NovelToon NovelToon

Bibit Penggoda

Aku Eve

"Astaga REVALINAAAAA !!!!!".

Bersamaan dengan terdengarnya teriakan wanita, Seorang gadis keluar dari pintu sambil berlari kencang.

"Kenapa lagi kamu? Kakak setiap ke rumah buat jemput kamu, selalu dengar teriakan Mama".

Seorang laki- laki dewasa yang berada di balik kemudi, hanya bisa menghembuskan nafas berat melihat kelakuan adik perempuan satu- satunya.

Brakk.. Pintu mobil tertutup dengan keras.

"Fiuuhhh..".

Gadis itu tidak menggubris keluhan Kakaknya.

"Ayok kak.. Telat Aku nanti.. Kakak sih pake lama jemputnya. Hihh".

Bukannya berterima kasih karena Kakaknya menjemput pagi ini, gadis bernama lengkap Revalina Diharjo itu, malah menyalahkan si kakak. Benar- benar tidak tau terima kasihh!!

Si Kakak hanya bisa geleng- geleng kepala. Dia lupa, Adiknya itu tipe manusia yang out of the box, jadi percuma saja dia menggerutu sepagi ini. Untung isterinya wanita yang lembut. Membayangkan wajah isterinya, Kakak Revalina itupun mengembangkan senyumnya.

"Idihh senyum - senyum gitu, kayak orang kesambet setan !".

Revalina Diharjo atau yang akrab disapa EVE itu, melirik Kakak nya yang dilihatnya sedang tersenyum yang menurutnya sangat memuakkan.

'Pasti sedang mikirin Kak Hawa ckck..'. Batin gadis itu, sembari tersenyum sinis.

Setengah jam kemudian, mobil yang membawa eve sampai di sekolah.

"Tengkyu ya abang ganteng..".

Eve langsung turun dari mobil setelah sebelumnya memberi kecupan jauh untuk sang kakak. Dimas, Kakak sulung Eve hanya bisa berdecak.

Suasana hati adik bungsunya sepertinya sedang bagus hari ini. Terbukti sepanjang perjalanan tadi, si adik tidak bertingkah. Walaupun teriakan menggelegar sang mama terdengar saat anak itu berangkat.

***

Eve sudah memasuki kelas sejak beberapa menit yang lalu. Suasanan hatinya sedang senang hari ini. Ya, setiap selasa pagi, jam pertama, baginya adalah waktu yang membahagiakan. Sebab paginya akan dihiasi dengan full senyum wajah guru tercintanya. Pak Arya. Guru yang sudah 2 tahun ini menjadi BIAS nya. Hehe,

Eve mengambil cermin kecil yang ada di tas, kemudian melihat wajahnya yang ayu.

"selalu cantik". Ujar gadis itu dengan percaya dirinya.

Tania, sahabat Eve, yang duduk terpisah, hanya bisa geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Eve yang sempat melihat Tania yang sedang menatapnya, menjulurkan lidah.

'wlee'.

'dasaarr'. Tania membalas, tanpa mengeluarkan suara.

Beberapa waktu kemudian, Pak Arya, guru yang sejak tadi diharapkan kehadirannya oleh Eve pun memasuki ruang kelas. Senyum terkembang di bibirnya yang seksi (menurut Eve).

"Pagi semuaa.. " Sapanya setelah duduk dan meletakkan buku ajar di Meja.

"Pagi paaakkkkkk". Suara Eve terdengar paling nyaring diantara suara teman- temannya. Dan itu hal biasa bagi mereka, jika itu adalah jam pelajaran Pak Arya.

"Apa kabar Pak Arya hari ini???". Suara Eve terdengar kembali.

Pak Arya tersenyum dan menjawab

"Selalu baik saat bertemu dengan kalian semua.. Murid- murid bapak yang selalu menyenangkan ini".

Beberapa teman Eve bertepuk tangan, dan beberapa yang lain suit suit seperti burung. Tentu saja jawaban Guru ganteng itu menyenangkan semua pihak. Kecuali Eve tentunya.

"Syukurlaah pakk".

Walaupun sempat cemberut beberapa detik, Gadis ayu itu segera tersenyum cerah lagi. Dia selalu berharap, Pak Arya nya selalu sehat. Agar suatu hari nanti, saat telah siap, Eve bisa membersamai Pak Arya. Begitulah pikir Eve.

