“Baik Tuan” jawaban serempak dari semua yang berkumpul.
Seorang Pemuda duduk di singgahsananya dengan tatapan
menusuk kepada setiap bawahannya lalu berdiri meninggalkan ruangan diikuti pria
tinggi besar dengan wajah dingin yang menjadi sekretarisnya. Semua yang sebelumnya
duduk manis mendengarkan perintah tuannya satu persatu berdiri dan meninggalkan
ruangan itu juga.
Pria berwajah tampan
rupawan blasteran Indonesia Jerman dengan tubuh tinggi dan badan yang
proporsional yang akan membuat semua wanita terpukau setiap menatapnya, dia
merupakan seorang yang sangat berpengaruh di Negara ini. Dengan berbagai Bisnis
yang berada di bawah kendalinya tidak ada seorang pun di pelosok negeri tidak
mengenalnya. Bisnisnya ada di dalam negeri dan berbagai belahan dunia.
Pria Tampan tersebut selalu diikuti dengan sekretarisnya
yang memiliki badan tinggi besar dan tatapan yang sangat dingin dan datar di
berbagai kesempatan yang menjadi tangan kanannya.
Vico Marlino merupakan nama dari pria itu. Dia selain tampan
juga memiliki sifat yang sangat tegas, tidak segan-segan memecat siapa pun
bawahannya yang bekerja tidak sesuai dengan apa yang dia perintahkan. Tatapan
tajam dan dingin selalu mendominasi setiap dia menghadiri rapat membuat semua
karyawannya sangat menghormatinya dan takut jika membuatnya tidak senang.
Arini Putri Permana seorang wanita cantik berkulit putih
dengan tinggi 165 cm dan berat badan yang ideal membuatnya terlihat menarik
setiap pria yang melihatnya. Wajah cantiknya merupakan keturunan dari Ibunya
yang merupakan keturunan campuran antara Korea dan Belanda.
Arini saat ini merupakan Arsitek terkenal yang desainnya
banyak yang memesan, dia memiliki perusahaan sendiri untuk menerima pesanan desainnya.
Dia merupakan Lulusan terbaik Universitas Elit di luar negeri untuk jurusannya, tak
heran jika wanita cantik ini juga menjadi incaran banyak Laki-laki tampan.
Selain itu dia merupakan putri satu-satunya dari Keluarga Permana yang juga
sangat kaya raya. Tetapi dia tidak ingin bergantung dengan perusahaan keluarganya.
Walaupun Arini anak seorang yang sangat kaya raya dia memiliki
hati yang baik dan lembut kepada siapa pun, dia juga sangat taat dalam
beribadah. Dia selalu memakai baju yang sopan di berbagai kesempatan walaupun
pernah bersekolah di luar negeri. Ayahnya merupakan orang yang sangat ketat
masalah agama.
Arini hari ini datang ke kantor Angkasa Grup untuk mempresentasikan
desainnya untuk mengikuti tender pembuatan Gedung yang digadang-gadang menjadi
Gedung tertinggi di negara ini yang merupakan tempat belanja, bermain serta di atasnya
akan dijadikan tempat hiburan, Hotel dan Apartemen sekaligus.
Arini tidak datang sendiri dia ditemani dengan Vivi
sekretarisnya yang selalu bersamanya kemana pun saat dia mempresentasikan desainnya.
“Nona semoga hari ini kita berhasil mendapatkan tender ini
ya?” Ucap Vivi yang terlihat tegang saat akan memasuki Gedung itu.
“Iya Vivi semoga kita berhasil ya, Semangat!!” Balas Arini
yang terlihat bersemangat.
Semua peserta tender memasuki ruang rapat. Saat semua sedang
menunggu rapat dimulai datanglah Vico CEO perusahaan Angkasa diikuti
sekretarisnya yang akan menilai hasil presentasi dari semua peserta. Saat dia
masuk semua mata tertuju padanya. Biasanya dia tidak mengikuti rapat desain
seperti ini karena ada tim desain yang akan melaporkan padanya beberapa pilihan
untuk desainnya, tetapi karena ini merupakan proyek yang besar dia mengikutinya
untuk menentukan desainnya.
“Baik semua peserta Tender terima kasih sudah hadir silahkan
mempresentasikan desain kalian” Sekretaris Kim mulai membuka untuk presentasi.
