Pria mana yang tidak bahagia bertunangan dengan gadis pujaan hatinya. Sean tak henti-hentinya menatap cincin putih yang melingkar di jari manisnya. Tinggal menunggu hari H. Dia dan kekasihnya akan resmi menikah dan menjadi sepasang suami-istri yang sah di mata hukum maupun agama. Daniella merupakan wanita pertama yang berhasil meluluhkan hati Sean. Pria dingin dan tak banyak bicara kepada banyak orang.
Sejak pacaran mereka sudah berjanji akan menikah saat usia mereka genap 25 tahun. Apa lagi mereka sudah bekerja di tempat yang sama hingga membuat pertemuan mereka semakin intens.
Prince Ocean Arnold baru saja menginjak usia 25 tahun. Ia merupakan salah satu ilmuwan kimia di salah satu perusahaan di Amerika. Meskipun keluarganya kaya. Sean malah memilih jalan hidupnya sendiri tanpa embel-embel kekayaan orang tuanya seperti apa yang dilakukan Nica.
Disisi lain
Daniella tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan memutuskan turun ke lantai satu mengambil air putih. Namun setibanya di lantai satu Daniella mendengar suara pertengkaran diantara kedua orang tuanya. Daniella juga melihat salah satu pembantu mereka terlihat menangis terisak-isak di lantai sembari membekap mulutnya agar suara tangisannya tidak menganggu tidur yang lain.
"Saya hanya ingin Daniella tahu kalau saya adalah ibu kandungnya! Tidak lebih. Saya yang mengandung dan melahirkannya dengan penuh perjuangan. Namun identitas saya hanya seorang pembantu di ingatannya." tukas pembantu keluarga Daniella yang bernama Xia Fei. Dia adalah wanita keturunan Tionghoa yang sudah bekerja bersama keluarga Daniella selama bertahun-tahun.
"Lihatlah Dad! Lihat! Andaikan dulu Daddy tidak membawanya ke mansion kita. Wanita itu tidak akan ngelunjak seenaknya! Bukankah sekarang dia masih bisa melihat putri kita dari dekat! Lalu mengapa sekarang dia malah meminta pengakuan dari Daniella!" ketus ibu Daniella dengan wajah marah. Ia tidak ingin posisinya sebagai ibu satu-satunya untuk Daniella terganti.
"Catherine! Bagaimanapun dia adalah ibu kandung Daniella. Kita tidak bisa merubah kenyataan itu!" tegas Tuan Lee dengan rahang mengeras.
Chaterine tiba-tiba tertawa miris mendengar pembelaan suaminya. "Apa memang benar jika selama ini kau masih menyimpan rasa padanya, Dad? Dan Daniella adalah anak hasil hubungan gelap kalian dibelakang Mommy? Apa dia wanita gelap yang selama ini kamu sembunyikan dari aku! Apa karena aku tidak bisa melahirkan seorang anak hingga membuatmu berpaling?"
PLAK
Tuan Lee menampar pipi Catherine dengan sangat kuat hingga membuat sudut bibir Chaterine berdarah.
Dengan bibir bergetar dan air mata berlinang Chaterine menatap suaminya dengan tatapan terluka. Ia tidak menyangka kalau suaminya akan setega itu menamparnya hanya karena ingin membela wanita lain.
"Dad! Apa yang Daddy lakukan!" teriak Daniella dengan tergesa-gesa menghampiri ibunya.
"Semuanya tidak seperti yang kau pikirkan Catherine. Tak ada sedikitpun niatku berpaling darimu! Berhentilah bersikap keras kepala dan egois!" tegas Tuan Lee sebelum berlalu dari sana.
"Mom. Are you okey?" tanya Daniella dengan wajah panik.
Catherine dengan cepat menepis tangan Daniella dan melangkah menuju kamarnya.
"Xia Fei. Kau tidak perlu merendah dirimu seperti tadi." ujar Daniella sebelum berlalu dari sana. Meskipun terkejut dengan kenyataan yang baru saja Daniella dengar. Namun jauh di dalam lubuk hatinya. Daniella juga merasa cemas setelah mengetahui kenyataan itu. Ia takut sikap ibu yang selama ini membesarkannya akan berubah.