Pelajaran Matematika berlangsung seperti biasanya. Semenyenangkan biasanya.

"Sudah bisa?". Pak arya mendekat ke meja Eve. Guru tampan itu meneliti jawaban di buku Eve.

"Ini masih salah.. Harusnya dikalikan dengan angka yang ini.. ".

Eve manggut- manggut. Sebenarnya dia sengaja salah, agar Pak Arya bisa lebih lama di dekatnya. Hehehe..

Sebagai siswi TITIPAN, Eve selalu mendapat perhatian lebih dari Pak Arya.

"Lalu yang ini pak?". Modus Eve lagi. Harusnya dia bisa mengoreksi jawabannya, setelah Pak Arya mengoreksi barusan.

"Nah yang ini betul sudah.. Baguss..".

Pak Arya menepuk pundak Eve, menyemangati anak didiknya tersebut. Namun, lain diberi lain dimaksud. Eve mengartikan lain. Baginya itu tepukan penuh cinta dari Arya.

'Aku Eve, akan ku pastikan kamu ada di genggamanku, Kak Arya....'

Batin Eve, sembari menyentuh pundak yang barusan ditepuk Pak Arya.

.

.

.

Ikuti kisah Eve, yang menegangkan😁

my sweet arya

Jam istirahat datang...

Semua penduduk kelas sebelas IPA 1 segera berhambur keluar. Kecuali Eve dan Tania. Dua gadis belia itu sedang duduk berdempetan. Tania cukup penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Eve, si gadis berisik, namun sahabat baik untuknya.

"Buruu ih..". Tania dengan tak sabar menyenggol nyenggol lengan Eve.

"Sabaarrr, nanti rusak baru ku geplak kamu, Ni..". Eve mendelik.

Gadis itu segera mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Tas yang sejak keberangkatannya dari rumah, dijaga dengan sangat baik.

"cake ultah? Buat siapaa??". Tania heran.

"siapa lagi?". Eve melirik malas. Pake ditanya buat siapa. Di dunia ini, siapa yang sedang dikejar? Huh..

"Pak Aryaa? Kan beliau nggak sedang ultah..".

"Aku juga baru tau beberapa waktu yang lalu.. Jadi gini.....".

Dengan penuh semangat, Eve menceritakan hal yang diketahuinya. Suaranya berbisik, takut jika ada orang lain yang mendengarkan.

Tania manggut manggut, sambil sesekali merespon hanya dengan Ohh..

"Jadi gitu..". Lega sekali Eve sudah menceritakan hal ini.

"Jadi taun kemarin itu, salah waktu kamu ngucapinnya?".

Dengan muka memberengut, Eve mengangguk.

"Jadi taun ini Aku bakal jadi yang pertama untuk ngucapin..". Ucap Eve penuh optimis.

"Hari ini kan?". Tanya Tania. Eve mengangguk. Matanya tak beralih sedikitpun dari cake ultah mini, yang saat ini sudah ada di meja. Tulisan di atasnya, dia tulis sendiri tadi pagi. My Sweet Arya.

"Pasti isteri beliau udah ngucapin tadi pagi Ev..".

Binar di mata Eve meredup. Celotehan jujur Tania membuyarkan segalanya.

Eve menoleh ke Tania, yang masih menempelinya sejak tadi.

Gadis ayu itu menatap dengan tatapan tidak suka.

"Plis jangan ancurin angan- angan ku, Taniaaa".

Sementara itu, Tania nyengir. Dia keceplosan. Benar - benar di alam bawah sadarnya tadi.

"Hehehe.. Sorry sayangku.. Hihh ni muluttt ".

Tania menepuk mulutnya sendiri, karena sudah keceplosan.

" Jadi mau dikasih kapan? Keburu waktu istirahat habis nih...". Tania berusaha mengembalikan binar di mata Eve.

Tidak ingin merusak moodnya, Eve segera menjawab,

"Sekarangg.. Ini Aku mau hubungin Pak Arya...". Eve tersenyum penuh maksud.

"Loooh kamu bawa hape? Hayooloh...". Tania menggerak- gerakkan alisnya naik turun. Menyebalkan sekali menurut Eve.

Eve mengeluarkan sebuah hape berwarna gold.

