NovelToon NovelToon

Sweet My Wife

01. Terjebak di dalam Novel

"Pagi yang indah untuk mewujudkan mahakarya." Arletta sedang berada di lantai dua rumahnya, jendela yang dia biarkan terbuka. Gadis itu perlahan mencoret kertas dengan kuas dan tinta.

Arletta tersenyum beberapa kali memandangi lukisan yang sudah hampir jadi. "Tidak sabar untuk pameran besok," gumam Arletta dengan semangat.

Arletta yang sangat lihai menggambar, langsung memalingkan wajahnya, karena mendadak angin berhembus cukup kencang, dia agak tidak nyaman, langsung berdiri hendak menutup jendela. "Tumben anginnya jadi kencang, memang perubahan cuaca tidak menentu ya, padahal hari ini cerah," kata Arletta bicara sendiri.

Saat Arletta hendak menutup semua jendela, dia dikejutkan dengan lembaran kertas yang menutup wajahnya. "Wahh! Apaan nih?!" Arletta tekejut dengan kesal, dia langsung mengambil kertas itu.

"Benda apa sih ini? Siapa yang membuang sampah sembarangan sampai ke rumah orang! Sungguh keterlaluan!" Arletta memaki di dalam rumah dengan suaranya yang nyaring, dia mencari ke sekeliling tapi tidak ditemukannya siapapun di sana.

Arletta langsung menutup semua jendela dan hendak membuang kertas itu ke tong sampah. Akan tetapi Arletta menghentikan tindakannya, gadis itu melihat namanya di dalam kertas yang ditulis seseorang.

"Lah, tunggu... Namaku?" secara tidak sadar Arletta membaca beberapa lembar dalam tulisan itu, karena sebelumnya melihat namanya sendiri.

"Hmmm, jadi ini cerita novel ya! Apanya yang seru, kasihan sekali gadis bernama Arletta di dalam cerita, harus menikah dengan Pangeran ke 8. Ah, bukan seharusnya dia adalah monster! Iblis, ckckckck! Aku rasa penulis sangat membenci pemeran wanita di dalam cerita ini." Arletta terhanyut dalam cerita itu. hingga tidak sadar dia sudah menghabiskan waktu selama 1 setengah jam untuk membacanya.

"Hah?! Apa-apaan ini? Penulis itu sudah menyia-nyiakan waktu berhargaku selama ini, aku dengan baiknya membaca cerita sampah yang tidak ada kelanjutannya, apa-apaan ini, penulis juga mengatakan dia membenci cerita ini dan menuliskan bahwa cerita ini tidak akan dilanjutkan lagi karena gabut! Buset! Pantas saja ceritanya tidak lanjut, isinya saja juga begitu buruk! Bagaimana bisa pemeran wanita begitu menderita, jelas penulis terlalu memihak MC pria! Setidaknya kalau sudah memutuskan untuk membuat cerita minimal ditamatkan! Penulis, bahkan kau menggunakan namaku sebagai pemeran wanita yang menderita, sungguh tidak tahu diri, seharusnya sejak tadi aku sudah membuang cerita sampahmu ini!" Arletta membuangnya ke dalam tong sampah.

Dia memalingkan tubuhnya dengan perasaan kesal, Arletta begitu tidak rela dengan waktunya yang terbuang percuma. Arletta hendak kembali ke tempat dimana dia menggambar, akan tetapi tiba-tiba saja ada sesuatu yang menarik tubuhnya dengan sangat kuat. "Ah!" Arletta terkejut seraya membulatkan matanya dengan sempurna.

"Aduh! Siapa yang menarikku!" Arletta membuka matanya dan dia seketika terkejut, mematung dan hampir retak di tempat.

**

"Mama...! Di mana aku?" Arletta kebingungan sendiri, "Pakaian apa ini? Tempat apa ini? Siapa yang membawaku ke sini? Siapa yang akan bertangungjawab di sini!" Arletta berteriak beberapa kali. Hingga dia pun terdiam dan mencoba untuk tetap tenang.

