NovelToon NovelToon

Suami Kedua : Tawanan Hati Cinta Pertama

Tiga Tahun Pernikahan

Malam ini Yuri sudah menyiapkan makanan kesukaan David suaminya. Di atas meja makan sudah tertata begitu indah lengkap dengan lilinnya, hari ini David dan Yuri merayakan anniversary pernikahannya yang ketiga. Meskipun belum memiliki buah hati tetapi baik Yuri maupun David hidup dengan bahagia. Kebersamaan selama 8 tahun tak melunturkan kisah cinta mereka.

Bell rumahnya berbunyi, Yuri segera melepaskan celemek dan berlari ke depan pintu. Dia sudah menduga jika David sudah pulang.

"Mas...."

"Selamat ulang tahun pernikahan yang ketiga sayang. Malam ini kamu sangat cantik sekali," ucap David sambil memberikan sebuket mawar merah.

Yuri tersipu malu, malam ini dia sengaja berdandan lebih cantik untuk menyenangkan suaminya di hari yang spesial ini. David memeluk tubuh istrinya dengan erat, menghirup aroma tubuhnya yang menjadi candu baginya.

"Ah... Mas masuk dulu. Nanti malu saat dilihat tetangga," protes Yuri kala David mulai nakal menyentuh area lehernya yang jenjang.

"Habisnya kamu begitu menggoda sayang. Mas sudah tidak tahan," goda David sambil mengedipkan setelah matanya.

"Makan dulu mas, Yuri sudah masak makanan kesukaan Mas loh, "ujar Yuri sambil cemberut.

"Mas lebih suka memakan kamu sayang," bisik David tepat di telinga Yuri.

Tak ingin David terus menggodanya, Yuri pun masuk ke dalam meninggalkan David yang masih berdiri di depan pintu. Ada saja tingkah Yuri yang membuat David begitu bahagia, seolah melupakan beban yang David terima dari sang ibu.

Setelah selesai makan malam romantis, David pun bergegas mandi, air panas telah disiapkan oleh Yuri. Selama tiga tahun menikah Yuri yang menyiapkan seluruh kebutuhan David. 24 jam waktunya tercurah seluruhnya untuk David seorang. David tidak membolehkan Yuri bekerja untuk program kehamilan yang sedang dilakukan. Padahal sebelum menikah, Yuri sudah sukses menjadi designer dan telah memiliki sebuah butik dengan brand sendiri.

Sambil menunggu David selesai dengan ritual mandinya, Yuri menyiapkan piyama tidur untuk suaminya. Yuri telah berganti dengan pakaian dinas, sebuah gaun tidur satin selutut dengan kain yang tembus pandang. Sangat pas di tubuh Yuri yang tinggi semampai. menambah keseksiannya malam ini.

Tiba-tiba saja Yuri terkejut saat seseorang memeluk pinggangnya, hampir saja Yuri memberontak jika tidak segera sadar siapa yang sudah memeluknya. Aroma sampo dan sabun menguar begitu saja, tetesan air yang mengenai lehernya terasa menggelitik.

"Mas... basah ih. Pakai baju dulu sana, " protes Yuri

"Buat apa pake baju lagi sayang, nanti juga kan dilepas lagi." David baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.

"Mas kok gitu sih," ucap Yuri, dia bisa melihat kekarnya tubuh suaminya itu.

"Aku kangen sayang," bisik David tepat di telinga Yuri.

Dia meremang setiap sentuhan David selalu saja membuatnya terlena. Rasa gugup mulai melanda, Meski sudah sering melakukannya Yuri masih suka deg-degan, David selalu membuat Yuri kehilangan kendali. Yuri mulai membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya apalagi tangan David mulai menyentuh tubuh Yuri dengan lembut.

"Mas, kan kemarin sudah. Memangnya mas nggak bosen," ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya.

''Mana ada sayang, kamu selalu membuat mas ketagihan," Jawab David sambil melakukan aksinya.