"Looh it....". Belum selesai Tania berucap, Eve sudah keburu menutup mulut Tania.

Eve mengetik sesuatu di hape gold itu. Kemudian dia mengklik tombol kirim.

"Okeh kita tunggu semenit lagi, pasti Pak Arya dateng ke sini".

Dengan penuh percaya diri Eve berujar.

Sesuai apa yang diucapkan oleh Eve, Pak Arya masuk ke kelas Eve sesaat kemudian.

"Ev? Kamu baik- baik aja?".

Pak Arya mendekat ke arah Eve. Tania yang berada disamping Eve heran , ucapan sahabatnya benar.

"tadi Mama chat, katanya kamu sakit?".

"Iya Kak.. Sakit banget perutku, hari pertama halangan.. Tapi ini untung Tania udah kasih Aku obat". Eve memulai dramanya.

Tania berdehem. Dia sudah terbawa ke arus drama Eve.

"Mau pulang?". Tawar Arya dengan raut khawatir.

Eve menggeleng. Tidak terpikirkan untuk pulang, karena maksud dan tujuannya hari ini belum tercapai.

"Kebetulan Kakak ke sini.. ". Eve menjeda ucapannya. Gadis itu mengambil cake yang tadi disembunyikan di meja, sesaat sebelum Pak Arya masuk kelas.

"Selamat ulang tahun ya kakk !.. Panjang umur, sehat selalu, dan Semoga Kakak selalu bahagia..".

Eve mengucapkan hal itu dengan tulus. Sembari mengulurkan cake kecil, hasil karyanya sendiri, walaupum cuman bagian nulisnya aja. Hehehe.

Pak Arya terkejut untuk beberapa saat, namun sekejap kemudian Guru tampan itu tersenyum.

"Terimakasih ya Revalina..".

Lalu ia menerima cake kecil yang diulurkan oleh Eve.

"Sama- sama kak.."

"Ayok Kamu Kakak antar pulang, tadi mama juga chat supaya kamu dibawa pulang aja".

Pak Arya menepuk bahu Eve dengan lembut. Eve mendelik, Bagaimana mungkin mamanya chat?

Eve berdehem.

"Ehm.. Tapi kak? Ini udah mendingan kok...".

"Kamu nggak inget waktu itu?".

Eve meringis. Dia memang kritis jika dalam kondisi hari pertama mens. Tapi kan ini bohongan??

Akhirnya, mau tidak mau Eve mengikuti apa kata Pak arya.

Tania yang sejak tadi diam sepuluh ribu bahasa, hanya bisa tersenyum pada sahabatnya. Yang oleh Eve senyum itu diartikan sebagai 'Aku nggak ikut- ikut yaa'.

"Tania, terimakasih yaa.. Sudah kasih OBAT untuk Eve..". Ucap pak Arya, sesaat sebelum menuntun Eve keluar kelas.

Entah mengapa kata- kata itu terasa menakutkan buat Tania. Gadis yang suka ceplas ceplos itu menerawang, jika sahabatnya akan terkena masalah setelah ini.

'poor Eve...' batin Tania yang tidak bisa berbuat apa- apa.

.

.

.

Terus ikuti kisah Eve😘

Harus berapa kali?

"Jadi? Ada yang mau dijelaskan?".

Setelah membuang nafas perlahan, untuk menghilangkan rasa dongkol, Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutnya.

Eve berdehem. Menetralisir kegugupannya. Harusnya Dia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Sebab ini bukan pertama kalinya Dia membuat kesal Pak Arya.

'Tunggu dulu.. Kak arya kok kayak kesal ke Aku.. Gara - gara apa emang? Tadi dia khawatir ke Aku kok...'. Eve bertanya- tanya. Dalam hati tentu saja.

"Revalina?"

"Eh iya kak?". Eve menoleh ke arah Pak Arya, dimana guru tampan itu ada di balik kemudi, namun tidak segera menyalakan mobil. Alhasil Mereka berdua masih berdiam diri di parkiran.

"Katanya mau ngantar Aku pulang Kak?". Eve memberanikan diri. Sejujurnya dia sangat gugup.

"Tadi Mama telpon kakak pake hape Papa.. Beliau bilang kamu bawa hapenya.. Dan kamu pasti tahu kelanjutan ceritanya kan?".