"Tunggu, pakaian ini? Suasana ini, jangan-jangan... WTF! Aku masuk ke dalam buku novel sampah itu! Apa novel itu memiliki kutukan? Ia malah menarikku ke dalam ceritanya, mampuslah aku sekarang! Bagaimana ini, seharusnya aku tidak mengolok-oloknya, Argh sialan." Arletta kebingungan sendiri, dan mondar-mandir.

"Tunggu, tunggu, tunggu, aku seharusnya tenang! Menurut cerita aslinya, Pangeran ke 8 tidak akan datang menemui pemeran wanita, jadi... Lebih baik aku kabur saja, hahahaha! Aku sungguh jenius," gumam Arletta yang langsung berjalan ke arah jendela kamar.

"Ayolah, ini sungguh mudah, apa yang akan aku takutkan, aku bisa bebas malam ini, dan tidak akan mati di tangan monster itu!" Arletta menaiki jendela, saat dia bersiap-siap hendak loncat. Wanita itu terkejut ternyata jendelanya sangat tinggi. "Astaga!" Arletta terpaku sejenak.

Brak!

Pintu kamar terbuka lebar, Arletta langsung memalingkan wajahnya, dia melihat seorang pria berdiri tegap menatap tubuh Arletta dengan sangat dingin.

"Hah? Kok ada orang? Seharusnya kan pemeran wanita sendirian sampai pagi, jadi... Di hadapanku ini siapa?" dalam benak Arletta mematung.

Pria gagah dan tampan, dengan rambut hitam panjang, sepasang mata tajam menyala, perlahan mendekati Arletta, "Sudah mau kabur, secepat itu? Atau... kemana kau akan pergi! Aaah... Mungkin sudah mau bertemu Putra Mahkota, wanita rendahan, licik, dan penuh siasat memang pantas bersama dengan pria seperti Putra Mahkota!" sindir Pangeran ke 8 dengan tatapan tajam.

Arletta terdiam, awalnya dia cukup terkejut, tapi mendengar ucapan Pangeran ke 8 membuatnya benci. "Tolong jaga ucapan, Anda, Tuan! pernah dengar pepatah Mulutmu Harimaumu? Jika aku ingin bertemu dengan Putra Mahkota memangnya kenapa? Apa masalahnya denganmu!" Arletta bicara dengan sangat galak, dia seolah tidak takut mati lagi.

Pangeran ke 8 mendadak tersenyum dengan sangat seram, "Bagus! akhirnya kau menunjukkan sifat aslimu, tapi karena kau sudah masuk ke kediamanku, jangan harap dapat kabur." Pangeran ke 8 langsung mencekik leher Arletta sangat kuat. "Kau bahkan tidak ragu mengatakan pemberontakan dihadapanku, aku pasti akan merawatmu sebaik mungkin." Pangeran mencengkeram kuat leher Arletta.

"Aku tidak seharusnya menyinggungnya, tapi mendengar ucapannya membuatku sangat benci, dia kejam dan tidak berperasaan, tidak ada yang bisa aku lakukan juga sekarang, bicara jujur dia tetap tidak akan percaya, sekarang apa bedanya? Mungkin jika saja aku mati maka akan kembali ke rumah," dalam benak Arletta mencoba tenang.

"Ck! tidak disangka, nona ke tiga bisa begitu tenang saat menghadapi kematian, sebenarnya setelah hari ini aku ingin melihat bagaimana kamu akan hidup di kediamanku, aku tidak akan langsung membunuhmu, tapi menyiksamu perlahan!" dalam benak Pangeran dengan tatapan benci.

Tiba-tiba Pangeran menghempaskan tangannya dan membuat tubuh Arletta terpental hingga menabrak kaki kasur. "Ukhuk." Arletta terbatuk setelah dapat bernafas, dia hanya diam.

"Pengawal! Bawa Nona ketiga masuk ke dalam penjara, hari ini dia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, menyinggungku dengan mulut kecilnya," kata Pangeran dengan tatapan sinis dan tajam melihat Arletta.

Pengawal langsung masuk dan melihat keadaan di dalam, "Baik, Pangeran!" kata mereka mengindahkan.