Tangannya mulai masuk ke dalam gaun tidur Yuri melepaskan kaitan yang ada di punggung dan menjatuhkan benda berbentuk kacamata itu ke lantai. Yuri rasanya tak bisa bernapas saat David melangkah lebih lanjut mulai menurunkan benda berbentuk segitiga dari tubuhnya. Kini bisa terlihat jelas lekuk tubuh Yuri di pantulan cermin, begitu seksi, mulus dan warna kulitnya putih.

David meneguk salivanya saat memandangi mahakarya paling indah. Hembusan angin membuat gaun tidur Yuri terangkat dan menyetak jelas ditubuhnya. Hawa panas mulai terasa diantara keduanya, padahal AC sudah menyala sedari tadi.

"Mas eeemmmppphhh." Yuri berusaha menahan reaksi tubuhnya apalagi saat sesuatu yang mengeras mulai menekannya dari belakang.

Mata terpejam saat merasakan sapuan hangat dibagian lehernya, banyak kecupan dan tanda jejak yang David tinggalkan di sana. Tubuhnya bergetar hebat saat David semakin dalam menikmati dan meresapinya, sentuhan tak kuasa Yuri tahan.

Yuri mengunci mulutnya rapat, tidak ingin kelepasan mengeluarkan suara desahan yang begitu merdu karena apa yang dilakukan David saat ini benar-benar membuatnya mabuk dan tak sabar merasakan bagaimana permainan yang sesungguhnya.

Napas Yuri semakin tercekat saat tali gaun tidurnya telah lepas begitu saja, entah kapan David melakukannya hingga gaun itu lolos begitu saja dan membuat Yuri polos tanpa sehelai benang pun.

Bukan hanya tangan, kini bibir David pun mulai ikut bermain memberikan sapuan hangat pada bibir mungil Yuri. Setiap sudut tak terlewatkan oleh David semua yang ada pada Yuri adalah kesukaannya. Lelah bermain dalam posisi berdiri David mulai menuntun Yuri menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya secara terlentang.

Yuri pun hanya bisa pasrah menerima semua perbuatan suaminya. Tangan besar David mulai menyentuh bagian favoritnya dan memberikan remasan yang begitu lembut. Meskipun sudah sering melakukannya. Yuri meringis menahan sakit dibagian dadanya. Bentuknya yang sempurna dan kenyal membuat David hilang kendali, Yuri sangat pandai merawat tubuhnya.

David pun sudah melepas handuk yang menutupi jagoannya, sudah tegak dan siap melakukan tugasnya. David memastikan jika Yuri telah siap untuk dimasuki. Tanpa memutuskan tatapannya dari Yuri, David perlahan merangkak naik. Yuri tak sanggup berkata saat sesuatu menyeruak masuk ke bagian intinya.

Yuri kembali terpejam merasakan sesuatu itu mulai masuk, meskipun sudah sering melakukannya tetap saja merasakan sedikit sakit dan perih di bagian intinya. Inilah yang paling disukai David sangat sempit dan menggigit miliknya. David sejenak mendiamkan miliknya merasakan pijatan lembut nan nikmat.

Rasanya kurang lengkap jika David tak menyentuh bagian favoritnya, David mulai menyasar ke bibir mungil milik istrinya itu. Langsung menyesap kuat hingga lembut, semakin sulit saja Yuri menghirup udara karena ulah pría itu.

Ringisan tertahan.

David mulai bergerak perlahan, mulai menikmati permainan yang akan dia pimpin. Pergerakan Yuri terkunci dan hanya bisa mengalungkan kedua kakinya di pinggang David, mengalihkan rasa sakit yang mulai terasa.

David tetap harus perlahan dan menahan diri agar tidak menyakiti Yuri. Dia tahu setiap kali mereka melakukan hubungan suami istri, Yuri selalu merasa kesakitan.