Pak Arya menatap gadis di depannya. Kesal dan gemas menjadi satu.

"hehehee..".

Eve hanya bisa tertawa, ternyata Dia sudah ketahuan sejak awal. Malu juga jadinya.

"Tau apa saja kesalahan kamu?". Tanya Pak arya berusaha sabar.

"Aku bohong...".

"Kamu buat minimal tiga kesalahan, tetapi kamu cuman nyebutin satu??? Ckckkk".

Pak Arya menggeleng tak habis pikir.

Kalau saja Dimas, sahabatnya, yang dalam hal ini juga Kakak kandung Eve, tidak menitipkan adiknya, Dia pasti sudah menempatkan Eve sebagai murid yang dia blacklist dari menerima nilai bagus. Atau dengan kata lain, Eve tidak akan pernah mendapatkan nilai bagus. Cukup di angka 7 saja.

"Pertama, kamu membawa hape hasil rampasan.. Kedua kamu membawa hape ke sekolah, padahal sudah jelas - jelas itu dilarang.. Ketiga, Kamu bohong kalo ini hari pertama kamu halangan..".

Pak Arya menyebutkan tiga hal yang sudah dilanggar oleh Eve. Dan masih ada satu lagi yang masih tertahan di tenggorokannya.

Ini tentang ketidaknyamanannya selama ini. Terutama setelah kemunculan gadis itu di hidupnya.

"Iya Aku salah.. Tapi Aku emang mau ngasih kue tadi..". Eve menunduk.

Dia sudah berjuang untuk sampai ke tahap memberikan kue itu ke pak Arya, namun malah jadi seperti ini. Hmmm...

Pak Arya menyugar rambutnya.

Hahhh ?!!! Hening sesaat. Tidak ada yang bersuara.

"Harus berapa kali Kakak bilang, Ev?? Tolong jangan kayak gini.."

"Emang Aku kenapa Kak? Aku salah ngasih kue tadi? Aku nggak macem- macem kan? Cuman ngasih kue aja.. itupun cuman ada sahabat Aku.."

Eve menatap Pak Arya dengan sedih. Matanya sudah mengembun.

Pak Arya terdiam. Yaa.. Jika diteliti lagi, Eve bersalah apa? Gadis itu hanya memberikan kue kan?

"Oke Kakak minta maaf.. Kak Arya yang salah.. Maaf yaa?".

Akhirnya Guru tampan itu mengalah. Dia menarik Eve ke pelukannya. Sampai kapanpun, Dia menyayangi Eve, seperti dia menyayangi Azkia, adik perempuannya.

Berada dipelukan Arya, membuat Eve tersenyum penuh kemenangan. Beberapa detik kemudian, pelukan beda makna itu terurai.

"Hari ini kamu mau kemana? Nggak mungkin pulang ke rumah kan? Atau mama akan marah ke kakak juga.."

"Emm.. Terserah kakak.. ".

Eve menjawab dengan suara yang dia buat se sendu mungkin. Kan tidak lucu, jika sekarang Dia berbicara dengan sangat bersemangat.

"Ke kafe deket tempat kerja Dimas?".

"Tapi nanti ada Kak Dimas..". Protes Eve.

"Kakak nggak bilang ke dia.. Disana makanannya enak..".

Akhirnya mobil merah yang sejak tadi anteng di parkiran, melaju meninggalkan area sekolah.

Sementara itu, di lantai dua gedung sekolah, tepatnya di pojok gedung, Tania, sahabat Eve, memperhatikan mobil merah yang baru saja meninggalkan area sekolah.

Tania sangat khawatir pada Eve. Sahabatnya itu, walaupun terlihat kasar, tapi aslinya sangat polos. Tania sejak tadi sudah berdiri di pojokan, memperhatikan Eve yang dibimbing Pak Arya memasuki mobil. Dia pikir mobil itu akan segera pergi, ternyata sepuluh menit kemudian baru bergerak pergi.

Selama sepuluh menit, Tania diliputi kekhawatiran. Dia takut Eve dilecehkan oleh Pak Arya. Secara, Eve sangat tergila- gila pada guru tampan beristri itu. Takutnya mau - mau saja saat si guru melalukan hal tidak senonoh.

.

.

. Ikuti terus petualangan cinta Eve😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!