Fantasy Wars berlatarkan sebuah dunia di mana semua orang memiliki kekuatan super yang disebut trick. Dunia ini berada dalam realitas yang berbeda dari dunia yang kita tinggali saat ini (dunia nyata).
Selain kekuatan super, trick juga memberikan penggunanya daya tahan yang besar, sehingga tidak mudah untuk dibunuh. Orang-orang biasanya mendapatkan trick ketika mereka berusia lima sampai tujuh tahun.
Di sebuah negeri bernama Negeri Arasi terjadi banyak pertempuran dan peperangan untuk menjadi penguasa negeri. Hal ini dikarenakan tidak adanya sosok pemimpin di negeri itu, setelah Kaisar Arasi IV tewas tanpa memiliki sosok penerus.
Karena itu, banyak orang di Negeri Arasi membentuk sebuah kelompok dan berperang dengan kelompok lainnya untuk menjadi penguasa di Negeri Arasi. Namun tak hanya itu, negeri-negeri lain juga mengirimkan pasukan mereka untuk ikut berperang menguasai Negeri Arasi.
Setelah 50 tahun peperangan tanpa henti itu, Zeyn, seorang remaja berusia 16 tahun yang tidak memiliki kekuatan trick, memulai perjuangannya untuk menyatukan negeri Arasi dan menghentikan peperangan. Bersama teman-temannya, Zeyn berpetualang dan bertarung sekaligus menyadarkan orang-orang untuk menghentikan peperangan.
Zeyn lahir di sebuah desa kecil yang berdiri di sebuah tebing bernama Hidden Heaven. Desa itu bernama Winternight, desa yang biasa dituruni salju ketika malam hari.
Saat kecil tepatnya balita, Zeyn sangat mengagumi ayahnya yang berjuang untuk menghentikan peperangan di Negeri Arasi. Namun, suatu saat ayahnya menyerah dengan impiannya itu, karena kalah dalam sebuah pertempuran. Ayah Zeyn pun mengubah tujuan hidupnya untuk mencari sebuah tempat yang damai tanpa peperangan.
Sejak saat itu pula Zeyn jadi membenci ayahnya, karena ayahnya menyerah dan putus asa terhadap impiannya menghentikan peperangan. Zeyn pun menyebut ayahnya sebagai seorang 'pecundang'.
*******
Ketika Zeyn berusia 5 tahun.
"Kenapa? Kenapa Ayah menyerah?" tanya Zeyn pada ayahnya.
"Ayah selalu bilang padaku, negeri ini hanya membutuhkan seorang pahlawan untuk mempersatukannya. Lalu kenapa sekarang ayah harus berhenti?!" sambung Zeyn marah-marah pada ayahnya.
"Kau tidak mengerti Zeyn. Negeri ini tidak dapat disatukan, orang yang bermimpi untuk menyatukan negeri ini adalah orang yang paling konyol," jawab ayahnya.
"Aku yang dulu bermimpi seperti itu sudah diberi peringatan. Aku dikalahkan dan hampir mati. Semua teman-temanku dibunuh oleh pria itu seorang diri ...," sambungnya.
"Aku tidak ingin berperang lagi. Aku tidak ingin melawan pria itu lagi." Tubuh ayah Zeyn pun gemetar mengatakan hal itu.
"Pecundang," gumam Zeyn kesal.
"Hah?" tanya ayahnya.
"Kau pecundang!!" bentak Zeyn kesal. Ayah Zeyn pun hanya bisa terdiam mendengar ucapannya.
"Aku ... aku pasti akan membuktikannya padamu, bahwa menyatukan negeri ini bukanlah mimpi yang konyol. Aku berjanji akan membuktikannya padamu," ucap Zeyn.
"Saat ini usiaku sudah lima tahun. Sebentar lagi aku akan mendapatkan trick-ku. Aku akan menjadi lebih kuat lalu aku akan menghentikan peperangan dan mempersatukan negeri ini." Zeyn memegang dadanya.
"Lakukanlah sesukamu, suatu saat kau pasti akan menyadarinya. Bahwa negeri ini telah dikutuk untuk terus berperang," ujar ayahnya.
"Bukan hanya negeri ini, namun seluruh dunia."
Beberapa hari kemudian, ayah Zeyn pun pergi dari rumah dan berpetualang mencari tempat yang aman untuk hidup.
3 tahun kemudian
"Kyaaaa!!" teriak Zeyn yang sedang berlatih mengangkat beban besar sambil menendang target di depannya.
