Di siang hari yang cerah dan di sebuah kampus elit yang terkenal kelas atas, seorang wisudawan serta dua wisudawati terpintar dan terpopuler sedang bergembira atas kelulusan mereka. Banyak yang mengerubungi mereka untuk mengucapkan selamat maupun berfoto bersama untuk terakhir kalinya mengenang kebersamaan mereka di kampus itu.
"Kita harus sering-sering ketemu yaa," ucap Frans
"Harus dong! Eh btw kita rayain yuk. Kita makan-makan di mana gitu," ucap Felix mengusulkan
"Boleh juga.. Lo ikut kan Fel?" tanya Frans kepada Feli sang kembaran Felix
Yap, mereka kembar dan hanya beda beberapa menit
Felix Aditya Assegaf Dirgantara putra kedua dari pasangan Shaka Aditya Dirgantara dan Mira Maharani Assegaf. Felix mempunyai kulit putih bersih, wajahnya yang tampan hidung mancung dan perawakan tinggi.
Sementara Feli. Ia bernama Felixcia Maharani Assegaf Dirgantara adalah putri ketiga. Ia mempunyai perawakan sedikit pendek berambut panjang. Kulitnya putih bersih serupa dengan Felix. Dia gadis yang ceria berbanding terbalik dengan Felix yang mempunyai sifat dingin seperti ke dua orangtuanya.
"Aku nggak ikut ah, kalian aja yang pergi. Aku pulang aja sama Shireen" tolak Feli secara halus dan tentu diangguki oleh mereka
Shireen Puspita Ivander putri tunggal dari pasangan Shilla Puspita dan Darren Ivander. Keduanya dulu merupakan sekertaris dan orang kepercayaannya Mira, Mami dari si kembar. Dia wanita berhati lembut dan sangat penyayang, ia juga merupakan tunangan Felix.
"Kamu nggak apa-apa kan aku pulang duluan sama Feli?" tanya Shireen dengan lembut kepada Felix.
"Nggak apa-apa. Ya udah nih kalian pakai mobilku aja. Aku nanti bisa pulang sama mereka," Felix memberikan kunci mobilnya kepada Feli.
"Ya udah kita pulang dulu ya.. dah kalian," Feli dan Shireen melambaikan tangan kepada teman-teman seperjuangan kuliahnya.
"Dah," balas mereka sambil menatap dua wanita cantik itu
"Gila Lix, si Feli kok bisa secakep itu si! " seru Gabriel
"Udah deh jangan ganggu Feli terus, dia mah kalo ngga suka sama orang ya udah ga bakal direspon. Lagian nih ya, cewek-cewek di sini bayak kok yang cantik. Yaa meskipun nggak secantik Feli" ucap Felix sambil membuka botol minum lalu meneguk air mineral itu hingga setengah.
"Jadi apa nggak?" tawarnya
"Jadi dong!" seru mereka serempak.
Mereka bertujuh akhirnya pergi ke sebuah caffe terdekat langganan mereka. Sementara itu Feli sedang berbincang dengan Shireen dalam perjalanan
"Kenapa kamu nggak mau ikut Fel?" tanya Shireen ia menatap teduh wanita di sampingnya
"Males! Ada Gabriel. Kalo Citra sama Sintia ikut mah aku juga bakal ikut." jawab Feli sambil memperlihatkan wajah malasnya
Shireen tersenyum. Ia mengingat betapa Gabriel sangat tergila-gila dengan Feli. Wajar saja menurut mereka Feli gadis paling cantik di kampus itu hingga tak jarang banyak lelaki yang ingin mendekati Feli namun selalu ia tolak. Baginya cinta adalah hal rumit.
"Shireen, kita mampir ke perusahaan aku dulu ya .. baru ingat ada beberapa berkas yang belum aku selesaikan," ucapnya.
Shireen mengangguk "iya."
Mobil melesat menuju perusahaan yang berada tepat di samping perusahaan Maminya. Tak butuh waktu lama mereka sampai, Shireen hanya menunggunya di mobil karena Feli datang hanya untuk mengambil berkas itu saja. Sementara menunggu Feli, ia membuka ponselnya ia melihat chat dari Felix jika dirinya sedang makan di caffe langganan tak jauh dari kampus.
"Senyum-senyum sendiri" ucap Feli mengagetkan Shireen
"Loh cepat amat?"
