NovelToon NovelToon

HIJRAH CINTA

BAB 1

 

Assalamu'alaikum! Buat temen-temen semua yang baca, ini hasil karya aku yang pertama. Jadi, aku mohon bantuan dari kalian juga. Kasih komentar dan jangan lupa juga kasih tanda love nya ya...!😊

 

Hijrah Cinta-Aisyah

"Kenapa hati dan perasaanku serasa sangat hancur? Sakit, terasa sakit! Kenapa air mata ini terus mengalir dipipiku? Tuhan... Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ma... Seandainya mama ada disini, aku ingin peluk Mama." Kataku dalam hati dengan perasaan sedih, hancur, kecewa dan campur aduklah pokoknya.

Siang itu suasana begitu senada denganku. Matahari tak begitu memancarkan cahanya dan langit juga tak begitu terlihat mendung. Ya_bisa dibilang dengan cuaca redup. Ditambah lagi dengan hembusan angin yang sepoi mampu menemaniku dalam kesedihanku.

Begitu nyamannya aku bersandar dibawah pohon besar yang berada diatas bukit namun , juga tidak terlalu tinggi. Dan bukit inilah yang selalu jadi tempat favoritku untuk meluapkan segala masalahku termasuk juga saat aku merasakan kerinduan dengan mamaku yang sudah lumayan lama meninggal, disaat umurku masih 17tahun lalu.

Hari sudah semakin sore. Aku masih merasa nyaman dibukit itu. Meskipun air mata sudah tidak lagi membasahi pipiku namun, raut wajahku masih terlihat sangat bersedih. Entahlah, kesedihan ini kapan akan cepat berlalu.

Waktu begitu cepat berganti, jam sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB.

"Ya ampun, sudah pukul sekian ternyata!" Ucapku dengan terkejut.

Aku beranjak dari dudukku dan mengambil sepeda yang aku kendarai. Karena aku suka sekali jika kemana-mana pakai sepeda, itung-itung tidak menebar polusi. Lagi pula sudah banyak sekali kendaraan bermesin yang menebar polusi kemana-mana. Bahkan jalan raya pun sering dipadatkan pengguna kendaraan beemesin.

Serasa males banget harus pulang ke rumah. Entah kenapa seakan merasa malas begitu bertemu dengan Papa. Tapi, aku memang harus pulang, setidaknya bisa bertemu dengan bik Murni pembantu di rumahku.

Bik Murni itu, orangnya ramah, baik hati dan sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Ya karena, bik Murni lah yang sudah merawatku sejak aku kecil. Apalagi sesudah mama ku meninggal, bik Murni lah yang selalu menemaniku setiap aku tidak memiliki seorang teman.

Oh iya, dari tadi belum sempat kenalan ya! Perkenalkan, namaku Aisyah. menurut orang-orang aku itu orangnya perfect loh! Karena tubuhku yang bagus, tinggi, berkulit putih dan dengan rambut yang selalu terurai mesra. Tapi aku tidak memiliki sifat sombong yang ada dalam diriku.

Setelah aku mengayuh sepedaku selama beberapa jam, akhirnya sampai juga aku di rumah.

"Krekkk...!" Suara pintu yang telah aku buka pelan.

 

 

"Aku pulang!" Teriakku memasuki rumah.

Aku memang tidak pernah hafal dalam mengucapkan salam terlwbih dahulu sebelum masuk rumah. Dan mungkin, kebiasaanku ini menurut kalian sangatlah tidak baik. Tapi, aku tidak seburuk itu. Hanya saja aku tidak terbiasa mengucapkan salam sebelum atau sesudah keluar rumah.

Malam itu rumah nampak begitu sepi, hanya ada sura berisik dari dapur. Mungkin saja itu bik Murni yang sedang memasak untuk makan malam.

"Bik, papa di mana?" Tanyaku kepada bik Murni yang masih sibuk di dapur.

"Eh Non Aisyah, bikin kaget bibik saja ah non ini." Jawab bik Murni dengan terkjut dan seketika menghentikan sebentar aktifitasnya.

