NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah

TM EPS01 : AWAL PERTEMUAN.

DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN. SALAH SATUNYA MENGUPLOAD VIDEO KE YOUTUBE TANPA IZIN PENULIS ATAU APLIKASI. KARENA NOVEL INI TERIKAT KONTRAK.

☘☘☘

MAAF SEBELUMNYA, NOVEL INI MASIH RANCU, BELUM DIREVISI. SEMOGA KALIAN MEMAKLUMINYA. TERIMA KASIH. Jangan lupa mampir di My Chosen Wife, Kekasihku Seorang CEO. klik profil dan ikuti, agar tahu info karya saya. Atau, kalian bisa follow ig saya @_putritritrii

.

.

"Sialan!!!"

"Sudalah Va ... lo jangan minum lagi!!!"

Sontak Eva menghentikan aksinya. Sudah  beberapa gelas dia meneguk minuman beralkohol itu, di dalam bar hotel tempat mereka menginap. Terlihat dari beberapa botol yang sudah kosong, bertemankan Casandra, sahabat baiknya dalam satu divisi di Atmadja Group.

Mereka sedang melakukan tugas perjalanan bisnis yang diutus dari perusahaan tempat mereka bekerja untuk meninjau lokasi perusahaan cabang di Bali.

Casandra tahu bagaimana kehidupan seorang Eva. Eva yang hanya seorang diri, hidup lagi dengan sebatang kara. Semenjak ibunya wafat saat dia berumur lima tahun, Ayah Eva menikah lagi dengan wanita yang ia cintai. Sebelum genap satu tahun dari pernikahan kedua Ayahnya, mereka dikaruniai seorang putri bernama Dewi. Hingga mereka beranjak dewasa , hidup Dewi lebih dimewahkan oleh Ibu tirinya. Sedangkan Eva terus terpinggirkan. Sebenarnya, Papa Eva sangatlah Adil.

Ketika Timbul satu masalah saat mereka berada disekolah yang sama di acara kelulusan sekolah Eva. Dewi yang masih duduk di sekolah menengah pertama, pun mempermalukan Eva didepan Umum, lebih tepatnya di saat acara penerimaan kelulusan Eva. Sebelumnya Eva sering di bully oleh teman-teman sekelasnya karena Dewi sering menyebarkan fitnah d isekolah mereka.

Menyebarkan gosip yang isinya mengatakan, sebenarnya Eva itu bukan anak kandung dari Ayah dan almarhumah ibunya. Sontak saja dia emosi. Dengan muka yang memerah di depan para teman yang membullynya. Eva menampar Dewi sampai terjatuh. Bisa dibayangkan tamparannya dengan kekuatan penuh amarah.

Guru pun menghubungi Ibu tiri Eva, untuk memberitahukan perlakuan kedua anaknya. Dengan tatapan kejam sang Ibu tirinya datang kekantor sekolah mereka dan melihat Eva yang duduk di sofa kantor guru. Tanpa rasa segan, telapak tangan itu melayang dengan sekuat tenaga. Ibu tirinya menampar pipir Eva sangat keras.

Ia menyentuh pipi yang memanas efek tamparan. Ingin sekali meneteskan air mata, tetapi ditahan olehnya. Agar, Ibu tiri tidak merasa puas atas apa yang diperbuatnya. Eva paham dan tahu betul sifat dari wanita jahat itu. Dibalaskannya apa yang terjadi pada Dewi.

Menjelaskan pun tiada arti hingga Eva hanya mematung terdiam. Sedangkan Dewi saat di ruangan kesehatan sedang duduk menikmati buah hasil dari aktingnya tadi.

Ketika Tiba dirumah. Ibu Tirinya mengadukan masalah tadi dengan papa Eva. Dan ujungnya Papa Eva mempercayai omongan Dewi dan Ibunya, hingga ia pun diusir keluar dari rumah tanpa tahu permasalahan yang sesungguhnya.

"Anakmu terlalu jahanam, selalu saja menyakiti Dewi karena dia irikan? Dewi memiliki segalanya diatas dia," ucapan pahit yang diterima Eva , saat dia terhina didepan Papanya.

Terpaksa dengan usia yang masih belia, dia Mencari pekerjaan untuk menghidupkan dirinya sendiri. Tinggal di kos-kos an sempit, hingga dia mampu mendapatkan beasiswa disalah satu kampus ternama di Jakarta. Sampai Eva di wisuda dan mendapatkan pekerjaan tetap di perusahaan Atmadja Group.

***

"Aku gak sangkah aja San, si Doddi seperti itu sama gua," ucap Eva yang merasa dikhianati pacarnya.

Kepergian Eva melakukan perjalanan bisnis dari tempatnya bekerja, di saat itu juga Eva mendapatkan kabar buruk dari Doddi, pacarnya yang baru 8 Bulan menjalin hubungan dengan Eva memintanya putus, karena alasan klasik. Alasan yang tidak mudah untuk Eva terima.

" Sudahlah Va... nggak usah Lo pikiri, nggak usah juga Lo tangisi sangat membuang waktu saja. Kalau dia benaran sayang sama Lo dia pasti memperjuangkan Lo. bukan meninggalkan Lo. Benar nggak?"

" Hahah... " Eva Tertawa kecut

" gua gak terima dengan alasannya San. cuma karena gua sebatang kara, tidak tinggal dengan kedua orang tua gua , gua dikatakan gadis liar. Kenapa juga baru sekarang orang tuanya tidak setuju. Ya... memang baru 8 Bulan sih, waktu yang masih singkat untuk memutuskan hubungan."

" Tetap saja kan, itu bukan hal yang pantas untuk lo tangisi?"

Sekilas Eva melirik kearah Casandra yang menatap lekat ke wajah Eva.

" Apa ada yang salah dengan ucapan gua?" Tanya Casandra mengartikan tatapan Eva masih dengan segelas Bir ditangannya.

" Tidak... yang Lo katakan memang benar adanya."

Eva melongos kecil, dia tidak ingin berdebat dengan temannya, karena yang dikatakan Casandra memang benar. Kenapa juga dia harus menangisi hubungan yang masih terbilang singkat dari pada sudah melangkah lebih jauh baru diputuskan, apakah tidak lebi sakit?