"Kan aku bilang cuma mau ngambil berkas. Nih udah aku ambil, sekarang kita tinggal pulang" ucapnya sembari memperlihatkan dua buah map tebal. Ia menyimpannya di kursi belakang dan melanjutkan perjalanan menuju rumah
"Sifat Feli sungguh ramah. Sungguh sangat berbeda dengan Mami Mira dan Mami Tasya" gumamnya dalam hati.
Feli yang menuruni kemampuan Mira bisa mendengar suara batin orang lain mendadak bingung. Dirinya bertanya-tanya siapa Tasya?
"Apa Papi sebelumnya pernah menikah dengan wanita bernama Tasya?"gumam Feli dalam hati.
Mobil memasuki rumah mewah, ia masih membutuhkan satu menit untuk sampai di pintu utama. Saat sudah sampai ke duanya melihat Mira sang Mami sedang menyiram tanaman.
"Mamiiii" teriak Feli. Ia berhamburan memeluk Mira dan disusul oleh Shireen
"Loh loh ada apa ini? Tiba-tiba datang kok pada meluk Mami?" tanya Mira
"Mi, aku dan Felix jadi lulusan terbaik Shireen juga!" ucapnya semangat
Mira terkejut ia merasa bangga kepada anak-anaknya
"Wahh selamat ya sayang," Mira memeluk mereka berbarengan
"Kok ada acara peluk-pelukan Papi nggak diajak," ucap Shaka sang Papi yang tiba-tiba muncul.
"Pi, kita lulusan terbaik!"
Shaka merasa bangga ia memeluk dua wanita yang baru saja menyelesaikan kuliahnya
"Selamat ya sayang,"
"Oh ya Felix mana?"
"Felix tadi ngumpul dulu sama teman-temannya Pi." Jawab Shireen dan Shaka mengangguk sebagai jawaban
*******
"Kenapa ini susah sekali sih," dengus Feli ia memijat keningnya yang pusing. Tiba-tiba Felix datang membawakan susu kesukaan adiknya.
"Nih minum dulu. Aku buatin spesial buat kamu,"
"Makasih," Ucapnya sambil tersenyum manis. Ia lalu mengingat gumaman Shireen
"Oh iya, kamu tau nama Tasya nggak? Aku sering denger di rumah ini selalu berbicara nama Tasya," tanya Feli. Tentu Felix merasa kikuk. Ia bingung mau menjawab apa
"Aku nggak tau" jawabnya singkat. Ia kemudian pergi dari kamar Feli
"Dasar kulkas!" dengus Feli.
Sementara itu di ruang keluarga
"Kurang ajar!" Mira melempar gelas yang ada di sampingnya saat menerima kabar buruk dari orang kepercayaannya
"Ada apa Mi?" tanya Shaka terkejut melihat istrinya yang tiba-tiba melempar gelas pada tembok
Ia menatap Shaka dengan mata tajamnya. Shaka bingung hanya menyernyitkan dahinya. Tanpa diduga istrinya mencengkram rahang Shaka dengan kuat, tentu Shaka tau siapa yang mencengkram dirinya jika bukan Tasya
Anastasya atau biasa disebut Tasya. Dia adalah Alter ego yang dibentuk oleh Mira sejak berusia 15 tahun. Ia menguasai tubuh Mira jika Mira tak mampu mengendalikan dirinya.
"Ada apa?" Tanya Shaka yang masih tenang
"Kamu!" bentakan Tasya membuat seisi rumah mendengarnya
Mommy Alika dan Papa Rangga orang tua Mira berlari menghampiri Tasya hendak membantu melepaskan cengkeramannya pada Shaka. Namun Tasya mendorong Mommy Alika untung saja Papa Rangga langsung menangkap tubuh Mommy Alika
"Tasya apa yang kamu lakukan?!" bentak Papa Rangga
Tasya menoleh dengan mata tajamnya dan tak menghiraukan ucapan Papa Rangga. Ia kembali menatap Shaka
"Berani-beraninya kamu berselingkuh!" bentak Tasya
Mereka yang mendengar langsung terkejut apalagi Shaka.
"Sayang apa yang kamu katakan ? Bagaimana bisa aku berselingkuh sedangkan aku sangat mencintai Mira," ucap Shaka
Tasya menghempaskan wajah Shaka lalu memperlihatkan ponselnya padanya. Shaka tentu sangat terkejut dengan apa yang ia lihat.