David bergerak teratur, memeluk tubuh mungil Yuri agar dirinya bisa leluasa masuk dan menghentak ke dalam. Satu kali hentakan satu kali pula ringisan meluncur dari mulut Yuri.

Sesuatu mulai terasa mendorong dan ingin keluar, David menggerakkan pinggulnya dengan lebih cepat dan mulai menekan saat pelepasan tersebut terjadi. Hentakan kuat dilakukannya mengantarkan benihnya dalam-dalam berharap Yuri bisa segera hamil.

Setelah selesai pelepasan, David langung berbaring di samping Yuri mengatur napas, lelah dengan permainan panas yang baru saja selesai. Yuri tersenyum kecut, pura-pura merasa senang dengan apa yang terjadi Entahlah, dia merasa sesuatu yang kurang, ada yang terganjal pada dirinya saat tak mendapatkan puncak yang sesungguhnya.

Beberapa menit berlalu, napas David terdengar teratur artinya dia telah tertidur. Rutinitas kerja yang padat selalu membuat David kelelahan dan pastinya selalu meninggalkan Yuri yang masih terjaga.

Yuri pun bangun hendak membersihkan diri, sambil menahan rasa sakit dan ngilu yang berasal dari area sensitifnya. Meskipun setiap sentuhan David membuatnya terlena tetapi di akhir permainan Yuri belum mendapatkan kenikmatan. Bahkan hanya rasa sakit yang Yuri dapatkan.

Setelah membersihkan tubuhnya dan berganti dengan gaun tidur yang baru, Yuri pun ikut berbaring di samping tubuh suaminya yang sudah terlelap terlebih dahulu.

" Yuri... Yuri... Yuri.. Dimana kamu. Ibu datang bukannya disambut," teriak seorang wanita paruh baya yang tak lain ibu mertua Yuri, Yola.

Berkali-kali Yola berteriak tetapi Yuri tak kunjung menghampirinya. Karena tenggorokannya merasa kering, Yola pun meneguk segelas air putih, tetapi tidak menghilangkan rasa kesalnya.

"Dasar menantu tidak berguna !!" umpat Yola, sejak awal Yola kurang menyukai Yuri.

Yuri yang hanya seorang yatim piatu dirasa kurang cocok menjadi pasangan David. Yola menginginkan menantu yang berasal dari keluarga berada. Padahal Yuri sejak SMA sudah hidup mandiri membiayai sekolah dan kuliahnya. Ditambah Yuri yang tak kunjung hamil selama tiga tahun menikah. David yang merupakan anak satu-satunya dituntut untuk segera memiliki seorang anak.

"Ada apa sih Bu masih pagi sudah bikin ribut, malu kalau didengar tetangga," seru David keluar dari kamarnya sudah dengan pakaian yang rapi.

"Mana istrimu itu, ibu datang bukannya disambut," ketus Yola tidak terima.

"Yuri masih tidur, Bu. Lagian ngapain sih pagi- pagi begini datang ke rumah," sahut David.

"Apa tidur !!! Benar -benar wanita tidak berguna. Ayam saja bangun lebih dahulu dan bisa bertelor. Wanita itu hanya bisa numpang makan tetapi beranak saja tidak bisa. Dasar wanita mandul !!" umpat Yola, semakin tidak suka saja rasanya dengan menantunya itu.

"Bu, bisa tidak, jangan berkata kasar seperti itu. Kalau Yuri dengar pasti sakit hati. Apa tidak bisa ibu tidak berkata seperti itu lagi," kata David sambil membuat kopi.

"Ibu lebih sakit hati karena kamu tidak mendengar nasihat Ibu dan lebih memilih menikah dengan wanita miskin itu. Dan hasilnya apa, sudah miskin, mandul pula. Lebih baik kamu mencari wanita yang bisa memberikan ibu cucu," hardik Yola tanpa henti

"Cukup Bu. Jika ibu masih menghina Yuri lebih baik Ibu pulang. Rasanya kepala David mau pecah." David meninggalkan Ibunya seorang diri, untuk bersiap kerja. Lengkingan suara ibunya terngiang dan berputar-putar seperti kaset rusak.