"Hmm... Masak gitu saja bibik terkejut sih!" Kataku dengan senyum kecil yang sengaja menggoda bik Murni. Tapi aku tidak bermaksud untuk jailin bik Murni kok.

"Ya habis tadi tidak ada siapa-siapa kok non di dapur. Lalu non Aisyah tiba-tiba saja datang dan bersuara." Ucap bik Murni dengan lembut selembut hatinya.

"Ya sudah kalau begitu bik, bibik lanjut saja masaknya. Aisyah ke kamar mau mandi dulu!"

Kataku dengan meninggalkan bik Murni dan bergegas ke kamar untuk membersihkan badanku yang sudah bau keringat dan macem-macemlah. Tapi aku tidak sejorok yang kalian pikirkan ya.

Setelah beberapa menit di kamar mandi, ku buka lemari dan ku ambil baju tidur kesayanganku. Kalian tau tidak apa itu? Tara... Baju tidur berlengan panjang dan celana panjang yang bermotif doraemon. Tahu kan kalian betapa lucunya dan itu pas buat aku yang terasa masih unyu-unyu, padahal umur sudah 22tahun. Ya ampun Aisyah, sadar diri lah kamu itu kalau sudah mulai menua.

"Non Aisyah, ayo makan dulu! Makanannya sudah siap non." Ucap bik Murni yang memanggilku sambil mengetuk pintu.

"Iya bik, Aisyah segera turun!" Sahutku dari dalam kamar yang tidak sabar ingin segera menyantap makanan dengan lahab, tapi aku tidak rakus kok. Ya_cuma sedikit keroncongan saja didalam perutku yang bertanda cacing-cacing sudah mulai berbaris meminta jatah makanan.

"Oh iya bik, sedari tadi Aisyah kok nggak lihat Papa. Memangnya Papa dimana bik? Aisyah tadikan sudah tanya sama bibik." Tanyaku lagi penasaran dengan keberadaan papaku yang sedari tadi aku tidak melihatnya.

"Oh iya non, bibik lupa tadi mau jawab. Tadi Tuan pergi dengan terburu-buru dan nggak pamit juga sama bibik. Jadi, bibik juga nggak tahu Non!" Ucap bik Murni yang berusaha menjelaskan.

"Yaelah, palingan juga pergi ketempat selingkuhannya itu!" Ucapku dengan nada yang sedikit kesal dan kecewa.

"Akh, Non Aisyah tidak boleh bicara seperti itu sama papanya Non." Sahut bik Murni seraya memberiku penuturan. Ya mungkin maksud bik Murni juga baik, tidak boleh berburuk sangka dengan orang lain.

"Kenapa sih bik, memang benarkan papa itu punya selingkuhan. Buktinya saja papa jarang ada di rumah dan makan bareng sama aku lagi."

Ucapku dengan sinis. Entah kenapa rasanya tidak rela saja kalau papaku menikah lagi sama wanita lain.

Setelah usai makan, ku mainkan handphone ku sebentar. Dan tak lama kemudian, aku menjatuhkan tubuh ini diatas kasur yang dibalut seprei dengan motif bunga-bunga mawar. Sehingga begitu indah dan romantis menurutku.

Kuregangkan otot-ototku yang terasa kaku, karena tubuh ini terlalu lelah setelah menghadapi beberapa konflik seharian. Dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, tapi mata ini memang tidak bisa diajak untuk berkompromi. Karena memang masih ada yang aku pikirkan selain masalah dengan papaku, yaitu dengan Yulian. Coba kalian bayangin saja, melihat orang yang kita sayang sedang berduaan dengan wanita lain. Huh, sangat kecewa dan menyebalkan bukan!

Begitu sangat terasa hancur berkeping-keping hati ini.

"Hmm!" Gumamku sembari mengehembuskan nafas panjang.

"Sampai kapan sih masalah ini akan selesai?" Tanyaku dalam hati kecilku yang ingin segera menyudahi semua masalah ini.

Suasana begitu sunyi, karena hari sudah mulai malam. Bik Murni pun juga sudah beristirahat di kamarnya. Hanya terdengar suara jam yang berdetak.

