Di pagi hari bahkan mentari belum menampakan cahayanya, seorang pemuda tengah mengandap-ngendap karena telah terlambat untuk bekerja di pagi ini.
"Akh... apes... gue telat lagi"Adam berlari kencang karena dirinya sudah terlambat untuk bekerja, seharusnya dia sudah tiba di dapur sebelum jam lima pagi.
Tapi dia kesiangan karena semalam bergadang bermain game online di ponselnya, hingga pukul dua dini hari.
Adam berjinjit dan seolah seperti ninja agar langkah kakinya tidak terdengar oleh pengawasnya.
Namun alih-alih menghindar dari omelan pengawas dirinya malah menabrak baskom yang berisikan tepung hingga semua tepung yang ada didalam baskom tumpah berserakan di lantai.
Sontak semua orang yang berada di dapur menoleh kearahnya, Adam hanya memasang senyum terbaiknya sebelum dirinya terkena hukuman oleh sang pengawas.
Dan benar saja.
"ADAM.... " teriak sang pengawas yang bernama pak Narto.
Adam sampai menjingkatkan bahunya karena terkejut mendengar teriakan sang pengawas yang menggelegar hingga suaranya memenuhi ruangan dapur.
"Kamu di hukum!" sengak pak Narto geram.
"Sudah datang terlambat pake numpahin bahan juga" Pak Narto kesal.
Adam pun hanya menunduk karena merasa bersalah.
"Kamu di hukum long shift... tapi tidak di bayar"ucap Pak Narto kejam.
Adam langsung menaikan kepalanya yang tadi tertunduk.
" Ya... ya... ya... pak jangan begitu dong pak itu sama ajah saya kerja bakti pak"protes Adam.
Pak Narto tidak perduli dia malah melangkah menjauh dari Adam, bukannya dia kejam tapi dia tidak mau bersikap lemah kepada anak buahnya yang tidak disiplin bila dia seperti itu maka akan ada Adam-Adam yang lain yang tidak disiplin waktu.
Adam pun dengan terpaksa menerima hukuman tersebut,dia pun berjalan kearah meja nya bekerja, disana sudah tersedia adonan yang siap untuk di bentuk dan diisi sebagai roti manis.
"Roti ini memang manis tapi tak semanis diri mu sayang... Ahay... "Adam berbicara sendirian kepada adonan roti tersebut.
Salah satu seniornya yang mendengar ocehan Adam menoleh kepadanya dan akhirnya berucap juga padanya.
"Kaya punya pacar ajah lu Dam... Dam... jomblo abadi juga" celetuk ibu Atik senior sekaligus leader di dapur ini.
Cius.... bak balon kempes perasaan Adam saat ini yang awalnya menggebu tiba-tiba menciut saat mendengar perkataan ibu Atik.
"Hihi" terdengar suara tawa kecil.
Adam menoleh kearah suara tersebut dan melihat seseorang yang asing baginya.
"Ada anak baru ya bu? " tanya Adam saat melihat tiga orang anak perempuan yang wajahnya baru di dapur tersebut.
"Iya ada tiga orang cewe semua kenalan dong biar akrab" ucap bu Atik.
Adam pun hanya tersenyum kepada ketiga anak baru tersebut dan ketiganya pun membalas senyuman Adam namun Adam melihat ketiga anak baru tersebut yang nampak seuisa dengannya dan dua orang diantara ketiganya nampak modis berbeda dengan satu orang gadis berambut coklat sebahu, gadis itu berpenampilan biasa saja bahkan lebih terlihat polos.
Adam melihat gadis berambut coklat tersebut sangat serius saat bekerja.
"Serius amat neng... " singgung Adam.
Ya serius lah emangnya elu kerjanya main-main mulu" bu Atik sewot.
"Jiah elah bu sewot amat dari tadi" sahut Adam
"Udah mending elu cepat kerja dari pada ketahuan pak Narto nanti hukuman elu di tambah loh" bu Atik mencoba mengingat kan.
"Eh... iya ya... kerja dulu lah" Adam mulai bekerja.