" Bukan seperti itu... gua sangat bersyukur ada Lo yang bisa memberikan gua saran diwaktu gua terjatuh." meminum birnya dengan Sekali tegukan menghabiskannya.

Eva sebenarnya tidak pintar dalam urusan meminum minuman keras. Sering acap kali dia menolak ajakan temannya, tetapi kali ini dia yang mengajak Casandra. Dan syukurnya Casandra mau untuk menemaninya minum.

Casandra yang melihat Eva mulai mabuk pun mengajaknya untuk kembali ke Kamar Hotel mereka masing-masing.

" ayo kita ke kamar ." Ajak Casandra.

Eva berdiri dengan sempoyangan di genggaman Casandra. Tiba - Tiba panggilan alam mengubah ajakan Casandra hingga kembali mendudukan Eva di bangkunya semula.

" Va... Lo tunggu sebentar disini, Jangan ke mana - mana. gua mau ketoilet ya." memegang bahu Eva yang sudah menyenderkan kepalanya dimeja Bar.

" Hemmmm" Jawabnya sedikit parau.

Casandra pun meninggalkan Eva sendiri di Bar untuk memenuhui perutnya yang mulas. Eva berdiri dari kursinya, Karena badannya mulai berasa tidak enakan. Bukannya menunggu Eva malah berjalan meninggalkan Bar, tanpa ingat Casandra yang menyuruhnya menunggu.

Dengan sempoyongan Eva berjalan menuju arah Lift. Sekuat tenaga Eva berjalan, masuk kedalam lift. pandangannya yang samar-samar pun menekan tombol lift keberadaan kamarnya.

TINGGGGG....

Pintu Lift terbuka, dengan mata yang samar , Eva berjalan keluar dengan tergopoi. Menyusuri lorong kamar hotel memegangi dinding lorong Hotel. Terus berjalan hingga tepat dikamar yang berkelas.

Dikeluarkannya Card nya, mencoba untuk membuka pintu. Masih setengah sadar, dia terus mencoba memasukkan dan mengeluarkan Cardnya. Tetap saja pintu itu tidak terbuka.

Digedornya pintu kamar itu dengan kuat.

" Hey.... siapa kau yang didalam kamarku ! kenapa mengunci pintu kamarku CEPAAAT KELUARRRRR!!!" Teriaknya dengan suara mabuk.

“Hey Nona! Kenapa Kau teriak-teriak. Ini sudah sangat malam,” salah satu tamu di  kamar sebelah protes seraya masuk ke kamarnya. Eva hanya menoleh tanpa  menjawabnya, dia mengabaikannya.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Seorang Pria berwajah tampan, berperawakan tinggi dengan Kulit putih menatap ke Eva. Eva pun langsung tersenyum melihat Pria tampan itu.

" Kenapa kau disini?" tanyanya dengan suara mabuk.

" Aku?" Pria itu sedikit bingung.

Siapa wanita mabuk ini? Rambut panjang hitamnya tergurai indah nan sexy sangat cantik.

Sebelum dipersilahkan masuk, Eva langsung nyelonong masuk tanpa seijin Pria itu. Bukannya menyuruhnya keluar, Pria itu juga ikut masuk menutup pintu dan menguncinya.

Eva yang mabuk pun langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjang yang super mewah. Kamar berkelas Presidential Suite, menjadi saksi perjalanan yang merubah kehidupannya.

" Agh... empuknya, sangat nyaman" Ucapnya dengan mata terpejam.

Pria itu menatap ke arah Eva, entah apa yang dipikirkannya. Mungkin saja dia bingung. Siapa wanita yang tengah malam datang kekamarnya dan tidur diranjangnya.

" Hey.!!! Kamu siapa? Seenaknya saja tidur di ranjang saya!" Dia melihat nanar ke Eva.

" Aku? " Dengan mencoba berdiri, dia menarik tubuh pria itu dan memeluknya. Lalu menengadah keatas melihat wajah Pria itu.

" Aku wanitamu, apa kamu lupa?" Ucap Eva yang merasa Pria itu adalah Doddi, Pria yang mencampakkanya bagaikan tiupan angin. Lalu Eva mencium bibir Pria itu.

Bukannya menolak, Pria itu awalnya berdiriam diri. Mencoba menerima ciuman hangat Eva. Tetapi tangan Eva mulai memanas hingga menimbulkan Hasrat Pria asing yang di depannya. Pria tersebut juga barusan meneguk bir nya, hanya saja masih setengah sadar.

Eva sudah mulai kehilangan akal sehatnya. kesadarannya entah pergi kemana, Hingga dia mampu melepas pakaiannya sendiri.

" Inikan yang kamu mau dariku?" Tanyanya dengan suara lemah.

Pria itu bingung. " Aku? mengingankan tubuh kamu? Kalau kamu mau aku bisa memuaskan kamu." jawab pria asing itu dengan semangat. " Tubuhmu okey juga , sangat menawan." Berjalan memutari Eva dengan mata nanarnya dan tersenyum sendiri.

" Tidak usah banyak bicara , jika ini sebabnya kamu mencampakkanku , karena aku sering menolak ajakanmu untuk meniduriku lakukan." Ucapnya tanpa berpikir.

Pria itu masih berdiam , masih bingung dengan apa yang dibicarakan wanita yang berdiri dihadapannya.

Eva pun tidak sabar melihat Pria itu hanya terdiam dan tidak merespon. Dia pun menarik tubuh Pria itu dan menolaknya keatas ranjang. Eva mencoba melayangkan ciuman.

" Apa mungkin kamu baru pertama kalinya? Permainanmu sangat buruk." Kata Pria yang didepan Eva.

Pria itu merasakan kekakuhan tubuh Eva. Mendengar suara lembut Pria itu, Eva pun menghentikan permainannya. Memang benar, Eva tidak pernah memberikan tubuhnya ke pria manapun. Walau Doddi yang memintanya sekalipun , dia tetap menolak. Karena minuman Keras tadi yang mengubah alam sadarnya jadilah Eva berubah bukan seperti biasanya.

" Kemarilah" ucap si Pria itu seraya menarik tubuh Eva.