"Dasar anak durhaka, jika bukan demi cucu ibu tidak sudi datang ke sini. Ini jangan lupa berikan pada istrimu, awas jika dibuang akan ibu paksa dia minum dua botol," ucap Yola sambil mengeluarkan botol yang berisi cairan hijau pekat.

Tuntutan Untuk Segera Hamil

Karena tidak ada pekerjaan online yang harus Yuri kerjakan, dia memutuskan untuk menata taman kecil yang ada di halamannya. Dia bangun kesiangan dan mendapati sang suami sudah pergi bekerja dan tak lupa menyiapkan sarapan untuk Yuri. Yuri juga melihat sebuah botol dengan warna cairan hijau pekat, tentu tanpa harus membukanya Yuri tahu betul apa yang ada di dalamnya.

Sejak awal pernikahan ibu mertua Yuri selalu memberikan ramuan jamu yang merupakan resep nenek moyang. Pemberian ramuan tersebut dipercaya dapat membuat Yuri cepat hamil. Sudah bosan rasanya Yuri meminum ramuan jamu tersebut, rasanya yang sangat pahit dan bau rempah-rempah selalu membuat Yuri mual dan bisa saja muntah jika tidak menahannya. Bahkan tak jarang ramuan tersebut bukan membuat Yuri hamil tetapi justru membuat Yuri sakit diare. Sudah berulang kali David mencoba agar ibunya menghentikan memberi ramuan tersebut namun jika menolak dan tidak meminumnya sama sekali Yola pasti akan marah besar. Pastinya David tidak bisa berkutik jika ibunya sudah mengatakan dia anak durhaka karena membantah omongan ibunya.

Yuri mendesah kasar, bingung harus melakukan apa dengan ramuan jamu tersebut. Jika di buang ibu mertuanya pasti akan memaki-maki dirinya sebagai menantu pembangkang dan tidak berguna. Tetapi jika Yuri memaksakan diri untuk meminumnya, bisa -bisa Yuri akan menginap di rumah sakit. Akhirnya Yuri mempunyai ide cemerlang, dituangkan sebagian isinya seolah-olah Yuri sudah meminumnya dan sebagian besar Yuri buang di wastafel. Ramuan jamu itupun disisakan sedikit, agar tidak dicurigai jika dibuang oleh Yuri.

Setelah pekerjaan rumahnya selesai, Yuri menuju halaman depan dengan membawa peralatan berkebun. Di halaman kecilnya terdapat taman bunga yang ditumbuhi bunga mawar dan melati kesukaan Yuri. Selain menghabiskan waktu senggangnya, mengelola taman bunga kecil juga menjadi pendapatan tambahan untuk Yuri karena bunga yang ditanam olehnya merupakan varietas bunga import sehingga ada toko florist yang mengambil dan membeli bunga mawar milik Yuri jika sudah berbunga.

Tak berselang lama sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di depan rumah Yuri. Seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu mertuanya turun dari pintu belakang, Yuri lantas mencuci tangannya dan bersiap untuk menyambut ibu dari suaminya itu. Entah ada urusan apalagi yang membuat ibu mertuanya datang kembali di sore hari, padahal tadi bagi beliau sudah datang membawa ramuan jamu. Tak lupa Yuri mencium tangan ibu mertuanya sebagai bentuk penghormatan.

"Ibu datang lagı kemari? Ada apa Bu?" tanya Yuri penasaran.

Kedua alis Yola terangkat, wajah berubah menjadi jutek, "Apa kamu tidak senang ibu datang kesini? Suka-suka ibu lah mau datang kapan saja, ini juga rumah anak ibu," jawabnya dengan ketus, tak pernah sekalipun Yola bersikap ramah kepada Yola.