Beberapa hari setelah kejadian hari itu. Daniella mulai merasa tidak nyaman dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Apa lagi melihat ibu kandungnya ditindas oleh ibu angkatnya. Hati Daniella terasa ngilu melihat ibunya harus memohon agar Daniella dikembalikan pada ibu kandungnya.
Daniella akhirnya memutuskan kembali ke China bersama ibunya. Daniella tidak keberatan hidup miskin asal Daniella tidak melihat wanita itu menderita.
Seminggu kemudian
"Jika kau berani menginjakkan kakimu keluar dari mansion ini maka mulai sekarang kau bukan lagi bagian dari keluarga Lee!" tegas Catherine dengan wajah datar.
"Mom. Sorry." jawab Daniella sebelum pergi dari mansion keluarga Lee. Ia tidak bisa memilih antara keduanya. Karena bagaimanapun Xia Fei adalah ibu kandung Daniella. Wanita yang mati-matian berjuang mengandungnya selama 9 bulan lamanya.
Catherine terduduk di lantai saat melihat kepergian Daniella. Gadis kecil yang selama 24 tahun ini Catherine besarkan penuh kasih sayang.
Hiks
Hiks
Hiks
"Dad! Daniella pergi meninggalkan kita."
Tuan Lee tidak kuat mendengar Isak tangis istrinya. Hingga Ia langsung memeluk tubuh rapuh istrinya dengan perasaan sedih.
"Sayang. Jangan menangis. Sudah waktunya Daniella kembali kepada keluarga kandungnya."
"Tapi Mommy menyayangi Daniella, Dad!" lirih Catherine dengan suara parau.
Sementara Daniella dan Xia Fei telah tiba di bandara. Pesawat yang mereka tumpangi akan berangkat ke China sejam lagi.
Daniella berulang kali menatap ponselnya. Ia menatap wallpaper ponselnya dengan wajah sendu. Xia Fei tentu saja menyadari raut wajah sedih putrinya.
"Jika kamu ingin menetap di sini. Mama mengijinkan mu kembali. Jangan khawatir dengan keadaan Mama. Karena Mama masih sehat dan kuat." ujar Xia Fei ikut sedih melihat wajah sedih putrinya.
"Tidak apa-apa. Lagian aku sudah meninggalkan sebuah pesan untuknya. Mungkin hubungan kami hanya sampai disini. Jika Tuhan berkehendak. Ku harap takdir akan mempertemukan kami suatu hari nanti." jawab Daniella dengan suara serak. Ia juga masih belum terbiasa memanggil Xia Fei sebagai Mama.
"Apa kamu tidak takut pria itu membencimu?" tanya Xia Fei memperhatikan raut wajah putrinya.
"Aku tidak takut dia membenciku. Yang aku takutkan adalah saat rasanya habis untukku." jawab Daniella dengan perasaan campur aduk.
Tak beberapa lama terdengar suara panggilan keberangkatan menuju negara tujuan mereka. Mereka kemudian beranjak dan menarik koper mereka menuju arah keberangkatan.
Sean terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya sebelum mengambil jatah libur selama beberapa hari ke depan. Sean juga belum menyadari kepergian Daniella. Hingga hari semakin gelap. Sean memutuskan menyudahi pekerjaannya dan mengecek pesan dan panggilan masuk ke nomornya.
Sean tersenyum tipis saat mendapatkan dua buah pesan dari tunangannya. Pikiran Sean tiba-tiba blank saat mulai membaca pesan tersebut. Ia tidak menyangka kalau Daniella akan mengakhiri pertunangan mereka.
Ting
[Dear Sean. Maafkan aku pergi tanpa berpamitan secara langsung padamu. Setelah merenung selama seminggu. Aku memutuskan mengakhiri pertunangan kita. Kuharap kau tidak membenciku karena keputusan sepihak ini.]
