NovelToon NovelToon

Dipaksa Menjadi TKW

Bab 1

..

 Sinar terik matahari tak menghalangi langkah Ayu. Gadis cantik berseragam Putih abu-abu yang baru pulang sekolah. meski ia harus menempuh perjalanan cukup jauh dari sekolahnya, Gadis itu tak patah semangat. Sesekali Ayu bertemu orang-orang kampung dijalan.

"Eh Ayu, baru pulang jam segini?? "tegur mereka.

"Iya bude..tadi ada Ekskul disekolah.."Balas Ayu.

"Ekskul itu pelajaran apa sih Yu?? Mau-maunya kamu pusing mikirin pelajaran kayak begitu.."Imbuh seorang ibu-ibu.

"Iya. mending kayak si Santi, Jadi TKW. dia sudah kirim uang banyak loh sama ibunya. lumayan sawah ibunya juga sudah nambah."Tutur para ibu.

"Dari pada pusing sekolah,ngabisin biaya.. ujung-ujungnya nanti kalau nggak bisa kuliah ya tetap jadi buruh, Karuan jadi TKW banyak duit."Imbuh salah seorang ibu lagi.

Ayu hanya bisa membalas dengan senyuman saja. iya, begitulah lingkungan desa dimana Ayu tinggal. jika anak gadis sudah menginjak remaja, sudah pasti akan dijadikan TKW oleh keluarganya. Pendidikan menjadi sesuatu yang tabu, dan sama sekali tidak menjadi prioritas utama untuk anak-anak. makanya tak jarang Banyak anak sudah putus sekolah sejak dini akibat minimnya pengetahuan.

Tapi untung saja Ayu memiliki bapak yang mendukung cita-citanya. bahkan jikapun

Ayu ingin berkuliah. sang Bapak tetap terus memberikan dukungan.

Tapi sekarang bapaknya Ayu tengah sakit keras. Itulah yang sejak tadi ada difikiran Ayu. Sebentar lagi Ayu dan semua kawan sekolahnya akan mengadakan perayaan kelulusan setelah selesai ujian, dan membutuhkan Dana, Ayu bingung bagaimana caranya bicara dengan sang Bapak. Keuangan keluarganya juga tengah labil, Sang ibu yang selalu menentang Ayu bersekolah pasti akan mengomel tak habis-habis.

Saking terlarut dalam fikirannya, Ayu tidak sadar jika sudah tiba dirumah.

Helaan nafas terdengar Saat Ayu menghentikan langkahnya setelah tersadar. Namun telinga Ayu menangkap suara rintihan sang bapak dari dalam. buru-buru Ayu berlari masuk kedalam.

"Bapak!!! "Ayu membuka tirai penutup pintu kamar sang Bapak. terlihat Bapak Ayu terbatuk-batuk dan kesulitan bernafas.

"Bapak.. ya Allah.."Ayu kalap sekali. ia segera membantu sang bapak.

"Ibu!! Ibu!! "Panggil Ayu, Ayu kawatir sekali dengan keadaan bapaknya. Ayu terus membalur tubuh Pak Wito dengan minyak angin.

"Bentar ya pak, Ayu ambilkan air hangat.."Ayu berusaha berfikir jernih. ia segera berlari kedapur guna mengambil air hangat.

Tiba didapur Ayu melihat sang ibu yang santai menikmati makan.

"Ibu.. bapak sakitnya kambuh buk.. Ibu gimana sih.."Tegur Ayu.

Tatapan tajam langsung diarahan Ningsih pada putri satu-satunya itu. "Kamu yang gimana??!! sudah tau bapakmu sakit keras. butuh biaya banyak!! masih ngenyel lanjut sekolah!!!"

"Kok ibu jadi nyalahin Ayu..?? Buk.. kita jangan debat dulu, ayo bawa Bapak keklinik.."Ayu

"Keklinik?? Pake daun?? kesana itu harus bawa duit Ayu!!! Dan bapakmu sudah setahun sakitnya, duit bapakmu sudah habis buat biaya sekolah kamu juga!!! nggak sadar ya??!! "Cecar Ningsih.

"Tapi bapak...-"

"Biarin aja!!! mati juga lebih baik. ibu capek ngurus bapakmu terus-terusan!! Utang dimana-mana cuma buat ngobatin dia!!! "Sentak Ningsih yang langsung meninggalkan Ayu sendiri.

Ayu tak mampu bicara lagi. ia hanya segera mencari tremos air panas dan membawanya kekamar sang bapak.

Kelegaan terlihat pada wajah Ayu saat melihat sang bapak sudah terlelap tidur. perlahan Ayu mendekati sang bapak, Iba rasanya melihat kondisi bapaknya. perekonomian yang pas-pasan memang membuat pengobatan pak Wito tertunda sampai sakitnya parah.

"Bapak.. maafkan ayu ya..setelah lulus SMA, Ayu bakal kerja. bapak sudah tidak perlu mikirin biaya sekolah lagi.."Ucap Ayu sembari menitikkan air mata.