"Zeyn! Jangan memaksakan dirimu!" ujar kakak Zeyn yang bernama Jade.
"Apa maksudmu memaksakan diri? Beban ini masih terlalu ringan untukku." Zeyn meneruskan latihannya.
"Zeyn, sebaiknya kau menyerah saja dengan mimpimu itu. Sampai saat ini kau masih belum memiliki trick, padahal besok kau sudah berusia delapan tahun," lirih Jade.
"Jika sampai dini hari besok kau belum mendapatkan trick. Maka bukan tidak mungkin, kau adalah orang yang tidak memiliki trick," sambung Jade.
"Tenang saja, aku pasti akan mendapatkannya. Aku tidak pernah dengar ada orang yang tidak memiliki trick. Dan aku tidak mau menjadi yang pertama." Zeyn berhenti sejenak untuk menjawab perkataan kakaknya.
"Kau memang tidak mau, tapi bagaimana jika kau memang tidak dikaruniai trick?" tanya Jade.
"Itu mudah ...," kata Zeyn, "Aku hanya perlu menciptakan trick-ku sendiri."
Keesokan hari.
Pagi hari, tepat pada hari ulang tahun Zeyn. Zeyn sudah berada di halaman rumahnya untuk berlatih. Zeyn berusaha mengeluarkan kekuatan trick-nya dengan mengayunkan tangannya dari belakang ke depan. Ia kemudian mecoba berlari, melompat-lompat, dan memukul sebuah target. Namun tidak ada kekuatan super apapun yang keluar. Zeyn kemudian berlutut dan melihat kedua telapak tangannya.
"Ja-jadi aku ... benar-benar tidak memiliki trick." Zeyn menutup mukanya dan menangis karena merasa sangat kecewa.
"Zeyn ...," gumam teman-teman Zeyn yang tidak sengaja melihat usaha Zeyn tadi, mereka adalah Khaira, Leo, dan Mark. Mereka bertiga kemudian berjalan menghampiri Zeyn. Sementara itu, Jade dan ibunya yang mengintip dari pintu rumah mereka turut meneteskan air mata.
"Zeyn ...," ucap Khaira lirih sambil memegang pundak Zeyn dari belakang. Sedangkan Leo dan Mark duduk di sebelah Zeyn. Mereka bertiga mencoba untuk menghibur Zeyn.
"Kenapa aku masih belum mendapatkannya? Padahal usiaku sudah delapan tahun!" ujar Zeyn kesal sambil menangis.
"Kau tahu Zeyn, alasan kenapa kau tidak dikaruniai trick?" ucap Leo.
"Ehh?" tanya Zeyn terkejut mendengar ucapan Leo.
"Itu karena kau sangatlah kuat." Leo menyambung ucapannya tadi sambil tersenyum. Mark dan Khaira yang mendengar itu juga turut tersenyum.
"Aku ... kuat?" tanya Zeyn lirih.
"Ya. Yang Leo katakan itu benar. Kau adalah rivalku dan Leo. Rival dari dua anak terkuat di Desa Winternight, jadi tidak mungkin kau itu lemah." Mark memukul pelan dada Zeyn sambil tersenyum.
"Rival?" tanya Zeyn lagi.
"Em." Leo dan Mark pun menganggukkan kepala mereka.
"Tapi-" ucap Zeyn yang langsung dipotong oleh Leo.
"Tidak usah tapi-tapi! Kami tahu apa yang ingin kau katakan." Leo memukul bahu Zeyn hingga Zeyn sedikit terdorong.
"Ya, ini pasti tentang mimpimu yang ingin menyatukan Negeri Arasi, kan?" tebak Mark.
"Kau tenang saja Zeyn, apapun yang terjadi. Kami bertiga selalu siap menolongmu. Karena kita adalah ... teman terbaik!" seru Khaira.
"Ya, kan?" tanya Khaira sambil tersenyum merangkul Zeyn.
"Ya," sahut Mark dan Leo bersamaan. Mendengar dukungan dari ketiga temannya itu, Zeyn pun tersenyum lebar merasa bahagia karena memiliki teman seperti mereka bertiga.
"Emm ... ayo kita berlatih bersama!" ajak Khaira.
"Emm ... ya!" jawab Zeyn, Leo, dan Mark. Mereka kemudian berdiri, bersiap untuk berlatih.