Hari sudah semakin larut malam. Dan lagi-lagi mata ini masih saja tidak bisa terpejam. Padahal, lampu juga sudah aku matikan.

"Oh Tuhan, bagaimana ini? Kenapa aku masih saja belum bisa tertidur? Diri ini sudah lelah!" Ucapku resah dan merasa bingung harus bagaimana agar mataku bisa terpejam dan tertidur dengan pulas.

Ku mainkan handphoneku kembali, siapa tahu saja secara tiba-tiba aku bisa tertidur dengan lelap setelah bermain ponsel. Ku buka sebuah galeri di mana di dalmnya ada beberapa fotoku dengan Papa saat liburan tahun lalu dan ada juga beberapa fotoku dengan Yulian.

BERSAMBUNG...

JANGAN LUPA LIKE , KOMENTAR DAN VOTE NYA!

Bab 2

Cuaca pagi ini cukup cerah. Cahaya matahari telah bersinar disela-sela gorden kamarku. Namun, aku masih saja merasa malas untuk beranjak dari kasur yang sangat nyaman aku tiduri saat ini. Bukan berarti aku wanita pemalas ya namun, aku merasa begitu lelah. Entahlah_jam berapa aku mulai tertidur dan handphoneku pun juga masih dalam genggaman tanganku. Rasanya cuma pengen rebahan saja, tapi aku ingit kalau hari ini kuliahku sudah mulai masuk.

"Non Aisyah bangun! Sarapannya sudah siap non!" Ucap bik Murni yang membangunkanku dan memanggilku dari luar pintu seraya memberi tahu bahwa sarapan pagi ini sudah siap.

"Iya bik, nanti aku turun kok!" Ucapku yang penuh dengan rasa males, tapi aku sadar cacing-cacing yang ada didalam perutku sudah berbaris dan bergoyang-goyang minta jatah makan.

Beranjaklah aku dan bergegas untuk mandi beberapa menit saja, karena aku tidak suka kalau harus lama-lama berada dikamar mandi.

Setelah usai mandi, ku ambil kaos polos unguku dan ku padukan dengan celana panjang yang berbentuk menyerupai pensil. Aku juga tidak suka berdandan yang memakai make up dan segala macemlah. Aku cukup menguncit rambutku ke atas dan sudah selesai.

"Selamat pagi bik!" Sapaku pada bik Murni dengan senyuman manis pagi ini, sembari dengan basa-basi kecil sebelum aku bersiap untuk menyantap makanan yang sudah tersedia di atas meja makan. Karena tidak mungkin jika aku langsung menyantap makanannya, takutnya nanti aku dikira tidak sopan. Sedangkan aku masih punya rasa sopan dan malu di dalam diriku.

"Iya Non, selamat pagi juga!" Balas bik Murni dengan senyuman lebar dan mengambilkanku makanan yang sudah tersedia tadi di atas piring. Ini kebiasaanku setiap hari, memang bik Murni yang mengerti aku. Nah, maka dari itulah aku menganggap bik Murni sebagai ibuku sendiri. Tapi bukan berarti aku anak yang manja terhadap bik Murni.

Sarapan pagi ini benar-benar sesuai dengan bayanganku, sehingga membuatku berselera saat memakannya. Begitu lezat pokoknya. Tidak ada yang bisa menandingi masakan bik Murni.

Sejenak suasana terhening. Tidak ada pembiacaraan antara aku dengan bik Murni. Tapi, karena rasa penasaran yang tidak dapat aku tahan, kini aku tanyakan kepada bik Murni.

"Oh iya bik, papa belum pulang juga ya?" Tanyaku disela-sela keheningan.

"Belum Non, mungkin saja Tuan masih sibuk bekerja!" Jawab bik Murni yang menjelaskan.

Di dalam hatiku berkata. "Hah, sibuk kerja sampai lupa sama anaknya."

Entahlah, papaku memang sibuk bekerja atau sibuk dengan wanita selingkuhannya. Yang membuatku selalu pusing jika terpikirkan tentang papa ku yang tidak pulang ke rumah.

