Jarum jam yang menggantung di dingding yang menunjukkan tepat pukul setengah tuju. Rumah minimalis dengan bangunan klasik Eropa itu terlihat begitu sunyi.Cahaya Matahari di luar sana sudah begitu terik dengan hembusan angin sepoi-sepoi.
Di depan jendela yang terlihat kursi yang bergoyang. Goyang bukan karena angin yang masuk kedalam rumah, tetapi karena ada seseorang yang mendudukinya.
Wanita cantik yang merebahkan diri di kursi goyang itu dengan mata indah yang terpejam yang memperlihatkan bulu mata yang lentik itu. Memakai dress panjang semata kaki berwarna putih lengan panjang yang masih menikmati tidur di pagi hari.
Semburat cahaya matahari yang masuk dari jendela menerpa wajah cantik putih mulus yang bisa merasakan hangatnya tepat mengenai wajah wanita itu yang sama sekali tidak menggangu tidur nyenyak itu.
Tiupan angin yang membuat rambut panjang lurus itu menari-nari dengan anak rambut yang menutupi pipi wanita yang masih tetap melanjutkan mimpi indah itu. Wanita itu tak lain adalah Saffana yang memeluk buku yang menemani tidurnya.
"Ibu tidak membangunkan Alisha!" suara khas yang sangat tidak asing itu membuat mata indah itu terbuka perlahan.
Mata itu merasa sangat silau dengan pacaran matahari yang memang sangat menelisik. Matahari cerah yang baru pada akhirnya membuat dia terbangun.
Saffana menegakkan duduknya dan melihat kearah suara itu. Anak kecil dengan wajah khas bangun tidur dengan rambut lurus yang tetap rapi dengan memeluk Boneka pinguinnya terlihat sangat kesal dengan wajah cemberut itu.
"Kemari sayang!" ajak Saffana dengan lembut.
Alisha yang berjalan menghampiri Saffana dan langsung wajah itu bertumpu pada paha Saffana dengan memeluk pinggang Saffana. Saffana juga memeluk dengan menunduk yang mencium pucuk kepala Alisha.
Alisha mengangkat kepala yang melihat kearah Saffana, "kenapa tidak membangunkan Alisha?" tanyanya yang masih belum mendapatkan jawaban.
"Ibu sudah membangunkan. Tetapi Alisha masih sangat mengantuk dan tidak bisa bangun," jawab Saffana.
Wajah Alisha cemberut, hanya karena tidak bangun pagi seperti ada masalah dalam hidup Alisha.
"Sayang, lagi pula Alisha belum terlambat untuk sekolah," ucap Saffana dengan mengusap-usap pucuk kepala putrinya itu.
"Tapi Alisha tadi tidak sholat subuh ibu dan ayah bilang Alisha tidak boleh meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim," jawab Alisha yang memang terlihat sangat pintar. Hal itu membuat senyum bangga terlihat di wajah Saffana.
"Maafkan ibu sayang," ucap Saffana yang mencium lembut kening Alisha.
Alisha mengangguk-angguk.
"Ibu harus janji harus membangunkan Alisha terus sampai bangun. Alisha tidak mau sholat Alisha sampai tertinggal. Nanti Allah marah dan tidak mau mengabulkan doa Alisha," ucap Alisha dengan bijak.
"Baik Alisha," sahut Saffana.
"Ya sudah sayang sekarang kamu mandi ya, biar berangkat ke sekolah. Ibu akan menyiapkan sarapan," ucap Saffana.
"Baik Ibu," sahut Alisha.
"Oh iya Alisha, hari ini nanti tante Aliyah yang jemput Alisha pulang sekolah. Karena Ibu akan ke Palembang hari ini," ucap Saffana
"Apa itu artinya Alisha akan menginap di rumah Ayah?" tanya Alisha memastikan.
"Iya sayang," sahut Saffana.
"Baik Ibu," jawab Alisha yang sangat penurut.
**********
Kota Jakarta yang setiap hari di penuhi dengan macet, suara bising klakson dan polusi yang banyak yang menjadi pemandangan sehari-hari.
