“Reta, Retaaa, mana sih tu anak? dipanggil tidak muncul-muncul.” gerutu Alika.
Reta dari arah dapur menghampiri tantenya yang memangilnya sedari tadi. Alika adalah tante dari Reta dan juga Qila.
Reta dan Qila adalah kakak beradik yang kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Reta dan Qila memiliki dua tante, kakak dari mamanya. Kakak pertama mamanya bernama Ningrum dan kakak keduanya bernama Alika.
Rumah Reta dan Qila tidak terlalu jauh jadi dengan mudah Alika bisa pergi ke rumah keponakannya. Sedangkan rumah Nigrum agak jauh dari rumah Reta dan Qila.
Retana atau yang lebih akrab di panggil Reta harus menghidupi adiknya yang bernama Laquila atau yang sering dipanggil Qila. Ditambah lagi tantenya yang selalu mengganggunya. Membuat Reta merasa risih. Tantenya itu selalu meminjam uang dan sulit sekali mengembalikannya.
“Ada apa tante ?” tanya Reta setelah sampai dihadapan Alika.
“Tante mau pinjam uang.” ucap Alika to the point langsung menengadahkan tangannya.
“Pinjam uang ?” ulang Reta.
“Iya, Rani lagi butuh uang untuk tugas sekolahnya.” ucap Alika.
“Tapi aku tidak punya uang tante.” jawab Reta.
Reta rasanya tidak mau lagi memberikan pinjaman kepada Alika. Bukannya pelit namun Reta merasa Alika tidak akan pernah membayar hutang-hutangnya.
Bahkan hutang yang telah lalu saja belum ia bayar. Bisa di katakan Alika sering meminjam uang kepada Reta namun tidak pernah di ganti.
Setiap kali Reta menagih hutang ke pada Alika, Alika selalu berkata pedas dan selalu menghina Reta. Terkadang Reta sudah bosan dan tidak sanggup mendengarkan kata-kata pedas dari Alika itu.
Reta sudah tiga kali menolak memberikan pinjaman kepada Alika namun sampai sekarang Alika tiada hentinya meminjam uang kepada Reta.
“Tante hanya pinjam dua juta, masa segitu kamu tidak punya sih!” ucap Alika ketus.
“Kami juga butuh uang tante, kalau aku kasih pinjam tante nanti kami gimana tante?” ucap Reta.
“Ya mana tante peduli, sudah mana uangnya?” ucap Alika tidak peduli dan menengadahkan tangannya kembali.
Alika bersikap seperti dia menagih hutang ke pada Reta. Sikap Alika sama sekali tidak seperti orang yang pinjam uang. Tanpa rasa malu Alika berbicara seperti itu, bahkan Alika sama sekali tidak perduli akan keadaan keponakannya. Yang terpenting baginya dia mendapatkan uang dari keponakannya.
“Maaf tante, tapi kali ini aku tidak bisa kasih tante pinjam uang.” ucap Reta masih tenang dan berusaha sabar menghadapi tantenya itu.
Alika terlihat marah akan jawaban keponakannya itu “Kamu tu pelit banget sih!” ucap Alika marah.
“kakak aku tidak mau kasih pinjam, ya tidak usah maksa tante.” ucap Qila yang sudah berada disamping kakaknya.
Qila yang berada dilantai atas yang mendengar suara ribut dibawah, memutuskan untuk turun dan melihat apa yang terjadi di bawah. Setelah Qila melihat siapa yang datang, Qila terlihat kesal sudah pasti tantenya itu membuat masalah lagi.
“Tante ngomong sama kakak kamu! bukan sama kamu! kamu ngak usah ikut campur deh.” ucap Alika menunjuk Qila.
“Mana uangnya?” ucap Alika kembali meminta uang kepada Reta.
Alika tidak peduli dengan Reta yang tidak memiliki uang untuk kebutuhan mereka yang penting Reta memberikan dirinya uang.
“Uangnya tidak ada tante?” ucap Reta jengah melihat sikap tantenya itu.
“Masa tidak ada, kalian itu hanya hidup berdua sementara gaji Reta itu besar, masa iya sudah habis saja. Pasti nih kalian itu hidup boros.” Ucap Alika.