Pria itu membantu Eva untuk memulai permainannya. Sontak Eva yang sudah di tindihnya mulai memejamkan matanya. Untuk kali ini, mungkin itu pikirnya. Biarlah seperti ini untuk malam panjang ini, mungkin besok saat terbangun semua itu hanya mimpi belaka. Mungkin alam mimpi akan berpihak padaku, hanya seperti ini Doddi tahu betapa besarnya rasa cintaku padanya. Mereka saling bersatu dan merasakan kenikmatan dengan peluh yang terkucur.

***

Kamar Presidential Suite.

Terik matahari mulai bersinar terang cahayanya seakan mengintip ke arah kamar mewah itu. Bias cahaya matahari itu menembus dinding kaca jendela , memantulkan sinarnya dengan gagah menerangi setiap sudut kamar.

Eva bergerak kecil dari posisi tidurnya yang miring di atas ranjang King Size yang terletak megah ditengah ruangan besar kamar mewah pria tersebut. Tubuhnya yang tampak mungil tampak terbalut dengan untaian selimut putih menutupi tubuh .

Eva mengerjap-ngerjapkan matanya, seakan berat efek mabuknya. Di sentuhnya kepalanya yang masih berasa pusing, matanya perlahan terbuka, menatap keruangan kamar mewah itu. Masih samar-samar , cahaya matahari itu masuk kekamar membuat matanya berkedip seakan mengembalikan kesadarannya. Disentuhnya wajahnya yang masih berasa lemah, dikuceknya matanya yang berat.

Mata Eva menatap pada Pria yang ada berada di depan wajahnya, sontak Eva tersadar. Ia menutup matanya kembali, merasa seperti sedang bermimpi. Bagaimana bisa pikirnya, ada Pria tampan di atas ranjangnya. Membuka kembali matanya dengan perlahan, tetap sama. Wajah Pria di depannya sangatlah tenang. Tertidur dengan nyenyak dan hanya berbalut selimut putih yang menyelimuti tubuh Eva dan Pria di depannya. Langsung saja, Eva duduk dan mentup mulutnya.

Diliriknya kedepan lalu ke kanan, setiap detail tampilan kamar mewah nan megah. Seingatnya kamar Hotel yang diberikan perusahaan tidak semewah ini. Sinar cahaya dari lampu kamar membuat pikiran Eva terlintas kejadian semalam.

Membuat kesadarannya pun mengubah suasana baru itu, saat pandangannya kearah tubuhnya, bingung bercampur resah kembali mengguncang pikirannya. Tanpa pakaian dibalik selimutnya.

" Ag—h. . .Apa yang sedang aku lakukan dikamar ini? Kenapa pakaianku semua terlepas?" Tanyanya kepada dirinya.

Mencoba lagi mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam. Terlintas seluruh yang mereka lakukan di malam itu. Bukankah itu kesalahannya sendiri, membuka pakaiannya tanpa sadar meminta untuk di setubuhi. Rasanya bagaimana harus di tolak? Sementara Eva dalam ketidak sadaran. Eva mencoba menatap kembali pada pria yang di sampingnya, wajahnya sangatlah tampan, tetapi ini kesalahan besar. Kenapa juga dia bisa berhubungan dengan orang yang tidak di kenalnya sama sekali.

" Apa yang aku lakukan dengannya? Apa aku salah masuk kamar? Apa aku yang memperkosanya? Hah... Aku bisa gila! " Ucapnya lirih dengan menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tidak didengar oleh Pria asing itu.

Semakin kesini Eva semakin panik , terus bertanya siapa pria ini yang berani menyetubuhinya. Ditatapnya kembali melihat Sosok pria yang tertidur dengan elegannya, kelihatan seorang yang memiliki charisma yang tidak biasa.

Eva semakin kalut, masih memikirkan cara, bagaimana bisa terbebas dari rasa bersalah.  Bagaimana mungkin dia bisa terbebes dari masalah sebesar ini. Ini menyangkut kehidupan Eva kedepannya.

Sebenarnya Eva sangat ingin membangunkan Pria yang di sampingnya, mencoba untuk mempertanyakan kejadian yang mereka alami tadi malam. Hanya saja, kegugupan Eva lebih besar ketimbang keberaniannya.  Bagaimana bisa ini terjadi seenaknya tanpa ada persetujuan dari alam sadarnya.

“Agh… Aku takut, bagaimana Aku menghadapi Pria ini? Jelas-jelas Aku tidak sadar tadi malam itu,” Eva mulai terisak dengan menutup mulutnya.

“Apa yang mesti Aku lakukan?”

Bersambung.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Dibawah ini saya cantumkan cara untuk VOTE ya. karena masih ada yang tidak tahu cara untuk VOTE.

Terlebih dahulu Kumpulkan Poin Kalian pada bagian Profil Pilih Pusat Misi / Buka Poinku pada Profil kalian. Di sana nanti ada tugas untuk setiap misinya , jadi kalian harus menyelesaikan dulu tugasnya baru bisa di kumpulkan poinya pada masing - masing tugas.

Jika tidak kelihatan di bagian Poin yang biasanya khusus App MangaToon. Kalian bisa Perbarui dulu Aplikasi NovelToln atau MangaToon kalian lewat Playstore. Bagi yang belum update atau juga belum tampak di bagian poinnya.

Jika Poin sudah terkumpul kalian bisa klik VOTE pada bagian depan Novel di samping nama Author. Atau tepat di bawah Deskripsi Novel.

4 . Klik Vote lalu yang ada tanda pilihan 10/100/1000

Klik VOTE Author.

Vote bisa di lakukan berkali kali jika Poin atau pun koin kalian mencukupi Ya. Terima Kasih banyak saya ucapkan untuk semua yang sudah berpartisipasi. Jika ingin berteman dengan Author bisa Follow akun IG Auhtor @putritritrii_. Terima Kasih 🙏🙏🙏❤

MAAF SEBELUMNYA, NOVEL INI MASIH RANCU, BELUM DI REVISI. AKAN SAYA REVISI SETELAH SELURUH NOVEL SAYA MY CHOSEN WIFE TAMAT. SEMOGA KALIAN MEMAKLUMINYA. TERIMA KASIH.