Aliyah yang berada di dalam mobil duduk di kursi pengemudi yang sudah terlihat kesal dengan wajah penuh dengan kejenuhan.
Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt.
Ponselnya berdering membuat Aliyah langsung mengangkat dengan kontak nama Saffana.
"Assalamualaikum Aliyah!" sapa Saffana.
"Walaikum salam Saffana," sahut Aliyah.
"Aku baru di hubungi kak Aksa yang ternyata kak Aksa ada perjalan bisnis ke Luar Negri dan baru pulang hari ini. Jadi beliau mengatakan kamu yang menjemputnya Alisha?" tanya Saffana memastikan
"Iya Saffana, ini aku sudah di jalan, biasalah masih macet," jawab Aliyah.
"Ya sudah kalau begitu aku titip Alisha ya. Aku di Palembang kemungkinan 2 atau 3 hari karena banyak yang harus di siapkan," ucap Saffana.
"Iya aku pasti akan menjaga Alisha, kak Aksa juga akan pulang kok. Kamu baik-baik di sana dan semoga semua prosesnya lancar," ucap Aliyah berpesan.
"Makasih Aliyah. Aku tutup dulu telponnya. Assalamualaikum!" sahut Saffana.
"Walaikum salam," sahut Aliyah.
"Huhhhhh, kak Aksa dan Saffana sama-sama mengutamakan tentang anak. Sehingga hubungan mereka sampai detik ini masih berjalan dengan baik meski sudah berpisah. Memang sangat disayangkan pernikahan mereka yang berakhir dengan perceraian. Tetapi mau bagaimana lagi Itu sudah berlalu 6 tahun yang lalu. Lagi pula baik Saffana dan kak Aksa sudah mempunyai kehidupan masing-masing yang terpenting mereka tetap mengutamakan Alisha," Aliyah bergerutu sendiri di dalam mobil.
6 Tahun lalu memang masa yang paling berat dihadapi Saffana dan Aksa. Di mana Aksa yang menjatuhkan talak kepada Saffana hanya karena salah paham. Talak itu tidak sah, karena Saffana yang hamil saat itu.
Tetapi Saffana sudah terlanjur kecewa dan sakit hati yang tidak ingin ada perbaikan untuk kembali bersama. Setelah Alisha lahir Saffana tetap dengan keputusannya menggugat cerai dan mereka resmi bercerai tanpa ada kesempatan untuk Aksa.
Tetapi hubungan mereka berdua tetap baik, mereka merawat Alisha secara bersamaan. Saffana dan Aksa yang juga memang terikat saudara dan tidak mungkin bisa berpisah. Jadi hubungan keluarga itu juga tetap sangat baik sampai sekarang. Walau tidak intens karena Saffana dan Aksa yang bukan suami istri lagi.
Seiring berjalannya waktu Saffana dan Aksa pasti membuka kehidupan baru untuk menjalankan hidup yang tidak jauh dari hubungan asmara yang kembali ingin membangun kehidupan baru.
************
Gedung Sekolah dasar yang terlihat ramai para orang tua yang menjemput anak-anaknya pulang sekolah. Sama dengan seorang wanita yang baru keluar dari mobil. Gadis cantik dengan menggunakan dress semata kaki itu yang berwarna hitam dengan kepala berkeliling melihat di sekitarnya.
"Alisha!" panggil wanita itu yang melihat fokus kepada salah satu anak perempuan yang sangat cantik dengan rambut di kelabang.
"Tante Aliyah!" anak kecil yang tak lain Alisha yang langsung berlari menghampiri Aliyah.
"Tante sudah lama menunggu?" tanya Alisha?" dengan wajah yang begitu menggemaskan mendongakkan kepala melihat ke atas.
"Tidak sayang, Tante baru saja sampai," jawab Alisha dengan tersenyum.
"Alhamdulillah kalau begitu! Ya sudah sekarang kita pulang. Alisha sudah tidak sabar ketemu sama Ayah. Tadi ibu mengatakan Alisha akan menginap di rumah Ayah," ucap Alisha yang menyampaikan pesan dari Saffana.