"Bukan begitu maksudnya Bu, tapi tadi pagi bukannya ibu sudah datang?" Yuri berjalan di belakang ibu mertuanya yang sudah menyelonong masuk tanpa menunggu izin dari Yuri.

"Ohh jadi kamu tahu ibu datang tadi pagi, apa David yang memberitahu kamu?" selidik Yola, dia tidak suka jika sedikit-sedikit anaknya memberitahu apapun kepada Yuri.

Yuri menggelengkan kepalanya, David tidak memberitahu jika Yola datang ke rumah. Padahal pada jam istirahat tadi mereka sempat bertelepon.

"Lalu dari mana kamu tahu jika ibu datang? Apa jangan-jangan tadi pagi saat ibu datang sebenarnya kamu sudah bangun dan sengaja tidak keluar karena malas bertemu ibu," tuduh Yola, dia selalu saja berburuk sangka.

"Tidak Bu, tadi pagi Yuri memang bangun kesiangan. Yuri tahu ibu datang karena ada sebotol jamu yang biasa ibu bawa makanya Yuri tahu jika tadi pagi ibu datang," jawab Yuri dengan jujur.

"Dasar istri pemalas, bisa-bisanya kamu masih tidur disaat suami kamu sudah bangun. Jamu itu sudah kamu minum? Awas ya kalo berani kamu buang!!!"

"Sudah bu, sisa sedikit lagi mungkin aja Yuri habiskan nanti. Ibu mau minum apa, biar Yuri buatkan," ucap Yuri berusaha bersikap baik kepada Yola meskipun setiap ucapan yang keluar dari mulutnya menyakiti hatinya yang lembut.

"Tidak perlu, ibu sudah minum di luar. Ibu terpaksa datang ke sini lagi karena ibu akan mengajak kamu untuk ke rumah sakit," ujarnya merasa malas

"Untuk apa lagi Bu? Apa ibu masih tidak percaya jika Yuri tidak mandul? Yuri cape selalu saja ibu tuduh mandul. Apa hasil pemeriksaan di rumah sakit bulan lalu masih tidak bisa ibu percaya?" jawab Yuri dengan nada yang sedikit agak keras. Sejujurnya dia lelah melakukan segala hal keinginan ibu mertuanya hanya untuk mendapatkan anak.

"Pasti ada yang salah dengan hasil pemeriksaan kemarin, buktinya sampai saat ini kamu belum hamil juga. Sudah banyak yang ibu lakukan agar kamu hamil tapi apa hasilnya, sudah seperti ayam tua saja. Bisanya hanya numpang makan dan tak kunjung beranak!!" ucapnya penuh hinaan.

Meskipun sudah sering dihina seperti itu oleh Yola tetapi hati Yuri yang memang lembut selalu tersakiti. Apalagi sampai tega membandingkannya dengan hewan.

"Bu.. cukup!! Itu sangat menyakiti Yuri dengan tuduhan seperti itu!"

"Sudah jangan banyak bicara kamu, sekarang ikut Ibu ke rumah sakit sebelum David pulang. Ibu tidak mau rencana ibu gagal karena rasa kasian anak ibu sama kamu. Ayo cepat!!!" seru Yola sambil menarik tangan Yuri dengan kasar.

Karena tak siap, tubuh Yuri terbawa dan akhirnya terjatuh. Bukannya membantu Yola justru menyilangkan tangannya di perut dan hanya berdecak. Yuri mengaduh setelah kedua lututnya terbentur lantai, airmatanya mulai merembes namun dia tahan, tak ingin terlihat sebagai wanita cengek yang menangis karena hanya terjatuh. Tetapi bukan sakit di fisik, melainkan rasa sakit di hatinya yang membuatnya menangis.