Ting
[Sean. Sejam lagi pesawat yang kami tumpangi akan take off. Maafkan aku sudah mengambil keputusan sebelah pihak tanpa memikirkan perasaan mu. Namun satu yang harus kamu tahu. Jauh di dalam lubuk hatiku. Aku sangat mencintaimu.]
Sean tertawa terbahak-bahak membaca dua pesan terakhir dari Daniella. Ia merasa kalimat itu hanya sebuah lelucon sampah yang sedang dirangkai oleh wanita itu.
"Jika kau mencintaiku, kau tidak akan mengambil keputusan sepihak seperti ini, Sayang!" lirih Sean meringkuk diatas lantai.
"Disaat aku mati-matian mempercayai mu dan menyerahkan hatiku padamu. Kau malah mempermainkan hatiku tanpa perasaan. Lalu wanita seperti apa lagi yang harus ku percaya selain Mama dan saudariku! Kau memang wanita sialan yang tak tahu diri!" geram Sean dengan suara yang terdengar sangat lirih.
Sean kembali ke apartemennya dengan wajah lelah dan kusut. Ia lebih banyak melamun dan memikirkan hubungannya yang telah kandas beberapa jam yang lalu.
Tak beberapa lama terdengar suara panggilan masuk dari nomor Karina. Sean dengan cepat menjawab panggilan telepon dari ibunya saat melihat nomor kontak Karina yang menghubunginya.
"Halo Madre. Apa Madre merindukanku." gurau Sean dengan suara serak. Ia tahu kalau Karina pasti sudah tahu mengenai kabar kepergian Daniella dan pembatalan pernikahan mereka.
Alih-alih menjawab pertanyaan putranya. Karina malah bertanya mengenai keadaan putranya. "Are you okey, Son?" tanya Karina dengan suara lirih.
Karina tahu seberapa cinta Sean kepada Daniella. Hingga tanpa pikir panjang saat Sean mengutarakan keinginannya melamar Daniella. Karina dan Ocean langsung setuju dengan niat baik putranya. Mereka juga yakin kalau Daniella adalah wanita yang baik. Namun wanita itu malah menyakiti hati putra mereka.
Hiks
Hiks
Hiks
"Dia pergi, Madre.... " lirih Sean dengan suara parau.
"Nak. Jangan menangisi wanita yang tidak bisa menghargai perasaan mu. Madre yakin masih banyak wanita baik diluar sana." nasehat Karina dengan bijak. Walaupun sebenarnya Karina ikut sedih mendengar kepedihan dibalik suara parau putranya.
Tak beberapa lama. Oscar membuka pintu apartemen Sean dari luar. Ia melihat Sean menangis meringkuk di sudut kamar apartemen yang selama ini ditempatinya. Untuk pertama kalinya Oscar melihat sisi rapuh saudara kembarnya.
"Kak!" panggil Oscar dengan cepat memeluk tubuh lemah saudara kembarnya.
"Dia mengakhiri pertunangan kami secara sepihak tanpa memikirkan perasaanku, Oscar. Betapa malangnya nasibku. Aku benar-benar mencintai Daniella. Dia perempuan satu-satunya yang berhasil meluluhkan hatiku." lirih Sean mencurahkan isi hatinya kepada Oscar.
Oscar mengepalkan kedua tangannya mendengar curahan hati Sean. Ia benar-benar benci dengan orang-orang yang berani menyakiti anggota keluarganya.
Mungkin Oscar tidak akan melepaskan Daniella begitu saja setelah membuat Sean rapuh dan merasa kehilangan begitu dalam.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun. Oscar menepuk punggung saudara kembarnya dengan lembut agar merasa lebih tenang.
"Lebih baik kita kembali ke Italia. Aku tidak tenang membiarkanmu tinggal sendirian dalam keadaan rapuh begini." ujar Oscar dengan suara lirih.
Meskipun Oscar memiliki sifat yang sangat cuek. Namun hatinya sangat mudah iba saat melihat keluarganya bersedih.