"Kamu benar anak pintar. Kita akan pulang. Ayah juga akan kembali dari Luar Negri," sahut Aliyah.
"Kalau begitu let's go!" ajak Alisha. Aliyah mengangguk dengan tangan mereka yang bergandengan memasuki mobil.
Alisha termasuk anak yang beruntung di kelilingi orang-orang yang sayang pada dia, mempunyai tante yang juga sangat menyukainya dan gemes padanya, mungkin orang tua yang bercerai membuat Alisha tidak beruntung. Tetapi perceraian hanyalah sebuah status. Karena pada kenyataan Alisha tidak kekurangan orang tua di dalam hidupnya yang mendapatkan kasih sayang luar biasa pada Aksa dan Saffana yang selalu mengutamakan dia.
Mungkin sudah menjadi takdir untuk kehidupan pernikahan Saffana dan Aksa yang harus berakhir. Mungkin Allah mempunyai jalan lain untuk mereka berdua. Mereka juga tidak bisa memaksakan segala sesuatu yang tidak di kehendaki.
Bersambung
...Novel kali ini lanjutan dari cerita Jebakan Saffana untuk Aksa. Aku mohon untuk dukungan kalian semua ya dan jangan lupa untuk memberikan saran, koment dan like yang banyak, vote dan juga subscribe. Di tunggu ya episode-episode menarik lainnya. Terima kasih....
Mobil hitam BMW hitam itu yang akhirnya sampai di kediaman Aliyah.
"Yes sampe juga kerumah Oma," ucap Alisha dengan semangat yang sampai mengangkat ke-2 tangan ke atas. Aliyah tersenyum lebar melihat sangka ponakan yang begitu ceria.
"Alisha bisa membuka safety belt?" tanya Aliyah.
"Bisa dong Tante, kan, Alisha pintar!" jawab Alisha.
"Iya-iya, Tante lupa jika tante mempunyai keponakan yang sangat cantik pintar dan baik hati. Hmmmm tidak lupa juga keponakan yang paling solehah," puji Aliyah dengan gemes.
"Amin," sahut Alisha.
"Oke. Sekarang kita turun!" ajak Aliyah. Alisha menganggukkan kepala dan langsung membuka safety belt yang kemudian keluar dari mobil.
Di dalam rumah ada Rachel yang sedang duduk di ruang tamu sembari membaca majalah dengan kaki yang menyilang. Rachel yang memang terlihat sangat serius.
"Assalamualaikum Oma!" sapa Alisha dengan begitu ceria membuat fokus Rachel langsung mengarah pada pintu.
"Walaikum salam cucu Oma yang cantik," sahut Rachel. Alisha langsung berlari dan memeluk Rachel yang masih duduk.
"Hmmm, baru pulang sekolah. Bagaimana belajarnya sayang?" tanya Rachel.
Rachel yang sudah melepas pelukan itu dengan mengangkat Alisha duduk di pangkuannya agar bisa lebih dekat melihat wajah lucu cucu kesayangannya itu.
"Belajarnya lancar dan tadi Alisha mendapatkan nilai gambaran yang paling tinggi," jawab Alisha.
"Benarkah!" sahut Rachel.
Alisha mengangguk-anggukkan kepala.
"Hmmm, kalau begitu sepertinya Oma harus membelikan Alisha hadiah," sahut Rachel dengan mata menyipit dan menepuk-nepuk keningnya dengan jari telunjuknya.
He-he-he. Alisha malah tertawa kekeh.
"Isss kenapa tertawa?" tanya Rachel yang semakin gemes dengan mencubit pipi Alisha. Sementara Aliyah yang sudah duduk tersenyum melihat kedekatan Rachel sebab Alisha.
"Oma ekspresinya sangat lucu," jawab Alisha.
"Benarkah!"
Alisha kembali mengangguk-angguk.
"Tapi Oma memang akan membelikan Alisha hadiah, karena sudah menjadi cucu Oma yang paling pintar di sekolah," ucap Rachel.
"Baiklah. Alisha menunggu hadiah apapun yang diberikan Oma," sahut Alisha.