TM EPS02 : KEDAPATAN.

" Bagaimana bisa Aku mengacaukan hidupku sendiri?" ucapnya pada dirinya sendiri dengan isak tangisan, “Kenapa denganku? Kenapa gegabah begini. Bagaimana dengan hidupku kedepannya, jika pria itu tukang bergosip nantinya. Habislah riwayatku,” Eva terisak.

Tok…Tok… Tok…

“Nona… bukalah pintunya. Jangan menangis di dalam sana, mari kita bicarakan tentang kejadian tadi malam.” kata pria itu di balik pintu.

Eva masih terdiam, dia bingung, seakan tidak percaya dengan perkataan pria itu.

“Nona… Kau tidak menjawabku. Baiklah… aku tunggu di luar.”

Eva terkaget mendengarkan suara Pria dari balik pintu.

"Astaga...kenapa sudah bangun. Matilah Aku, apa yang harus aku lakukan di depan Pria yang enggak tahu dari mana asalnya." batin Eva meronta-ronta.

Pria itu dengan santainya menyalakan TV , dengan naik ke atas ranjang.

Sedangkan Eva, Dia masih memikirkan cara untuk keluar dari kamar mandi. Katanya lagi pada diri yang terlanjur sedih, " Kau harus tegar Eva, kau kan kuat, sekuat rumput yang tumbuh liar. seperti itulah dirimu." ucapnya lirih dan menangis lagi. Lalu Eva merapikan rambut panjangnya, merapikan pakaiannya. Agar nanti keluar dari kamar itu, tidak ada yang curiga dengannya.

Eva pun memberanikan dirinya, untuk perlahan keluar dari kamar mandi.

“Kau menangis?” tanya Pria itu dengan tanpa bersalah, dan menghentikan langkah Eva.

Eva menoleh ke  pria itu, “Apa urusanmu! Apa yang kau lakukan denganku!” bentak Eva.

"Astaga... Galak benar. Jangan Galak-galak Nona, nanti kau cepat tua." kata Pria itu.

" Kenapa kam—? apa yang kau perbuat denganku!."

Eva berkata dengan penuh penekanan. Wajahnya berasa panas karena menahan emosi yang tidak bisa di lampiaskan.

Pria itu menatap bingung menunjuk dirinya sendiri

" Aku? Hahahaha... Kau ternyata lucu Nona, Bukannya Kau sendiri yang mau? kan Kau sendiri yang datang ke kamarku, kenapa Kau menyalahkan Aku." Jawab Pria itu dengan santai.

Eva tertawa sinis dan menarik nafasnya " Jika aku yang mau, seharusnya kamu menolakku Tuan, mengusirku yang sudah salah masuk kekamarmu. Bukan seenaknya seperti itu menyetubuhiku!!! kita kan sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Harusnya anda paham! " nada Eva sudah mulai meninggi.

“Kau munafik Nona! Padahal Kau sangat menikmati permainanku, Ayolah Nona, Aku punya uang, mau? Katakan padaku, Aku bukan orang sembarangan, kalau kau tahu Aku ini siapa, Kau akan terkejut." Berapapun yang Kau mau, katakan saja padaku. Marilah Kita berdamai,” celetuknya masih dengan santai dan licik.

Eva pun tak tahan dengan sikap pria itu membuang nafasnya kasar " Dasar kau Pria murahan!!! tidak ku sangka di muka Bumi ini ada pria brengsek macam anda! " Semprot Eva yang meradang. " Jangan menggunakan uang dan jabatan anda, mau anda orang kaya, saya enggak perduli. Lagian yang anda lakukan tadi malam, tidak akan merubah nasibku."

Pria itu menatap kaget. " Jangan meneriakin saya!!! Anda pikir Anda siapa! kesalahan terletak pada dirimu sendiri , datang dalam keadaan mabuk ke kamar saya! Lalu membuka seluruh pakaian anda sendiri , dan meminta sesuatu yang harusnya nggak akan aku lakukan, coba anda berpikir sejenak NONA!Pria mana yang akan menolak dirimu! Apa lagi saya memang Pria normal yang tertarik dengan lawan jenis. Wajar saya menerima kemauan anda sendiri!!!." katanya penuh marah.

Eva menatapnya dengan amarah membuat air matanya kembali menetes. Berlari menuju pintu keluar. Terhenti sebentar dan membalikan tubuhnya berjalan kembali kekamar pria itu, yang masih menatapnya bingung. Dengan air mata yang tak mampu lagi ditahannya, dia mengambil kasar  tasnya yang berada dimeja dekat ranjang Pria itu bersandar.

kembali lagi berjalan cepat meninggalkan Pria yang masih berdiam diri mencerna perkataan Eva.

" TUNGGUUU!!!." Teriaknya.

Eva pun terhenti tapi tidak membalikan wajahnya.

" Siapa namamu? Ayolah kita bicarakan, berdamai gitu? " bujuk Pria itu yang sebenarnya menjadi tidak tegaan.

Menarik nafasnya berpikir sejenak. " Dasar Pria tak tahu malu!" Ucapnya lalu berlari keluar dari kamar.

Dia merasa aneh melihat wanita barusan menangis terseduh. Salahkah aku?

"Wanita aneh , menerima saja apa susahnya. Bukankah kita sama-sama saling menikmati setiap ragam gaya. Dasar cewek, Aneh."

Mencoba bangkit dari sandaran Ranjang King Size , menarik selimut putih lalu mencampakkannya kasar kelantai. Serasa terhina ditampar dengan kepergian wanita yang menggodanya tadi malam. Tanpa mengambil sepeserpun dari pemberiannya.

Dilihatnya name tag Eva yang jatuh disamping ranjang, diambilnya dan dibacanya satu demi satu.

" Evacalista, bagiannya Divisi Humas. Perusahaan Atmadja."

" Gilaaaa... dia ternyata pegawai perusahaan papa yang akan beralih ketanganku." Ucap Raka Atmadja

Yah.. Pria asing yang mengambil keperawanan Eva adalah seorang Tuan Muda, anak tunggal dari Keluarga Atmadja. Orang terkaya di Asia. Keluarga Atmadja mempunyai kekuasaan terbesar dalam segala aspek menyangkut dunia bisnis.