Oscar akhirnya meminta izin kepada Kimberly kembali ke Italia setelah sebulan satu Minggu pernikahan mereka. Kimberly mengizinkan suaminya kembali ke Italia dengan syarat. Oscar harus selalu memberi kabar padanya.
Selama seminggu lebih Sean di Italia sebelum memutuskan kembali ke Amerika karena tuntutan pekerja. Saat kembali bekerja tanpa sengaja Sean mendengar kabar kalau Daniella telah resign dari pekerjaannya beberapa hari lalu.
Kabar itu membuat Sean semakin terluka. Namun, Sean berusaha menguatkan hatinya saat mengingat pesan keluarganya agar tidak terlalu memikirkan Daniella.
Tak terasa 7 bulan berlalu setelah pertunangan mereka berakhir. Sean akhirnya mulai bisa menerima kepergian Daniella. Sena menjalani hari-harinya seperti biasanya. Pergi bekerja dan melakukan semua pekerjaannya dengan sempurna. Hingga atasannya mempromosikan Sean sebagai kepala penelitian di salah satu perusahaan tekstil besar di China.
"Mereka sudah mengeluarkan dana yang cukup fantastis untuk mengembangkan produk ini. Ku harap kau bisa memberikan masukan sebagai pemimpin kepada para bawahan mu. Kinerja mu selama ini sangat memuaskan. Jadi, aku memutuskan merekomendasikan mu. Kau akan tinggal disana selama 1 bulan. Aku sudah menyiapkan rumah dan seorang maid yang akan bekerja di kediaman mu." kata seorang pria paruh baya yang menjawab sebagai kepala laboratorium di tempat Sean bekerja.
Sean sebenarnya tidak ingin menerima tawaran atasannya. Namun untuk mengembangkan karirnya sebagai seorang ahli kimia. Sean akhirnya memutuskan berangkat ke China sendirian tanpa sepengetahuan keluarga besarnya.
"Selamat datang lembaran baru. Selamat tinggal masa lalu."
#
#
Beijing, China
Sean masuk ke dalam salah satu rumah minimalis yang dibangun di kawasan elit para petinggi pemerintahan. Sean cukup terkesan dengan interior design rumah yang akan dia tempati.
Sean mengistirahatkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mengudara selama beberapa jam. Tanpa sadar Sean akhirnya tertidur lelap.
Tepat pukul 10 malam di Beijing. Sean mendapatkan panggilan telepon dari ibunya. Sean dengan cepat membuka kedua matanya dan mengangkat panggilan telepon dari Karina.
"Halo, Madre."
[Halo, Sayang. Apa kamu sudah makan?] tanya Karina dengan suara lembut.
Kriuk
Kriuk
Kriuk
Perut Sean tiba-tiba berbunyi hingga membuat Karina tersenyum tipis di seberang sana.
[Jangan lupa makan, Nak. Jangan buat Madre khawatir.] nasehat Karina membuat Sean merasa bersalah.
"Maafkan Sean Madre. Sean baru saja tiba di Beijing karena urusan pekerjaan. Profesor Alberto mengirim Sean kesini selama sebulan untuk mengembangkan produk baru perusahaan tekstil milik pemerintah."
[Apa kamu tidak lelah. Jika kamu merasa lelah lebih baik kembali ke Italia dan pimpin perusahaan kita yang ada di Indonesia. Lagian Oscar akhir-akhir ini lebih sering ke Amerika ketimbang ke Indonesia.]
"Sean lebih senang bekerja seperti ini Madre. Biarkan Oscar yang meneruskan perusahaan Gultom." jawab Sean dengan penuh keyakinan. Ia tidak terlalu suka dengan bisnis. Ia lebih suka tinggal di laboratorium selama berjam-jam untuk melakukan penelitian.
[Baiklah. Jangan lupa makan. Madre mencintai mu sayang.] ujar Karina sebelum mengakhiri panggilannya.