"Sayang aku berani bersumpah! Aku nggak selingkuh. Aku yakin ada yang ingin membuat kita bertengkar," ucap Shaka
Papa Rangga mengambil ponsel yang masih Tasya pegang.
"Tasya sayang.l, Papa yakin suamimu nggak mungkin berselingkuh,"
"Tapi Papa liat sendiri kan fotonya!" ucap Tasya dengan nada tinggi
"Papa mau bicara dengan Mira"
"Pa, Tasya belum selesai!"
"Anastasya!" seru Papa Rangga hingga mau tak mau ia harus menurut, wajah Tasya tampak geram dan ke dua tangannya yang terkepal dan Tasya memejamkan matanya memanggil Mira
"Mi, Papi nggak mungkin selingkuh Mi," Shaka langsung memeluk Mira saat istri sudah mengendalikan tubuhnya.
Mira hanya diam tak berucap ataupun membalas pelukan suaminya.
"Kita bisa selidiki ini dulu Mira. Kamu dan Tasya jangan gegabah dalam hal ini," ucap Papa Rangga
Mira mendorong tubuh Shaka dan berbalik meninggalkan mereka yang masih berdiri di ruang keluarga dengan perasaan marah.
"Pa, Mom aku bersumpah. Aku nggak mungkin selingkuh," Shaka berharap jika mertuanya percaya dengan ucapannya
"Mommy percaya, Mommy sangat mengenalmu sejak kecil. Sudahlah lebih baik kamu menyusul Mira dan istirahat ini sudah malam!" Perintah Mommy Alika. Shaka mengangguk.
Sementara itu tanpa mereka sadari Feli mendengar semua yang terjadi
"Mami? Tasya? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka memanggil Mami dengan sebutan Tasya?" Feli bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Dengan lesu Shaka ia berjalan menuju kamarnya. Saat ia menutup pintu kamarnya ia dikejutkan dengan Mira yang tiba-tiba memeluknya dari belakang
"Mami," Shaka mengusap tangan yang ada diatas perutnya
"Maaf Pi. Mami punya alasan untuk tadi,"
Shaka membalik tubuhnya lalu memegang kepala Mira memaksanya untuk menatap Shaka
"Siapa lagi kali ini?" Tanya Shaka
Mira menggeleng dan masih memeluk Shaka. Melihat itu Shaka menghela nafasnya berat lalu membalas pelukan istrinya
"Udah malam kita tidur ya. Besok kita selidiki," ucap Shaka.
Mira hanya mengangguk tetapi enggan melepaskan pelukannya. Shaka menggendong tubuh kecil itu lalu membaringkannya dengan pelan. Dengan telaten suami tersayangnya ini melepaskan satu persatu baju Mira juga dirinya. Ia menyusul Mira berbaring disampingnya tak lupa ia memeluknya erat.
"Maafin Mami dan Tasya Pi,"
Shaka menggeleng "Mami dan Tasya nggak salah. Sudahlah jangan Mami fikirkan. Kita cari jalan keluarnya sama-sama,"
Mira mengangguk lalu mencium bibir Shaka sekilas "Mami sangat mencintaimu Pi"
"Papi juga sangat mencintai Mami," Shaka kembali mencium bibir Mira
"Tidur yah,"
Mira mengangguk dan mulai menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya.
"Sialan! Siapa yang berani mengusik ketenangan keluargaku? Jika semua ini terungkap akan aku siksa hingga ia menginginkan mati daripada hidup" gumamnya dalam hati
Dan benar saja, pagi hari Mira mendapat informasi tentang foto itu. ia memerintahkan Heri untuk menangkap laki-laki dalang dari keributan semalam.
"Semua sudah beres Nyonya," ucap Heri pengawal yang sudah sangat lama ikut dengan Mira.
"Bagus!"
Tasya langsung melaksanakan aksinya terhadap lelaki yang berada tepat di depannya.
"Kau tau, aku sangat tidak suka dengan orang yang berkhianat. Lalu, dengan cara apa aku menghabisi mu?" ucap Tasya sembari memainkan pisau lipat di tangannya.
"Nyonya Tasya, saya benar-benar minta maaf. Saya melakukan itu karena ada yang menyuruhku" ucapnya sambil terisak
"Memang siapa yang menyuruhmu?" kali ini Shaka yang bertanya.