"Pasti!" sahut Rachel.
"Baik Oma, kalau begitu Alisha ke kamar dulu mau ganti baju," ucap Alisha.
"Baik sayang. Oma tunggu Alisha untuk makan siang," Alisha mengangguk dan langsung turun dari pangkuan Rachel yang tidak lupa mencium pipi Rachel yang membuat Rachel salah tingkah.
"Bye," Alisha melambaikan tangan langsung pergi menaiki anak tangga.
"Huhhhh, Perasaan baru kemarin lahir dan sekarang sudah semakin besar saja," gumam Rachel menghela nafas.
"Aliyah Saffana jadi ke Palembang?" tanya Rachel.
"Iya mah. Saffana tadi menghubungiku dan mengatakan akan pergi beberapa hari. Karena banyak sekali yang harus diurus untuk menjelang hari pernikahannya," jawab Aliyah.
"Dia benar-benar jadi menikah," sahut Rachel.
"Lalu?" sahut Aliyah heran.
Hhhhhhhhh
Rachel tidak mengatakan apa-apa dan hanya menghela nafas.
"Mah sudahlah. Saffana dan kak Aksa itu hanya masa lalu. Mereka berdua sudah menjalani kehidupan mereka masing-masing yang terpenting kewajiban mereka tidak pernah lepas dari Alisha. Lagi pula Saffana juga berhak bahagia melanjutkan kehidupan dengan menikah dengan orang lain. Bukankah kak Aksa juga akan melakukan hal yang sama yang sekarang juga sedang dalam proses perkenalan dengan wanita dari pesantren itu. Lagi pula Mama juga yang mengenalkan wanita itu kepada kak Aksa yang menginginkan dia untuk menjadi istri ke Aksa. Lalu apa lagi. Saffana dan kak Aksa berhak untuk memilih pasangan mereka masing-masing dan berhak melanjutkan hidup dengan pasangan masing-masing. Mereka berdua memiliki ikatan karena ada Alisha dan karena kita semua masih keluarga," jelas Aliyah.
"Ya sudahlah. Mama hanya kasihan saja dengan Alisha dan belum tentu juga pasangan Saffana nanti akan menerima Alisha," sahut Rachel khawatir.
"Saffana tidak akan memilih suami yang untuk menikah dengan dia. Jika bukan karena pasti sayang pada Alisha. Saffana juga pasti memikirkan hal itu. Karena bagi Saffana Alisha menjadi nomor 1," sahut Aliyah dengan bijak. Rachel terdiam. Dari wajahnya terlihat tidak menyukai jika Saffana harus menikah lagi.
*********
Alisha dan Aksa sedang melaksanakan sholat isya bersama di kamar Aksa. Aksa yang menjadi imam untuk putrinya itu. Mereka sholat begitu khusyuk yang membuat kamar begitu hening.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,"
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,"
Aksa yang mengucapkan salam dan juga diikuti Alisha. Setelah itu mereka sama-sama menguasai wajah dengan tangan. Lalu berdoa dengan mengadahkan tangan keatas. Berdoa dengan khusuk sampai doa itu selesai.
Aksa berbalik badan dan Alisha yang langsung mencium punggung tangan Aksa dengan Aksa yang mencium kening Alisha, pipi Alisha wajah itu dicium yang terdengar suara. Lalu Aksa memeluk Alisha begitu erat.
"Ayah tadi dao apa?" tanya Alisha kepo dengan mengangkat kepalanya yang melihat Aksa.
"Ayah mendoakan, supaya Alisha menjadi anak yang pintar baik dan patuh pada orang tua," jawab Aksa.
"Alisha juga berdoa yang sama, supaya ayah dan ibu diberikan kesehatan, umur yang panjang dan sayang sama Alisha," jawab Alisha.
"Amin!" sahut Aksa tersenyum.
"Hmmm, ayah ibu akan menikah dengan om Andre. Apa nanti kalau Ibu sudah menikah dengan Om Andre nanti kasih sayang ibu akan berkurang kepada Alisha?" tanya Alisha dengan wajah yang terlihat khawatir.