Sean akhirnya beranjak dari tempat tidur dan memperhatikan sekitarnya beberapa saat sebelum melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi. Sean memutuskan keluar mencari makan malam meskipun jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Saat berada di garasi. Sean melihat sebuah motor sport terparkir rapi disana dengan kunci yang masih menempel. Sean langsung menunggangi motor itu dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Tak beberapa lama. Sean tiba-tiba di salah satu restoran terbaik di Beijing. Dengan pakaian casual Sean melangkah masuk ke dalam restoran hingga membuat beberapa pasangan mata menatap pria itu dengan tatapan kagum.
"Berikan aku steak dan makan terenak di restoran ini." ujar Sean kepada salah satu pelayan yang menghampirinya.
Saat mengamati interior di dalam restoran itu. Tanpa sengaja manik matanya melihat seorang wanita yang sangat familiar di mata Sean. Sean tiba-tiba berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kearah kepergian wanita itu.
Sean bersembunyi di balik pintu sembari menguping pembicaraan wanita itu.
"Bagaimana keadaan Mama?" tanya wanita itu dengan suara serak. Jika wanita itu tahu kalau kepulangan mereka akan membawa petaka. Maka wanita itu lebih baik tidak kembali ke China bersama ibunya.
"Keadaannya sudah kembali stabil. Namun kita tidak tahu kapan dia akan bangun dari tidurnya." jawab seorang pria dari seberang sana.
"Lakukan yang terbaik untuk kesembuhan Mama. Aku yang akan mengumpulkan biaya rumah sakit Mama." kata wanita itu sebelum mengakhiri panggilannya. Wanita itu kemudian mencuci wajahnya sebelum keluar dari toilet.
Sean menatap kepergian wanita itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.
Sean kembali ke tempat duduknya dan menunggu makanannya dihidangkan oleh pelayan. Hingga tak beberapa lama seorang pelayan mengantar makanan pesanan Sean.
Sean berdehem pelan sebelum mengeluarkan ponselnya. "Apa kau mengenali wanita ini?" tanya Sean dengan wajah datar.
"Ya. Dia adalah karyawan baru di restoran ini. Nona Ella menjabat sebagai manajer di restoran ini." jawab pelayan itu saat mengenali sosok wanita yang ada di galeri foto ponsel Sean.
Pelayan itu berlalu dari sana setelah menjawab pertanyaan Sean. Sean memutuskan kembali ke rumah yang ditempatinya.
Dua Minggu telah berlalu. Sean menjalani hari-harinya seperti biasanya. Meskipun tak ayal sepintas bayangan Daniella sering hadir di dalam pikirannya. Namun Sean berusaha melupakan wanita itu meskipun pikiran dan hatinya sering kali tidak sejalan.
Sean bangun pagi-pagi pukul 5. Dia langsung keluar rumah joging. Banyak pasangan mata yang memperhatikannya. Namun Sean malah bersikap acuh terhadap tatapan memuji yang mereka pancarkan.
Setelah merasa tubuhnya berkeringat. Sean memutuskan kembali ke rumah. Namun, saat tiba di rumah Ia langsung melangkah menuju dapur mengambil air putih.
Namun setibanya disana Sean terdiam saat melihat seorang wanita asing berusia sekitar 45-50 tahun sedang membuat sarapan pagi untuknya. Ia yakin wanita itu merupakan maid yang dimaksud atasannya dua Minggu yang lalu.
Sean berdehem pelan agar wanita itu menyadari kedatangannya.
"Xia Fei! Mengapa kamu ada disini?" tanya Sean dengan wajah terkejut.
Xia Fei juga terkejut saat sadar kalau Sean merupakan penghuni baru kediaman majikannya.
"Tuan muda...." lirih Xia Fei menundukkan kepalanya. Ia benar-benar takut jika Sean akan balas dendam atas batalnya pernikahannya dengan putrinya.
Sementara Sean belum tahu kalau Xia Fei adalah ibu kandung Daniella. "Lanjutkan pekerjaan mu." tukas Sean sebelum berlalu dari sana.
Jauh di lubuk hatinya. Sean bertanya-tanya mengapa wanita itu bisa sampai di China. Bukankah dia pembantu rumah tangga Daniella saat berada di Italia dulu. Itulah yang tercetus dipikirannya.
