Namaku chika kiara aku bekerja sebagai OG atau petugas kebersihan di sebuah perusahaan yang cukup besar, awalnya kehidupan ku biasa biasa saja.
Sampai kematian ibuku membuat kehidupan ku sedikit terguncang.
Saat aku sedang bekerja aku mendapat telpon dari rumah sakit bahwa ibuku meninggal akibat tabrak lari saat ia akan menyebrang ke tempat kerjanya
{ hallo, apa ini dengan nona chika }
{ benar, ini siapa }
{ saya dari rumah sakit cinta kasih, ingin memberitahu bahwa ibu aminah mengalami kecelakaan dan saat ini berada di sini }
{ APA, ba baik saya akan segera kesana }
Aku ijin pada atasan ku untuk pergi ke rumah sakit tempat ibuku disana, aku berlari keluar gedung sambil meneteskan tanpa ku sadari aku menabrak seseorang
"maap kan aku tuan, saya sedang buru buru, maap" ucapku sambil menunduk kemudian berlari aku tak mendengarkan pria itu memaafkan ku atau tidak hal terpenting adalah melihat kondisi ibuku.
Aku menyetop taksi dan pergi dari kantor tempatku bekerja
"ke rumah sakit cinta kasih pak" ucapku pada sang sopir dan melaju .
Pov Autor
"ada tidak apa - apa tuan?" tanya rio sang asisten pada ceo yang di tabrak oleh chika
"siapa dia, tak sopan padaku, panggil dia bila dia bekerja disini" jawab sang ceo yang bernama Narendra Damian Pradipta bisa di panggil Damian
"saya akan mencari tau tuan" ucap rio sang asisten
Damian pun pergi menuju ruang kerjanya ia cukup kesal dengan seorang wanita yang menabrak nya tadi,
Pov selesai
aku sama di rumah sakit tempat ibuku.
Aku berlari menuju UGD
"maap suster saya chika anaknya ibu aminah" ucapku pada suster jaga di UGD
"sebentar yah ka" ucap sang suster, ia memanggil seorang teman laki laki untuk mengantarku
"antarkan kaka ini ke ibu aminah korban kecelakaan tadi" ucap suster pada temannya
Aku dibawa keluar dari ruang UGD aku di bawa cukup jauh dari UGD menuju sebuah kamar yang cukup terpencil, kini pikiran ku mulai menjurus ke sesuatu yang tak ingin aku inginkan
Di depan ruang itu terdapat beberapa polisi disana, mereka menunggu ku untuk ke sana
"sebentar ini kan kamar mayat?" tanya ku pada petugas yang mengantar tadi, ia tak menjawab sama sekali hanya menyuruhku untuk masuk bersama para polisi mereka juga tak bicara sama sekali padaku.
Aku masuk ke kamar tersebut, petugas menyuruhku untuk lebih dekat, disana terbaring seorang manusia yang kini tertutup kain, petugas membuka kain penutup tesebut terlihat wajah ibuku yang kaku terbaring disana
"IBUUUuuu" teriak ku sambil memeluk tubuh kaku itu, seketika dunia ku benar benar runtuh.
para petugas dan polisi membiarkan ku menangis sendiri di sana mereka hanya melihatku dari jauh.
Setelah aku tenang mereka pun mendekat padaku
"mbak chika mari ikut saya"
Aku pun menggangguk setuju dan mengikuti mereka.
mereka menjelaskan padaku bagaimana ibuku meninggal
"mbak chika ibu anda mengalami tabrak lari di jln, sentosa tadi pagi, pelaku masih dalam pencarian, warga setempat sempat membawa ibu anda ke rumah sakit tapi ia meninggal di perjalanan" jelas petugas polisi padaku aku hanya mengagguk, aku bahkan tak bisa berkata apapun lagi.
aku dan ibuku bukan asli daerah sini aku tak tau kampung halaman ibuku atau ayahku dimana karena aku besar dan kecil disini begitu juga dengan ayahku beliau meninggal saat aku sd.
saat petugas polisi itu pergi petugas rumah sakit pun mendekat mereka bertanya apa yang harus di lakukan pada ibu padaku.