"Ayah, apa kau melihatnya? Aku tidak akan menyerah, bersama mereka bertiga aku pasti ... aku pasti akan menyatukan Negeri Arasi," batin Zeyn melihat ke atas langit dan tersenyum lebar.
Lalu ia pun melihat ke arah teman-temannya yang juga sedang menatap langit. Lalu, Zeyn pun melihat langit lagi sambil tersenyum.
************************************************
Inilah kisah perjuangan Zeyn dan teman-temannya menyatukan Negeri Arasi.
4 tahun kemudian. Pagi hari, di Desa Winternight
Di sebuah lapangan di desa tersebut. Ada tiga orang anak sedang berlatih bertarung. Mereka adalah Zeyn Caylon, Mark Xavier, dan Leo Emeral. Dan juga satu orang anak wanita yang hanya menonton bernama Khaira Roselei.
"Peluru es!" teriak Mark sambil menyerang Zeyn dan Leo dengan tembakan trick es miliknya.
"Apaan tuh Mark. Serangan seperti itu tidak mungkin bisa mengenaiku," kata Leo dengan sombong.
"Ya, kan Zeyn?" sambung Leo.
"Iya Mark. Jangan kau remehkan aku hanya karena aku tidak memiliki trick. Aku sudah berlatih, jadi serangan semacam itu tidak bisa mengenaiku," sahut Zeyn.
"Ohh benarkah?! Bagaimana dengan ini?! Peluru es!" seru Mark yang mulai marah. Kali ini serangan Mark jauh lebih banyak dan lebih cepat yang membuat Zeyn kewalahan sehingga serangan tersbut mengenai kakinya.
"Apa kau baik-baik saja Zeyn?" tanya Khaira.
"Heh sekarang kau tidak bisa menghindarinya kan Zeyn, haha." Mark pun tertawa dengan sombong.
"Tak usah bangga hanya karena seranganmu mengenai Zeyn," ujar Leo.
"Serangan sebanyak itu hanya dapat mengenai satu kakinya saja. Itu berarti seranganmu itu masih lemah Mark. Begitu juga aku, aku bisa menghindarinya karena aku menggunakan kaki petir ku yang membuatku lebih cepat." Leo tersenyum kagum dengan Zeyn.
"Baiklah! Sekarang giliranku. Bersiaplah Mark!" ucap Leo sambil berlari maju dengan cepat ke arah Mark.
"Aku tidak akan kalah darimu Leo," kata Mark dengan percaya diri.
"Patung es." Mark pun mengeluarkan kekuatan esnya yang membuat Leo membeku.
Serangan Mark itu berhasil membekukan Leo sepenuhnya. "Hahah, dengan itu akulah pemenang latihan kali ini!" kata Mark dengan bangga.
"Jangan lengah Mark! Aku masih bisa bertarung!" teriak Zeyn sambil melompat jauh ke arah Mark dan kemudian melakukan tendangan berputar di udara.
"Apa?!" ucap Mark terkejut.
Tendangan berputar Zeyn tadi cukup kuat sehingga mampu membuat Mark terpental cukup jauh.
"Yah!! Itu tadi sangat hebat Zeyn!" sorak Khaira.
"Heheh." Zeyn terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Bagaimana mungkin tendangan tanpa trick bisa sekuat itu?" tanya Mark yang tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Bukankah sudah kubilang kalau aku sudah berlatih keras. Dan tendangan itu adalah salah satu hasilnya!" tegas Zeyn. Tiba-tiba terdengar seperti suara sesuatu yang retak dan ...
DUAARR
"Sialan kau Mark!" ucap Leo dengan marah, sambil keluar dari serangan patung es milik Mark.
"Kaki petir ...," kata Leo dan kemudian ia langsung berlari dengan cepat ke arah Mark.
"Cakar petir." Leo pun menyalurkan energi listrik ke tangannya.
"Patung es." Mark pun mengeluarkan jurus patung esnya lagi untuk bertahan sekaligus membekukan Leo lagi.
"Serangan yang sama tidak akan mengenaiku dua kali Mark," kata Leo dan kemudian dia menghancurkan batu es Mark dengan cakar petirnya. Lalu ia melompat dan memukul Mark yang membuat mark harus terpental lagi.
"Aaaargh!" teriak Mark yang terpental.