"Bagian keuangan yang menyuruh saya Tuan,"
"Marisa?" tanya Shaka
Pria itu mengangguk cepat.
"Sialan!" Tasya mengumpat dengan wajah yang begitu menyeramkan. Tak basa basi lagi ia menarik tangan pria itu dan memotong jari-jari itu dengan pisau lipat yang ia pegang. Jeritan ruang bawah tanah menggema memenuhi ruangan besi itu.
"Tahan sayang. Kendalikan emosimu," ucap Shaka menenangkan
"Dia berani mengusik ketenanganku Shaka!"
"Sudah ya.. aku akan bereskan masalah ini."
Tasya mengangguk lalu mereka meninggalkan ruangan bawah tanah itu.
Di siang harinya seorang wanita datang ke rumah Mira ia berteriak di teras rumah membuat mereka yang sedang makan siang segera keluar untuk mengetahui siapa yang berani mengganggu acara makan siangnya.
"Shaka, aku mohon jangan pecat aku. Aku masih membutuhkan pekerjaan itu!" seru seorang wanita dengan bertekuk lutut di kaki Shaka.
"Berhentilah bersikap menjijikan. Aku mempertahankan kamu di perusahaanku karena kinerjamu sangat bagus! Tapi dengan adanya foto itu membuatku tak tahan ingin memecatmu!" bentak Shaka
"Foto? Foto apa yang kamu maksud?" tanyanya
Mira melemparkan ponselnya kepada wanita yang masih bersujud itu. Wanita itu mengambil ponsel itu dan terbelalak
"Tidak! Aku tidak melakukan ini!" elaknya
Mira berjongkok lalu mencengkram rahang wanita itu
"Marisa, aku tau permainanmu. Kau yang mengirimku foto editan itu kepadaku. Asal kau tau, kau bukan tandinganku jadi jangan mimpi bisa mengalahkan Maharani!" ucapnya dengan penuh penekanan. Lalu menghempaskan rahang itu begitu saja
Wanita bernama Marisa itu meringis kesakitan bahkan beberapa cap kuku Mira tercetak jelas di kedua pipi mulus itu.
"Sial! Bagaimana bisa dia tau itu semua hanyalah editan" gumam Marisa dalam hati
Mendengar itu Mira menyeringai.
"Kalian semua! Ingat wajah wanita ini baik-baik. Jika dia masih berani datang ke sini cambuk dia!" perintah Mira dengan suara lantangnya.
Para pengawal mengangguk hormat. Mira memerintahkan pengawalnya untuk mengusir Marisa. Bahkan ia sempat diseret karena tak mau meninggalkan rumah besar itu
Hari ini adalah hari minggu hari berkumpulnya sekeluarga di rumah Mira bahkan Shireen dan Darren ikut serta dalam acara keluarga itu. Perbincangan hangat, bisnis properti dan segala hal ada dalam ruangan itu terkadang ada hal yang membuat mereka tertawa karena tingkah si kembar.
"Aku izin ke toilet dulu ya" Feli segera berlari ke kamar mandi
Sementara itu Tasya muncul membuat mereka menyapa sosok yang berada di dalam tubuh Mira.
"Apa kabar anak Papa?" tanya Papa Rangga seraya memeluk putrinya
"Aku baik Pa, bagaimana dengan Papa dan yang lainnya?" tanya Tasya balik.
"Kami semua baik," jawab Darren
"Mi, kita jadi lulusan terbaik loh. Mami bangga kan?" Felix begitu antusias memberitahukan kabar itu
"Tentu Mami bangga. Selamat ya sayang!" Tasya mengusap kepala Felix yang duduk di sampingnya.
"Lalu bagaimana dengan kelanjutan hubungan Shireen dan Felix?" tanyanya
'Em kami terserah Shireen aja Nona Tasya" ucap Darren.
"Baiklah. Bagus kalau kau sudah setuju dengan hubungan mereka. " Ucap Tasya.
Lagi-lagi mereka tak sadar jika Feli mendengar pembicaraan mereka.
"Kenapa mereka memanggil Mami dengan sebutan Tasya. Sebenarnya siapa Tasya? Apa Mami kesurupan?" gumam Feli. Ia hendak menanyakan hal ini secara langsung dengan sang Mami.
******
Malamnya Feli bertekad untuk menanyakan hal yang sangat menggangu fikiran hingga ia hanya mengaduk-aduk makan malamnya.