Semua peserta tender mempresentasikan desainnya masing-masing
sampai tiba gilirannya Arini. Semua mata tertuju padanya, walau sedikit tegang
Arini sangat percaya diri dan baik mempresentasikan desainnya. Vico yang
sebelumnya hanya mendengarkan presentasi tanpa memandang siapa yang presentasi
sangat memperhatikan setiap apa yang diucapkan Arini. Entah kenapa dia sangat
tertarik dengan Arini.
Semua peserta sudah mempresentasikan desainnya
masing-masing.
“Terima kasih atas kedatangannya untuk mengikuti tender desain
perusahaan kami hari ini, untuk pengumuman pemenang tender akan kami info
melalui email dan untuk membicarakan desainnya akan ada pertemuan selanjutnya”
Tutup sekretaris Vico.
Vico dan sekretarisnya meninggalkan ruangan tersebut.
“Alhamdulillah, aku bisa mempresentasikannya dengan baik
semoga kita bisa memenangkan tendernya ya, Vivi ?” Syukur serta harapan Arini
ucapkan.
“Iya Nona semoga kita berhasil dengan tender ini walaupun
hanya satu bagian dari bangunan tapi itu akan menjadi awal perkembangan
perusahaan Nona .” Jawab dan harapan Vivi
Semua peserta tender meninggalkan Ruang rapat tersebut tak
terkecuali Arini dan Vivi.
Di dalam ruangannya Vico masih memikirkan presentasi tadi,
bukan lebih tepatnya dia masih memikirkan Arini.
“Kim, wanita yang presentasi tadi siapa ?” Tanya Vico pada
sekretarisnya.
“Arini Putri Permana tuan dari “Queen Desain”.” Jawab
sekretaris Kim, karena memang hanya Arini wanita satu-satunya yang melakukan presentasi
tidak membuat sekretaris Kim sulit untuk mengingatnya.
“Apa “Queen Desain”, kenapa aku baru pertama kali dengar
perusahaan itu ?” Tanya Vico lagi.
“Iya tuan itu memang perusahaan baru, karena desain-desainnya
sangat menarik dan unik banyak perusahaan lain yang memesan desain darinya, ini
juga pertama kalinya mereka mengikuti tender di perusahaan kita, Tuan”. Jelas
sekretaris Kim.
Vico hanya membuka mulutnya membentuk huruf O yang
mengartikan paham maksud dari sekretaris Kim.
Dilain sisi Arini sudah sampai di kantornya dan duduk di kursi
kerjanya.
“Huh akhirnya presentasinya selesai juga, aku akan beribadah
dulu dan mulai mengerjakan desain untuk pembuatan Gedung Hukum milik Perusahaan
Han & Kang.” Arini pun pergi meninggalkan meja kerjanya dan menuju ke
Mushola untuk beribadah, karena memang di kantornya tersedia mushola untuknya
dan karyawan beribadah.
Selesai beribadah Arini mulai untuk membuat desain untuk gedung
hukum itu. Gedung tersebut milik teman ayahnya yang dia menangkan tendernya
minggu lalu. Walaupun teman ayahnya tapi ayah Arini tidak ikut-ikut dalam
masalah pemenangan tersebut, Arini berusaha sendiri untuk memenangkannya dengan
membuat desain yang menarik, unik, klasik untuk kantor hukum itu sehingga
menarik teman ayahnya tersebut.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam Arini pun
beranjak meninggalkan meja kerjanya dan pulang, Walaupun Arini Pemilik dan
pimpinan perusahaan tersebut Arini tidak selalu menyerahkan semua pekerjaannya
kepada karyawannya, apalagi ini teman dari ayahnya Arini. Dia bekerja
semaksimal mungkin agar terlihat sempurna. Semua karyawan sudah meninggalkan
meja kerjanya hanya tersisa Arini. Arini mematikan semua lampu dan meninggalkan
kantornya.
Saat perjalanan pulang tiba-tiba ban mobil Arini bocor
sehingga membuat perjalanannya terhenti. Saat ingin menghubungi kakaknya untuk
menjemput teleponnya mati karena baterainya habis Arini pun menyalakan mobilnya
dan mengisi daya teleponnya tersebut sambil menunggu di dalam mobil.
Saat melewati jalan Vico melihat mobil berhenti dan melihat
wanita yang ia temui saat presentasi berada di dalam mobil tersebut sendirian.