"Sayang!!!!!!" Terdengar teriakan dari arah pintu rumah, rupanya David baru saja pulang dan melihat istrinya terjatuh akibat ditarik dengan kasar oleh ibu kandungnya.

Bergegas David menghampiri Yuri dan membantunya berdiri. Bisa David lihat sorot raut wajah Yuri dan kedua matanya yang merendah, sudah di tebak jika istrinya itu tengah menahan tangis.

"Apa yang ibu lakukan, kenapa ibu kasar sekali!!" protes David terhadap perlakuan ibunya yang kasar.

David tak pernah membela sikap yang salah meskipun itu datangnya dari ibu kandungnya. Dia juga sudah hafal bagaimana sifat dan tabiat ibu kandungnya itu.

"Ibu tidak melakukan apa-apa, istrimu saja yang sedang akting biar ibu disalahkan oleh kamu!!" hardik Yola berusaha membela diri.

Melihat sikap ibunya yang tidak mengakui kesalahannya, David hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Jangan kira David nggak tahu Bu. Dengan mata kepala David sendiri melihat bagaimana ibu dengan kasar menarik Yuri. Sebenarnya Ibu mau ajak Yuri ke mana," tanya David penasaran.

"Ga kemana-mana kok hanya mengajak Yuri menemani Ibu ke toko kue di depan jalan sana. Tapi istrimu itu malah nggak mau menemani Ibu," ucapnya berbohong.

"Jangan berbohong Bu, sangat tidak mungkin Yuli menolak keinginan ibu. Bahkan semua keinginan ibu yang tidak masuk akal pun Yuri selalu melakukannya termasuk meminum jamu yang rasanya sangat pahit yang sudah membuat Yuri tersiksa," balas David dengan nada yang keras.

"Mas.. sudah. Aku nggak papa kok, Mas." Yuri berusaha membuat suaminya tenang tak ingin melihat ibu dan anak ini saling beradu mulu.

"Kamu diam saja aja Yuri, apa kamu tidak cape selalu menjadi bulan-bulanan ibu. Mas saja tidak tega," ucap David dengan lembut.

"Sudahlah, ibu lebih baik pulang saja!!" seru Yola sambil berjalan ke arah pintu keluar.

"Diam di tempat Bu, jangan berani keluar rumah jika ibu belum mengatakan alasan sebenarnya kemana ibu akan membawa Yuri!!" David mengambil sikap tegas.

Dia tidak bisa melihat ibunya selalu bertindak seenaknya kepada Yuri, padahal Yuri selalu berbuat baik dan memberikan apa saja yang diminta ibunya termasuk membelikan tas branded berharga fantastis. David yang hanya staf biasa tentu tidak memiliki uang banyak untuk menuruti setiap kemauan ibunya, beruntungnya dia memiliki istri seperti Yuri yang pandai mengatur keuangan dan bekerja membantu keuangan keluarga hanya dari rumah.

Yola diam seribu bahasa, tak mungkin jika dia mengatakan akan mengajak Yuri ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan ulang kesuburan. Yola curiga jika Yuri melakukan pemalsuan hasil pemeriksaan karena Yuri memiliki kenalan dokter di rumah sakit tempatnya melakukan pemeriksaan bulan lalu.

Tak tega melihat ibu mertuanya dipojokan oleh David, Yuri memberitahu suaminya kemana ibu mertuanya itu akan mengajaknya. Kedua mata David melotot, hatinya mencelos, bagaimana bisa ibunya mengajak Yuri untuk melakukan test ulang. David tahu jika test tersebut menyakiti Yuri secara fisik.

"Untuk apa lagı Bu melakukan itu? Tidak mungkin hasil tes itu dipalsukan, itu menyalahi kode etik seorang dokter dan akan membuatnya di cabut izin prakteknya. Sudahlah Bu, untuk apa lagı. Yuri bukan seorang yang mandul, mungkin Tuhan memang belum mempercayai kita memiliki buah hati," ucap David dengan sendu, memeluk istrinya dari samping.