Kembali menatap name Tag Eva. Kemudian diletaknya diatas Tasnya. Kemana dia mencari wanita aneh. Seenggaknya dikembalikan sebelum dia memegang jabatan diperusahaanya.

Membalikan tubuhnya kembali, saat hendak berjalan Raka menatap pada seprai putih yang membalut ranjang. Noda darah berciprak dibagian dimana Eva tertidur. Ada beberapa jejak ciprakan darahnya.

" Wajarlah dia marah . . . perawannya ku nikmati pulanya. Apa lagi. . . katanya aku pria brengsek. Bukannya harusnya dia berterima kasih ke aku." ucapnya dengan tawa kecil.

***

Memasuki lift, kenapa Eva tidak terpikir, dari lantai kamarnya dengan kamar berkelas Presidential Suite itu sudah jauh berbedah. Berbedah 3 lantai, kamar kelas Deluxenya berada di lantai 10 gedung Hotel yang menjulang tinggi.

TINGGGGG....

keluar Lift Eva mengintip, apakah jangan-jangan Casandra sudah bangun. Diperhatikannya setiap sudut Lorong Hotel. Menarik nafas lega , tidak ada Gumamnya dalam hati. Eva langsung berlari kecil memasuk kamar Hotelnya.

Duduk diranjang, meratapi kembali apa yang terjadi malam itu. Memukul kepalanya dan menyalahkan dirinya terus-menerus. Pertanyaan-pertanyaan itu akan terus menghantuinya. Hingga dia berteriak menjambak rambutnya dan menangis. Tak peduli, ada yang mendengarnya. Setidaknya Eva bisa meluapkan kemarahannya atas dirinya.

" Kenapa aku terlalu memikirkan Pria yang mencampakkanku, hingga kerugian terbesar yang kualami dalam hidupku. Terlalu hina... aku terlalu hina untuk hidup."

Suara ponsel Eva berdering, mengambil ponselnya melihat kearah layarnya. Ternyata Casandra menghubunginya.

" Iya San." ucap Eva pelan agar tidak terdengar suara paraunya habis Teriak.

" Lo semalam kemana sih? Gua cariin juga, di hubungin malah ponsel lo gak aktif. Semalam lo memang sudah balikkan ke kamar? Gua gedor pintu kamar lo juga gak ada sautan dari lo."

Merasa terperanjak , berpikir sejenak Eva pun menjawab " Agh..itu.. i..ya.. San. gua sudah balik ke kamar, maaf semalam gua meninggalkan lo duluan. Dan ponsel gua low. Karena efek mabuk, mungkin gua tidak mendengar suara Lo." Ucapnya terbata, menahan air mata yang ingin kembali mengalir tenang dipipinya. Ingin bercerita ke Casandra tapi dia belum siap.

Casandra yang mengenal Eva sejak lama, menaruh curiga dari suaranya yang terbata bata menjawab pertanyaan Casandra. Tidak seperti biasanya.

" Va...Are You Okay?" Tanya Casandra penuh harap mendapat jawaban yang sesungguhnya.

" Hah.. I'm Okay San."

Casandra tidak ingin memaksa, tidak ingin juga membuat Eva merasa harus atau wajib untuk bercerita. " Baiklah... sebentar lagi gua kesana, kita sarapan bareng ya."

" Hah.. okey , gua mandi dulu. Nanti gua aja yang kekamar Lo" Ucap Eva takut Casandra melihat Eva yang masih mengenakan pakaian kerjanya dengan wajahnya yang sembab.

Bergegas Eva masuk ke kamar mandi, membersihkan dirinya yang masih menempel bauk Alkohol , Aroma maskulin dari pria asing dan keringat yang timbul akibat hubungan satu malam itu dengan tenangnya melekat kedalam kulit Eva.

Eva membasahi wajahnya di bawah air mengalir dari pancuran shower, air matanya bercampur dengan jatuhnya air di shower. Rasanya sangat berat, mengingat kejadian malam itu, malam yang panas bersama pria yang tidak di kenalnya.

Terasa sakit seluruh tubuhnya dia rasakan. Dengan berat hati dia bersiap untuk sarapan bersama Casandra. Mencoba untuk tampil seperti biasanya, agar tidak ada yang menaruh curiga atas apa yang terjadi pada dirinya.

Memakai atasan kemeja peach, dipadukan dengan Rok Hitam Span, sepatu heels 5cm nya Eva keluar dari kamar hotel. Berjalan dengan Elegan, seperti tidak ada kejadian, walau rasa kehilangan keperawannya terasa perih. Menuju kekamar Casandra yang hanya berjarak 2 pintu.

" TOK..TOK...TOK.."

Casandra yang menunggunya langsung keluar, ditatapnya wajah Eva. Merasa ada yang ganjil, tapi rasanya tidak tepat untuk menanyakannya sekarang. Wajah Eva yang sembab, mata bengkaknya yang ditutupi dengan bedak masih juga keliatan.

Susah memang menutupi sesuatu dari Casandra, dia wanita cerdik, cantik dan juga cekatan, sahabat terbaik Eva selama bekerja di Atmadja Group.

" Yuk kita sarapan dulu Va, baru kita kembali meriset kantor cabang baru."

" Okey San... " ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.

Berjalan menuju Resto Hotel bintang Lima di Bali.

Mengambil menu makanan prasmanan Resto Hotel itu, Eva dan Casandra memilih duduk dibagian Outdoor. Terpampang luas pemandangan Alam di Bali. Eva sangat bersyukur awalnya bisa sampai di Bali, tempat favoritnya dari semasa kecil yang ingin sekali dikunjunginya. Tak disangka , pertama kali menginjakkan kaki diPulau ini, dia kehilangan Keperawanan karena kelalaiannya sendiri.

" Va.. itu name Tag lo mana?" Tanya Casandra yang mengunyah makanannya.

"Agh.. itu... gua sebernanya juga gak tau San, seingat gua kemarin gua letakkan ditas. Cuma gua cek tadi gak ada, enggak tahu jatuh dimana."