.

.

Bab 2

.

.

 Tiba-tiba tangan Ayu digenggam oleh pak Wito. Seketika Ayu yang tengah menangis segera menghentikan tangisannya.

mata sayup dan pucat segera terlihat diwajah pak Wito.

"Bapak.. bapak mau minum?? dadanya sakit lagi?? "Ayu segera memberikan perhatian.

Pak Wito menggeleng. "Yu,"panggil pak Wito.

"Iya pak.."Ayu mendekatkan wajah dan telinganya. suara pak wito memang terdengar lirih sekali dan lemah.

"Maafkan bapak sudah buat Ayu sedih... Ayu, kamu tetap harus terus sekolah. jangan fikirkan bapak. bapak sudah punya tabungan buat kamu kuliah. jadi setelah lulus kamu harus lanjut kuliah. apapun yang terjadi nanti."Tutur pak Wito

"Dibelakang, DiDekat tong air ada bambu yang bapak tutup dengan semak rumput. disitu bapak sudah menabung untuk keperluan sekolahmu. jangan sampai ibumu tau ya?? segera ambil tabungan itu dan simpan baik-baik.. maafkan bapak yang tidak bisa menemani Ayu sukses.."Imbuh pak Wito. suaranya terdengar melemah seiring dengan nafasnya yang tersengal.

"Bapak kok ngomong begitu.. Kalau bukan bapak siapa lagi yang nemenin Ayu.. Ibu kan tidak suka Ayu sekolah.. Tabungannya buat berobat bapak saja ya?? Ayu mau bapak sembuh.."balas Ayu yang berusaha menahan air mata.

pak Wito segera menggeleng. "Jangan!!! pokoknya Ayu harus sekolah. kejar cita-citamu ya Nak.."Helaan panjang nafas pak Wito terdengar menyakitkan sekali.

Hingga akhirnya pak Wito kembali terbatuk-batuk.

"Bapak.. pak.."Ayu berusaha menyadarkan pak Wito.

"Tolong!!? tolong!!! "Teriak Ayu saat melihat sang bapak yang akan sakaratul maut.

"Apaan sih Yu... kau ini ter...-" Ucapan Ningsih terhenti saat melihat suaminya sudah hampir meregang nyawa.

"Pak.. bapak.."Ningsih berlari mendekat dan duduk disisi pak Wito.

"Istigfar Pak.. Nyebut.."Ayu berusaha membantu sang bapak. Ayu lalu mendekati telinga bapaknya dan membacakan syahadat dan beberapa bacaan Al-Qur'an.

"Jangan mati dulu pak.. hutang kita masih banyak!!! "Ningsih terus berusaha memberikan kesadaran untuk pak Wito. ia juga terus menggenggam jemari pak Wito.

Lama kelamaan, tangan Pak Wito melemas seiring dengan mata pak Wito yang mulai terpejam dan nafas yang mulai melemah hingga beberapa detik Tubuh pak Wito sudah memutih dengan tubuh mulai dingin.

"Bapak...."Teriak Ningsih

"Innalillahiiwainnailaihiroji'un.."Ayu memejamkan kedua matanya setelah melihat denyut nadi sang bapak yang sudah tidak ada.

"Apa Yu??!! Kenapa kau ucapakan kalimat itu??!! bapakmu belum mati Yu!!! lalu bagaimana hutang kita kalau bapak mati!!! "Teriak Ningsih semakin menjadi.

Ayu hanya ikut tergugu dengan apa yang terjadi. kehilangan secepat itu adalah sesuatu yang sulit diterima. Ayu benar-benar masih membutuhkan sosok bapak dalam kehidupannya.

.

.

Para tetangga sudah mulai berdatangan setelah mendengar teriakan Ningsih. mereka semua sudah membagi tugas masing-masing untuk segera mengurus pemakaman pak Wito.

Lantunan surat yasin dibacakan para pelayat, dan juga Ayu. Sembari menahan air mata Ayu terus membaca surat Yasin untuk Almarhum pak Wito.

Ningsih sebagai istri tak dipungkiri ia juga sangat kehilangan. namun Ningsih tak memperlihatkan tangisannya. Saat memandikan mayat suaminya Ningsih pun melakukan semuanya. Ayu tak dapat membendung air matanya saat Tubuh kaku bapaknya mulai dikafani.

"Diamlah Ayu!!! Kau bisa mengganggu pekerjaan mereka kalau menangis terus.."Sentak Ningsih.

"Tapi bapak buk..-"

"Puas kamu sekarang??!! Bapak meninggal ini juga gara-gara kamu tau!!! Selama ini bapak terus menolak berobat hanya demi menyimpan uang buat sekolah kamu!! dasar anak tidak tau diri!!! "Omel Ningsih dengan kesalnya. Ayu hanya bisa sesenggukan menyesali semuanya.

.

.

.

Bab 3

.

Ningsih menolak diadakan tahlilan dirumahnya. Ia berkilah akan berdoa sendiri saja. sebab ia tidak punya cukup biaya untuk melakukan acara tahlilan.