"Dimakan dong, kok malah dimainin makanannya " ucap Shaka
"Iya Pi" Feli melanjutkan makannya dengan cepat karena ingin secepatnya menanyakan hal ini
"Mi, Mami sibuk nggak" tanya Feli
Mira menoleh ke arah anaknya "Nggak. Ada apa?"
"Ada yang mau Feli tanyakan. Tapi di ruang kerja Mami saja"
"Baiklah"
"Ada apa Feli?"tanya Opa Rangga
"Hanya masalah sepele Opa" balasnya sembari tersenyum
Opa Rangga mengangguk dan tak menaruh rasa curiga terhadap cucunya itu
Selesai makan malam Feli bergegas menemui Mira, saat hendak membuka pintu ia menghela nafas panjangnya berharap ia mendapatkan jawaban yang tepat. Dengan pasti Feli membuka pintu dan melihat Maminya sedang fokus pada laptop di depannya
"Kenapa berdiri saja?" tanya Mira dengan mata yang masih fokus pada laptopnya
Feli menutup pintu lalu berjalan menghampiri Mira, ia menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya.
"Ada apa?" tanya Mira lagi
"Mi, aku mau tanya. Sebenarnya siapa Tasya?"
ucapan Feli membuat Mira menghentikan ketikan di keyboard laptopnya. Seketika ia terdiam menghela nafasnya yang entah kenapa tiba-tiba terasa sesak
"Mi?" panggilnya lagi
Mira tersadar lalu menatapnya
"Kamu tau Tasya dari siapa?" tanyanya balik
"Dari pembicaraan tadi pagi juga suara batin Shireen, Mi. Berapa kali Feli dengar di rumah kita selalu membicarakan soal Tasya jika Feli tak ada,"
Entah kenapa saat ini Mira bingung ingin menjawab apa. Bahkan batinnya tak ingin berbicara karena sudah pasti Feli akan mendengar. Tiba-tiba sorot mata itu berubah tajam dan itu membuat Feli sedikit takut melihatnya
Feli meraih tangan Mira yang sedang terkepal itu
"Mami?"
Ia kembali menatap Feli yang sedikit ketakutan dengan senyum tipisnya
"Akulah Tasya!" serunya yang seketika membuat Feli melepaskan tangannya dan langsung berdiri.
"Kenapa aku sangat takut melihat Mami. Dan kenapa Mami menyebut dirinya sebagai Tasya?" gumamnya yang masih didengar oleh Tasya
"Kenapa Mami menyebut diri Mami sebagai Tasya?" tanyanya
"Feli, sedari kecil Mira mempunyai Alter Ego, dan aku adalah Alter Egonya,"
"Itu artinya Anda orang jahat itu!" ucapnya dengan nada ketakutan
Bak tersambar petir, Tasya terkejut dan membelalakkan matanya sehingga membuat Feli bertambah ketakutan.
"Tidak. Aku bukan orang jahat" Tasya hendak menghampiri Feli namun Feli berjalan mundur
"Jangan dekati aku!" bentaknya.
Entah kenapa hati Tasya begitu sakit mendengar ucapan Feli. Shaka yang kebetulan mendengar teriakkan Feli bergegas masuk.
"Feli" panggilnya.
Feli pun langsung berhambur memeluk Shaka
"Pi, Feli takut bertemu orang jahat itu!" jari telunjuknya menunjuk tepat pada Tasya
"Siapa yang kamu maksud, Feli?" tanya Shaka. Tentu karena Tasya membelakangi ke duanya
"Feli ternyata tidak bisa menerima diriku," ucap Tasya
Shaka akhirnya mengerti kenapa Feli begini
"Sayang, mungkin Feli belum terbiasa denganmu,"
Tasya menggeleng pelan dan diam-diam meneteskan air matanya. Ia pergi ke kamar yang ada di ruang kerjanya tak menghiraukan panggilan Shaka.
"Mira, anakmu tidak bisa menerima diriku. Lebih baik kamu lenyapkan saja aku," ucapnya
Mira kembali mengambil tubuhnya. Ia sendiri tak percaya bagaimana bisa Feli tak bisa menerima Tasya. Padahal ia sudah sangat yakin jika Feli pasti akan menerima Tasya seperti ke dua kakaknya.