" Apa perlu kita laporkan, kehilangan barang di Hotel ini Va? Siapa tahu aja ada yang tidak sengaja nemu itu name Tag?" Usul Casandra untuk mebantu Eva yang bingung.

" Agh... tidak usalah San. Palingan aku lapor ke Pak Jakob untuk mengurus yang baru." Jawabnya cepat.

" Okey.. Good Idea."

***

Berjalan keluar pintu Hotel , Dengan Mobil yang disediakan Perusahaan , Casandra yang mengambil ahli kemudi, karena memang Eva tidak pintar mengemudikan Mobil. Lain halnya dengan Casandra , yang memang memiliki Orang tua yang bisa dikatakan anak berada.

Saat hendak melangkah masuk kedalam Mobil, kaki Eva terhenti memandang lekat kearah Pria yang memakai pakaian Formal. Dengan Jas hitam berjalan dengan gagahnya. Sangat tampan. Tapi tidakkk , dia Pria Brengsek yang mengambil kesempatan dalam kesempitan saat Eva mabuk.

Tak sadar masih menatap Pria brengsek itu, Eva malah sempat-sempatnya melamun. pandanganya pun tertangkap Pria yang juga berjalan dari pintu samping Hotel. Yang merasa ada sepasang mata menilik lekat pada posisi tubuhnya.

Saling memandang, Pria itu juga merasakan pandangan wanita didepannya penuh kebencian.

Suara Casandra memanggil Eva, tidak juga dihiraukan Eva. Akhirnya Casandra memencet Klakson, terkejut Eva langsung mengubah pandangannya ke Casandra.

" Lihatin apaan sih Lo, sampe kerongkongan gua sakit Va, buruan masuk." Semprot Casandra kesal.

" Agh.. iya." Jawab Eva yang kembali melanjutkan Jalannya menuju Mobil.

Pria itu masih juga menatapnya berjalan, hingga pandangan wanita yang memiliki postur tubuh yang termasuk kategory sexy, berjalan meninggalkan lokasi area Halaman Hotel.

" Sedang apa dia disini." ucap Raka

Bersambung...

TM EPS03 : Tatapan Tajam

Tiba diperusahaan Atmadja Group cabang baru di Bali, Eva dan Casandra bergabung dengan para karyawan lainnya. Meninjau, mendiskusikan segala aspek kedepannya. Eva dan Casandra ditugaskan untuk mencari posisi pemasaran disekitar area Bali untuk kelancaran segala urusan disana. Eva maupun Casandra mengikuti Rapat yang hanya dihadiri oleh beberapa orang yang mewakili atasan mereka.

Adapun tujuan perwakilan dari Jakarta mengirimkan Eva dan Casandra, karena mereka satu team merupakan karyawan terbaik diperusahaan tempat mereka bekerja. Jadi tujuan mereka disitu juga untuk membantu dan melatih para karyawan baru. Bukan hal mudah, untuk mengajari anak-anak baru bagi mereka. Kalau bukan karena urusan pekerjaan, mungkin Eva dan Casandra lebih memilih pergi.

Hari ini adalah merupakan hari terakhir bagi mereka diperusahaan Cabang. Esoknya mereka kembali ke Jakarta. Sambutan baik mereka terima dari para karyawan yang terpilih memenuhi semua posisi yang diminta. Usai Rapat mereka pun langsung menuju kebagian Divisi Humas, meninjau segala yang dibutuhkan untuk karyawan disitu.

"Wah .. kalian karyawan terbaik dari Jakarta ya?" Tanya Hendra menyadarkan Eva dan Casandra yang lagi asik memberikan pengarahan.

" Heh.. iya Pak..." ucap Casandra yang kaget.

" Saya Hendra" Sembari memberikan tangannya untuk berjabatan. " Saya Maneger di Perusahaan ini." ucapnya dengan senyum dibibir tipisnya.

" Saya Casandra Pak..." Balas Casandra lalu tersenyum centil.

" Hah yang ini Eva ketua team saya." mengenalkan Eva dan melepas jabatannya.

Hendra pun memberikan tangannya dan menjabat tangan Eva " Saya Eva pak." ucap Eva sopan.

" Saya beruntung ada kalian disini, membantu karyawan lainnya. Saya kirain kami disini bakalan merabah sendiri." seru Hendra senang." Saya yang mengajukan permintaan untuk mendatangkan Team terbaik dari Perusahaan Induk." ucap Hendra kepada Casandra dan Eva.

Eva dan Casandra yang mendengar itu jadi tersenyum, saling melempar pandangan. Perusahaan tempat mereka bekerja juga selalu memberikan nilai terbaik untuk team Eva.

" Terima kasih pak... untuk Kontribusinya, semampu kami selama beberapa hari kemarin disini untuk memberikan yang terbaik." ucap Eva Dengan senyum.

" Saya yang berterima kasih untuk kerja sama dari kalian." ucap Hendra. " oya ... nanti selesai jam kerja usai, kita akan mengadakan makan malam bersama dengan Divisi lain untuk acara perpisahan dengan kalian. Apakah kalian punya waktu?" Tanya Hendra.

"Ow kami bisa kok Pak nanti kami akan menyusul pak " sambar Casandra langsung menerima ajakan Hendra.

" Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, silahkan dilanjut ya. sampai jumpa nanti sore." kata Hendra dan menatap Eva dengan senyum lalu berjalan keluar meninggalkan mereka.

Casandra mengedip-ngedipkan matanya melihat kearah Hendra yang berjalan keluar pintu ruangan mereka. " Tampan banget Va." ucapnya ke Eva mengagumi sosok pria dengan perawakan tinggi, putih memakai kaca mata kerjanya.

Eva malah menggelengkan kepalanya, dan tersenyum melihat temannya yang pantang sekali melihat cowok ganteng.

Melihat ke arah Eva " Va... kenapa gak dijawab" ucap Casandra.

" Ow... biasa aja, ayo lanjutkan lagi" menunjuk kearah karyawan yang dilatih mereka.

***

Disalah satu Restaurant di Bali yang sudah di booking diluan oleh Perusahaan Atmadja Group, yang memang khusus diadakan untuk acara perpisahan. Seluruh karyawan berkumpul termasuk Eva dan Casandra.

