. Aku akan berbicara dengan Indah lagi."
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN…
William
William
(bermain bersama Riandi di pangkuannya) "Aduh!"
Riandi
Riandi
(menunjukkan ekspresi kesakitan dan meremas dahinya
William
William
(dengan khawatir) "Sakit kepala lagi ya, Riandi? Sini, minum obatnya." (memberikan Solpadeine Headache kepada Riandi)
Riandi
Riandi
(minum Solpadeine Headache dan tersenyum lega)
William
William
(tersenyum) "Bagaimana? Sudah lega?"
Riandi
Riandi
(tersenyum dan mengangguk)
William
William
(kepada kamera) "Migrain tak tertahankan yang mengganggu waktu bersama orang terkasih? Tenang, ada Solpadeine Headache! Obat andalanku untuk meredakan migrain dengan cepat!" (mematikan kamera)
William
William
(menaruh Riandi ke boks bayi) "Haha, lucu juga ya, aku jadi bintang iklan obat sakit kepala padahal aku sendiri suka sakit kepala." (meremas pelipisnya dengan senyuman)
William
William
(menonton video tentang seorang masinis yang sakit kepala parah) "Hmm, nikmat sekali..."
(Sudut pandang berpindah ke Arthur di ruang kerjanya di istana kerajaan Angkasa)
Arthur (menahan sakit kepala, menutup mata, dan menarik napas dalam-dalam) (Arthur tersenyum lega saat rasa sakitnya berkurang)
Arthur
Arthur
(cemas) "Indah... dia terus mendekati William dan memaksanya untuk menikah. Aku tidak ingin William terluka."
Arthur (membuka laptopnya untuk menulis rencana) (Indah masuk ke ruang kerja Arthur dan merebut laptopnya)
Bagas
Bagas
"Ayah! Perhatikan aku!"
Arthur
Arthur
"Indah! Berhenti bersikap seperti itu!"
(Natan dan Indra masuk ke ruang kerja Arthur)
Natan
Natan
"Indah! Hentikan godamu pada William! Dia tidak mencintaimu!"
Bagas
Bagas
(menangis) "Aku hanya ingin bersamanya!"
Indra
Indra
"Indah, carilah pangeran lain yang lebih cocok untukmu!"
Arthur
Arthur
"Indah, dengarkan mereka. William tidak ingin menikah denganmu."
Arthur
Arthur
(meraba dahinya) "Aduh... sakit kepala lagi..." (meminum obat pereda nyeri)
(Indah pergi)
Ethan
Ethan
(mengkhawatirkan ayahnya) "Ayah, apakah kau baik-baik saja?" (memijat kepala Arthur)
Arthur
Arthur
"Terima kasih, Ethan. Aku baik-baik saja."
(Telepon Arthur berdering. Ethan mengangkat teleponnya)
Aryasatya
Aryasatya
(di seberang telepon) "Arthur! Indah terus memaksa William! Apa yang akan kau lakukan?!"
Arthur
Arthur
(merintih kesakitan) "Maafkan aku, Aryasatya. Aku tidak bisa menghentikannya."
Aryasatya
Aryasatya
"Istirahatlah, Arthur. Dukunganmu untuk William sangat berarti. Biarkan dia mewarisi keunikannya."
Arthur
Arthur
"Baiklah, Aryasatya. Terima kasih." (memutuskan sambungan telepon)
(Arthur berjalan ke kamarnya untuk beristirahat)
BEBERAPA HARI…
Ruang Studio, Siang Hari William (24 tahun), pangeran tampan dari kerajaan Bima Sakti, sedang duduk di pangkuan Rian (6 bulan), putra dari pernikahannya dengan perutnya. Ia sedang syuting iklan makanan.
William
William
"Aku bahagia dengan pernikahan unikku dengan perutku. Tapi, ada yang mengganjal pikiranku."
(William memegang kepalanya, pura-pura sakit kepala karena sedang akting.)
William
William
"Ah, sakit kepalaku kambuh lagi!"
(William menunjukkan ekspresi sangat kesakitan dan meraba perutnya dengan penuh kasih sayang.)
William
William
"Jangan khawatir, Sayang. Aku akan segera meredakan sakitmu."
(William minum Nurofen Express, obat sakit kepala andalannya.)
William
William
"Ah, lega rasanya!"
(William tersenyum lebar ke kamera.)
William
William
"Apakah kamu sering terganggu oleh sakit kepala yang tak tertahankan? Nurofen Express adalah solusi tepat untuk meredakan sakit kepalamu dengan cepat dan efektif!"
(William mematikan kamera.)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!