Pengawal itu langsung memapah tubuh Arletta. Pangeran ke 8 masih terdiam dengan kebencian. "Biarkan nona ketiga 1 malam tidur di dalam penjara, sepertinya dia ingin menjajal tempat itu," ucap Pangeran ke 8 dingin.

"Baik," balas mereka dengan patuh.

Arletta hanya tersenyum dan dibawa pergi tanpa memberontak.

"Wanita itu sungguh tidak tahu diri! Ternyata perasaanku tidak salah, beberapa jam yang lalu aku terus memikirkannya dan ingin sekali menemuinya, tidak disangka untuk melihat hal semacam ini ya," dalam benak Pangeran ke 8.

02. Keributan Pagi

Kabar mengenai Arletta yang dipenjara oleh Pangeran ke 8 ternyata langsung berkembang dengan cepat, pagi itu Arletta baru saja keluar dari penjara, tubuhnya sangat lemas.

"Lapar sekali, perutku mendadak sakit, mungkin karena dari kemarin aku belum makan apapun hingga sekarang," dalam benak Arletta.Wanita itu berjalan pelan untuk menuju kamarnya.

Tidak ada satu orang pun yang peduli dengan dirinya, "Pangeran ini sungguh kejam sekali ya, sudahlah... Aku hanya ingin istirahat sebentar lagi, tidur di penjara sangat tidak nyaman," kembali benak Arletta bicara.

"Adikku yang malang, apakah kau baru saja menyinggung Pangeran ke 8? Nasib baik kau tidak langsung dibunuh oleh Pangeran," ucap seorang wanita yang tiba-tiba mendatangi Arletta.

Arletta terkejut, dia menghentikan langkah kakinya, dan memalingkan wajahnya, "Siapa wanita ini? Dia barusan memanggilku adik, hmmm... Jangan-jangan, kakak tiri pemeran utama?" dalam benak Arletta yang terus memandangi wanita itu.

"Apa yang sedang kau lakukan di kediaman Pangeran?" tanya Arletta dengan tatapan dingin.

Wanita dengan gaun ungu itu bernama Zei Dong, "Aduh-duh, tidak sopan sekali, aku bicara apa malah bertanya apa!" balas Zei Dong dengan tatapan sinis.

"Apakah aku begitu sangat terkenal, sampai-sampai kejadian yang baru saja aku alami langsung tersebar dengan cepat? Bahkan tidak disangka, kau yang dari kediaman Perdana Menteri sudah mengetahuinya, apakah kau saat ini sedang menyinggung keamanan kediaman Pangeran ke 8, jika dia tahu kau berada di sini, dan sedang mengolokku mungkin saja kau sudah mati!" kata Arletta dengan berani.

Zei Dong terlihat marah akan perkataan dari Arletta yang buruk terhadap dirinya, "Beraninya kau bicara begitu padaku, salahkan saja nasibmu yang sangat sial, dan jangan pernah bermimpi menjadi selir Putra Mahkota, karena aku lah yang akan menjadi permaisurinya," balas Zei Dong yang terlihat bangga, dia merendahkan Arletta karena merasa bahwa Arletta begitu rendah dihadapannya.

Arletta lngsung memasang tampang jijik, "Hih... Siapa juga yang mau menjadi selir Putra Mahkota! Dibandingkan dirinya aku lebih memilih untuk mati, jangan terlihat ambisi di depanku, aku tidak minat dengan lelaki seperti itu, jika kalian bersama itu memang lebih pantas, kok! Satunya bodoh, satunya tidak tahu malu!" sindir Arletta dengan singgungan tajam.

"Kurang ajar! Beraninya kau Arletta menjelek-jelekan Putra Mahkota, jika dia mendengar hal ini kau lah yang akan mati," balas Zei Dong dengan kesal.

"Huh, siapa yang akan mati lebih dulu kan belum tahu? Jadi kenapa aku harus takut, seharusnya kau lah yang khawatir, apakah setelah kejadian ini Pangeran ke 8 akan memaafkanmu, karena sudah masuk ke kediamannya tanpa izin!" Arletta begitu tegas dalam setiap perkataannya, dia memang bukan perempuan yang mudah ditindas seseorang.