"bagaimana nona, apa kita akan melakukan otopsi atau tiada?" tanya petugas tersebut
"tak perlu pak, aku akan membawa ibuku pulang saja, aku akan meminta bantuan temanku untuk menyiapkan semuanya di rumah"
"baiklah nona, saya akan menyiapakan ambulans dan yang lainnya" ucap petugas tersebut dan pergi dari sana .
Aku mencoba telpon sahabat dan tetangga di rumahku untuk mengabari keadaan ibuku,
Tak lama petugas tersebut datang memberikan ku sebuah bill kepadaku agar bisa membawa pulang ibuku.
"maap nona, ini yang harus anda bayar bila ingin membawa ibu anda" ucap petugas tersebut memberikan ku bil
"apa 5 juta? Ini gak salah pak?" tanya ku pada petugas
"memang seperti itu prosedurnya nona, anda bisa membayarnya di loket administrasi. Disebelah sana" ucap petugas tersebut
Aku hanya menatap selembar kertas tersebut, dengan sedikit miris ternyata bila kita meninggal pun masih perlu uang,
saat aku mengantri di adminitrasi kedua sahabatku datang sekar dan amel
"chika bagaimana?" tanya mereka
"aku harus membayar senilai 5 juta rupiah untuk biaya sewa ambulan dan kapan?" ucapku
"ya udah, lo ada uangnya gak?" tanya sahabatku sekar
"ada tenang aja, gua masih ada tabungan" jawabku
Semua proses akhirnya kelas aku membawa jenazah ibuku ke rumah kontrakan kami,
Sampai disana para tetangga dan rw sudah ada disana, aku membuka pintu dan di bantu para tetangga untuk mengkosongkan ruang tamu agar jenazah ibuku bisa di tidurkan disana .
Tak lama pak rt datang padaku
"nak chika, dimana ibumu akan di makamkan?" tanya nya padaku
"di makamkan di mana saja pak, yang dekat saja?" jawabku.
"baiklah nak chika tapi biaya nya 5 juta rupiah?" ucap pak rt
aku seketika terdiam, tak ku sangka akan di kuburkan juga membutuhkan uang
"baik pak rt, lakukan saja kami akan membayarnya" ucap sekar sahabatku
"tapi maap uang nya harus sekarang" jawab pak rt
"saya transfer saja yah pak rt, saya gak ada cash" jawab amel, ia langsung mentransfer uangnya ke pak rt
akhirnya urusan pemakaman ibu pun selesai, semua pelayat pun meninggalkan rumah kami kecuali kedua sahabatku amel dan sekar
"makasih yah udah bantuin gua"
"sama - sama lo tenang aja, kita sebagai sahabat pasti bantuin ko" jawab amel
"benar chik. Lo jangan sedih kita berdua pasti ada buat lo ko" jawab sekar
"oh ia, tadi uang kalian habis berapa gua ganti maaf yah jadi ngerepotin" ujarku
"gak perlu lo simpan aja uangnya, lo lebih butuh dan lagi kedepannya lo perlu uang itu buat mengaji di rumah kan" ucap sekar
"benar chik, lo gak perlu hawatir sama kita berdua " ucap sekar
"memang yah, gak salah gua berteman sama orang kaya hahaha, " gurau ku
"hmmmm" jawab kedua sahabatku.
yah mereka berdua bukan dari kalangan biasa, bahkan mereka sedang menempuh pendidikan di kuliah sekarang, hanya aku saja yang tak bisa kuliah karena ibuku melarangnya, tapi berkat bantuan mereka aku bisa bekerja di perusahaan yang cukup terkenal.
Mereka berdua akhirnya pamit meninggalkan aku sendiri di rumah ini.
...Bersambung. .....