"Halooo roti-roti ku yang manis, gimana nggak manis yang bikin kamu itu orangnya teramat manis sih eeeaaa"Adam masih saja narsis dengan dirinya sendiri.
Ketiga anak baru dan juga bu Atik hanya menggelengkan Kepala Mei pelan saja saat mendengar perkataan Adam dan melihat kelakuan konyol Adam.
Waktu terus berlalu tak terasa mentari sore sudah hampir tenggelam, Adam dan kawan-kawan nya yang bekerja long shift pun, memilih beristirahat di dapur karyawan, dan menikmati secangkir kopi hitam panas.
Saat sedang menikmati secangkir kopi panas tersebut mata Adam menangkap sosok anak baru, gadis berambut coklat sebahu itu berjalan menuju mushola yang telah di sediakan pihak owner, di sini semua fasilitas disediakan oleh owner nya, mulai dari dapur karyawan untuk beristirahat dan menikmati makan dan minum saat istirahat, ada mushola, toilet, ruang ganti dan juga ruang loker semuanya disediakan oleh owner pemilik toko roti terbesar ini, hingga semua karyawan yang bekerja disini merasa nyaman saat bekerja.
Entah apa yang ada di fikiran Adam saat itu, yang jelas matanya tak bisa berpaling dari sosok gadis berambut coklat tersebut, sejak saat pertama kali dia melihat nya.
"Ada apa sih sama gue" gumamnya saat matanya tidak bisa dikondisikan saat melihat sosok gadis berambut coklat itu lewat di depannya.
Jam kerja pun telah usai, semua karyawan pun satu persatu pulang dan meninggalkan toko.
Adam pun melihat ketiga anak baru tersebut yang baru selesai di dapur dan menuju ruang ganti dan ruang loker. Mereka bertiga nampak kelelahan, karena dihari pertama mereka bekerja langsung diminta lembur, tapi begitulah peraturan toko ini, anak. baru harus ikut lembur dalam waktu tiga hari, itu semua untuk mengetes keseriusan mereka dalam bekerja, bila mereka sudah menyerah dalam waktu seharian maka sudah dapat dipastikan mereka tidak akan bisa di Terima bekerja disini.
"Capek ya... " tegur Adam dengan nada yang masih saja tidak serius.
Ketiga anak baru tersebut pun menoleh kearahnya.
"ya iyalah" jawab kedua anak baru tersebut tapi tidak dengan gadis berambut coklat sebahu itu dia hanya diam saja saat Adam bertanya seperti itu kepada dirinya dan kawan-kawan nya.
Gadis berambut coklat sebahu itu pun hanya diam saja dan berjalan menuju ruang loker dan ruang ganti karyawan.
Adam yang melihat itu lalu berfikir sendirian.
"Dia itu sombong atau memang pendiam? " gumamnya.
Tak lama teman Adam yang bernama Tomo mendekat pada mereka dan berteriak.
"Woi... jangan mau di modusin sama Adam nggak ada duitnya hahaha" ucap Tomo.
Adam langsung mendelik pada Tomo.
"Sialan lu Tom bikin gue turun harga ajah" sungut Adam.
"Emang elu ada harganya? " ledek Tomo semakin menjadi
Tapi tak lama keduanya malah tertawa terbahak dan saling merangkul.
Tanpa Adam sadari gadis berambut coklat sebahu itu melihat kearahnya dan tersenyum tipis saat melihat keakraban diantara kedua sahabat itu.
"Hai... Mil... kenapa senyum-senyum sendirian? " tanya Dewi.
"Ah... nggak apa-apa kok Dew" Karmila langsung memalingkan wajahnya kearah lain agar temannya yang sama-sama anak baru itu tidak tahu apa yang sedang dia lihat barusan.
"Ck dasar aneh" gerutu Dewi saat melihat punggung Karmila menjauh dari matanya dan menghilang di balik pintu ruang loker.
Saat selesai berganti pakaian Karmila pun turun dari ruang loker yang berada di la tau dua dan berjalan keluar dari toko roti tersebut, walau sebenarnya ini bisa lebih cocok di sebut pabrik dari pada toko mengingat begitu banyak roti yang mereka produksi setiap harinya.