********

Banyak suara langkah kaki yang berjalan maupun berlari. Banyak juga suara mengobrol yang bernada keras maupun pelan. Ya, ini dia kampusku. Kampus idamanku yang cukup terkenal.

"Aisyah...!" Seseorang memanggilku dari jarak yang tak begitu jauh, ya_sekitar 2 meteranlah.

"Eh Aida...!" Balasku dengan lambaian tangan dan senyuman manis. Dan memang aku manis tanpa senyum pun!

Ya_dia Aida sahabatku sejak kami masih duduk di bangku SMU sampai kami didunia perkuliahan. Memang benar kami satu kampus tapi, kami berbeda dalam mengambil jurusan.

"Aku kangen sama kamu Aisyah!" Ucap Aida sembari memelukku.

"Iya Aida, aku juga kangen sama kamu." Balasku dengan memeluknya pula.

Sejak liburan kuliah yang cukup lama, aku dan Aida jadi jarang bertemu. Ya_karena Aida sibuk bekerja membantu ibunya dan sedangkan aku, aku tidak mau lah ya kalau mengganggu Aida, jadi aku ya dirumah saja sambil baca novel kesukaanku. Bukan berarti aku tidak mau mencari perkerjaan seperti Aida, tapi karena aku belum siap saja.

Oh iya, Aida itu gadis cerdas dan baik hati yang berkulit putih. Sedangkan tingginya, ya lebih tinggi aku cuma berbeda beberapa cm saja kok. Aida itu juga suka berjilbab dalam setiap kesehariannya. Lebih hebatnya lagi dia itu dapat beasiswa loh, waw kan...!

Kita sering mengobrol dalam setiap perjalanan dilorong kampus. Ya_termasuk saling curhat terutama curhat tentang masalahku dengan papaku.

"Oh iya Aisyah, bagaimana kabar kamu sama Yulian?" Tanya Aida padaku secara tiba-tiba.

"Emm....Yulian? Ah_sudahlah Aida jangan bahas Yulian ya!" Pintaku sembari menjawab pertanyaan Aida.

"Loh, kenapa Aisyah? Apa kamu punya masalah dengan Yulian?" Lagi-lagi Aida bertanya dengan rasa penasarannya.

"Emm ma'af Aida, aku nggak bisa jawab sekarang. Akan aku ceritakan kalau waktunya sudah tepat. Aku harus pergi masuk ke kelas dulu ya!" Ucapku dengan meninggalkan Aida.

"Ya Aisyah, bukannya masih nanti jadwalnya masuk ke kelas?" Ucap Aida yang tak ku hiraukan.

Aku mencoba menghindari Aida dan sampai akhirnya ...

"Brukkk...!" Suara tubuh yang jatuh kelantai.

"Aduh!" Rintihku kesakitan setelah tubuhku terjatuh di lantai.

"Asif al-ukhty, laqad aisatadamat biulsudfat (ma'af , saya tidak sengaja)." Ucapnya dengan bahasa yang tidak aku mengerti apa artinya. Aku hanya bisa menatap dengan mulut ternganga atas perkataannya. Dan paling menyebalkan lagi lelaki itu langsung pergi meninggalkanku tanpa membantuku untuk berdiri. Coba bayangin, menurut kalian bagaimana coba? Cowok aneh dan angkuh bukan!

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekatiku. Ya, aku mendongakkan kepalaku terlebih dulu untuk mihat wajah siapa yang ada dihadapanku. Dan ternyata.

"Sini aku bantu kamu berdiri!" Ucapnya sambil mengulurkan tangannya yang ingin mencoba membantuku.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri kok!" Ucapku dengan ketus dan sinis. Karena aku masih tidak mau melihatnya. Melihat wajah yang sudah membuatku terluka. Tahu kan kalian siapa yang aku maksud, pastinya Yulian.

"Sorry, aku harus pergi." Ujarku kemudian sambil berjalan meninggalkan Yulian yang masih berdiri terpaku.

"Emm... Aisyah, tunggu!" Panggilnya yang tak ku hiraukan. Dan pastinya dia tahu kalau aku masih memiliki rasa marah terhadapnya.