Zeyn yang melihat kesempatan menyerang kemudian berlari ke arah Leo dan lau melompat untuk melakukan tendangan berputar di udara. Namun, tendangan berputar Zeyn dihentikan dengan serangan Leo
"Benang listrik." Leo pun menyerang Zeyn dengan trick listriknya yang berbentuk seperti benang dan memiliki kekuatan 2 juta volt. Jurus Leo itu pun menyengat Zeyn sehingga membuat kesakitan dan terjatuh lalu berlutut.
"Hoi Leo! Untuk orang seperti Zeyn itu sudah berlebihan tahu?!" teriak Khaira.
"Tidak apa-apa Kai (Khaira). Ini bisa menjadi latihanku. Tapi ini memang sangat menyakitkan loh, Leo." Zeyn memegang dadanya.
"Hoi hoi! Kau ini makhluk apa? Ini sengatan 2 juta volt loh. Dan kau masih bisa bicara sepanjang itu." Leo pun terus menerus menyalurkan energi listriknya untuk menyerang Zeyn.
Zeyn kemudian berdiri lalu melompat jauh dan bersiap untuk memukul Leo dengan sisa energinya.
"Tentu saja, karena aku adalah orang yang akan mempersatukan negeri ini. Iaaagh!" teriak Zeyn memukul Leo. Pukulan itu sudah cukup untuk membuat Leo termundur.
"Mempersatukan negeri yah? Sebelum itu hindari dulu pukulanku. Iaaagh!" teriak Leo dan begerak maju untuk memukul Zeyn.
Zeyn sudah siap menghindari pukulan Leo. Namun sesaat sebelum Leo melucurkan pukulannya. Satu persatu bagian tubuh Zeyn membeku karena diserang oleh Mark dari kejauhan dengan peluru esnya.
"Jangan bertarung berdua saja! Aku masih disini, loh." Mark yang sedang duduk dengan salah satu kakinya berlutut pun tersenyun meoihat serangsnnya berhasil mengenai Zeyn.
"Heh. Bagus," kata Leo.
"Ohh sial sial sial siaal," kata Zeyn dalam hatinya, yang di mana ia telah membeku. Akhirnya pukulan Leo yang telah dialiri energi listrik berhasil mengenai wajah Zeyn dengan telak, sehingga Zeyn terpental jauh dan tubuhnya jadi setengah gosong dan setengahnya lagi beku.
"Zeyn!" teriak Khaira yang khawatir dengan kondisi Zeyn.
"Maaf Zeyn. Tapi ini adalah latihan sebelum kau bisa memyatukan negeri ini," kata Leo dalam hati. Kemudian Khaira berlari ke arah Zeyn untuk menolongnya.
"Hoi Leo! Jangan abaikan aku!" teriak Mark sambil berlari ke arah Leo.
"Tinju beku." Mark pun menyelimuti tangannya dengan kekuatan es.
"Yah. Aku tahu. Aku juga tidak akan mengabaikanmu begitu saja ...," kata Leo.
"Cakar petir." Leo pun juga mengaliri listrik ke tangannya dan kemudia berlari ke arah Mark. Mereka berdua pun bersiap untuk beradu pukulan.
"Ohh, ini gawat mereka berdua sudah berlebihan," pikir Khaira yang melihat ke arah Mark dan Leo. Leo dan Mark kemudian melompat jauh ke arah masing-masing untuk mengadu pukulan mereka.
Namun, sebelum pukulan mereka saling beradu. Datang seorang wanita dari udara yang kemudian berteriak
"Lengan api!" teriak wanita itu dan kemudian, ia menghentikan pukulan Mark dan juga Leo dengan menahan tangan mereka berdua dengan kekuatan trick apinya.
"Haaah?!" kata Mark dan Leo bersamaan karena tekejut sakligus kesal.
"Kak Jade? Ahh jangan mengganggu kami!" ujar Mark yang kesal dan melepaskan tangannya dari genggaman Jade yang merupakan kakak dari Zeyn.
"Iya. Seharusnya kak Jade tidak usah mengganggu kami, padahal sebentar lagi tadi Mark akan mati tuh." Leo menatal Jade samnil menunjuk Mark dengan tangannya.
"Apa?! Justru yang akan mati itu adalah kau!" kata Mark menanggapi ucapan Leo dengan kesal.
"Tentu saja itu dirimu Mark. Karena listri bisa menghancurkan es. Dasar bodoh," ucap Leo sambil melipat kedua tangannya.