"Bersabarlah. Aku akan memberikan penjelasan pada Feli. Untuk sementara ini kamu bisa muncul di hadapan Intan dan Felix dulu. Aku yakin Feli hanya terkejut saja dengan semua ini. Tenanglah Tasya." ucap Mira.
Intan adalah kakak pertama mereka. Mira menemukannya dan diangkat menjadi anak. Ia tak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya hingga membuat si kembar tak mencurigai jika Intan bukanlah kakak kandung mereka.
Sudah satu Minggu sejak Feli mengetahui Tasya hidup di tubuh Mira membuatnya tidak ingin berinteraksi dengan Mira. Di setiap ruangan ada Mira pasti Feli lebih memilih menghindar. Hal itu membuat Papa Rangga menaruh curiga pada putri dan cucunya itu.
"Seperti ada yang aneh. Sudah satu minggu Feli seperti sedang menjaga jarak dengan Mira," batin Papa Rangga
Suara batin itu terdengar di telinga Mira. Ia menghela nafasnya berat "Sepandai-pandainya aku mengubur semua itu pasti akan ketahuan juga,"
"Papa," panggil Mira
"Kenapa Sayang?" tanya Papa Rangga dengan mata yang masih membaca buku.
"Ada yang mau Mira bicarakan," ucap Mira
"Papa dengarkan. Bicaralah!"
"Pa, Feli mengetahui Tasya hidup di tubuh Mira,"
Sontak mata Papa Rangga membulat serta buku yang ia pegang jatuh ke pangkuannya. Ia menoleh untuk meminta pengulangan kata yang Mira ucapkan
Mira mengangguk "Benar Pa. Sudah satu Minggu yang lalu. Dan sekarang Feli sangat takut melihat Mira." Mira tertunduk sedih di hadapan Papa Rangga
Melihat Mira yang tertunduk membuat Papa Rangga sedih, karena ia yakin jika Feli tidak bisa menerima kehadiran Tasya. Ia memeluk putrinya serta mengusap rambut panjang itu.
"Suatu saat Feli pasti akan menerima kamu Sayang. Papa yakin, Feli sebenarnya mau menerima hanya saja kenyataan ini terlalu mendadak untuknya," ucap Papa Rangga menenangkan
"Tapi aku takut Pa. Aku takut Feli akan menjauh dariku,"
"Sayang, percaya sama Papa. Papa akan memberikan penjelasan padanya. Kamu tenang ya. Kendalikan dirimu, jika seperti ini kamu akan musnah dengan sendirinya,"
Ia melepaskan pelukannya lalu menatap mata tua Papa Rangga "Papa mengenaliku tanpa melihat mataku?" tanyanya
Papa Rangga tersenyum lalu mengusap kepala anak pemarahnya "Orang tua mana yang tidak mengenal anaknya. Hm?"
"Mana anak Papa yang pemberani? Mana anak Papa yang pemarah? Dan mana anak Papa yang tak mengenal takut? Kenapa sekarang anak Papa jadi pesimis seperti ini? Tasya sayang, Papa tau semua ini membuat kamu sedih. Tapi coba kamu pelan-pelan dekati Feli berikan semua yang kamu punya padanya. Kasih sayang juga tutur kata yang lembut. Jika kamu seperti ini Feli akan semakin takut mendekati kamu, Nak"
Tasya tertunduk ia mulai berfikir apa yang diucapkan Papa Rangga memang benar
"Benar! Jika aku seperti ini pasti Feli akan semakin jauh dariku," gumamnya
"Baik Pa," ucap Tasya sambil tersenyum
Papa Rangga mencium kening putrinya "Nah ini baru anak Papa!" ucapnya
Tanpa mereka sadari ternyata Feli mendengarkan ucapan keduanya. Ia segera berlari menuju ke kamarnya lalu menangis
"Apa aku terlalu egois sama Mami juga dirinya? Tapi aku sangat takut bertemu orang itu. Matanya yang tajam membuatku merasa merinding saat aku menatapnya. Juga cara bicaranya yang dingin membuatku sangat takut" gumamnya.
Feli memejamkan matanya berharap semua ini hanya mimpi. Tetapi tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah Kakak pertamanya.
"Feli!" panggilnya
Feli langsung berhambur memeluknya "Kakak aku takut," ucapnya sembari menangis
Ia mengusap rambut Adiknya "Kakak tau semuanya,"
Feli terkejut dan langsung melepaskan pelukannya "Lalu apa Kakak nggak takut dengan sosok itu?" tanya Feli
Ia menggeleng "Mami Tasya orang yang sangat baik. Kakak yang sudah lama bersamanya sangat mengenal Mami Tasya,"
"Kenapa Kak Intan memanggilnya dengan Mami?"