*******

Hari sudah mulai sore, semua Mahasiswa dan Mahasiswi lainnya sudah banyak yang pulang. Hanya beberapa sih yang masih berada di kampus. Dan kegiatan mereka kebanyakan hanya mengobrol.

"Kring...kring...!" Terdengar suara handphone ku yang berada didalam tas sedang berbunyi. Menandakan ada panggilan masuk ke nomor handphone ku.

"Hallo!" Ujarku setelah mengangkat telefon itu.

"Aisyah, kamu di mana sekarang?" Tanya seseorang dari seberang.

"Aisyah masih di kampus pa, sudah ya Aisyah tutup dulu." Jawabku dengan singkat, karena masih ada rasa sedikit kesal terhadap papa ku.

Kenapa sih, hari ini aku harus bertemu dengan Yulian dan sekarang aku harus bertemu dengan papa ketika setiba di rumah nanti. Huh, rasanya aku malas banget mau pulang. Tapi, aku juga merasa kangen sama bik Murni, jadi ya aku putus kan untuk segera pulang. Dan aku merasa kangen juga sama masakan bik Murni.

Terlintas sejenak dalam pikiranku tentang lelaki yang tidak sengaja tabrakan denganku tadi.

"Siapa ya kira-kira lelaki tadi? Sepertinya aku tidak pernah bertemu dengannya selama di kampus. Cowok yang cuek, angkuh dan tidak berperasaan." Entahlah, siapa dia. Aku juga tidak perduli, karena aku tidak kenal dengannya.

Ku lanjutkan perjalananku dengan mengayuh sepeda.

Di mana jarak rumahku dengan kampus ku tidak terlalu jauh, kira-kira sekitar 1 jam-an lah.

Indahnya kota menjadi penghias dalam setiap perjalananku. Ramainya kota membuatku harus berhati-hati dalam mengayuh dan menyeberangi setiap perjalanan. Aku sungguh menikmati berkendara bebas polusi.

BAB 3

Malam ini cuacanya begitu cerah. Banyak bintang yang berkilau dan rembulan yang memancarkan cahanya nya dengan begitu terang. Sehingga suasana menjadi begitu tenang. Dan aku sangat menikmati pemandangan di malam ini yang indah bagiku. Karena, menurutku jarang-jarang suasana tenang dikeramaian kota seperti saat ini terjadi. Mungkin menurut kalian aneh, tapi bagiku aku nyaman melihat bintang dan rembulan yang terang.

Dan aku membayangkan hal yang romantis saat ku nikmati peejalananku. Tapi sayang, hubungan aku dan Yulian saat ini sedang tidak baik. Andaikan saja aku bisa berdua an dengan Yulian. Orang yang aku sayang, pasti bahagia sekali. Namun, aku masih kecewa atas perbuatannya yang melakukan perselingkuhan dengan mantan pacarnya.

"Huh, ah sudahlah! Lupakan saja masalah tentang dia!" Kataku yang seakan sudah lelah memikirkan tentang Yulian.

Aku yang menyerah saat memikirkan tentang dirinya. Dan kembali aku fokuskan pikiranku untuk melanjutkan perjalanan yang sebentar lagi hampir sampai di rumahku.

Beberapa menit kemudian sampai lah aku di rumah. Rumah mewah milik papa ku yang sudah membesarkan aku selama ini. Rumah yang menjadi tempat untuk ku berteduh dari panasnya matahari dan derasnya hujan.

"Aku pulang!" Kataku sambil membuka pintu setelah sampai dirumah.

Lagi-lagi aku terbiasa tak mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah. Mungkin aku terlalu buruk tentang agama. Oh Tuhan, ma'afkanlah hamba-Mu ini yang tidak memiliki sikap sopan dan santun.

"Hai sayang, kenapa kamu pulang terlambat? Papa sudah menunggu kamu loh dari tadi!" Ujar papaku yang mungkin memang sengaja sedang menunggu kepulanganku. Entah ada apa dan mau apa, karena tidak biasanya saja papaku sengaja menungguku pulang kuliah. Serasa aku sedang menaruh kecurigaan sama papaku.