Seluruh karyawan tetap perusahaan disana menyambut baik kedatangan kedua karyawan perusahaan induk. Banyak juga dari mereka, menganggumi kecantikan Eva. Sudah cantik, pintar, rendah hati lagi. Sangat sabar memberikan arahan pada bawahannya. Sedangkan Casandra mereka melihatnya sebagai gadis yang humoris, jarang bisa serius.

" Mbak Eva... sudah lama ya bekerja di Atmadja Group?" Tanya Tika yang juga karyawan baru di Bali.

" Hah.. iya... saya sudah 4 Tahun bekerja disana"

" Wah.... hebat mba... Terima kasih banyak sampai saat ini sudah mengajari saya, semoga saya bisa jadi yang terbaik seperti Mba Eva."

Casandra hanya mendengari saja. Tak pelak memang Eva mempunyai Nilai baik dipandangan orang dan dimanapun dia bekerja. Memang nyatanya Eva sangat pintar dalam pekerjaannya, dia Gadis yang gilak kerja. Jadi Casandra sudah terbiasa mendengar yang seperti sekarang.

" Jangan terlalu memuji, saya berada disini karena saya punya team terbaik. " Jawab Eva Merendah.

" Mereka semua juga yang membantu saya." ucap Eva tidak ingin terlalu dipuji, karena memamg benar dia memiliki anggota team yang dibilang Hebat.

" Eva memang perfect" ucap Casandra mengangkat kedua Jempolnya.

" Mba Eva juga cantik " ucap Henson team Divisi lainnya.

Eva yang mendengarnya tersipu malu, baru juga beberapa hari di kantor cabang , sudah banyak para Pria yang meliriknya dengan tatapan hangat dan lembut. yang sekedar mencuri pandang dengannya juga ada. Yang hanya sekedar memuji pun ada.

Tapi kembali lagi mengingat kejadian semalam, dia pun menarik nafas dalam. Bagaimana kedepannya dia pun bingung. Seingatnya semalam pria asing itu tidak memakai alat pengaman. Apa mungkin sekali berhubungan saja bisa langsung hamil?

Ahhh tidak mungkin. semoga saja tidak. Jika hamil kepada siapa dia akan bertanggung jawab.

Casandra menatap Eva yang melamun, dipukulnya pundak Eva " Hey... lo dari tadi diam aja. Melamun apa sih? gak dengar apa Hansen muji lo. Gua aja yang cantik gini yang lihat aja enggak ada. Jangankan melihat, melirik aja pun ogah. Naseb gua didekat bidadari." ucap Casandra dengan celotehannya.

" agh.. maaf. Hansen kamu berlebihan banget. Saya belum ada apa-apanya dengan Mba Casandra. Lihat ituuu kan , rupanya yang imut dan dia jomblo juga. Cocok sama kamu." Tawa Eva.

" Imut-imut emangnya gua marmut." ketus Casandra kesal. Semuanya yang mendengar itu langsung tertawa. Senang sekali memang bisa semua team saling becerta dengan tawa canda. Hendra yang sedari tadi menatap mereka pun ikut tersenyum. Dia juga mengkagumi senyum dari Eva.

Akhirnya acara makan malam itu ditutup dengan minum-minum Alkohol. Casandra menyanggupinya, berbeda dengan Eva, dia mundur. Trauma kata itu yang melekat pada dirinya sekarang. karena tadi malam masi saja jelas diingatannya, kesialan yang tidak pernah terpikir.

Hendra yang melihat Eva memisahkan diri dan keluar meninggalkan ruangan VIP , ikut menyusul kearah pintu keluar. Melihat dari kejauhan Eva yang duduk sendiri menatap pepohonan tengah asik sendiri dalam dunianya. Seakan tidak ada yang boleh masuk untuk sekedar menghibur. Tampak jelas kekecewaan diwajahnya. Akhirnya Hendra memberanikan dirinya mendekati Eva.

Terbatuk kecil untuk membuyarkan lamunan Eva.

" Hemmm.. maaf apa saya boleh gabung?" Tanya Hendra basa-basi.

" Hey pak Hendra, boleh kok silahkan duduk Pak."

" Terimakasih... ini" memberikan Kopi hangat ke Eva.

" Oww.. Terima Kasih juga Pak." ucapnya sopan.

" Bisa minum Kopi kan?" Tanya Hendra.

" Bisa dong Pak.. Kopi teman sehari-hari saya dikalah ngantuk maupun Lembur." Jawabnya lembut.

" Oiya... Eva memang asli orang Jakarta ya?" Tanyak Hendra berbasa-basi."

" Agh.. tidak Pak.. saya hanya pendatang mencari sesuap nasi dan sebongkah Berlian Pak, saya asli dari Bandung pak." ucap Eva dengan candaan.

" Heh.. kamu bisa aja. Saya asli dari Jakarta, tapi saya ditempatkan disini untuk membantu perusahaan berdiri." ucap Hendra yang sebenarmya ingin dekat dengan Eva.

" Wah.. berarti Pak Hendra memiliki pengalaman yang memang sudah okey dibidangnya." kagum nya senang.

" Hah.. tidak juga kamu membuat kuping saya naik." ucapnya tersenyum.

" Asal tidak putus aja pak." Ujar Eva membalas candaannya.

Dari kejahuan, sedari tadi Raka ternyata datang di Tempat mereka makan malam. Bukan untuk bergabung dengan kantor cabangnya, Tapi dari begitu banyak karyawan, mereka memang tidak mengenal Raka , karena selama ini yang mereka tahu Perusuhaan Atmadja dipegang oleh Susanto Atmadja Papanya Raka.

Raka pun terdiam, menatap lekat wanita yang tadi malam dengan liar memenuhi hasratnya. Melihatnya dengan senyum senang seperti ada yang lain dari Wanita itu. Berbeda saat tadi pagi tatapan sinisnya ke Raka. " Ternyata saat tersenyum, wajahnya sangat cantik." ucapnya sendiri.

Meilhat kearah Pria yang disebelahnya, penasaran apa yang dibicarakan mereka. Sehingga senyum yang diberikan Eva begitu tulus padanya.