Saat dirinya berjalan sendirian dia melihat seseorang yang sejak tadi menjadi pusat perhatian nya diam-diam sedang mengusap rambutnya yang basah dengan tangannya sendiri dan menggoyang kan kepalanya sedikit keras hingga air yang berada di rambutnya terpercik ke sekelilingnya.
Entah kenapa saat melihat itu Karmila tertegun melihat wajah Adam yang juga basah terkena air.
"Wuh.... segarnya" ucapnya.
Karmila hanya menggenggam erat tali tas slempangnya dan memalingkan wajahnya kearah lain agar Adam tak menyadari kalau dirinya sempat terpesona dengan Adam tadi.
Saat Karmila berjalan melewati Adam, Adam pun menyadari.
"Eh dia... " gumam Adam saat melihat Karmila hanya berlalu begitu saja melewati nya.
"Dia ngeliat gue tadi lagi ngegibrikin rambut nggak ya? " fikirnya.
Bersambung.
Keesokan harinya Adam tidak terlambat lagi, dia datang tepat waktu dan saat tiba di dapur bu Atik menyinggung nya.
"Nah gitu dong bangun pagi, jangan kebalikannya bangun malam tidur pagi terus main game" singgung bu Atik.
"Aih... siapa sih bu... yang main game sampe pagi? " ucap Adam tanpa dosa.
"Ya elu siapa lagi!?! " bu Atik sewot.
"Dih... nggak kok bu" elak Adam.
"Nggak salah lagi maksud lu?! " bu Atik masih sewot.
"Ya... kali ini saya setuju sama ibu hehehe" ucap Adam dengan tidak tahu malunya.
Bu Atik hanya menggeleng pelan saja menghadapi kelakuan anak muda ini.
Dan saat bekerja meja pembuatan roti Adam berhadapan dengan meja anak baru, entah kenapa dirinya tidak bisa berpaling dari gadis berambut coklat tersebut. sesekali dirinya mencuri-curi pandang melihat kearah gadis tersebut.saat dirinya sedang mencuri pandang tiba-tiba Bu Atik berbicara dengan gadis tersebut.
"Mila tolong kamu bilang ke pak Narto minta loyang, karena kita kurang sepertinya kemarin bagian pemanggang lupa mengembalikan loyang kemari" ucap bu Atik pada Karmila si gadis berambut coklat.
"Ooo iya bu" Karmila pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja pak. Narto.
Tanpa dia sadari Adam mengikutinya di belakang.
Saat menghadap pak Narto Karmila menjelaskan loyang yang belum di pindahkan oleh bagian pemanggangan.
Pak Narto pun mengangguk dan saat melihat Adam berada di belakang Karmila dia pun berbicara pada anak muda tersebut.
"Oiya Dam... kamu bantu dia bawa loyang-loyang itu ke dapur ya"Ucap Pak Narto.
" Kasihan anak cewe bawa-bawa rak loyang kan berat"sambungnya.
Karmila langsung menoleh kebelakangnya. Sedangkan Adam hanya tersenyum saja saat bertatap dengan Karmila.
Sejak kapan dia ada di belakang ku.
Batin Karmila heran.
Adam mendorong rak besar berisi loyang kosong dari ruang pemanggang ke arah dapur produksi.mereka berdua berjalan beriringan.
"Lain kali kalo mau ambil loyang minta tolong anak laki-laki buat nemenin karena pak Narto juga pasti nantinya minta bantuan gue atau yang lain, mangkanya gue tadi ngikutin elu" ucap Adam lembut.
"Oo iya"hanya itu jawaban Karmila.
cuma itu jawabannya? irit banget ngomongnya hehehe.
batin Adam.
Mereka berdua pun akhirnya berjalan kearah dapur produksi.Tanpa Mereka sadari ada seorang pria berkaca mata hitam yang baru saja keluar dari sebuah mobil mewah melihat kearah mereka berdua tepatnya kearah Karmila,entah kenapa pria tampan dan kaya itu seolah terpesona pada Karmila.