"Tapi es milikku ini jauh lebih kuat dari listrikmu. Jadi listrikmu itu akan kubuat membeku!" ujar Mark yang kesal sambil mengacungkan pukulannya ke arah Leo.
"Itu tidak mungkin terjadi." Jawab Leo.
"SUDAH HENTIKAN!" teriak Jade memarahi Mark dan Leo. Jade kemudian menarik telinga Mark dan Leo dengan lengan apinya.
"Oi sakit tahu?!. Dasar elang cyclops!" kata Mark yang kesakitan sambil mengejek Jade.
Jade lalu bertanya, "Ohh iya. Di mana Zeyn?" tanya Jade kepada Mark dan Leo.
"Dia disini." jawab Khaira sambil membantu Zeyn berdiri.
"Lihatlah dia! Dia hanya menjadi samsak bertarungnya Mark dan Leo," ujar Khaira mengejek Zeyn.
"Apa maksudmu Kai?! Aku tadi juga bisa memukul mereka kok. Kau melihatnya sendiri kan?!" kata Zeyn kesal.
"Iya iya. Tapi kondisi mereka tidak seburuk dirimu kan. Dasar half-hal**f," kata Khaira mengejek kondisi Zeyn yang setengah beku dan setengah gosong.
"Kau memang sangat hebat Zeyn. Kau mampu menendang Mark dan memukul Leo meski kau tidak memilik trick," pikir Khaira.
"Sudah sudah. Ayo kita sarapan. Nanti masakanku jadi dingin, lagi." Jade menghampiri mereka berdua sambil menarik Leo dan Mark.
"Dasar kakak. Kalau masakanmu itu, mau dingin ataupun hangat tetap tidak enak tahu!" ucap Zeyn mengejek kakaknya.
"Apa kau bilang?! kalau begitu kau makan saja ini! Bola api!" teriak Jade yang marah sambil melemparkan api yang berbentuk sepeti bola baseball ke arah Zeyn.
"Aaaagh!" kata Zeyn terpental dan terlepas dari bopongan Khaira karena lemparan bola api dari Jade.
"Hahahahahah ...," Khaira, Mark, dan Leo pun tertawa melihat itu.
Di Kota Devilbase, Negeri Arasi.
"Lapor Tuan Hades. Saya sudah menemukan lokasi yang cocok untuk kita serang berikutnya," kata seorang komandan pasukan kapada pemimpin kelompoknya yang bernama Hades.
"Bagus. Di mana? Kota apa?" tanya Hades.
"Maaf Tuan. Kali ini bukan kota, melainkan desa kecil bernama Winternight. Letaknya di atas Tebing Hidden Heaven," jawab si komandan.
"Apa?! Desa?! Tempat semacam itu tidak pantas menjadi daerah kekuasaan Demon Warriors! Lokasi yang harus kita serang adalah daerah-daerah perkotaan besar, agar tujuan kita untuk menguasai Negeri Arasi capat terwujud." Hades marah sambil menarik kera baju dari bawahannya itu.
"Tapi Tuan, desa ini berbeda. Semua penduduk di desa ini memiliki kemampuan trick yang hebat. Saya berhasil mendapatkan informasi dari seseorang dan saya juga suda menyelidikinya sendiri. Jadi kita bisa memanfaatkan mereka sebagsi anggota pasukan kita," jelas si komandan dengan tubuh gemetar.
"Begitu ya? Baiklah Althos. Kalau begitu siapkan pasukan! Malam nanti kita akan menghancurkan desa Winternight!" seru Hades sambil mendorong si komandan yang bernamacAlthos.
"Baik tuan." Komandan Althos itu pun pergi dari hadapan Hades.
~*☆Bersambung☆*~
Keterangan Karakter : Trick karakter
Zeyn : Tanpa trick
Mark : Es
Leo : Listrik
Khaira : Tanaman
Jade : Api
Pagi Hari Di Desa Winternight.
Di rumah keluarga Zeyn dan Jade. Zeyn, Jade, Mark, Leo, dan Khaira sedang sarapan.
"Bagaimana, enak kan?" tanya Jade kepada Zeyn, Mark, Leo, dan Khaira. Namun, mereka tidak menjawab pertanyaan Jade, karena makanan Jade sebenarnya tidak enak.
"Bagaimana? Enak, kan?!" ujar Jade mengulangi pertanyaannya, dengan perasaan kesal.
"E-enak kok," jawab Khaira, Mark, dan Leo.
Sedangkan Zeyn masih terdiam dan belum menjawab.