Zei Dong yang hendak memukul orang tiba-tiba tidak kembali bicara, dia melihat Pangeran ke 8 yang berjalan ke arah mereka. "Sial, Pangeran ke 8 datang," dalam benak Zei Dong.

"Apa maksudmu Arletta? Aku datang kemari karena sangat kasihan padamu, aku mendengar kabar bahwa kau bermalam di penjara, apakah kau sangat menderita Arletta, aku pasti akan membebaskanmu, aku akan meminta keadilan kepada Ayah, kau jangan khawatir Arletta." Segera Zei Dong mengubah sikapnya dia mendekati Arletta lalu menggenggam tangannya.

Arletta begitu bingung akan perubahan sikap dari Zei Dong, "Apa sih! Jangan sentuh aku!" ucap Arletta yang jijik, dia segera menghempaskan tangan Zei Dong.

Hal itu membuat Zei Dong hampir jatuh, wanita itu terlihat sangat lemah, "Arletta apa yang terjadi padamu? mengapa kau kasar pada kakakmu sendiri?" tanya Zei Dong lembut dan kasihan.

Arletta yang tidak mengerti akan situasi itu, dia mematung beberapa saat mencoba menelaah semuanya. "Karena kejadian kemarin yang tidak sesuai dengan alur cerita asli, aku sekarang bingung apa yang sebenarnya Zei Dong sedang rencanakan," dalam benak Arletta berpikir keras.

"Ada apa ini? Mengapa ribut sekali di kediamanku!" kata Pangeran ke 8 dengan tatapan tajam.

Tubuh Arletta tiba-tiba bergetar saat mendengar suara yang tidak asing bagi dirinya. "Iblis itu," dalam benak Arletta sedikit melirik ke arah belakang. "Jadi ini alasannya mengapa tiba-tiba merubah sikap." Arletta tatap tajam kembali Zei Dong.

"Ah, Pangeran ke 8, maaf kalau saya lancang datang ke kediaman Anda, tetapi kabar mengenai Arletta yang di penjara di malam pernikahannya sudah terdengar di mana-mana, saya sebagai kakaknya, memohon kepada Anda untuk memaafkan kesalahan adik saya, dia memang orang yang sembrono, tapi itu semua karena dia yang tidak tahu apapun, jadi saya mohon tolong Pangeran ke 8 mau memaklumi Arletta," kata Zei Dong yang bicara dengan suara imutnya tingkat tinggi.

Arletta yang mendengar hal itu sungguh mual dan jijik, dia memutar bola matanya, Pangeran ke 8 berdiri tegap di samping Arletta dengan tatapan dingin lelaki itu memandang Zei Dong.

"Apakah sekarang ini kediaman Pangeran bisa seenaknya dimasuki oleh siapapun? Bagaimana penjagaannya?" kata Pangeran ke 8 dengan suara yang tajam.

Tidak lama kemudian muncul penjaga istana, lelaki itu datang dan langsung bicara seraya meminta maaf, "Maaf Pangeran, tapi nona ke dua dari kediaman Perdana Menteri memaksa dan sulit diatur, dia bahkan membuat keributan diluar pagi ini dengan mencelakai pengawal yang berjaga, kami sudah mengingatkan nona ke dua, tapi dia mengancam atas nama Perdana Menteri," ucap seorang pengawal dengan perasaan bersalah.

Pangeran hanya diam, dan hal itu membuat Zei Dong khawatir. "Bukan seperti itu Pangeran, saya hanya khawatir dengan adik saya itu saja, saya tidak bermaksud membuat keributan," jelas Zei Dong membela diri.

Tatapan dingin Pangeran tidak terelakkan. "Pertama, ini adalah kediamanku, siapapun yang ingin masuk harus meminta izin, kedua, ini adalah masalah pribadi keluarga pangeran, seharusnya nona kedua tidak ikut campur! dan ketiga, siapapun yang berani menyinggung kediamanku, aku tidak akan pernah tinggal diam! Masalah ini tidak mungkin tersebar begitu cepat jika tidak ada yang membocorkannya, aku hanya ingin memberi pelajaran istriku, apakah masih harus menunggu persetujuan dari siapapun?!" Pangeran terlihat sangat galak saat itu ketika memandang Zei Dong.