"Hey, kenapa berbicara seperti itu. Mana mungkin kasih sayang ibu akan berkurang dengan Alisha," jawab Aksa.
"Tapi oma bilang, ketika ibu nanti menikah. Ibu pasti akan mengurusi suaminya yang paling utama, nanti Alisha akan di nomor duakan. Sedangkan ibu belum menikah saja sudah sering lupa membangunkan Alisha saat shalat subuh. Apalagi nanti sudah menikah," keluar Alisha dengan wajah cemberut yang menakutkan sesuatu.
"Mama bicara apalagi pada Alisha. Kenapa suka sekali berbicara membuat pikiran Alisha kemana-mana," batin Aksa.
"Ayah Alisha takut, kalau nanti ibu akan seperti itu," ucap Alisha dengan wajah manis.
"Alisha tidak boleh berpikiran buruk seperti itu kepada ibu. Ibu pasti akan mengutamakan Alisha," ucap Aksa yang menyakinkan putri kecilnya itu.
"Lalu bagaimana dengan ayah. Apa nanti jika ayah menikah dengan tante Irena. Ayah juga tidak akan sayang pada Alisha?" tanya Alisha.
"Ayah juga tidak akan mungkin berkurang kasih sayang ayah untuk kamu," jawab Aksa.
"Janji?" tanya Alisha memastikan.
"Janji!" jawab Aksa yang kembali memeluk Putri kecilnya itu.
Mendengar ketakutan Alisha membuat Aksa juga kepikiran, dari tatapan mata Aksa yang sebenarnya menyimpan kesedihan dan rasa cemas. Dia takut jika Alisha yang masih kecil harus menakutkan sesuatu hal yang tidak belum pantas untuk di pikirkan anak seusia Alisha.
********
"Tapi Mama tidak harus berbicara seperti itu kepada Alisha. Alisha itu masih kecil, dia akan mencerna apapun yang Mama bicarakan kemarin dan akan menjadi pikiran untuk Alisha seberapa penasarannya dia miliki," ucap Aksa yang membicarakan kepada Rachel saat mereka berada di meja makan.
"Mama itu hanya bercanda. Lagi pula bukankah hal itu juga akan terjadi," sahut Rachel.
"Tapi Mama tidak harus membicarakan semua itu. Kasihan Alisha," ucap Aksa dengan lembut tetapi sangat tegas.
"Jika kamu kasihan kepada anak. Lalu kenapa bukan kamu dan Saffana yang menjadi orang tuanya. Kenapa kalian harus mencari pasangan masing-masing untuk menjadi Ayah atau Ibu pengganti untuk Alisha," tegas Rachel yang tiba-tiba marah.
"Apa kalian berdua tidak bisa rujuk demi anak?" tanya Rachel.
Aksa terdiam yang tidak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan sang Mama yang mungkin masih punya harapan untuk hubungan dia dan Saffana.
Bersambung
"Kenapa kalian berdua menjadi orang tua yang egois yang tidak memikirkan anak kalian!" tegas Rachel marah.
"Mama bicara apa. Bagaimana mungkin Mama bisa mengatakan aku dan Saffana orang tua yang egois. Kami berdua selama ini mengutamakan Alisha. Lagi pula Mama yang mengenalkan Irene kepadaku," ucap Aksa yang sedikit menaikkan volume suaranya.
"Ada apa ini? kenapa malah ribut-ribut seperti ini," sahut Adam yang datang tiba-tiba. Rachel menghela nafas yang tidak berbicara lagi. Aksa yang juga mengontrol diri dengan menghela nafas berdiri dari tempat duduk dan langsung pergi dari meja makan.
Adam melihat kepergian Aksa dan melihat kearah Rachel yang wajah itu masih terlihat marah.
"Kamu ini kenapa tidak ada habis-habisnya bertengkar dengan Aksa. Apalagi yang membuat kalian berdebat hah?" tanya Adam yang memang sudah sangat terbiasa mendengar pertengkaran Rachel dan Aksa.