“Aduh tante walaupun kita cuma hidup berdua tapi kebutuhan kita ini banyak. Lagi pula gaji anak tante dan suami tante juga besar sudah pasti suami dan anak tante punya banyak uang juga kan?” Ucap Qila dan mendapatkan tatapan tajam dari Alika.
Lagi Alika meminta Qila agar tidak ikut campur namun yang namanya Qila anak yang keras kepala tentunya tidak mengindahkan ucapan tantenya barusan.
“Kakak aku bilang tidak ada ya tidak ada tante! kemarin kakak aku baru bayar hutang.” Ucap Qila berkilah.
Reta pun heran pasalnya dia sama sekali tidak berhutang kepada siapapun tapi kenapa adiknya bilang baru bayar hutang.
“Kalian punya hutang?” Heran Alika.
“Ya punya lah tante, kita kan juga punya banyak kebutuhan sedangkan tante sampai saat ini belum juga bayar hutang.” Ucap aqila menyindir Alika.
Entah apa kaitannya yang jelas Qila bicara sesuai dengan apa yang ia pikirkan saat ini.
Tantenya mendengus kesal, Alika pergi dari sana tapi Alika tidak pergi keluar dari rumah itu melainkan pergi ke dapur mengambil bahan makanan yang berada di rumah Reta dan Qila.
“Tante mau ngapain ambil ayam sama sayur ?” tanya Qila.
Alika tidak menggubris ucapan Qila, setelah mengambil ayam dan sayur, Alika langsung pergi dari sana.
“Dasar tidak punya sopan santun tu orang! pagi-pagi sudah datang aja kesini” kesal Qila.
“Sudah sabar dek.” ucap Reta.
“kakak jangan diam terus kalau tante Alika ke gitu.” ucap Qila. Entah setebal apa kesabaran kakaknya itu tapi yang jelas dirinya tidak bisa sesabar Reta.
Demi meredam emosi adiknya Reta pun menanyakan soal hutang yang dibilang adiknya tadi. Qila pun mengatakan itu hanya akal-akalan dia saja agar Alika tidak lagi memaksa Reta memberikan uang.
“Sudah tidak usah di bahas, sekarang kamu sarapan, nanti kamu telat lagi sekolahnya.” ucap Reta yang tidak mau lagi membahas kejadian yang baru saja terjadi.
Qila masih terlihat kesal namun menuruti perkataan kakaknya.
Qila masih tidak habis pikir dengan kakaknya yang selalu saja diam di perlakukan seperti itu. Qila akui kakaknya itu memang baik tapi ya jangan terlalu baik juga seperti itu.
“Nanti kakak antar aku sekolah ya.” ucap Qila.
“Iya.” jawab Reta singkat.
Reta sudah sarapan duluan tadi jadinya sekarang ia pergi ke kamarnya untuk siap siap pergi mengantar adiknya sekaligus pergi kekantor tempat Reta bekerja.
Reta bekerja di sebuah perusahaan dan bisa dikatakan bahwa gaji Reta cukuplah besar. Gaji Reta cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua. Makanya tadi dia heran akan ucapan Adiknya bahwa dirinya memiliki hutang.
Reta juga menabung uang gajinya itu. Itung-itung untuk biaya adiknya kuliah nanti. Reta tidak seberani Alika dalam hal meminjam uang. Makanya Reta mulai menabung untuk biaya kuliah Adiknya nanti.
. . .
“Gimana ma dapat uangnya ?” tanya Piko suami Alika.
“Tidak, katanya dia tidak punya uang.” jawab Alika. Lalu pergi ke dapur meletakkan sayur dan ayam yang ia ambil dari rumah Reta.
“Ma, mana sarapannya, aku sudah lapar nih?” ucap Rani.
Rani Zafia adalah anak kedua dari Alika dan Piko. anak yang manja dan keinginannya harus selalu terpenuhi. Rani sangat iri terhadap Qila.
“Iya nih, nanti aku telat berangkat kantornya ma.” timpal Tika.
Santika atau yang lebih sering di panggil Tika adalah anak sulung dari Alika dan Piko. Tika sudah bekerja namun dirinya sangat pelit. Mau menang sendiri dan egois.
“ Sudah beli saja, mama tidak sempat bikin sarapan.” jawab Alika.
“Pa tolong beliin sarapan buat anak-anak.” perintah Alika dan memberikan uang selembar berwarna biru kepada suaminya.