Zei Dong langsung gemetar lemas saat dimarahi Pangeran, dia ketakutan hingga tidak tahu harus bicara apa lagi. "Maa.. Maafkan saya, Pangeran," kata Zei Dong lemas.

"Karena kau adalah putri Perdana Menteri aku tidak seharusnya membahasnya lagi, tapi ingat! tidak ada lain kali," balas Pangeran ke 8 tegas.

Zei Dong hanya menganggukkan kepalanya dengan sangat cepat, Arletta hanya diam melihat hal itu, dia menatap dengan tajam ke arah Zei Dong.

"Bawa Nona Arletta ke kamarnya," pinta Pangeran ke 8 pada pelayan.

Arletta dibawa pergi oleh seorang pelayan wanita, sementara itu Zei Dong melirik Arletta kesal. "Kalau begitu saya undur diri, selamat pagi!" Memberikan hormat kepada Pangeran ke 8 dan berlalu meninggalkan kediaman.

03. Terlepas Dari Hukuman

Di dalam kamar Arletta ditinggal sendirian, hari itu dia sangat lemas, "Duh, lapar sekali, kapan pelayan mengantarkan makanan," gumam Arletta seraya memegangi perutnya.

Tidak lama kemudian Arletta merasakan sakit yang luar biasa menusuk perutnya, dia terkejut saat mengetahui sesuatu terjadi pada dirinya. "Gawat! Aku datang bulan, bagaimana ini?" Arletta kebingungan sendiri, dia pun mulai mencari beberapa barang yang bisa dia gunakan.

Arletta benar-benar berusaha sendiri, dia tidak mau meminta bantuan kepada pelayan istana. "Sakit sekali perutku, jika aku mengadu apakah mereka akan mendengarkanku? Lapar, perutku keram." Arletta mengeluh sendiri, dia yang sudah berganti pakaian langsung bersandar di atas kasur. Tidak lama kemudian Arletta bangun, "Aaargh! Apa yang aku tunggu sebenarnya, Pangeran itu titisan iblis! Haaah... Aku akan pergi mencari makan dan obat-obatan, mungkin di hutan aku bisa menemukannya, malang sekali nasibmu Arletta, miskin, dicurigai suami sendiri, hidup dan mati tidak menentu, aaargh! Masa bodo! Aku tidak tahan, aku ingin pergi mencari sesuatu untuk di makan!" Arletta berjalan ke arah jendela kamarnya, dia melihat jarak yang tinggi membuat dirinya ketakutan, akan tetapi Arletta tidak memiliki pilihan lain.

"Nekat saja lah, paling cuma lecet-lecet, paling parah patah tulang," ucap Arletta, wanita itu langsung loncat dari kamarnya dan benar saja dia mendarat dengan tidak selamat.

Tubuhnya dipenuhi dengan luka memar dan goresan, Arletta mencoba tidak peduli akan hal itu meski rasanya sakit sekali. Arletta kabur dengan cukup mudah tanpa ketahuan oleh siapapun. "Huft, akhirnya, gampang sekali!" gumam Arletta yang sedikit curiga, akan tetapi dia langsung pergi ke hutan.

Di dalam kediaman Pangeran ke 8. Seseorang datang menghadap dirinya, "Nona Arletta kabur, Pangeran," ucap orang itu melaporkan.

Pangeran hanya diam dengan tatapan dingin seraya menatap ke arah jendela. "Biarkan, tidak perlu dikejar, jika dia memang ingin pergi itu bagus, kau kembalilah," balas Pangeran dengan tegas.

"Baik, Pangeran." Pria itu langsung menghilang secepat kilat.

"Hmm, sekarang dia baru berpikir untuk meninggalkan kediamanku, apa mungkin menemui Putra Mahkota? Hm, punya nyali juga dia!" gumam Pangeran dengan tatapan dingin.