"Dek, Bagaimana?!" tanya Jade lagi yang mulai marah.
"Ini ... ini rasanya sangat buruk!" jawab Zeyn dengan lantang.
"Eehhh!" kata Khaira, Leo, dan Mark yang terkejut dengan keberanian Zeyn yang bisa berkata sejujur itu.
"Ehhh? Apa maksudmu, semuanya saja bilang enak kenapa kau tidak?!" tanya Jade tak percaya masakannya tidak enak.
"Itu karena mereka hanya membohongimu, Kak," jawab Zeyn.
"Hah?! Jadi kalian bertiga membohongiku ya??" tanya Jade kepada Mark, Leo, dan Khaira dengan ekspresi marah.
"Ehhh, bagaimana kalau Kak Jade coba dulu masakanmu sendiri, pasti rasanya enak?!" kata Khaira yang berusaha menghindari amukan Jade.
"Ehhh?? Itu justru akan membuatmu dalam masalah besar Kai. Mana mungkin kak Jade mau menuruti usulanmu," kata Zeyn, Mark, dan juga Leo dalam hati.
"Hah. Apa yang telah aku katakan tadi? Gawat ... gawat ... gawat," batin Khaira yang cemas dan tak percaya dengan apa yang telah ia katakan tadi.
"Benar juga. Baiklah, aku akan mencobanya sendiri," jawab Jade menerima usulan Khaira.
"Dia menerimanya," gumam Zeyn dan teman-temannya yang tak percaya Jade mau menerima usulan Khaira.
Ketika Jade mencicipi masakannya. Ekspresinya langsung menjadi datar. Ia tak percaya kenapa masakannya bisa seburuk itu.
"Lagian kenapa harus kakak yang masak. Di mana ibu?" tanya Zeyn kepada Jade.
"Dia bilang dia mau bertemu ayah di luar desa," jawab Jade.
"Kenapa ayah tidak langsung pulang saja? Untuk apa dia selalu pergi-pergi tidak jelas begitu?" tanya Zeyn lagi.
"Ya aku juga tidak tahu. Kau pikir aku ibunya apa?" jawab Jade.
"Hahahahahah ...," tawa Mark, Khaira, dan Leo.
Di bawah tebing Hidden Heaven.
Ada seorang laki-laki dan seorang wanita sedang berbincang.
"Kemana lagi kau akan pergi? Pulanglah dulu! Temui anak-anakmu!" kata si wanita.
"Maaf Letty, aku tidak bisa untuk pulang saat ini. Aku harus mencari sebuah tempat yang damai dan pantas untuk ditinggali. Agar bisa hidup dengan damai." Si pria memegang bahu si wanita.
"Begitu ya ... baiklah Aku mengerti," kata si wanita yang bernama Letty itu sambil menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku harus pergi lagi." Si pria pun berjalan pergi dari Letty.
"Ya. Sampai jumpa lagi." Letty melambaikan tangannya.
"Ya. Selamat tinggal." Si pria itu hanya mengangkat salah satu tangannya saja.
Mereka berdua kemudian berjalan meninggalkan satu sama lain.
Dan kemudian Letty berbalik kebelakang dan berkata, "Tunggu. Apa dia tadi bilang selamat tinggal?" tapi saat dia berbalik ke belakang si pria tadi sudah tidak ada lagi.
"Ya sudahlah." Letty yang tidak ingin terlalu memikirkan ucapan pria itu. Letty kemudian lanjut berjalan.
Sore hari, di halaman belakang rumah keluarga Zeyn dan Jade.
"Seratus empat puluh lima, seratus empat puluh enam, seratus empat puluh tujuh, seratus empat puluh delapan," kata Zeyn yang sedang latihan dengan mengangkat batu besar dan berat.
"Oi dek, pagi tadi tubuhmu itu sudah setengah gosong, kenapa sekarang kau sudah harus latihan seberat ini?" tanya Jade yang melihat adiknya sedang berlatih keras.
"Sudah jelas agar aku menjadi lebih kuat. Dan kemudian aku akan menghentikan semua perang di negeri ini." Zeyn masih melanjutkan latihannya.
"Kau itu terlahir tanpa trick, orang biasa mendapat trick- nya pada usia 7 tahun, bahkan ada yang ketika masih 5 tahum seperti Leo. Orang sepertimu tidak akan bisa bertahan dalam peperangan," jelas Jade.