“ Kim berhenti sebentar sepertinya itu ada Arini.” Ucap Vico
menyuruh sekretaris Kim berhenti.
“Baik Tuan, apa perlu saya yang menanyakan, kenapa dia
berhenti, Tuan ?” Ucap sekretaris Kim
“Tidak usah biar aku saja, kamu tunggu di sini.” Perintah
Vico pada sekretaris Kim
Tok tok tok
Vico mengetuk kaca mobil Arini. Arini pun melihat siapa yang
mengetuk kaca mobilnya karena mengetahui dia adalah CEO di perusahaan yang tadi
dia presentasi, dia lalu turun dan menyapanya.
“Iya Pak Vico, ada apa ya ?” Tanya Arini yang bingung kenapa
CEO sekelas Vico mengetuk kaca mobilnya.
“Tadi saya lewat dan melihat kamu berhenti di sini.” Jawab
Vico
“Iya Pak Vico Mobil saya bannya bocor dan telepon saya mati
jadi saya menunggu telepon saya terisi daya untuk menghubungi kakak saya.” Jelas
Arini pada Vico
“Mau saya antar pulang ? ada sekretaris saya di dalam mobil
nanti mobil kamu biar dia urus.” Ucap Rico menawarkan bantuan.
“Terima kasih Pak Vico sebelumnya, saya dijemput kakak saya
saja.” Jawab Arini
“Ini sudah sangat larut dan tidak ada siapa pun yang
melintas, tidak usah sungkan dengan saya.” Jelas Vico memang jalan tersebut
sangat sepi dan tidak ada yang melintas selain Vico.
Aduh bagaimana ya
? Aku sebenarnya juga takut di sini, tapi aku juga tidak enak kalau menerima
bantuannya, masa iya baru tadi pagi ketemu sudah diantar pulang, nanti kalau
sampai kakak tahu aku bisa ditanyai macam-macam. Ucap Arini dalam hati
“Bagaimana ? kamu tidak perlu berpikir macam-macam saya
hanya ingin membantu karena ini sudah sangat larut dan berbahaya bagi wanita di
sini sendirian.” Ucap Vico membuyarkan lamunan Arini.
“Terima kasih Pak Vico sebentar saya ambil tas saya dan
kunci mobil saya. “ Jawab Arini
Mereka pun berjalan ke mobil Vico meninggalkan mobil Arini,
dan masuk di kursi belakang.
“ Saya antar nona ke alamat mana ?” Tanya sekretaris Kim
yang sudah mengerti maksud Tuannya saat Arini sudah duduk di samping Vico.
Arini pun memberitahukan alamatnya kepada sekretaris Kim.
“ O iya Kim sekalian urus mobilnya ya, bannya bocor dan
antar ke rumahnya besok pagi, Arini kuncinya kamu kasih Kim saja biar dia yang
urus.” Perintah Vico pada sekretaris Kim dan Arini
“Tidak perlu Pak Vico, nanti biar diurus sopir di rumah saja
.” Jawab Arini
Bisa tambah runyam nanti aku jelaskannya sama kak Putra
kalau mobilku diantar sama orang, apalagi orangnya baru ketemu sekali. Baru
membayangkan apa yang akan dia lakukan saja aku sudah merinding.
“Tidak papa biar Kim yang urus malam ini biar langsung
diantar” Paksa Vico pada Arini
“Terima kasih banyak Pak Vico atas bantuannya, sungguh tidak
apa-apa biar nanti diurus dengan sopir di rumah saja.” Jawab Arini merasa tidak
enak menolak bantuan Vico
Ini wanita dibantu susah sekali. Kalau wanita lain
jangankan aku bantu baru aku melihatnya saja sudah selalu berkata iya dengan apa
pun yang aku suruh. Ucap Vico dalam hati
Setelah penolakan tadi Vico tidak berbicara sama sekali
dengan Arini selama di perjalanan.
Apakah dia marah karena aku menolak bantuannya ? Kenapa
dia tidak berbicara sama sekali ? ya sudah tidak apa-apa, lebih baik aku dia
diamin daripada kakak yang diamin aku bisa tambah pusing aku. Batin Arini
Ini wanita kalau tidak diajak bicara hanya diam saja.