**

Arletta tiba di sebuah hutan dekat pegunungan, hutan itu bernama Qyi, Arletta merasa sangat lega. "Aku haus sekali," kata Arletta terlihat penuh syukur. Dia mencari mata air di dekat tempat itu.

Arletta langsung meminum air sungai yang jernih, dengan kedua telapak tangannya. "Sekarang baru mencari obat-obatan sekalian buruan untuk di makan, jika aku dapat menjual beberapa ramuan, aku bisa punya uang, dulu kakek pernah mengajariku membuat ramuan herbal china, mungkin aku bisa mencobanya sekarang, aku harus kaya! mengembangkan bisnisku di tempat ini, nanti baru memikirkan cara untuk terlepas dari Pangeran kejam itu," dalam benak Arletta yang bertekad.

Beberapa jam dia mencari bahan untuk dijadikan ramuan, hingga tubuhnya kotor lagi, dia sangat serius, hingga... "Jadi, obat pereda nyeri haid, aku mendapatkannya, aku hebat!" kata Arletta dengan puas, "Biarkan aku mencobanya," tambah Arletta yang langsung meneguk ramuan tersebut.

Awalnya Arletta tidak merasakan efeknya, akan tetapi 5 menit kemudian baru bekerja khasiatnya, perutnya benar-benar sudah tidak sakit lagi, dan tubuhnya menjadi lebih segar dari sebelumnya. "Berhasil! Kakek, kau tidak sia-sia mengajariku, karena sekarang kau mendapatkan murid yang hebat!" Arletta memuji kemampuannya sendiri.

"Sekarang aku akan mulai berburu mencari makanan, hahahahaha!" Arletta menangkap ikan di sungai, dia terlihat sangat menikmatinya.

"Dapat, cihuy.... Hebat, luar biasa, Arletta! Ikannya besar sekali." Arletta berteriak kesenangan.

Dia mencari kayu bakar sendirian, dan memasak ikan hasil tangkapannya. Arletta sangat menikmatinya, "Enak... Sungguh enak sekali, aku hampir menangis karenanya," puji Arletta lagi.

"Sudah makan kenyang, apa yang harus aku lakukan lagi, ah! iya, belajar bela diri, dulu aku pernah mengikuti bela diri tapi tidak sampai tuntas, sekarang aku harus menjadi kuat untuk mengalahkan orang-orang jahat di tempat ini, terkhusus Iblis itu!" Arletta menatap dengan kesal.

Dia mulai melakukan pemanasan untuk bela diri, wanita itu sungguh tidak kenal lelah, hingga dari kejauhan terlihat ada seseorang yang ternyata sedang memandangi Arletta, "Menarik!" katanya dengan tatapan tajam, lelaki itu langsung menghilang dari tempatnya secepat kilat.

Tidak terasa malam sudah datang, Arletta yang tersadar hari itu gelap langsung buru-buru merapikan barang bawaannya. "Jika Pangeran tahu aku tidak berada di dalam kediaman, habis lah aku!" dalam benak Arletta yang khawatir.

Gadis itu langsung turun gunung dengan susah payah, di tempat itu sangat banyak hewan buas yang diam-diam mengincar Arletta. Dari balik semak belukar datang harimau putih yang ingin menerkam tubuh mungil Arletta.

"Eh, eh!" kata Arletta terkejut dan takut.

Akan tetapi gadis itu tidak digigit melainkan malah diusap beberapa kali, karena penciuman Harimau itu kuat mengenali obat yang Arletta bawa. "Tu... tunggu, ada apa ini?" kata Arletta setengah takut.

Harimu itu mengambil satu botol ramuan milik Arletta, ia terlihat sangat menginginkannya, "oh... kamu mau itu, ambil saja, tapi jangan membunuhku," balas Arletta mengerti.

Harimau itu mengangguk, dan terlihat manja dihadapan Arletta. "Aku harus pergi sekarang aku memberi 1 untukmu, gratis!" lanjut Arletta.

Harimau itu terlihat enggan pergi, akan tetapi Arletta tidak bisa berlama-lama di sana. "Kenapa? aku tidak bisa menemanimu, aku harus pulang, jika tidak aku akan mati," tambah Arletta dengan serius.