Pov autor
keesokan hari di ruang kerja damian
"bagaimana rio, kamu sudah menemukan wanita yang menabrak ku kemarin"
"maaf tuan, wanita tersebut tidak masuk karena ibunya meninggal dunia kemarin tuan, dia menabrak anda mungkin karena terburu buru ke rumah sakit tuan"
"hmmm jadi itu alasan dia menabrak ku?"
"mungkin tuan"
"bagian apa dia?"
"dia petugas kebersihan tuan, dia bagian lantai 15"
"tapi wajahnya cukup cantik saat tidak memakai kacamata rio, apa dia benar seorang petugas kebersihan?"
"yah tuan, dia memang petugas kebersihan, saya akan mencari data nya bila anda inginkan"
"carikan aku data tentang wanita itu, entah kenapa aku cukup penasaran saat melihat wajahnya kemarin" ujar damian
"baik tuan"
" pindahkan di ke lantai ini, aku ingin memberinya pelajaran" ucap damian dengan tegas, ia seolah olah tak mau memaafkan chika karena menabraknya kemarin,
"baik tuan laksanakan" ucap rio lalu pamit undur diri
Setelah rio pergi damian mengambil sebuah kaca mata yang di simpan di lacinya, kaca mata itu yang di pakai oleh chika kemarin saat chika menabraknya kaca mata itu terjatuh di hadapan damian.
'wanita yang cukup menarik, ini bahkan kacamata biasa tapi ia malah memakai nya'
gumam damian sendiri
pov selesai
sudah tiga hari kematian ibuku, aku masih saja tak ada semangat dalam melakukan berbagai hal, besok adalah hari dimana aku kembali bekerja rasanya sudah tak ada lagi semangat untuk melakukan pekerjaan apapun.
kedua sahabatku masih sering mampir menemui ku saat mereka pulang kuliah, tapi tetap saja saat mereka pergi hariku masih sangat hampa bahkan setiap malam aku hanya bisa menangisi ke kosongan dalam hati dan rumah ini.
Pagi harinya aku siap siap kembali bekerja di sebuah kantor yang cukup besar di kota ini. Pagi ini kita semua di bagi tugas lagi karena Da perputaran lantai beberapa bulan sekali
"chika kamu lantai paling atas 30 ruang ceo dan lainnya" ucap pak angga ketua Kebersihan
Semua orang saling berbisik saat medengarku bisa di tempatkan di lantai tersebut, karena biasa merek Para senior yang boleh memegang area atas para petinggi perusahaan sedangkan aku hanya karyawan kontrak karena baru 1 tahun bekerja disini
"tapi pak chika hanya karyawan kontrak" ucap kak sinta senior di kantorku
"ini permintaan dari atasan jadi tidak bisa di ganggu gugat, " jawab pak angga
"tapi pak"
"jangan protes sinta, lakukan saja tugas kalian masing masing"
beberapa senior wanita ingin sekali berada tugas di lantai atas karena mereka sangat ingin dekat dengan ceo yang terkenal kejam dan pemain wanita.
Aku pun naik ke lantai atas menuju ruangan ceo tersebut, karena masih pagi ruangan ini terlihar sangat sepi.
Aku pun mulai membersihkan ruangan ceo terlebih dahulu.
Aku membuka pintu dan mencoba mengintip takutnya ada orang di dalam,
'aman'
aku mulai membersihkan ruangan tersebut dan aku juga membersihkan lorong dan ruangan asisten ceo.
Pukul 08.00 pagi akhirnya para karyawan di lantai tersebut pun datang begitu juga dengan ceo nya, aku ikut menyambut kedatangannya di lantai atas bersama sang sekretaris.
Saat ia melewatiku tiba tiba berhenti
"kau masuk ke ruangan ku" ucap sang ceo padaku hati ku tiba tiba dag dig dug saat ia menyuruhku ke ruangannya.