Tanya apa atau membicarakan bisnis begitu. Aku mau memulai pembicaraan juga
tidak mau dikira sok kenal lagi. Tadi saja aku tawari tumpangan tatapannya
seperti aku mau berbuat aneh-aneh, Ya sudahlah biarkan saja. Batin Vico
Suasananya kenapa jadi aneh begini ya. Tuan sepertinya
tidak mau mengajak bicara, sedangkan nona juga terlihat biasa saja tidak
tertarik dengan tuan. Batin sekretaris Kim sambil melirik kaca spion untuk
melihat Tuannya dan Arini.
Saat memasuki Perumahan yang terlihat beberapa rumah megah
berjajar Arini berkata kepada sekretaris Kim untuk menurunkannya di salah satu
rumah.
“Apakah ini rumah nona, biar saya antar sampai ke dalam ?”
Ucap sekretaris Kim pada Arini
Vico pun menatap rumah yang ditunjuk sekretaris Kim
“Bukan sekretaris Kim, tidak apa-apa saya turun di sini
saja, rumah saya sudah dekat, Terima kasih atas bantuannya Pak Vico dan
sekretaris Kim saya pamit dulu.” Ucap Arini sambil membuka pintu mobil Vico
“ Jangan nona biar saya antar sampai di depan rumah nona
saja, kalau belum sampai ?” Jawab sekretaris Kim sambil akan melajukan mobilnya
kembali.
“Tidak perlu sekretaris Kim, saya turun di sini saja ,
sekali lagi saya sangat berterima kasih atas bantuannya” Jawab Arini sambil
keluar dari Mobil.
Arini keluar dari mobil dan menunggu mobil Vico
meninggalkannya. Tapi sekretaris Kim menunggu sampai Arini memasuki salah satu
rumah di perumahan tersebut. Karena Arini merasa mobil Vico tidak kunjung pergi
dia menghampiri mobil tersebut dan mengetuk kaca mobil di dekat sekretaris Kim
“Tidak perlu kawatir sekretaris Kim, rumah saya sudah dekat,
sekretaris Kim dapat meninggalkan saya di sini” Ucap Arini menjelaskan kepada
sekretaris kim agar meninggalkannya.
Sekretaris Kim sejenak berpikir sambil menutup kaca mobilnya
“Ayo pergi !” Ucap Vico membuyarkan pikiran sekretaris Kim
“Baik Tuan, tidak apa-apakah saya meninggalkan nona Arini di
sini ?” Tanya sekretaris Kim
“Sudah tidak apa-apa, dia saja tidak mau kenapa kamu
memaksa, Ayo pergi sekarang ?” Perintah
Vico kembali
“Baik Tuan” Jawab sekretaris Kim lalu menjalankan mobilnya
meninggalkan Arini di depan rumah orang lain.
Saat melihat mobil Vico sudah menjauh dan tak terlihat lagi
Arini berjalan dengan cepat menuju salah satu rumah yang sangat megah.
“Selamat malam non” Sapa satpam sambil membukakan pintu
gerbang untuk Arini.
“Selamat malam Pak, Kak Putra sudah pulang pak ?” Tanya
Arini pada satpam rumahnya.
“Den Putra belum pulang non “ Jawab satpam tersebut
Alhamdulillah kak putra belum pulang, kalau sampai
ketahuan kakak aku pulang diantar laki-laki bisa dihukum aku. Batin Arini
“Pak Jukri dimana Pak ?” Tanya Arini lagi
“Tadi ke kamar mandi non, ada apa ya non mencari Pak Jukri
?” Tanya Pak satpam.
“Pak ini saya titip kunci tolong sampaikan ke Pak Jukri
untuk mengambil mobil saya ya di alamat ini karena tadi mobil saya bocor dan
saya meninggalkannya di sana.” Jelas Arini kepada pak satpam
“Baik Non.” Jawab Satpam sambil mengangguk mendengar
penjelasan Arini.
Arini lalu meninggalkan Pos satpam dan menuju rumah. Arini
memang sangat takut dengan kakaknya karena selama mamah dan papahnya tidak ada
kakaknyalah yang menjaga dia. Selain itu kakak Arini sangat protektif dengan
Arini.
Arini lalu pergi mandi dan menunaikan sholat Insya’ dan
Istirahat.
Di dalam mobil Vico
“Apakah tuan tertarik dengan nona Arini ?” Sekretaris
memberanikan diri untuk bertanya karena melihat ekspresi Vico dari spion
mobilnya.
“Aku tidak tertarik Kim” Jawab Vico singkat dengan ekspresi
malas.