Saat Sean sedang duduk termenung di balkon. Dia melihat seorang wanita yang cukup familiar di ingatannya berdiri di depan gerbang kediaman yang ditempatinya. Sean menyipitkan matanya untuk memastikan penglihatannya.
"Daniella...." gumam Sean dalam hati sembari memperhatikan wajah Daniella.
"Nak. Lain kali kamu tidak perlu menjemput Mama. Bukankah kamu juga merasa lelah seharian bekerja di restoran?" ujar Xia Fei menatap tidak tega kearah putrinya.
Sean tersenyum menyeringai menatap kepergian keduanya sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Darah mafia mengalir kental di dalam tubuhku. Aku tidak akan membiarkan siapapun mempermainkan ku dan memperlakukan seperti orang bodoh. Tunggu pembalasanku. Aku akan membuatmu merasakan apa yang kurasakan saat ini." gumam Sean penuh dengan tatapan dendam dan kebencian.
Setibanya di rumah. Daniella dan ibunya melihat rumah sudah berantakan. Seorang pria terlihat tidur sembari memegang botol alkohol di tangannya. Ia melihat adik laki-lakinya meringkuk ketakutan di sudut tangga.
Xia Fei dengan cepat menghampiri putranya dan memeluk tubuh gemetar anak remaja itu dengan lembut.
"Zayn. Jangan takut. Mama disini." ujar Xia Fei dengan air mata berlinang memeluk putranya.
"Dia mengamuk seperti orang gila saat sedang mabuk seperti itu." ujar Zayn dengan suara terbata-bata.
Sementara Daniella memijit pelipisnya pusing melihat tingkah ayah kandungnya. Dulu Daniella sangat dimanja dan disayangi oleh kedua orang tua angkatnya. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya beberapa bulan ini. Tak ayal Daniella dan Zayn seringkali melihat ibunya mendapatkan kekerasan secara fisik maupun verbal dari ayahnya.
Ayahnya hanya tahu berjudi. Jika kalah dia akan melampiaskannya dengan mabuk-mabukan.
Tiba-tiba pria itu terbangun dari tidurnya dan menatap Daniella dengan tajam.
"Hey! Wajahmu sangat mirip dengan pria bajingan itu! Enyah dari hadapanku!" bentak pria itu melemparkan bola alkohol yang ada ditangannya kearah Danielle.
Daniella dengan cepat menepis botol itu hingga membuat tangannya membiru.
"Pria bajingan siapa yang kau maksud!" tanya Daniella tidak bisa lagi menahan amarahnya. Ia sangat benci melihat seorang pria berbuat kasar kepada seorang wanita. Apalagi wanita itu adalah ibunya.
"Cih! Apa kau tahu. Kau hanyalah anak haram hasil pemerkosaan! Pria bajingan itu memperkosa wanita yang kucintai hingga hamil! Bukankah pria itu sangat menjijikkan!" lirih Kang Danil dengan wajah merah padam.
"Dia kotor!" tunjuk Kang Danil kearah Xia Fei.
"Setiap kali aku bercinta dengannya! Maka bayangan percintaan mereka yang terus melintasi di pikiranku." lanjut Kang Danil dengan air mata berlinang saat merasa dadanya sesak.
Daniella terkejut mendengar kenyataan itu. Ia tidak menyangka kalau kalau dia hanyalah anak hasil pemerkosaan. Ia menatap Xia Fei dengan tatapan menurut penjelasan. Namun, Xia Fei hanya bisa menangis tanpa berani mengucapkan sepatah katapun.
Daniella memutuskan keluar dari rumah hingga tanpa sengaja menabrak tubuh Sean yang sedari menguping pertengkaran mereka.
"Cih! Ternyata kau hanyalah anak haram hasil pemerkosaan!" sindir Sean membuat hati Daniella semakin hancur.
Dengan berlinang air mata Daniella menatap wajah datar Sean dengan perasaan campur aduk.