"Mama kesal melihat Saffana dan Aksa yang akan memiliki kehidupan baru dengan pernikahan dan pasangan mereka masing-masing. Mama khawatir pada Alisha," jawab Rachel.
"Rachel. Aksa dan Saffana sudah berpisah. Kenapa Sampai detik ini kamu belum bisa menerima kenyataan itu. Semua itu menjadi keputusan mereka bersama dan sampai detik ini mereka menjalin hubungan dan komunikasi yang baik sesuai dengan janji mereka untuk pertumbuhan dan perkembangan Alisha," tegas Adam.
"Ya tapi tetap saja. Alisha akan merasa berbeda dari orang lain," sahut Rachel.
"Kamu yang tiba-tiba mengenalkan Aksa dengan Irena dan sekarang ketika Saffana akan menikah. Kamu malah marah kepada Aksa. Kamu aneh," ucap Adam geleng-geleng.
"Aku pikir dengan Aksa menjalin hubungan dengan wanita lain. Maka Saffana akan memiliki rasa cemburu dan ternyata tidak dia justru akan menikah," batin Rachel.
"Sudahlah. Kamu jangan terus berpikir seperti ini. Biarkan Saffana dan Aksa memiliki kehidupan mereka masing-masing," tegas Adam. Rachel hanya diam saja.
*********
Palembang.
Mobil Saffana berhenti di depan Restauran dan Saffana yang langsung keluar dari mobil dengan memasuki Restaurant tersebut.
"Di mana Andre!" gumam Saffana yang melihat di sekitarnya sampai akhirnya mata Saffana berhenti pada satu meja dan melihat Andre yang duduk berhadapan dengan seorang wanita.
"Tasya!" ucap Saffana yang menghampiri Andre dan wanita yang bernama Tasya itu.
Tasya yang sedang makan melihat kehadiran Saffana. Melihat tatapan mata Tasya membuat Andre menoleh ke arah belakang.
"Saffana kamu sudah datang," sahut Andre berdiri dari tempat duduknya dan terlihat datar tanpa ekspresi yang harus bagaimana saat melihat kehadiran calon istrinya.
"Aku dari tadi menelpon kamu, untuk menjemputku di Bandara dan kamu tidak mengangkat telepon kamu sama sekali. Aku terpaksa harus pesan mobil," protes Saffana.
"Maaf Saffana ponsel aku lobet," jawab Andre. Saffana hanya mengganggu kan kepala dengan wajah yang terlihat tidak mood.
"Hmmm Andre sepertinya aku harus pergi. Aku masih banyak pekerjaan," ucap Tasya yang berdiri dari tempat duduknya dengan mengambil tasnya.
"Ya sudah Tasya. Kamu hati-hati ya dan nanti aku kabari kamu lagi," ucap Andre.
"Iya," jawab Tasya dengan tersenyum.
"Saffana aku duluan," ucap Tasya yang langsung pergi dari tempat tersebut. Saffana yang masih menoleh ke belakang melihat kepergian Tasya.
"Ayo Saffana duduk," ajak Andre. Saffana menganggukkan kepala.
"Aku hanya bertukar pikiran dengan Tasya masalah pernikahan kita. Jadi kita bertemu dan ngobrol sebentar," jelas Andre yang padahal Saffana sama sekali tidak mengatakan apa-apa.
"Begitu!" sahut Saffana dengan menghela nafas yang terlihat ketus.
"Kamu pesan makan?" tanya Andre.
"Tidak!" jawab Saffana yang melihat meja itu terlihat kotor karena bekas makan Tasya. Saffana justru mendadak tidak nyaman bahkan dia juga duduk di bekas kursi Tasya.
"Aku minta maaf sekali lagi Saffana," ucap Aksa.
"Sudahlah lupakan saja," jawab Saffana yang terlihat santai yang tidak mau ribet.
"Baiklah! aku pasti kemari ingin membicarakan pernikahan kita yang tinggal menghitung hari dan membantu persiapan sesuai dengan apa yang kamu katakan," ucap Saffana.