Ayu keluar dari kamarnya setelah membersihkan diri. ia menemui sang ibu yang tengah memasak dibelakang.

"Loh buk.. masaknya kok sedikit?? nanti orang tahlilan mau dikasih apa?? "Tanya Ayu.

Tatapan tajam dilayangkan Ningsih dengan cepat. "Ini ibu cuma masak buat kita. Nggak ada acara tahlilan. berdoa saja sendiri. sama saja kok.. Kamu fikir pakai acara tahlilan nggak pakai duit apa??!! "

"Tapi tadi kan Ada uang kematiannya bapak buk, Kasihan bapak kalau yang berdoa cuma Ayu aja.."Balas Ayu.

prangg!!!

Ningsih membanting kuali yang baru saja ia ambil.

"Nggak usah lebay deh Yu.. baru sekarang saja kamu kasihan sama bapakmu setelah orangnya meninggal. kemarin-kemarin kamu gimana?!!! Ngotot mau sekolah kan??!! nggak ada kasihan-kasihannya tuh dulu!!! Bapakmu itu sudah mati, sudah dikubur, sudah tidak perlu difikirin. Yang harus kamu fikir itu adalah bantu ibu melunasi hutang-hutang bapakmu itu!!!!"Cecar Ningsih berapi-api. Ayu sampai ketakutan dibuatnya.

"Nangis lagi!!! cengeng amat sih!!! ini nih didikan bapakmu itu, Jadi cewek lemah!!! Huh.."Ningsih semakin kesal dibuatnya apalagi saat mendengar isak tangis Ayu.

"Mati ninggal warisan nggak, ninggal hutang iya!!! Ya Tuhan.. Nasibku sial amat sih!!! "Ocehan ningsih terus terdengar. Ayu hanya bisa memutar tubuhnya dan kembali kekamar.

Ningsih adalah ibu kandung Ayu. dulu Ningsih tidak sekejam saat ini, Semenjak Ayu berniat melanjutkan sekolahnya dan Pak Wito mendukung, Ningsih menjadi keras dan kasar. bahkan cenderung tak memiliki sayang lagi pada Ayu.

Saking terlalu lama menangis, Ayu sampai ketiduran dikamarnya. Ningsih juga tidak ada niat untuk membangunkan putrinya. selesai makan, Ningsih memilih keluar dari rumah mencari udara segar.

setelah suaminya sakit, Ningsih memang sering duduk ngrumpi dengan ibu-ibu didesa. Biasanya kalau sudah selesai pekerjaan rumah, para ibu-ibu akan memilih rumah siapa yang akan dijadikan tempat berkumpul. tidak sore tidak Pagi bahkan siang, pemandangan seperti itu sering terlihat.

"Eh.. buk Ningsih, Saya kira masih dalam suasana berkabung tidak mau keluar rumah.."Sapa Saroh, salah satu ibu-ibu yang sudah berkumpul disana.

"Tidak baik juga lama-lama berkabung. melanjutkan hidup itu jauh lebih penting.. Apa lagi hutang suami saya juga banyak.. "Balas Ningsih sembari duduk.

"Iya juga.. apalagi Buk Ningsih kan punya tanggungan anak sekolah.. pasti puyeng ya buk mikirin biaya, mana punya hutang lagi..."imbuh Wati. ibu-ibu rumpi disana.

"Lagian Ayu kan sudah mau lulus SMA buk Ningsih. Udahlah nggak usah kuliah, Suruh kerja saja jadi TKW. kan lumayan, Dia harus gantian balas budi kekita orangtuanya, itung-itung suruh bantu bayar hutanglah. anak saya loh, gajinya sudah 10 juta diTaiwan.."Balas Buk Saroh.

"10juta?? wah.. kau pasti enak ya??"Ningsih terlihat antusias.

"Makanya, Kasih tau Si Ayu jangan sekolah saja yang difikirkan.. buang-buang duit.."Timpal Saroh.

Ningsih seolah termakan omongan ibu-ibu rumpi itu. memang mayoritas didesa dimana buk Ningsih tinggal Wanita yang berusia remaja sudah bekerja menjadi TKW.

"Kalau si Ayu mau, saya punya kenalan Agen resmi buk Ningsih. besok dia kemari, katanya mau ngambil anak didesa sebelah. ya.. siapa tau Ayu langsung mau dan besok bisa langsung berangkat.."Tutur Buk Saroh.

"Memang bisa langsung berangkat?? Nggak proses dulu ya?? "Ningsih yang memang tidak terlalu tau semakin ingin tau.

"Sekarang Mah, apa-apa bisa instan buk Ningsih.. tenang saja. wong anakku juga ikut dia kok.. aman.."Bubuh buk Saroh.

"Saya pulang dulu kalau begitu. mau bicara sama Ayu.."Buk Ningsih buru-buru pulang. sekarang Suaminya sudah tidak ada, tidak ada lagi yang bisa membela Ayu.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!