Di sebuah ruangan di dalam Gedung Permana Grup
“Tuan nona Arini hari ini menghadiri presentasi di
Perusahaan Angkasa Grup, kembali ke kantor, pulang ke rumah pukul 9 malam,
dalam perjalanan ban mobil nona bocor, lalu Tuan Vico membantunya dan
mengantarkan nona Arini pulang dan nona sudah sampai di rumah jam 10 Tuan.”
Lapor mata-mata yang disewa Putra kakak Arini.
“Apakah mereka memiliki hubungan ?” tanya Putra pada
mata-mata tersebut.
“Sepertinya tidak tuan, nona Arini baru bertemu dengan Tuan Vico
saat presentasi dan dari ekspresi nona saat ditawari bantuan tidak terlalu dekat
dengan Tuan Vico.” Jelas mata-mata yang selalu membuntuti Arini dan setelah
Arini sampai di rumah dia akan melaporkan semuanya kepada Putra
“ Baiklah biarkan saja dulu, selama tidak mengganggu adikku
tidak masalah, Terima kasih atas informasinya, kamu bisa pulang dan istirahat.”
Jawab Putra lalu mematikan panggilannya.
Putra menyewa mata-mata tersebut tanpa diketahui orang
tuanya dan Arini dan selalu melaporkan apa pun yang dilakukan Arini dengan
sangat baik kepada dirinya.
Putra segera menyelesaikan pekerjaannya dan meninggalkan
kantornya untuk pulang ke rumah.
Pagi hari di rumah Arini
Arini yang baru bangun langsung menuju kamar mandi untuk
membersihkan diri lalu sholat dan lari pagi di jogging trek rumahnya. Putra
juga terlihat keluar untuk berlari pagi juga. Pagi itu Mamah dan Papah mereka
berada di Amerika untuk mengurusi bisnis sehingga tinggal mereka berdua di
rumah.
“Pagi kakakku tersayang, sudah sholat ?” Sapa Arini sambil
bertanya kepada kakaknya karena Putra memang jarang beribadah kalau papah
mereka tidak di rumah.
“Iya sudah , ayo lari-lari ?” Jawab Putra sambil menarik
tangan adiknya.
“Agenda kamu hari ini apa Arini ?” Tanya Putra kepada
adiknya sambil mereka berlari memutari rumah dan taman
“Mmmmm hari ini Arini menyelesaikan desain untuk firma hukum
“Kang&Han” lalu menunggu pengumuman dari Angkasa Grup untuk Tender yang aku
presentasikan kemarin sama paling ketemu Klien baru yang minta di desainkan
Rumah kak. Jelas Arini panjang kali lebar pada kakaknya
“ O kemarin bagaimana presentasinya ?” Tanya Putra kembali.
“ Lancar kak, siapa dulu... He....” Jawab Arini sambil
menepuk dada dan tertawa membanggakan dirinya.
“Iya iya adik kakak memang hebat, tapi kakak tidak yakin
kamu menang itu dek ?” Jawab Putra sambil meragukan kemampuan adiknya dan
mengacak rambut Arini.
“ Huh kakak ini habis memuji lalu menjatuhkan aku begitu
sih, disemangatin dong... “ Jawab Arini sambil memanyunkan bibirnya.
“ Iya iya cerewet “ Jawab kakaknya
“Kakak sendiri hari ini ngapain ?” Tanya Arini Pak kakaknya
“ Kakak mau urusin proyek perumahan sama mau ke pabrik buat
lihat bagaimana perkembangan produksi dek.” Jawab Putra menjelaskan
kegiatannya.
“ Oke kakakku sayang hati-hati, aku sudahan dulu ya
dahhhhhh” Pamit Arini meninggalkan kakaknya karena memang biasanya Arini hanya
berlari 3 putaran saja sedangkan putra lebih banyak.
Sesampainya di dalam rumah Arini Cooling Down dan mengambil
air untuk minum dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Setelah bersiap-siap dia menunggu kakaknya di meja makan.
Sudah menjadi kebiasaan keluarga ini kalau setiap pagi akan sarapan
bersama-sama ada atau tidak ada orang tua mereka. Tidak lama kakaknya turun
sudah menggunakan pakaian rapi siap untuk bekerja.