Aku mengikuti ceo menuju rungannya aku menelan silva saat masuk ke ruangan itu, aku benar benar gugup takut membuat kesalahan padahal aku baru di tugaskan di sini
"kau tau kenapa aku memanggilmu?" tanya ceo
"ti tidak tau tuan?" jawabku dengan sedikit gugup
"kau cantik tanpa kaca mata besar ini" ucapnya sambil melepaskan kaca mata ku, yah aku selalu memakai kaca mata tersebut bila kerja karena perintah ibuku, dan aku hanya menuruti apa yang ibuku suruh
"maap tuan" aku langsung menunduk saat ceo itu melepaskan kaca mataku
"tak perlu menunduk seperti itu " ucapnya sambil berjalan pergi ke kursi nya.
Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam laci
"kau ingat ini?" tanya nya padaku seketika aku langsung menatap ke arahnya
"itu kacamata?" ucapku polos
"yah kamu benar ini kacamata, kemarilah dan coba lihat baik baik kacamata ini"
Aku pun maju ke arah meja sang ceo , ia memberikan kacamata itu padaku, aku mengambilnya dan mengamati kacamata tersebut.
"ini kan"
"itu kacamatamu?"
"kenapa ada di anda tuan?" tanya ku polos
"kau menabrak ku beberapa hari yang lalu kau ingat" jawab nya
Aku seketika teringat kejadian 3 hari yang lalu saat akan pergi ke rumah sakit, saat itu pikiran ku sedang kacau jadi aku tak sengaja menabrak
"maap taun, saya tak sengaja" ucapku
"hmmm kau tau aku cukup murah hati saat tau kau sedang berkabung karena ibumu meninggal dunia, aku tak langsung memanggilmu kemari, kesalahan yang kau buat cukup membuat hari ku sedikit berantakan"
"maapkan saya tuan"
"baiklah, buatkan aku kopi akan ku pikirkan kembali apa hukuman untukmu nanti"
"baik tuan"
aku pun pergi dari ruangan tersebut saat akan pergi
"tunggu, pakai kacamatamu" ucapnya sambil.meleparkan kacamataku, aku menerimanya dan pergi dari sana
"ini kopinya tuan?" tanya ku saat aku menyerahkan kopi hitam di atas mejanya
"bukan kopi hitam, aku ingin kopi susu" ucapnya padaku
"baik tuan" aku pun mengganti kopinya dengan kopi susu saat aku kembali dan menyajikannya, ia melihat lihat kopiku seperti tak ada niat untuk meminumnya.
"kopi apa yang kamu berikan padaku" tanya ceo
"kopi instan tuan"
"ganti, kau harusnya membuat kopi untuk ku di mesin kopi, apa kau mengerti kerja begitu saja kau tidak becus" ucapnya sambil marah marah
"maap tuan, saya ganti" ucapku rasanya sakit hati sekali saat ia berkata seperti itu.
Aku membawa kopi tersebut keluar, aku mencoba membuatnya kembali beruntung disana ada pak rio yang sedang membuat kopi
"kamu kenapa?" tanya pak rio padaku
"aku disuruh membuat kopi tapi kata tuan ceo bukan kopi ini yang ia inginkan" curhatku pada pak rio
"harusnya kau tanya padaku , apa teman temanmu tak memberitahu bahwa tuan damian selalu meminta kopi khusus untuknya," ujar pak rio, aku hanya menggelengkan kepala ku tanda tak tau.
"baiklah aku akan memberitahu mu" ucap pak rio
Pak rio pun mengajariku cara membuat kopi khusus untuk tuan damian, aku pun membawa kopi tersebut ke ruangannya
"ini tuan" ucapku sambil tersenyum
tuan damian seperti menimbang nimbang kopi tersebut dan mencicipinya
"enak, kurang manis sedikit"
"apa perlu saya ganti tuan"
"tak perlu, pergilah aku akan memanggilmu lagi nanti" ujar tuan damian,
"baik tuan" aku pun pamit undur diri dari ruangan ceo tersebut.
Tapi tak sampai 15 menit tuan damian memanggilku lagi aku disuruh ini dan itu, bahkan aku harus bolak balik ke setiap devisi untuk mengantar dokumen.