"Bagi Kakak, Mami Mira dan Mami Tasya itu sama pentingnya di kehidupan Kakak. Mami Mira selalu ingin membahagiakan kita, begitu juga dengan Mami Tasya. Ia rela melakukan apapun untuk kebahagiaan kita meskipun nyawa taruhannya,"
"Tapi Kak, menurut yang aku baca jika Alter Ego itu adalah sosok yang sadis,"
Intan tersenyum tipis "Itu hanya menurut Internet. Lagipula apa kamu pernah mengenal Mami Tasya lebih dalam? Coba pelan-pelan kamu kenali Mami Tasya. Mami Tasya tidak sejahat dan seburuk yang kamu kira, Feli!"
"Tapi aku masih takut saat melihatnya, Kak" ucap Feli dengan suara pelan
"Coba pelan-pelan. Kamu pasti akan terbiasa!"
**********
Kali ini Feli bertekad untuk menemui Maminya. Seperti yang terjadi sekarang ia mendatangi kamar Mira setelah mengumpulkan banyak keberanian. Saat hendak mengetuk pintu tiba-tiba pintu kamar terbuka dan yang di hadapannya ialah Mira
"Ada apa Feli?" tanya Mira
"Euummm hari ini Feli mau meeting ke kota B," pamitnya tanpa berani menatap Mira
Mira melihat tangan Feli meremas satu tangannya. Mira menghela nafasnya
"Sama siapa?" tanya Mira
"Sendirian," balasnya cepat.
"Feli mungkin masih sangat takut denganku," batin Mira. Ia lupa jika Feli juga bisa mendengar suara batin orang-orang.
Feli tertegun tak berani bergumam di hatinya. "Feli berangkat dulu Mi," ucapnya namun tak bergeming dari tempatnya ia berdiri
Mira mengangkat tangannya, sedangkan Feli memejamkan matanya karena takut, namun tiba-tiba matanya terbuka saat tangan mira mengusap lembut lengan kecilnya
"Hati-hati ya sayang. Mami menunggumu pulang," ucap Mira sambil tersenyum teduh.
Tanpa sepatah kata Feli bergegas meninggalkan Mira yang masih terpaku di pintu kamarnya. Setelah Feli menuruni tangga Mira kembali masuk dan berbaring di ranjangnya. Shaka yang baru selesai mandi belum tau kejadian barusan terlihat bingung, ia mendekati Mira yang nampaknya sedang menahan air matanya.
"Mi," panggil Shaka dengan suara lembutnya
"Kenapa Pi?" balas Mira dengan mata yang terpejam
"Mami kenapa?" tanya Shaka dengan nada khawatir
Hanya gelengan kepala yang ia dapatkan. Shaka semakin resah melihat istri yang seperti itu.
"Turun yuk! Kita sarapan," ajak Shaka
Lagi. Mira hanya menggeleng dan menyelimuti tubuhnya.
"Mami," tangan Shaka mengusap pipi Mira. Namun Mira hanya terdiam. Setelah beberapa menit tak ada jawaban Shaka mencium kening Mira dan keluar dari kamarnya. Mira akhirnya meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan.
Sesampainya di ruang makan Shaka terlihat lesu hingga membuat mereka bingung.
"Kenapa?" tanya Papa Rangga
"Mana Mira?" sambung Mommy Alika
"Mira terlihat sedih, aku nggak tau kenapa dia bisa begitu," balasnya
Feli yang mendengar langsung tertunduk berbeda dengan Intan dan Felix yang langsung menatap tajam adiknya.
"Kamu sarapan saja dulu, nanti Papa akan bicara dengan Mira," ucap Papa Rangga
Shaka mengangguk lalu memulai sarapannya.
"Feli mau berangkat sekarang!" serunya tiba-tiba. Ia segera berdiri dari duduknya dan meninggalkan mereka begitu saja.
Intan bangun dari duduknya lalu mengambil roti selai coklat tak lupa dengan susu putih.
"Aku bawain sarapan buat Mami dulu ya," ucapnya.