Suaminya itu langsung pergi membeli sarapan untuk kedua anaknya itu, walaupun sebenarnya dia tidak mau tapi melihat anaknya yang belum sarapan akhirnya memutuskan untuk menuruti ucapan istrinya itu.
“Ma, gimana? Ada uangnya ?” tanya Rani.
“Tidak ada.” ucap Alika.
“Terus gimana dong ma? Kalau aku tidak beli bahan untuk praktek, ya ada nanti aku jadi omongan teman-teman aku ma.” ucap Rani.
Rani tentu saja tidak mau malu. Semua temannya mengetahui bahwa Rani itu anak orang kaya. Jadi jika dia tidak mampu bayar uang untuk kegiatan praktik itu, Rani akan jadi bahan pembicaraan teman-teman sekolahnya
“Tika, kamu benar tidak punya uang lagi, gaji kamu kan besar Tik?” Tanya Alika kepada anak sulungnya.
“Uang aku hanya sisa untuk kebutuhan aku saja lagi ma.” ucap tika kesal.
Rasanya Tika tidak rela uang miliknya di berikan kepada sang mama untuk membayar uang sekolah adiknya itu. Tika benar-benar merasa tidak rela.
Tidak lama Piko sudah pulang membawa sarapan untuk anak dan istrinya itu.
“pa, papa benaran Sudah tidak punya uang lagi ?” tanya Alika memastikan.
“Tidak ada ma, uang papa hanya tinggal untuk beli bensin saja lagi.” jawab Piko memakan makanannya.
Padahal yang bekerja di rumah itu ada dua orang dengan gaji yang besar tapi karena mereka suka berfoya-foya hal itu lah yang membuat mereka selalu kekurangan uang.
“Ma, gimana kalau mama pinjam uang ke tante Ningrum saja ma?” usul Rani.
“Tante kamu itu pelit, mana mau kasih mama pinjam uang, yang ada mama kena ceramah sama tante kamu itu.” ucap Alika sambil menikmati sarapannya.
“Terus gimana dong ma? aku malu sama teman-teman aku ma! Atau tidak setengahnya saja. Nantikan bisa aku bayar lagi yang penting aku tidak di tagih ma, kalau aku di tagih sudah pasti aku akan sangat malu ma.” ucap Rani kesal bahkan Rani sudah tidak berselera untuk makan.
Rani sangat pusing memikirkan uang untuk bayar praktik. Sebenarnya uang untuk kegiatan praktik tidak lah sebayak itu namun Rani sengaja mengatakan sebanyak itu agar ia bisa mendapatkan uang jajan tambahan. Uang yang diminta Rani dua kali lipat dari biaya praktik yang sebenarnya.
“Ya mau tidak mau kita harus menunggu papa kamu gajian. Lagi pula mama rasa tidak apa-apa lah itu, nanti biar mama yang bilang sama guru kamu itu. ” ucap Alika.
Tidak ada lagi perbincangan diantara mereka. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.
. . .
“Kak cepatan, nanti aku telat!” teriak Qila dari anak tangga, entah anak tangga berapa dia berada yang jelas Qila malas harus ke atas lagi.
Qila naik ke lantai atas untuk mengambil tasnya yang ada di dalam kamarnya.
“Bentar dek, sebentar lagi siap kok.” jawab Reta.
“Aku tunggu di mobil ya kak, cepetan ya.” ucap Qila setelah itu Qila pergi ke mobil menunggu kakaknya bersiap-siap.
“Ok, ayo kita berangkat.” ucap Reta setelah sampai di mobil.
Tidak terasa mereka sudah sampai di sekolahnya, sebelum turun di salam dulu kepada kakaknya dan mengucapkan salam. Setelah melihat adiknya masuk ke dalam sekolah, Reta langsung pergi dari sana menuju ke kantornya.
. . .
Rata sudah berada di ruangannya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Reta memiliki teman bernama Kania yang satu kantor dengannya. Kania merupakan teman Reta yang pernah mengajak Reta pergi ke pengajian.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu seluruh karyawan karena hari ini mereka menerima gaji dari hasil kerja keras mereka.
“Re, Lo mau kemana setelah dari kantor?” tanya Kania.
“Ya langsung pulang lah, mau kemana lagi gue.” Ucap Reta.