Saat dirinya akan berjalan menuju toko roti temannya, dia melihat kearah bagian gedung lain yang letaknya bersebelahan dengan toko tersebut, disana dia melihat seorang gadis berambut coklat yang berpenampilan sederhana dan lengkap dengan atribut yang dipakai sebagai seorang pekerja produksi roti.
Terlihat wajah lelah dari gadis itu yang sedang berjalan bersama seorang pemuda yang mendorong sebuah rak besi berisi loyang-loyang besar, dia melihat saat gadis itu di ajak bicara oleh temannya gadis berambut coklat itu hanya tersenyum dan mengangguk saja.
Entah kenapa dia jadi terkesima melihat gadis berambut coklat tersebut hingga tanpa sadar dia melepaskan kaca mata hitamnya dan memperlihatkan wajah tampannya, dia pun tersenyum sendiri seolah melihat pemandangan yang indah di depan matanya sampai gadis itu dan temannya menghilang dari pandangan nya karena mereka memasuki sebuah ruangan.
Dan pria tampan itu pun akhirnya melangkahkan kakinya memasuki toko roti tersebut.
"Selamat datang di toko roti bikin kenyang" ucap seorang pramu saji.
Asisten pria tampan itu lalu menghampiri pramu saji tersebut dan berkata bahwa mereka ingin bertemu dengan owner mereka, dan karena sang owner memang sudah memberitahu sebelumnya kalau dirinya akan kedatangan tamu pramu saji tersebut pun langsung menghubungi ownernya dan tak lama pak Marko selalu owner toko roti tersebut pun keluar dari dalam kantor nya dan mengajak Radit si pria tampan itu duduk di kursi yang memang tersedia di toko seperti sebuah kafe.
"Heuh... jadi cuma begini doang jamuan lu? " singgung Radit pada Marko yang menjamunya dengan secangkir kopi dan sepotong cake.
"Ya ampun elu mau apa ajah tinggal bilang nanti gue siapin"Marko merasa malu sebagai tuan rumah.
" Serius elu mau nyiapin apa yang gue mau?"tanya Radit dengan senyuman licik.
"Iya elu mau apa nanti biar disiapin sama anak-anak toko" ucap Marko antusias.
Radit langsung memasang senyum liciknya kemudian berkata.
"Gue mau satu karyawan wanita lu" ucapnya yang tiba-tiba membuat Marko tercengang.
"Elu tertarik dengan salah satu dari mereka? " tanya Marko ragu dia pun menunjuk kearah para pramu saji dan kasir yang sedang bertugas hari ini.
Para pramu saji dan kasir yang memang semuanya wanita muda itu pun langsung salah tingkah dan mereka mencoba membenahi penampilan mereka karena mereka berharap salah satu diantara merekalah yang disukai oleh pria tampan dan sepertinya sangat kaya terlihat dari penampilan nya.
"Bukan mereka yang gue maksud" ucap Radit dingin.
Para pramusaji dan kasir yang berjaga hari ini pun langsung ciut nyalinya saat mendengar perkataan tidak berperasaan dari Radit dengan tegasnya.
Marko mengernyitkan dahinya saat mendengar perkataan Radit.
"Terus yang mana yang elu maksud? disini cuma ada mereka" Marko bingung.
"Gue lihat cewe langka di bagian gedung yang satunya lagi, entah kenapa gue tertarik sama dia pas pertama kali lihat dia tadi" jelas Radit.
"Ooo itu di bagian produksi elu mau lihat-lihat kesana? " tanya Marko.
"Hem... boleh" Radit pun menyetujui usulan Marko.
Mereka berdua pun berjalan ke dapur produksi dan saat sampai disana beberapa orang yang mengetahui owner mereka sedang berkunjung ke bagian produksi pun mengangguk sopan pada Marko dan dengan serius bekerja hingga tidak memperhatikan siapa yang datang bersama owner mereka.
Radit yang memasuki ruangan yang sedikit panas itu pun langsung mengucurkan keringat, saat dirinya merasa sudah tidak nyaman tiba-tiba matanya menangkap sosok yang menarik dirinya datang ke tempat yang panas ini.