Bersambung. . .
Waktu pulang telah tiba
Chika akhirnya bisa pulang juga, chika kembali ke loker untuk membereskan barang barangnya
'akhirnya jam pulang tiba, rasanya kaki ingin pu*us karena terus naik dan turun lantai bawah, meskipun pakai lift tetap saja pegal bila sering sering' gumamku sendiri
aku duduk di bangku yang ada di loker sambil memijat kaki ku, sampai seseorang masuk ke dalam ruangan
"chika, kamu belum pulang?" tanya ka sasa senior ku
"belum ka aku baru saja selesai" jawabku
"wajahmu tampak lelah sekali? Apa berat sekali tugas di lantai atas?"
"sungguh berat ka, aku di suruh ini dan itu dari tadi oleh tuan damian"
"benarkah, setau ku kalau kita di tugaskan di lantai atas itu pekerjaan yang paling nyantai karena tugasnya tak terlalu berat bahkan tuan damian kadang tak menyuruh pada kita seorang OG ia seringnya menyuruh pak rio untuk urusan nya"
"benarkah ka, wah sepertinya aku sedikit tak beruntung"
"sabar yah, mungkin berarti kerja mu bagus, makanya tuan damian menyuruhmu ini dan itu"
"hmmm atau memang ia dendam padaku" ucapku dengan cemberut
"kau ini"
"apa selesai ini ka sasa akan berangkat kerja lagi?" tanyaku
"aku akan mulai berangkat pukul 6 sore masih ada 2 jam,"
"ohh" ucapku
"ayo ke depan sama -sama" ajak ka sasa padaku, kami pun menuju lobi bersama disana kita akan naik angkutan umum yang berbeda karena kita berbeda arah
" aku duluan chika" ujar ka sasa lalu pergi menaiki bus nya, aku menatap kepergian ka sasa dengan sedikit prihatin, ia hidup di kota ini sendiri dengan menanggung beban keluarga di kampung yang tak mudah ka sasa harus bekerja kembali di sebuah club malam di kota ini juga ia harus bekerja doble karena tuntutan keluarga yang banyak, ia harus menjadi tulang punggung keluarga untuk ketiga adiknya karena sang ayah meninggal dunia, tapi saat melihat ka sasa yang ceria membuatku sedikit tersentuh, aku jadi berpikir bahwa aku harus terus semangat menjalani kehidupan ku lagi.
tak lama bisa yang ku tunggu akhirnya ada, aku naik dan pulang
aku akhirnya sampai di kontrakan kecil ku, saat aku kesana ada beberapa orang menungguku di depan pintu kontrakan
"kalian siapa?" tanyaku pada ketiga orang disana
"oh kamu pasti anaknya aminah kan?" tanya seorang ibu ibu yang make up cukup tebal
"ibu siapa?"