“kita jalan-jalan yuk, mumpung sudah gajian.” Ajak Kania.
“Mau jalan-jalan ke mana?” tanya Reta.
“Ke mall. Gimana kamu mau kan?” Ucap Kania.
“Ya boleh deh, udah lama juga tidak ke mall.” Ucap Reta.
Mereka tidak lagi mengobrol dan fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing.
. . .
Bel berbunyi nyaring menandakan sudah waktunya masuk kelas dan memulai pelajaran.
Qila yang saat ini sudah masuk kelas dan fokus mendengarkan guru menjelaskan di depan.
Namun berbeda dengan Rani yang tampak gelisah karena memikirkan uang untuk membeli peralatan praktek. Rani takut temannya mengetahuinya yang ada nantinya dia bisa dibully dan dihina habis-habisan oleh seluruh siswa yang ada disekolah itu.
Itulah yang saat ini dipikirkan oleh rani. Pada saat guru bertanya soal pelajaran pun Rani tidak bisa menjawabnya. Rani mendapat teguran dari gurunya untuk memperhatikan guru menjelaskan pelajaran di depan.
Sekolah itu bisa dikatakan merupakan sekolahan Elite, dimana semua murid merupakan anak orang kaya, meskipun ada juga yang bukan anak orang kaya namun mereka merupakan penerima beasiswa makanya dia bisa sekolah di sana.
Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat, semua siswa keluar kelas untuk menuju ke kantin. Termasuk Qila dan Rani.
Qila dan Rani saat ini sudah kelas dua SMA. Qila dan Rani berbeda kelas. Namun Rani sering sekali menganggu Qila. Dimana ada kesempatan Rani pasti akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menganggu Qila dan menghina Qila.
“Ran lo kenapa ?” tanya Santi teman Rani.
“Kenapa apanya ?” tanya balik Rani.
“Kenapa tadi lo ngak fokus? lo lagi mikirin apa ?” tanya Santi .
“Gue cuma kurang enak badan aja” bohong Rani.
Tidak mungkin rani mengatakan kepada teman-temannya kalau dia belum ada uang untuk beli bahan praktek yang ada nanti aku malah jadi bahan gosip lagi. Bisa-bisa dia dijauhi oleh temen-temennya itu.
“Ran, Rani!” panggil Rena.
“Ya kenapa ?” ucap Rani kaget.
“Kalau lo sakit mendingan lo pulang aja, istirahat. Nanti gue akan bilang sama guru.” ucap Rena.
“Tidak usah gue Tidak apa-apa kok.” jawab Rani.
“Ran itu Qila sama teman-temannya tuh.” ucap Lina menunjuk ke arah Qilla dan teman-temannya yang duduk di pojok kantin.
“Samperin yuk gays.” ajak Rena bersemangat.
“Ayok!” jawab mereka kompak.
Rani yang tadinya lemas dan malas melakukan apapun langsung bersemangat ketika ingin menganggu Qila and the Genk.
Rani and the genk menghampiri Qila and the genk yang sedang menikmati makanan yang mereka beli.
“Hay, kaum rendahan, lagi makan ya?” ucap Lina menghina Qila and the genk.
“kalau lo tahu kita lagi makan, ngapain lo masih nanya !” ucap Dira ketus.
“Woy, santai aja dong!” jawab Rena mengambil gelas berisi jus jeruk dan bersiap-siap menyiramnya ke arah Dara dan Qila.
Untuknya Dara dan Qila dapat menghindar jadi Dara dan Qila tidak kena tumpahan jus jeruk itu. Dara dan Qila duduk bersebelahan jadi Rena pikir bisa mengenai keduanya sekaligus.
Seketika seluruh siswa dan siswi yang ada di kantin melihat ke arah mereka. Termasuk Genk aprikot yang selalu di incar oleh siswi disekolah itu.
“maksud lo apaan hah? nyiram Dara dan Qila ke gitu?” ucap Mala emosi.
“Tidak ada, Cuma dua orang ini pantas untuk kena jus jeruk ini” ucap Rena angkuh.
“Lo benar-benar kelewatan ya!” ucap Dira emosi.
Setelah berucap seperti itu Dira menyiram jus alpukat ke arah Rena. Rena yang tidak sempat menghindar pun terkena tumpahan jus alpukat itu.