Seorang gadis berambut coklat sedang serius membentuk roti manis dan menaruh roti yang telah terbentuk di loyang besar.
Pipi cubi, bibir pink alami yang kecil,matanya yang sipit dan kulit nya yang putih bersih membuat Radit gemas melihat nya.
Gemesnya... ingin rasanya ku cubit pipi dan bibir itu.
Batin Radit.
"Sudah ketemu orang nya? ya ampun Dit... keringet elu ngucur begitu"ucap Marko yang melihat wajah Radit penuh dengan peluh.
" Ah... iya panas benget disini nggak pasang AC apa lu kasihan tuh pekerja elu pada kepanasan "Radit langsung mengalihkan pandangan nya dari Karmila kearah Marko.
" Nggak bisa pasang AC kalau disini karena bisa-bisa adonan rotinya lama ngembangnya, suhu ruangan itu menentukan bagaimana nantinya kualitas roti"jelas Marko.
"Ooo begitu ya.. sorry gue nggak ngerti masalah itu, oke gue balik kantor dulu masih banyak kerjaan yang harus gue kerjakan" Radit langsung berjalan saja meninggalkan Marko yang masih berdiri di dapur.
"Dasar bos gila kerja pantes ajah sampe sekarang belum nikah-nikah orang yang ada di otak nya cuma kerja-kerja dan kerja" gerutu Marko yang mengikuti Radit di belakangnya. hingga pria tampan itu memasuki mobilnya. tapi Marko masih penasaran wanita mana yang di sukai Radit karena temannya itu tidak memberi tahunya tadi dan langsung saja pergi.
Bersambung.
Hari terus berlalu, tak terasa sudah satu minggu Karmila bekerja di toko roti terbesar di kota ini, dan dalam waktu satu minggu itu pula ada yang hatinya sedang gundah gulana bila melihat dan bertemu pandang dengan gadis berambut coklat ini.
"Dam... Dam... ADAM... " teriak Zaki teman Adam.
Adam yang merasakan namanya di teriaki langsung terkejut dan menoleh kearah Zaki dengan wajah kesal.
"Apaan sih Zak manggil orang kaya di hutan ajah lu" Adam kesal.
"Ya elu di panggilin ga nengok-nengok dari tadi ngelamun ajah, ngeliatin apaan sih lu" Zaki menoleh kearah pandangan Adam.
Tapi Adam segera mengalihkan pandangan kearah lain dan berbicara kembali padanya.
"Nggak ada, ada apa sih elu manggil gue sampe kaya gitu? " tanya Adam.
"Itu tuh adonan elu numpuk entar over proofing di omelin bu Atik loh" jelas Zaki.
Adam yang melihat pekerjaannya terbengkalai karena tidak fokus saat bekerja pun beristighfar.
"Astaghfirullah"Adam pun terkejut melihat pekerjaan menumpuk.
Bila bu Atik tahu pastilah dia akan di omelin olehnya karena bu Atik itu bukan hanya sekedar senior tapi dia juga leader di dapur ini.
Karena dalam membuat roti dengan adonan yang terbilang banyak itu kita harus berburu dengan waktu agar adonan tidak over proofing dan hasilnya bagus, bila adonan roti sudah over proofing hasil dari roti saat di keluarkan dari pemanggang roti tidak akan bagus dan akan mengkerut saat roti tersebut di biarkan beberapa saat di suhu ruang.
Melihat pekerjaannya yang keteteran Adam pun langsung mempercepat tangannya, dia begitu cepat mengisi dan membentuk roti manis tersebut, tangannya begitu lihai dan cekatan saat membentuk roti tersebut.
Tanpa Adam sadari Karmila memperhatikan nya saat membentuk roti dengan kecepatan seperti itu.
tangannya cepat sekali dan hasilnya juga bagus-bagus semua hebat.
Batin Karmila tanpa sadar dia mengagumi pekerjaan Adam.