"saya retno kamu bisa panggil aku nyonya retno"
"saya chika"
"dan kalian bawa perempuan ini" ucapnya menyuruh pada pengawalnya yang berbadan besar
"tunggu, apa maksud mu" tanya ku
"kita bisa jelaskan nanti disana "
"tidak tolong tolong tolong" teriak ku saat para pengawal mendekatiku, beruntung ada bu lala datang keluar dari kontrakan sebelah rumahku dan beberapa para tetangga yang lainnya ikut disana, bu lala langsung menarik ku ke belakang tubuhnya
"bu retno ada apa ini?" tanya bu lala
"tentu saja aku menagih hutangku" jawab bu retno
"hutang apa?" tanyaku
"tentu saja hutang ibumu"
"APA, ibuku tak punya hutang pada siapa pun setauku"
"tentu saja kau tak tau karena dia selalu berkata agar aku merahasiakan dari mu, tapi karena dia sudah ma*i jadi kamu yang harus membayarnya"
"berapa hutang ibuku" tanyaku menantang
"200 juta dengan bunga" jawab bu retno
"hah 200 juta" kaget aku mendengarnya
"kau sanggup membayarnya?" tanya bu retno
"berikan aku waktu, aku pasti membayarnya" jawabku dengan tegas
"baiklah, aku memberimu waktu 1 minggu kalau kau tidak bisa membayar 1/2 dari hutang itu maka tubuhmu yang harus membayarnya" ucap bu retno
"baik" jawabku tanpa takut
"kita pergi" ucap bu retno pada para pengawalnya
Di ikuti dengan para tetangga yang menonton
"chika kamu gapapa nak?" tanya bu lala tetangga sebelah rumahku
"aku gapapa bu, tapi bu kenapa ibuku mempunyai hutang ke bu retno?" tanyaku
"hmmm setau ibu untuk biaya sekolahmu nak, kamu tau betul biaya sekolah saat kamu masuk sma begitu besar di tambah bu retno seorang rentenir dimana hutang ibumu pasti terus berbunga setiap harinya" penjelasan bun lala padaku, seketika aku tak bisa berkata apa pun karena pada akhirnya karena diriku juga,
Aku memilih masuk ke dalam rumah saat bu lala menjelaskan semuanya.
****************
Pov autor
Di tempat lain
"tuan, tuan besar meminta anda untuk menemui beliau di rumah utama?" ujar rio saat damian selesai bekerja
"ada apa lagi"
"saya tak menanyakan nya tuan "
"baiklah kita ke rumah utama sekarang.
tak butuh waktu lama akhirnya damian sampai du rumah utama dia langsung menerobos masuk damian menghadap ayahnya bernama Rian
"ada apa?" tanya damian tanpa basa basi pada sang ayah
"ku tak menanyakan kabar ayahmu?"
"ayah berdiri disini berarti ayah sehatkan" ucap damian
"kau memang tak bisa basa basi"
"katakan lah"
"kapan kau akan menikah?" tanya sang ayah
"aku tak perlu menjawabnya ayah sudah tau jawabnya"
"apa kamu masih mengharapkan perempuan itu kembali, buka matamu damian dia sudah memilih laki laki lain di bandingkan kamu"
"cukup bila ayah ingin membahas tentang perempuan itu aku akan pergi" ucap damian
"maka menikahlah dengan wanita mana pun kecuali dia.? Ucap sang ayah tegas
"itu urusanku"
"itu menjadi urusanku karena kalau kau tak menikah tahun ini, maka para direksi memintamu untuk mundur dari jabatan ceo karena kau tak ada harapan untuk mempunyai penerus"
"alasan yang konyol"
"lakukan apa yang aku perintahkan damian, jangan suka membantah" ucap ayah damian
"akan aku pikirkan" ucap damian lalu pergi dari ruang kerja sang ayah
Damian memilih keluar dari rumah tersebut
"damian?" panggil sang ibu bernama ratna dan berhasil membuat damian berhenti dari langkahnya dan memutar balikan tubuhnya
"apa kau tidak merindukan mamah?" tanya sang mamah
" tentu saja aku merindukan mu mah, tapi pekerjaan ku menumpuk jadi aku tak sempat pulang" alasan renald
"baiklah, kau tak ingin makan malam?" ajak sang mamah
"ada yang harus aku kerjakan mah, maap kan aku" damian memilih pergi dari sana meninggalkan sang mamah yang sedikit kecewa karena anak sulungnya sudah jarang kembali ke rumahnya kecuali hari hari besar
"jalan Rio" ucap damian saat ia masuk ke mobil
"baik tuan" mobil pun pergi dari perkarangan rumah yang cukup luas tersebut
"carikan aku wanita yang ingin menjalin pernikahan kontrak rio"
"apa anda yakin tuan?"
"tentu saja yang penting ia masih perawan dan bisa memberikan aku keturunan"
"baik tuan"
Mobil membelah ibukota dengan sangat cepat. Damian memilih kembali ke aparteman nya
Pov selesai
...Bersambung. . ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!