Harimau itu mencium pipi Arletta dan seperti sedang mengucapkan terima kasih kepadanya. Arletta hanya tersenyum dan mengusap kepala Harimau. Setelah dia sendirian, Arletta kembali turun gunung, dan ternyata di belakang sudah banyak hewan mati karena dibunuh oleh Harimau itu.

**

"Tuhan, tolong aku hari ini," dalam benak Arletta ketakutan.

Dia sudah berada di depan kediaman Pangeran ke 8. Arletta tidak masuk melalui tembok tapi ia masuk lewat pintu utama, karena semua tempat langsung dijaga dengan ketat.

"Nona Arletta kembali!" teriak seorang pengawal istana.

Arletta terlihat sangat pasrah, dia dibawa masuk oleh seorang pengawal untuk bertemu dengan Pangeran.

Tatapan dingin dari Pangeran membidik Arletta tajam. "Sudahlah, tidak ada cara juga untuk menghindarinya," dalam benak Arletta pasrah.

"Wanita ini ternyata berani sekali, dia masih kembali ke kediamanku," dalam benak Pangeran dengan tatapan membunuh.

"Setelah kau kabur, sekarang kau masih berani untuk kembali kemari, apakah Putra Mahkota yang memintamu, tapi setelah hari ini aku tidak akan bisa menjamin keselamatanmu!" Pangeran ke 8 memicingkan matanya.

"Aku tidak menemui Putra Mahkota! Mengapa kau menfitnahku!" Arletta terlihat marah karena dugaan salah dari Pangeran.

"Kau pikir aku akan percaya padamu?!" bentak Pangeran ke 8 dengan sangar. "Hukum cambuk Nona Arletta karena sudah berbohong, dan mencoba kabur dari kediaman!" perintah Pangeran dengan lantang.

Arletta sangat tidak terima saat itu, "Apa? Hukum cambuk, kau sangat keterlaluan! Kemarin kau tidak memberikanku makanan aku tetap diam, sampai kau menghukumku tinggal di penjara aku terima hanya karena perkataanku yang tidak enak didengar telingamu! Pagi tadi aku menunggu makanan tapi tidak ada satupun dari kalian yang memberikannya, aku keluar untuk mencari makanan, tapi kau malah menfitnahku! Apakah kediamanmu krisis makanan?!" Arletta sangking marahnya dia memberontak. Tatapan benci kepada Pangeran begitu kuat.

Pangeran ke 8 terkejut mendengar perkataan Arletta, lalu dia memandang seorang pelayan wanita di sana. Beberapa pelayan ketakutan dan bersujud dihadapan Pangeran. "Ampun Pangeran, ini semua kesalahan saya yang tidak langsung menghidangkan makanan untuk Putri, karena pagi tadi sangat sibuk mengurus kediaman," ucap gadis itu membela diri.

Pangeran ke 8 terlihat sangat dingin, "Jadi, apakah kediamanku ini kekurangan orang atau aku telah memperkerjakan orang tidak berguna di sisiku?" tanya Pangeran marah.

"Maafkan kami Pangeran, kami tidak akan mengulanginya lagi," ucap pelayan itu.

"Hukum dirimu sendiri dengan tamparan 100 kali, agar kau lebih cepat lagi melayani kediamanku!" Pangeran dengan kejam tanpa memberikan kelonggaran.

"Ba--baik, Pangeran!" katanya dengan takut.

Pangeran menatap Arletta dengan dingin, "Kau kembali ke kamarmu," ucap Pangeran tegas.

Arletta tersenyum dengan kecewa, "Apakah Anda percaya ucapanku? jika aku berbohong Anda dalam bahaya," balas Arletta.

Pangeran langsung berjalan mendekati Arletta, dan mencengkram wajahnya, mereka memberikan tatapan yang sama dinginnya. "Aku lebih pintar darimu! Jangan menguji kesabaranku." Pangeran melepaskan tangannya.

"Bawa nona masuk!" kata Pangeran lagi.

Arletta langsung dibawa pergi, dia tersenyum dingin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!