"Hmmm, Saffana aku lupa memberitahu kamu. Jika mama menyuruh kita untuk menikah di Jakarta saja dan tidak jadi di Palembang," ucap Andre dengan tiba-tiba yang membuat Saffana terlihat sangat kaget dengan menautkan kedua alisnya.
"Kamu bilang apa!" pekik Saffana.
"Aku sudah menjelaskan kepada Mama jika kita sudah menyusun pernikahan di Palembang. Tetapi mama berubah pikiran dan lebih baik dilaksanakan di Jakarta karena banyak juga saudara yang tinggal di Jakarta," jelas Andre.
"Andre bukankah kita sudah memperdebatkan masalah ini sejak awal. Kamu sendiri yang memaksa untuk kita menikah di Palembang. Aku sudah menuruti semua keinginan kamu dan keluarga kamu dan aku juga sudah membuang banyak waktu untuk persiapan ini ... kamu tahu tidak aku harus meninggalkan Alisha untuk semua ini!" tegas Saffana yang terlihat marah.
"Aku mengerti Saffana. Tetapi aku juga tidak bisa mengatakan apa-apa karena semua ini permintaan mama. Kamu tahu sendiri bagaimana mama. Jika Mama sudah mengatakan A maka harus A," sahut Andre.
"Ya lalu sekarang bagaimana. Kita akan kembali mengurus pernikahan di Jakarta dan semua yang sudah aku kerjakan hanya sia-sia di sini. Ini sangat tidak masuk akal. Kamu sebenarnya mau menikah apa tidak!" kesal Saffana yang semakin emosi.
"Kamu itu bicara apa Saffana. Ya aku mau menikah dengan kamu. Masa Iya hanya karena perbedaan tempat dan kamu bisa mempertanyakan hal itu," sahut Andre.
"Karena aku sudah melakukan pengorbanan yang begitu banyak untuk semua ini. Aku sudah mengatakan kepada kamu jika aku sampai meninggalkan Alisha untuk mengurus semua pernikahan kita," tegas Saffana.
"Alisha juga punya ayah. Kamu juga meninggalkan Alisha bukan mau main-main dan hanya untuk pernikahan kita dan buka selamanya mengorbankan hal itu," sahut Andre yang berbicara ngegas.
"Alisha juga punya ayah. Dia juga punya kewajiban untuk menjaga Alisha dan bukan hanya menjadi tanggung jawab kamu saja. Kita akan menikah dan sangat wajar jika sekarang tanggung jawab itu diambil oleh ayah Alisha. Karena banyak hal yang harus kamu kerjakan dan juga aku!" tegas Andre.
"Sudahlah aku males ribut dengan kamu. Kamu selalu mempersulit keadaan. Baik jika memang pernikahan yang ingin di Jakarta maka di Jakarta. Aku berbicara pada bunda dan ayah," ucap Saffana yang langsung berdiri dari tempat duduknya yang terlihat kesal.
"Hey kamu mau kemana!" Andre juga ikut berdiri yang mencegah Saffana.
"Kita tidak jadi menikah di sini bukan. Maka kamu yang harus mengurus pembatalan semua pesanan dan segala sesuatu yang sudah dipersiapkan di sini dan aku yang akan mempersiapkan di Jakarta. Jadi kita berdua berbagi tugas dan itu lebih baik daripada kita bertengkar. Karena kita sudah tidak jadi merencanakan pernikahan di sini. Maka kita aku akan kembali pulang ke Jakarta," ucap Saffana yang berbicara sedikit tenang dan meredakan emosi.
"Baiklah, kita akan berbagi tugas. Aku minta maaf untuk semua ini. Aku minta maaf atas keluargaku kepada kamu," ucap Andre. Saffana hanya mengangguk.
"Ya sudah kalau begitu aku pergi!" ucap Saffana. Andre mengangguk
"Jangan lupa kamu harus charge handphone kamu karena sebentar lagi kamu harus menghubungi Tasya," sindir Saffana yang langsung pergi dari hadapan Andre.
"Saffana!"panggil Andre ketika merasa jika Saffana pergi tidak baik-baik saja.
"Apalagi ini," gumam Andre menghela nafas.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!