"Ngapain Papa nungguin Aisyah, tidak biasa-baisanya saja Papa nungguin Aisyah pulang Kuliah?" Jawabku sambil mengerutkan kening dengan nada sedikit sinis.

"Jangan gitu dong sayang, Papa itu kangen banget sama kamu. Masak Papa tidak boleh kangen sama anak sendiri?" Jawab beliau dengan penuh kelembutan.

Oh iya, kalian belum tahu dan juga belum mengenal papaku kan? Nah, perkenalkan Nama papaku itu pak Brian, keren kan namanya! Sekeren dengan orangnya dong pastinya! Dan Jujur saja sih, papaku itu sebenarnya orang yang sabar dan penuh kelembutan. Namun aku tidak bisa menahan rasa kecewa dan kesalku karena papa yang memiliki selingkuhan. Kalian bayangin saja gimana perasaanku.

"Huh!" Sejenak aku memgehembuskan nagas kasarku dihadapan papa ku.

"Yaelah, basa basi apa lagi ini Pa? Papa hanya modus saja kan! Lebih baik sekarang tidak usah berbelit-belit. Papa mau apa hah? Jangan-jangan Papa mau menikah lagi gitu? Akh sudahlah Pa, Aisyah capek. Aisyah mau ke kamar saja." Ucapku tanpa jeda dan sangat sinis. Mengkin salah sih ya aku berbicara seperti itu, karena dianggap tidak sopan. Tapi aku tidak bisa menahan amarah terhadap papa.

"Aisyah, jangan marah nak! Mungkin kamu salah paham! Papa bisa menjelaskan semuanya. " Teriak papaku yang ingin menjelaskan, namun aku tidak menghiraukan satu katapun dari ucapan Papa ku. Karena aku berlari dan langsung menuju ke kamar sambil membanting pintu, tapi tidak terlalu keras.

*****

Pak Brian yang masih berdiri mematung sambil memandangi punggung Aisyah yang kini tidak terlihat lagi oleh kedua mata nya, ia menghembuskan nafas panjang karena memikirkan tentang kesalah pahaman yang sudah terjadi di antara dirinya dengan Aisyah, putrinya.

"Hmmm...!" Pak Brian yang menghela nafas panjang.

****

"Tuhan, sebenarnya aku lelah menaruh curiga sama papa. Aku pengen merasakan nyamannya dipeluk sama papa. Seperti dulu, disaat papa yang tidak terlalu sibuk. Yang selalu ada waktu buat aku." Ungkapku dengan lirih.

Aku merasa sedikit lelah. Agar tubuhku segar kembali, bergegaslah aku menuju kamar mandi dan mandi untuk beberapa menit saja. Dan setelah itu, aku ambil baju tidur kesukaanku yang membuatku nyaman. Baju tidur yang bermotih keropy.

Ku rebahkan tubuhku diatas kasur empuk, kasur ternyaman bagiku. Diruangan kamar yang bisa membuatku meluapakan semuanya dengan hiasan meja rias dekat almari bagian pojok kanan, meja belajar yang tidak terlalu lebar dekat dengan ruang kamar mandi dan dinding yang terhiasi dengan poster wanita bercadar.

Entah kenapa aku merasa tenang saja ketika memandang wanita yang memakai cadarnya untuk menutupi aurat, yang menurutku bukan hanya hiasan semata. Dan pernah tersirat dalam pikiranku bahwa suatu saat aku berkeinginan seperti dia. Dia yang ada digambar poster itu.

********

Pagi ini cuaca tak begitu cerah. Ada sedikit langit yang mendung, sehingga menutupi cahaya matahari. Dan seakan-akan menandakan akan datangnya hujan.

Tidak seperti biasa, pagi ini aku bangun pagi. Karena semalam tidak sempat makan, jadi perutku merasa lapar dan cacing-cacing diperutku sudah meronta-ronta meminta jatah makan.

"Pagi sayang, kamu sudah bangun?" Sapa papaku yang sedang duduk dimeja makan sambil meneduh secangkir kopi hangat kesukaan papa.