Di meja makan tidak ada pembicaraan karena memang saat makan
tidak dibiasakan untuk saling berbicara dalam keluarga itu, kecuali jika semua
sudah selesai menyantap makanannya masing-masing tidak lupa Putra memimpin doa
sebelum makan. Selesai makan Arini pamit pada kakaknya dan meninggalkan rumah
untuk berangkat ke kantor.
Putra pun segera berangkat ke kantor untuk menyelesaikan
tugas kantornya sebelum bertugas di lapangan. Putra mengelola perusahaannya dan
perusahaan keluarganya di dalam negeri selama orang tua mereka tidak ada.
Di rumah Vico
Terlihat rumah besar dan megah dimana sekretaris Kim sudah
menunggunya di depan rumah. Vico keluar untuk berangkat kerja.
“ Kim untuk proyek kita kali ini siapa saja yang akan
memenangkan tender ?”
Kim menjelaskan siapa saja yang memenangkan tender menurut tim
desain perusahaan mereka, sebelum disetujui oleh Vico termasuk perusahaan Arini
karena memang desain Arini sangat bagus dan unik walaupun semua perusahaan
tersebut tidak mendesain keseluruhan proyek tetapi akan dilakukan pembagian
untuk setiap bagian Bangunan tersebut pada beberapa perusahaan yang terpilih
dalam tender dengan di adakan rapat kembali untuk penetapan bagian mana saja
yang akan didesain perusahaan tersebut untuk proyek itu.
Terlihat Vico tersenyum mendengar penjelasan sekretaris Kim.
Sekretaris Kim yang melihat dari kaca spion heran terhadap senyuman tersebut,
karena memang Vico jarang sekali tersenyum, yang ada hanya wajah yang selalu
menampilkan tatapan dingin, tajam, menakutkan di setiap kesempatan kecuali saat
di depan rekan bisnis dan kamera karena tuntutan bisnis.
Sesampainya di kantor Vico langsung menuju Lift khusus CEO
yang langsung menuju ke ruangannya. Di dalam ruangannya dia memerintahkan
sekretaris Kim untuk memanggil pimpinan tim desain untuk membicarakan pembagian
desain setiap bangunannya.
Sekretaris kim lalu meninggalkan ruangan Vico dan menyuruh
sekretaris di luar ruangan untuk memanggil pimpinan tim desain. Sekretaris Kim
adalah sekretaris pribadi Vico dan tangan kanannya. Lalu sekretaris Kim kembali
masuk ke ruangan Vico dan berdiri di sampingnya. Tidak beberapa lama pimpinan tim
desain masuk ke ruangan Vico dengan sebelumnya mengetuk pintu ruangan Vico setelah
dipersilahkan staf tersebut masuk ke dalam untuk menemui Vico.
“ Silahkan duduk” sekretaris Kim mempersilahkan duduk
pimpinan tim desain tersebut.
Pimpinan tim desain pun duduk di sofa dan menunggu Vico
memulai pembicaraan.
“Bagaimana untuk pembagian desainnya ?” Tanya Rico memulai
pembicaraan.
Pimpinan desain pun menjelaskan keputusannya tentang
perusahaan mana saja yang mendesain bagian-bagian dari setiap bangunan proyek
tersebut beserta penjelasan untuk menguatkan pendapatnya. Vico hanya
mendengarkan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Oke aku setuju, segera siapkan datanya untuk aku tanda
tangani, dan kapan meetingnya dilaksanakan ?” Vico bertanya pada pimpinan tim
desain.
“Untuk meetingnya jika Pak Vico sudah setuju saya akan
informasikan kepada seluruh perusahaan yang sudah terpilih untuk besok
meeting.” Jawab pimpinan tim desain.
“Oke Good, segera laksanakan dan kamu bisa meninggalkan
ruangan saya.” Vico senang dengan informasi tersebut.
Pimpinan tim desain itu lalu meletakkan map untuk
persetujuan rencana proyek tersebut di meja Vico lalu meninggalkan ruangan
Vico.
Dikantor Arini
Ting Ting
Terdengar suara notifikasi email perusahaannya berbunyi
Arini lalu membuka email tersebut dan membaca isinya.
“Alhamdulillah, Vivi kita menang tender perusahaan Angkasa Grup” Arini
bersyukur dan berjalan ke meja Vivi sekretarisnya.
“ Alhamdulilah nona” Vivi pun ikut bersyukur atas informasi
tersebut.
Jangan lupa support Author ya biar semangat
Dengan like, comment, dan vote
Terima Kasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!