“kurang ajar ya lo! beraninya lo tumpah hin jus alpukat murahan lo itu ke baju gue!” ucap Rena penuh emosi.
“Ya berani lah masa Tidak berani.” ucap Dira menatap tajam lawan bicaranya itu. Tidak ada rasa takut sama sekali dengan lawannya di depan dirinya itu.
Seketika mereka saling jambak menjambak disana, untuknya ada guru yang melerai mereka. Sekarang mereka berada diruang guru. Cukup lama mereka disana mendengarkan guru menasihati mereka. Pada akhirnya mereka diberi hukuman membersihkan sekolah.
“Sial banget gue hari ini, gue disuruh bersihin WC lagi, seumur-umur gue tidak pernah bersihin WC.” gerutu Rani.
“Awas Saja mereka, gue akan bikin perhitungan sama mereka.” ucap Santi dengan amarah dan menggenggam ganggang pel dengan kuat.
“Gue tidak terima kita di hukum seperti ini.” Ucap Rena.
Sedangkan Qila and the genk membersihkan halaman sekolah. Mereka tidak menggerutu seperti Rani and the genk. Mereka hanya ingin cepat menyelesaikan hukuman mereka dan segera pulang karena bel sudah berbunyi menandakan waktu pulang sekolah.
“Uuh, akhirnya selesai juga!” ucap Qila.
“Iya gue udah capek banget nih” ucap Dira.
“Sudah yuk pulang.” ajak Dara.
“Dira supir lo udah nunggu tu.” ucap Mala menunjuk ke arah sopir Dira berada.
“Oh iya benar, Qila lo pulang sama gue aja ya” ajak Dira.
“Tidak usah gue pulang naik ojek, atau kendaraan umun lainnya aja” tolak Qila.
Qila dan Dira mereka bersaudara. Dira merupakan anak Ningrum yang bungsu. Nigrum memiliki dua orang anak. Anak pertama bernama Raka Hendratama dan anak kedua bernama Dira Wulandari.
“Sudah lo pulang sama Dira saja nanti Lo di ganggu lagi sama Rani and the gens” ucap Dara.
“Iya, lagian kalau lo nungu kendaraan umum lewat lama.” timpal Mala.
Teman-teman Qila tahu kalau Dira adalah sepupu Qila. Mereka juga mengetahui bahwa Rani itu juga saudara mereka.
Setelah medengar ucapan teman-temannya Qila setuju untuk ikut bersama Dira.
. . .
Dira dan Qila sudah sampai dirumah, disambut oleh beberapa pelayan.
“Bi, siapin makanan untuk kita ya.” perintah Dira.
“Baik non.” jawab bi Inah.
Dira dan Qila pergi ke kamar Dira untuk menganti seragam sekolahnya. Baju Qila juga ada dirumah Ningrum. Ningrum meminta Qila dan ana meninggalkan pakaian mereka disana. Jika ketika mereka menginap ada pakaian ganti untuk mereka.
Setelah menganti pakaian mereka turun ke bawah untuk makan, Ningrum yang baru pulang pun meyapa kedua gadis itu.
“Sudah pulang rupanya kalian.” ucap Ningrum.
“Sudah, ma tante.” ucap Qila dan Dira kompak.
“Kalian sudah makan ?” tanya Ningrum.
“Belum ma, ini kita mau makan.” jawab Dira.
“Ya sudah yuk kita makan bersama.” ajak Ningrum.
Mereka langsung menuju ke meja makan. Di meja makan sudah tersaji berbagai macam makanan yanh lezat dan mengugah selesa. Mereka duduk dan langsung menikmati hidangan yang ada di depan mereka. Diselingi dengan obrolan ringan.
Setelah selesai makan mereka pergi ke ruang keluarga, menonton telivisi bersama dan juga belajar bersama, membuat tugas yang diberikan oleh guru bersama.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, Qila memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore.
“Tante Qila mau pulang dulu ya.” pamit Qila.
“Tidak usah pulang, nginep aja disini ya.” ucap Ningrum.
“Aku pulang aja tante, kasihan kak Reta sendirian.” ucap Qila yang kekeh ingin pulang.
“nanti tante akan telpon Reta untuk ikut nginep disini” ucap Ningrum.