Hingga waktu istirahat tiba saat sedang menikmati kopi panas di dapur karyawan, Tomo dan Zaki mendekati kawan mereka yaitu Adam. melihat Adam yang menikmati kopi panas namun matanya entah kemana memandang bahkan dirinya tak sadar kedua sahabatnya sudah berada di sisinya.
Hingga kedua sahabatnya itu pun mengetahui arah mata sang sahabat keduanya pun saling pandang dan mengangguk dan berfikiran iseng, dan keduanya pun tiba-tiba menyanyi.
Ku kenal dikau lalu jatuh cinta bagai pertama...
Wouw Karmila... woi uwow Karmila...
Mata Adam langsung membulat sempurna saat mendengar kedua temannya bernyanyi, bukan karena mendengar suara mereka tapi karena lirik lagu yang mereka nyanyikan itu yang membuat Adam terkejut.
Bahkan Karmila dan kedua kawannya yang anak baru pun menoleh kearah Tomo dan Zaki saat mendengar mereka bernyanyi dan menyebutkan nama Karmila.
"Temen kita lagi jatuh cinta nih Zaki, pantes ajah dari tadi kerjaannya nggak beres nggak tahunya... "ucap Tomo santai tapi sedikit mengoda Adam.
"Iya siapa sangka inceran nya ada di.... hemp... hemp... " ucapan Zaki terputus karena mulutnya langsung di bekap oleh Adam.
Zaki menepuk-nepuk tangan Adam, namun Adam bukannya melepaskan nya tapi malah menyeret tubuh sahabatnya itu keluar dan membawanya ke halaman dapur belakang. Tomo pun hanya mengekor mereka dari belakang.
Sementara itu kedua teman Karmila saling pandang saat melihat kelakuan mereka bertiga.
"Hemp... hemp... " Zaki masih meronta minta di lepaskan oleh Adam.
Kini mereka sudah berada di area luar belakang dapur.
Melihat temannya sedikit tersiksa Tomo pun tidak tega dan meminta Adam melepaskan bekapannya.
"Dam... eling Dam.. eling... nanti anak orang mati kehabisan nafas loh" ucap Tomo.
Adam pun segera melepaskan bekapannya saat mendengar perkataan Tomo.
"Huf... huf... huf... " Zaki megap-megao dia pun menghirup udara sebanyak-banyaknya agar paru-paru nya bisa bekerja lagi.
"Parah lu Dam Astagfirullah" Zaki sampai beristighfar.
"Lagian mulut elu berdua kaya genteng bocor"Adam kesal.
Tomo dan Zaki saling pandang sebelum keduanya berbicara.
"Jadi bener elu suka sama Karmila? " tanya Keduanya seolah tak percaya.
Adam langsung menutup mulutnya karena dia tanpa sadar keceplosan kepada kedua sahabatnya ini.
"Ck akh... nyebelin lu berdua" Adam kesal dan dia pun meninggalkan kedua sahabatnya itu di halaman belakang dapur.
Sementara kedua sahabatnya itu hanya tertawa terbahak mengetahui bahwa teman mereka itu ternyata sedang jatuh cinta.
...***...
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di sebuah perusahaan besar seorang CEO sedang bertanya kepada asistennya tentang rencananya yang telah dia rencanakan akhir-akhir ini, hingga sang CEO harus bekerja lebih ekstra akhir-akhir ini demi mewujudkan rencananya tersebut.
"Bagaimana apa Marko setuju dengan rencana ku? " tanya Radit kepada pak Basuki saat dia sedang memeriksa berkas di layar tabnya.
"Sudah tuan muda tapi teman anda itu meminta suntikan dana untuk mengembangkan usahanya lagi" jelas pak Basuki.
"Ooo begitu... berikan saja apa yang dia mau selagi itu tidak merugikan kita ambil saja dana itu dari uang pribadi ku jangan pakai uang perusahaan itu akan tidak bagus untuk laporan keuangan perusahaan kita nantinya" jelas Radit.
"Saya mengerti tuan" pak Basuki faham apa yang di maksud oleh tuan mudanya tersebut.
Pak Basuki pun pergi meninggalkan ruangan bosnya setelah Radit selesai memeriksa laporan yang telah di lihat nya di tab tersebut.