"Heh, meskipun aku tidak dikaruniai trick apapun. Maka aku akan menciptakan trik ku sendiri. Bagaimanapun caranya, aku akan menghentikan peperangan dan membuat Arasi menjadi negeri yang damai. Bukankah aku sudah sering bilang begitu padamu?" jawab Zeyn.
"Begitu ya. Kalau begitu, kau harus membuktikannya padaku!" seru Jade.
"Ya! Pasti!" jawab Zeyn.
"Ibu pulang." Seorang wanita membuka pintu rumah itu. Dan ternyata wanita itu adalah Letty yang juga merupakan ibu dari Zeyn dan Jade.
"Ya," jawab Zeyn dan Jade serentak.
Zeyn dan Jade kemudian pergi ke depan rumah mereka untuk memyambut Letty. "Ibu dari mana saja?" tanya Zeyn.
"Pagi tadi ibu pergi menemui ayah kalian dan saat sampai di desa, ibu disuruh menghadiri pertemuan dengan para petinggi desa," jawab Letty.
"Kenapa ayah tidak langsung pulang saja? Kenapa dia selalu saja pergi-pergi tidak jelas?" tanya Zeyn dengan ekspresi kesal.
"Ayahmu pergi untuk mencari tempat yang aman untuk ditinggali," jawab Letty.
"Dia pecundang!" gumam Zeyn kesal.
"Zeyn. Kenapa kau berani bicara seperti itu?!" tanya Letty yang langsung marah.
"Dia pergi untuk mencari tempat yang aman dari peperangan. Kalau dia bukan pecundang seharusnya menghadapi peperangan ini dan berusaha menghentikannya, seperti yang ia lakukan sebelumnya," jawab Zeyn. Letty pun terdiam mendengar ucapan anaknya.
Jade pun berusaha mencairkan suasana dengan bertanya kepada Letty, "Emm Bu, saat pertemuan dengan para petinggi tadi apa yang dibahas?".
"Ohh iya ... mereka bilang malam nanti salju akan turun," jawab Letty.
"Kalau begitu aku ingin melihatnya," ujar Zeyn.
"Tidak boleh! Salju Winternight itu memiliki suhu yang jauh lebih dingin dari salju biasa dan juga trick es Mark." jawab Letty.
"Egghh." Zeyn pun berjalan ke kamarnya dengan lesu.
Malam hari, desa Winternight.
Zeyn yang keras kepala tetap ingin melihat dan merasakan salju itu. Akhirnya ia keluar dari rumah saat semua orang di desa tertidur. Ketika ia keluar ia melihat ke langit. Dia pun menyadari salju belum turun. Zeyn akhirnya memutuskan untuk pergi ke tepi tebing Hidden Heaven.
Ketika ia sampai di sana dia melihat ada banyak orang sedang mendaki tebing itu.
"Di situ ... hah? Pasukan? Pasukan itu ... apa mereka ingin menyerang desa?" gumam Zeyn. Zeyn kemudian berlari kembali ke desa dan memperingatkan semua orang di sana.
*****
"Apa?! Ada sekelompok pasukan ingin menyerang kita?!" kata seorang warga.
"Zeyn ... kau benar-benar hebat bisa mengetahui itu," batin Mark.
"Baiklah. Kalau begitu kita harus mengeceknya terlebih dulu!" kata Kepala desa. Kepala desa itu pun kemudian pergi ke tepi tebing.
Dua puluh menit berlalu, dan kepala desa masih belum kembali. Tiga menit berikutnya, tiba-tiba Kepala desa datang dengan kondisi tubuh penuh darah.
"Semuanya, selamatkan diri kalian!!" teriak Kepala desa dengan sekuat tenaga.
"Kepala desa!!" teriak beberapa warga.
"Tidak semudah itu." Tiba-tiba Hades datang dan membunuh kepala desa. Kemudian semua anggota pasukan Demon Warrior pun tiba dan mengepung penduduk Winternight.
"Sekarang menyerahlah. Dan hiduplah dengan menjadi prajuritku!" kata Hades kepada penduduk Winternight.
"Tidak akan pernah. Kami akan melawan kalian semua, meski harus mengorbankan nyawa!!" seru Letty.
"YAAA!!" seru penduduk desa yang lain dengan semangat.
"Baiklah. Kalian yang memintanya. Demon Warrior hancurkan desa ini!!" seru Hades.
~*☆Bersambung☆*~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!