"Ya! kau benar! Aku hanyalah anak haram hasil pemerkosaan! Bukankah hal tersebut membuatku semakin yakin meninggalkanmu! Pergilah! Menjauh dari kehidupanku! Jangan pernah cari aku! anggap saja kita tidak pernah saling mengenal!" teriak Daniella mendorong tubuh Sean agar menjauh dari rumahnya.
"Cih! Setelah mencampakkan ku tanpa perasaan! Kau malah bertingkah seperti seorang wanita yang paling tersakiti! Aku tidak pernah mencari mu! Dan tidak akan pernah lagi! Karena besok aku akan kembali ke Italia dan menetap disana!" balas Sean dengan rahang mengeras sebelum berlalu dari sana.
Sean akhirnya meninggalkan kediaman Daniella tanpa berniat menghibur gadis itu. Kalau dulu mungkin Sean akan menghibur Daniella saat wanita itu bersedia atau memiliki masalah. Namun tidak dengan sekarang. Api kebencian masih tersimpan rapat sampai sekarang di dalam hatinya.
Sebenarnya Sean ingin bertemu dengan Xia Fei karena besok dia akan kembali ke Amerika. Sean ingin meminta Xia Fei agar datang lebih pagi dari biasanya. Namun, Sean malah tanpa sengaja mendengar pertengkaran kedua orang tua mantan tunangannya itu.
Sean sebenarnya terkejut saat mengetahui satu fakta mengenai identitas Daniella yang sebenarnya. Ternyata selama ini Daniella merupakan anak Xia Fei selaku pembantu di kediaman Catherine dan Lee Dong Min yang Sean kira sebagai orang tua kandung Daniella.
Daniella terus melangkah berlawanan arah dengan jalan yang dilalui Sean. Hingga tak beberapa lama Daniella tiba di salah satu bar padat pengunjung. Tanpa berpikir panjang Daniella masuk ke dalam bar dan memesan minuman beralkohol.
Hiks
Hiks
Hiks
"Emang kenapa kalau aku anak haram yang terlahir dari hasil pemerkosaan! Bukankah aku juga manusia dan berhak dicintai!" celetuk Daniella dengan raut wajah setengah mabuk.
Tak beberapa lama seorang pria datang menghampiri meja Daniella. Ia meletakkan segelas alkohol yang sudah diracik oleh bartender di hadapan Daniella.
"Segelas alkohol ini akan membuatmu melupakan semua masalah hidup mu hari ini. Malam ini kau bisa bersenang-senang tanpa beban di hati maupun pikiran mu." tukas pria itu tersenyum menggoda menatap wajah cantik Daniella. Ia merasa Daniella memiliki keturunan campuran antara darah China dan Rusia. Hingga membuat bentuk wajah dan tubuhnya begitu sempurna.
Tanpa berpikir panjang Daniella langsung menghabiskan segelas alkohol itu dalam sekali tegukan.
Entah mengapa setelah meminum minuman beralkohol tinggi itu. Daniella merasa tubuhnya tiba-tiba panas. Ia merasa udara disekitar pengap dan sesak hingga membuatnya melepaskan dua kancing yang menutup leher jenjangnya.
"Mengapa udara di tempat ini sangat panas dan pengap?" omel Daniella dengan wajah sempoyongan keluar dari bar.
Pria itu berusaha menahan langkah Daniella dan membawanya menuju sebuah kamar VIP khusus pelanggan tetap bar tersebut.
Di dalam lift
Pria itu menelusuri wajah putih bersih Daniella dengan jemari jempolnya.
"Ternyata kau memiliki wajah yang sangat cantik saat dalam keadaan mabuk seperti ini. Sangat disayangkan jika aku mengabaikan ikan segar yang masih suci seperti mu." bisik pria itu membuat Daniella merasakan sensasi aneh pada tubuhnya.
"Mengapa aku malah menginginkan sesuatu yang lebih." lirih Daniella dengan tubuh lemah dipapah oleh pria itu masuk ke dalam sebuah kamar yang biasanya digunakan pelanggan melampiaskan hasratnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!