Ningrum langsung menghubungi Reta untuk meminta Reta pergi kerumahnya. Padahal rumah mereka tidak lah berjauhan namun Ningrum sering sekali meminta kedua keponakannya itu tinggal bersama dirinya.
“Gini, ni kalau udah ke rumah tante Ningrum, pasti tidak diijinin pulang” ucap Qila dalam hati.
Pada saat Qila dan Reta berkunjung sudah pasti mereka akan tinggal disana. Ningrum tidak memperbolehkan mereka untuk langsung pulang. Ningrum juga sangat menyayangi kedua keponakannya itu.
Ningrum pernah meminta Reta dan Qila tingal bersamanya namun Qila dan Reta menolak. Qila dan Reta tidak ingin merepotkan tantenya itu. Ningrum tidak bisa memaksa keponakannya itu karena keponakannya itu tidak mau tinggal bersamanya, Ningrum memutuskan untuk selalu mengawasi kedua keponakannya itu dari jarak jauh. Qila dan Reta tidak pernah menyadari hal itu. Ningrum akan selalu menjaga mereka. Sampai mereka menemukan pendamping mereka masing-masing yang bisa menyayangi dan melindungi Qila dan Reta.
suami Ningrum sudah lama meninggal, sekarang hanya tinggal Ningrum dan kedua anaknya. Hanya Ningrum dan kedua anak Ningrum yang peduli dan menyayangi mereka. Sedangkan Alika, suami dan anak-anaknya tidak pernah perduli walaupun mereka bertetangga. Keluarga papa Reta juga sama sekali tidak perduli dengan Reta dan Qila.
Ningrum sudah berjanji pada adiknya untuk selalu menjaga anak-anak dari adiknya itu. Namun berbeda dengan Alika. Jangankan menjaga mereka, Alika tidak pernah menyayangi keponakannya itu. Alika malah sering menyusahkan, mengganggu bahkan menghina Qila dan Reta.
Alika menghampiri Qila dan Reta hanya untuk meminjam uang atau mengambil bahan makanan dirumah keponakannya itu. Alika juga sering menjelekkan kedua keponakannya itu. Karena itulah tetangga memandang tidak suka kepada Qila dan Reta pada saat Reta berbelanja bahan makanan di depan rumahnya mereka selalu bersikap tidak suka kepada Reta.
Setiap paginya akan ada penjual bahan masakan yang berkeliling dikomplek itu, Reta sering berbelanja disana namun semenjak tentanga memandang tidak suka kepada Reta, Reta memutuskan untuk berbelanja di pasar saja dan menstok bahan makanan yang lumayan banyak dirumah.
Hal itu dimanfaatkan oleh Alika untuk mengambil bahan makanan yang ada di rumah keponakannya itu. Sudah berulang kali Qila dan Reta menghalangi tapi Alika tidak peduli dan terus mengambil bahan makanan yang dia butuhkan.
Reta memutuskan untuk tidak lagi menstok banyak bahan makanan. Reta tidak ingin bicara kasar nantinya yang malah menyinggung tantenya itu. Jadi Reta mencari cara lain untuk mengatasi hal itu.
“Tante sudah hubungi kakak kamu, Reta bilang dia ingin mengajak kamu ke makam orang tua kalian.” Ucap Ningrum.
“Ya tante, kita berdua menang berencana mau ke makam mama hari ini.” Ucap Qila.
“Ya sudah kamu boleh pulang tapi besok kamu dan kakak kamu harus menginap di sini.” Ucap Ningrum.
“Ya tante, kalau gitu aku pulang dulu ya.” Qila mengiyakan saja dulu permintaan tantenya itu. Nanti lagi ia akan bahas soal ini kepada kakaknya Reta.
. . .
Qila tetap pulang ke rumah karena Reta mengatakan bahwa hari ini dia ingin mengajak Qila ke makam kedua orang tuanya.
Reta tidak mau merepotkan tantenya itu makanya dia beralasan seperti itu. Reta memang akan ke makam kedua orang tuanya. Reta memang tidak bohong. Namun Reta mengatakan mungkin akan lama.
Ningrum akhirnya mengizinkan Qila untuk pulang. Walau sebenarnya dia masih berusaha meminta keponakannya itu tetap tinggal di rumahnya namun lagi dan lagi Qila menolak.
Setelah dari makam orang tuanya mereka langsung pulang. Baru saja mereka ingin duduk, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!