"Feli kenapa Kak?" tanya Fer adik bungsu Mira
"Feli mengetahui Tasya" jawab Shaka
Fer dan Kinara dua adik Mira itu terkejut, sendok dan garpu yang ia pegang jatuh begitu saja menimbulkan suara keras di sana
"Bagaimana bisa?" tanya Kinara
"Aku juga nggak tau darimana Feli mengetahui nama Tasya. Saat itu aku dengar jika Feli penasaran dengan sosok Tasya, tak ku sangka Feli benar-benar ingin mengetahui lebih dalam tentang Tasya hingga akhirnya Mira memberitahu jika Tasya adalah Alter Egonya dan itu mengejutkan Feli. Bahkan sudah satu minggu Feli menjaga jarak dengan Mira," jelas Shaka
"Nanti saat Feli pulang aku akan menasehatinya Pi. Papi tenang saja." ucap Felix
Shaka tersenyum lega melihat Felix yang lebih mudah menerima Tasya sama seperti Intan.
"Aku harap Dimas juga akan menerima Tasya dengan baik" batin Shaka. Dimas putra bungsu Shaka dan Mira yang kini berada di Jerman
********
"Ah sial! Kenapa harus kempes segala sih!" dengus Feli
Feli melihat sekeliling, ia menemukan bengkel mobil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat ia berdiri. Ia mengambil tas dan ponselnya di dalam mobil dan bergegas menuju bengkel. Setelah berjalan beberapa menit ia sampai di sana
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya seorang pemuda yang terlihat seumuran dengannya
"Mas, Ban mobil saya kempes," jawabnya
"Mobilnya dimana, Mbak?" tanyanya lagi
Feli menunjuk mobilnya "Itu. Mobil merah,"
"Saya ambil peralatan dulu ya Mbak. Mbak bisa duduk di sini dulu" ucapnya.
Feli mengangguk dan duduk di sana sembari menunggu mobilnya diperbaiki. Ia melihat sekelilingnya terdapat foto yang lumayan besar tergantung di dinding.
"Keluarga yang bahagia" gumamnya sembari tersenyum.
Seorang nenek tua datang dari dalam membawa botol minuman dan menyodorkannya pada Feli. Feli yang tidak tahu kedatangan nenek tua itu terkejut.
"Maaf saya mengagetkan Anda," ucap Nenek tua
"Tidak apa-apa, Nek" balas Feli tersenyum
"Silahkan diminum!"
Feli menerima dan langsung meminumnya, ia kembali melihat mobilnya yang sedang diganti dengan ban cadangan.
"Sepertinya Anda datang dari jauh" ucap Nenek
Feli menoleh dan tersenyum. "Ya Nek. Saya dari kota dan kebetulan saya ada urusan di Kota B,"
"Oh begitu. Kota B tidak jauh dari sini," ucapnya
"Itu cucu Nenek?" tanya Feli
Nenek itu mengangguk "Benar! Itu cucu Nenek satu-satunya,"
"Lalu dimana keluarga Nenek?" tanya Feli
"Anak Nenek sudah meninggal karena sakit keras. Tak lama menantu Nenek juga meninggal karena tertabrak mobil," ucap Nenek tua itu
Feli merasa bersalah menanyakan hal itu "Ya Ampun. Maafkan aku Nek,"
Nenek tua itu menggeleng "Tidak apa-apa. Nak, kamu masih muda dan jangan sampai kamu durhaka kepada orang tuamu. Kalau sudah meninggal kita hanya bisa menyesalinya. Hargai selagi ada."
Ucapan Nenek itu mengingatkan dirinya pada kejadian tadi pagi. Ia pergi tanpa memeluk Mira bahkan tanpa mencium pipinya. Cairan hangat membasahi pipinya. Feli langsung menyeka air mata yang menetes itu.
"Sudah selesai Mbak," ucap pemuda itu
"Nek, saya pamit dulu ya. Semoga Nenek selalu sehat," ucap Feli. Nenek Tua itu mengangguk sembari tersenyum
Feli berdiri lalu mengambil selembar seratus ribuan "Terimakasih ya, Mas!"
Ia berlari menghiraukan panggilan pemuda itu.
Sesampainya di mobil ia menangis mengingat dirinya tak pernah berbuat kasar seperti itu pada Maminya. Namun mengingat keberadaan Tasya membuat Feli kembali ketakutan apalagi saat ia melihat mata tajamnya yang terlihat sangat dingin juga wajahnya yang terlihat sangat angkuh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!