Sudahla lebih baik dia berjalan, batinnya berkata. Sebelum dia merusak pemandangan Eva. Raka disini bertemu dengan Wanita yang selalu menghiburnya. Sekedar makan malam. Dia pun masuk dan melambaikan tanganya ke Bella, wanita penghibur yang selalu menempel dengan Raka. Tapi bagi Raka dia hanyala wanita penghibur, yang bisa diajak kemanapun dia pergi. Tapi berbeda dengan Bella, bagi Bella Raka itu pacarnya.

" Pak Hendra.. disini makin dingin, saya ijin masuk duluan ya." ucap Eva.

" Ow... baiklah saya juga mau masuk. Yuk bareng." Tawar Hendra ke Eva.

" Baik Pak."

Mereka pun berjalan melintasi ruangan depan sebelum ruangan VIP. Yah... sosok Raka menghadap kearah pintu lorong ruangan mereka itu tertangkap jelas oleh Eva yang mengenal Pria semalamnya. kaget bukan main, kenapa sedari pagi dan malam ini pun berjumpa dengan si Pria brengsek itu. menatap ke Arah Raka. Dan tanpa disadari Raka malah menangkap pandangan Eva.

Eva menatapnya tajam, lalu melirik lagi kearah wanita yang disebelahnya. Eva langsung memalingkan wajahnya. Dan buru-buru berjalan meninggalkan mereka. Hendra pun menatap kearah pandangan Eva tadi, hanya bingung lalu dia ikut menyusul Eva.

Raka hanya berdiam, ingin sekali menyamperi wanita itu. Tapi tidak mungkin juga, ada Bella didekatnya.

Setibanya diruangan Eva tercengang melihat Casandra yang menari-nari. Efek mabuknya. langsung melangkah menyamperi Casandra dan teman lainya yang juga mabuk. Inilah yang dibenci Eva. Karena efek mabuk, jadi lupa diri. Karena dia sendiri juga mengalaminya.

"San... berhenti. Aduh...lo kok mabuk sih??? Gimana nih kita balik?" Tanya Eva panik.

" Kenapa Va.. gua lagi senang nih, kenapa lo gak ikut minum?" ucap Casandra dengan suara mabuknya.

" Mau gua gampar lo biar sadar?" Tanya Eva. " aduh.. gimana ni kita balik ke Hotel. Gua jadi bingung. kenapa juga gua gak belajar bawak mobil. Sial banget sih, tau gitu gua larang lo minum." ucap Eva kalut.

" Agh.. kita naik apa jadinya ya. Hahahaha.. kita terbang saja va. Terbang tinggi." mengangkat tangannya.

" Lo gila ya... sudah jangan banyak bergerak." menarik tangan Casandra.

" Ada apa Eva?" Tanya pak Hendra yang juga baru saja membantu bawahannya mengantar mereka ke mobil..

" Ini pak.. saya gak bisa nyetir, sih Sandra malah mabuk. Gimana kita balik ke Hotelnya?" Jawab Eva sedih.

" Ouya.. itu mobil Kantor kan, saya bisa suruh supir jemput. Kamu dan Casandra bisa saya antar ke Hotel dengan Mobil saya. Kamu bersedia?"

Tanpa pikir panjang Eva menerimanya, karena mau tak mau jika menolak bisa apes yang ada.

" Baik Pak.. Terima Kasih sebelumnya." ucap Eva.

" Mari saya bantu, kamu jalan saja. biar saya yang gendong Casandra." ucapnya dengan senyum.

" Baik pak..silahkan."

Eva berjalan keluar dibelakang Hendra yang menggendong tubuh Casandra. Jika Casandra tahu Hendra yang menggendongnya, bakalan histeris dia. Pria tampan yang dipujinya itu benaran sangat mulia perbuatannya bersedia menolong wanita mabuk.

Saat berjalan keluar, Eva kembali lagi menatap ke Raka yang masi bersama Bella. Raka pun yang melihat ada orang keluar berjalan masuk ruangannya yang memang terhubung dengan jalan keluar pun sekilas juga menatap. Eva langsung buru-buru menatap kearah pintu luar.

Dipandanginya Eva yang berjalan dari kaca yang tembus pandang kearah jalan menuju parkiran. Ditatapnya, saat Eva yang duduk didepan bersama Hendra dan meninggalkan lokasi.

" Kamu lihat siapa sayang?" Tanya Bella yang melihat Raka dengan intens melihat wanita yang baru saja lewat.

" Agh... bukan siapa-siapa." ucapnya acuh.

***

Sesampainya di Hotel " Sudah sampai sini saja Pak biar saya yang membawak Casandra masuk kedalam."

" Tidak...biar saya saja. Nanti kamu malah kewalahan." ucap Hendra menawarkan diri. " jangan menolak... malam ini terakhir kamu di Bali, jadi saya mau kamu tetap ingat dengan saya, yang membantu kamu." ucapnya senyum.

Eva pun tidak percaya Hendra sepertinya menaruh hati padanya. Tapi tidak mungkin, Pria sebaik Hendra mendapatkan cinta dari wanita yang kehormatannya sudah dirampas.

" Agh.. terima kasi banyak pak." ucap Eva. " maaf merepotkan Bapak."

" Tidak masalah. mari jalan."

Eva pun berjalan didepan, Dan memberikan arahan. Sesampainya dikamar Casandra, Eva sangat berterimakasih ke Hendra.

" Terima Kasih pak Hendra." ucapnya dengan malu.

" Oya... Sama-sama. Maaf sebelumnya, saya boleh minta nomor ponsel kamu?" tanya Hendra.

Eva Berpikir sejenak " ow.. maaf saya hanya ingin berteman dengan kamu. siapa tahu saja saya pulang ke Jakarta kita bisa berjumpa lagi." ucap Hendra.

" sini ponsel bapak." ucapnya.

Hendra buru-buru mengambil dari kantongnya memberikannya ke Eva. dan eva pun mengetikkannya. Lalu menyerahkanya kembali ke Hendra.

" Terima Kasih Eva. Senang berkenalan dengan kamu. Besok semoga kalian aman dalam penerbangan ya."

" Iya pak."

" Saya pamit Eva. Sampai berjumpa kembali."

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!