"Pagi juga pa!" Balasku yang sedikit ketus. Entah sampai kapan aku akan memiliki amarah ini terhadap papa.

"Sini duduk yuk, kita sarapan bersama!" Ujar papa yang mengajak ku untuk sarapan bersama.

"*Tid*ak pa, Aisyah langsung berangkat ke kampus saja. Aisyah tidak merasa lapar." Kataku dengan menahan lapar. Bohong sekali kan jika aku tidak lapar, padahalkan perutku merasa lapar banget. Tapi ya sudahlah, aku bisa menahannya dan nanti bisa makan di kantin kampus.

"Cusss... Werrrr!" Berangkatlah aku dengan sepeda kesayanganku yang berwana hitam dan hijau ditambah ada tempat untuk menaruh wadah minum. Baguskan sepedaku!

Beberapa jam kemudian sampai lah aku di lingkungan kampus. Dan aku juga bertemu dengan sahabatku ketika aku melintasi taman di kampusku.

"Aida....!" Sapaku kepada Aida yang sedang duduk di sebuah taman kampus.

"Assalamu'alaikum Aisyah!" Balasnya yang mungkin sedikit menyindirku.

"Wa'alaikumsalam. Ma'af Aida, lagi-lagi Aisyah lupa mengucap salam!" Ucapku kepada Aida dengan lantunan yang manja sambil mengerdipan kedua mataku dan sedikit senyum. Mungkin menurut Aida aku aneh, tapi ya sudahlah biarkan saja.

"Kamu itu sih, kebiasaan buruk kok dipelihara!" Katanya lagi-lagi menegurku.

"Iya-iya Aida, Aku minta ma'af ya! " Ucapku dengan menyesali apa yang aku lakukan. Kebiasaan buruk yang seakan melekat di dalam diriku.

Perutku semakin merasa lapar. Dan seakan tidak mampu aku tahan lagi. Sehingga aku mengajak Aida untuk menemaniku ke kantin kampus.

"Huh...!" Sedikit menghela nafasku.

"Aida, temenin aku yuk ke kantin. Aku belum makan nih dari kemaren malam dan sekarang aku merasa begitu lapar!" Pintaku kepada Aida dengan nada yang memelas. Mungkin aku juga jago kalau disuruh untuk berakting.

"Hmm... Ya sudah ayo kalau begitu!" Kata Aida yang luluh dengan rayuanku.

Seorang pelayan kantin menghampiri kami dan menanyakan kepada kami tentang makanan apa yang akan kami pesan dan menjadi santapan pagi kami.

"Mau pesan apa mbak?" Tanya nya dengan sopan.

"Emm...! Pesen bakso pedas sama minumnya kopi hangat ya mbak!" Sahutku yang begitu cepat, karena aku yang sudah nggak sabar ingin makan.

"Kalau saya, pesan bakso juga mbak, minumnya teh hangat saja. " Ucap Aida berikutnya.

Ya, aku dan papa memiliki kesamaan tentang minuman yang selalu kami seduh di pagi hari. Kopi hangat lah yang menjadi minuman spesial bagi kami. Karena kopi bagi kami bermanfaat sebagai penghangat sekaligus pemberi rasa semangat dan inspiratif.

Kami menyantap makanan yang sudah dihidangkan dengan lahapnya. Kami sudah terbiasa makan di kantin ini dan kami juga suka makanan di kantin ini.

Setelah makan, kami berpisah sementara waktu. Karena jam kuliah dan kelas kami yang berbeda. Namun setelah selesai semuanya, kami sering bertemu di taman kampus lagi. Kami mengobrol banyak hal, terkadang itu semua hampir membuat kita jadi lupa waktu. Ya, namanya juga anak muda.

*****

"Assalamu'alaikum Yulian!" Sapa Aida kepada Yulian yang kebetulan satu ruangan dengannya.

"Wa'alaikumsalam Aida!" Balas Yulian dengan senyuman.

Suasana diruangan seketika terasa hening, karena Dosen baru telah datang. Dosen yang terlihat sangat ramah dan dermawan. Yang membuat hati mahasiswi terpana ketika melihatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!