Radit berencana menyamar menjadi karyawan di dapur roti milik Marko, dia ingin mendekati Karmila secara perlahan, dia ingin melihat ketulusan gadis itu, dia tak ingin menunjukkan dan memberitahukan kepada Karmila atau karyawan yang lain disana siapa dirinya sebenarnya, meski bisa saja dia menunjukkan jati diri nya sebenarnya,namun kali ini dia tak ingin menemukan gadis yang hanya menginginkan dirinya demi harta semata tapi dia ingin menemukan seorang gadis yang mencintai diri nya setulus hati.
...***...
Saat di ruang dapur karyawan Karmila dan kedua temannya yang sama-sama anak baru juga, mereka bernama Dewi dan Diani keduanya mengobrol dengan Karmila mengenai nyanyian yang di nyanyikan oleh Zaki dan Tomo.
"Eh elu denger nggak sih tadi Tomo dan Zaki nyanyi Karmila? " ucap Dewi heboh.
"Iya denger emangnya kenapa? " ucap Diani ketus. dia seolah tidak suka Karmila menjadi pusat perhatian para cowo-cowo karo dia merasa dirinya lebih baik dari Karmila terutama dari segi penampilan dia lebih modis dan tidak sekampungan Karmila fikir nya.
"Jangan-jangan Adam suka sama elu kali Mil" ucap Dewi dengan nada berbisik.
Diani mengerutkan dahinya saat mendengar perkataan Dewi.
"Masa? ah mungkin mereka hanya bercanda ajah masa iya Adam suka sama cewe modelan kaya... " Diani lalu memandang sinis dan seolah merendahkan kepada Karmila.
Dewi yang melihat itu jadi kesal sendiri pasalnya dia sangat tidak suka dengan sikap sombongnya Diani pada Karmila.
"Heh... nggak semua cowo itu tertarik sama cewe modelan kaya elu, bisa ajah dia tertarik sama Karmila Karena dia berbeda dari yang lain nggak sombong dan sok kecakepan kaya elu! " Dewi sewot.
"Yeh... kok elu yang sewot sih... jangan bilang elu juga suka sama salah satu dari mereka bertiga heuh sorry ya gue mah nggak level sama karyawan pembuat roti, gue bisa dapetin lebih dari sekedar karyawan dengan gaji kecil kaya mereka" ucap Diana sombong.
"Eleh... blagu lu bilang disini gaji kecil lah elu sendiri kenapa mau kerja disini jablay" singgung Dewi.
Mata Diani melotot saat Dewi mengatakan dirinya jablay.
"Heh... elu tuh yang jablay sialan"Diani sewot.
" Heuh bilangnya bisa dapetin yang lebih dari anak-anak sini, iya elu kan pencari om-om gendut dan botak "singgung Dewi kembali.
Hingga Diani naik pitam saat mendengar ucapan Dewi.
" Sialan lu beraninya elu ngomong begitu"Diani kesal hingga hampir memukul Dewi untung saja Karmila dengan sigap menahan tangan Diani yang sudah melayang di udara.
"Sudah cukup Diani ini di tempat kerja kalian bisa kena masalah nantinya" ucap Karmila.
"Diam lu ini semua gara-gara elu sialan" maki Diani pada Karmila.
"Bukan gara-gara saya tapi kamu sendiri yang buat masalah, kamu menghina orang lain tanpa berkaca diri mu itu seperti apa" ucap Karmila dingin.
Diani langsung mengepalkan tangannya saat mendengar perkataan yang menusuk dari Karmila, dia sadar kalau sebenarnya Karmila memang cantik hanya saja penampilan Karmila terlalu polos dan cupu, tapi bila Karmila berpenampilan modus seperti dirinya juga pasti bukan hanya Adam yang akan menyukai nya tapi lebih banyak lagi laki-laki yang menyukai Karmila.
Karmila itu bagaikan berlian yang masih tersimpan didalam bebatuan lereng gunung hingga sulit untuk di temukan, hanya orang yang ahli dan beruntung saja lah yang bisa menemukan dan memiliki berlian tersebut.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!