Hasil pemeriksaan memang tidak menyatakan Yuri sebagai wanita mandul, semuanya normal dan tidak ada gangguan dalam sistem produksinya. Bahkan dokter menyarankan agar David melakukan tes kesuburan juga, namun Yola tidak memperbolehkan David melakukan pemeriksaan karena percaya anaknya sudah pasti sangat subur. Menurutnya biaya test kesuburan sangat mahal dan hanya buang -buang uang dan waktu, jadi hanya Yuri saja yang melakukannya.

"Ibu hanya ingin seorang cucu David. Kamu juga tahu jika kemarin sepupu kamu sudah melahirkan anak yang kedua, padahal mereka menikah setelah kamu menikah. Dan kalian belum memiliki anak satupun. Yang artinya dia mandul David!!!" hardik ibunya dengan kasar tanpa memikirkan perasaan Yuri.

David terdiam, napasnya tercekat. Sesungguhnya dia juga ingin segera memiliki anak dan bosan dengan pertanyaan orang-orang disekitarnya yang terus bertanya kapan dia memiliki anak.

"Sudahlah kalian berdua jangan banyak omong lagı, ibu sudah tua dan lelah menunggu datangnya anak dari kamu Yuri."

"Jika dalam satu tahun ini kamu belum juga hamil maka Davin akan menikah dengan wanita pilihan ibu dan kamu tidak boleh melarangnya!!" ucap Yola tanpa basa basi.

"Bu.. jangan berbicara omong kosong. Sampai kapanpun David hanya mempunyai satu istri dan tidak akan pernah mengkhianatinya!!!" bela David.

"Apa kamu ingin, ibu cepat mati hah!! Kalo kamu tidak punya anak lalu siapa yang akan meneruskan keturunan keluarga kita David. Jangan bodoh kamu!!" umpat Yola dengan kedua bola matanya yang memerah.

"Jika kamu sampai menikah lagi, ceraikan aku mas!!!" teriak Yuri dengan berlinangan air mata, sudah lelah menahan emosi dan perasaannya sejak awal.

"Aku tidak akan pernah menceraikanmu Yuri, aku sangat mencintaimu!!" jawab David sambil memeluk erat tubuh Yuri.

"Jika kamu meminta cerai dari anak saya, maka rumah ini akan menjadi milik David!!"

Penolakan Ibu Mertua

Setelah perkataan ibu mertuanya, Yuri sudah tak dapat lagı menahan rasa kecewanya sehingga dia lebih memilih menghindar dan masuk kedalam kamar. Meninggalkan David yang masih berbicara dengan sang ibu. Begitu niatnya diketahui David, Yola masih saja memaksa Yuri untuk datang ke rumah sakir yang merupakan rekomendasi dari temannya itu. Sebelum Yuri melakukan test kesuburan ulang, dia tidak akan pernah puas.

Meskipun sudah diminta oleh David untuk pulang, Yola masih saja engga untuk beranjak. Dia tidak akan mau pulang sebelum Yuri mengikut kemauannya. Habis cara David untuk membujuk ibunya untuk tidak menyakiti Yuri lebih dalam lagi, apalagi ibunya mengajukan syarat hamil dalam satu tahun jika tidak kunjung hamil maka David harus menikah dengan wanita lain.

Hati wanita mana yang tidak hancur ketika suaminya telah di persiapkan wanita lain oleh ibu mertuanya. Meskipun sejak awal berhubungan dengan David, sinyal ketidaksukaan Yola sudah diperlihatkan. Selama lima tahun Yuri berusaha untuk selalu berbuat baik kepada orang tua David, tetapi tak pernah bisa merubah sikap sinis Yola.

Bahkan Yuri yang telah berbesar hati menjual usaha butiknya yang telah sukses demi sebuah rumah impian tak sedikitpun dilirik oleh Yola. Menurut Yola hal tersebut sudah sepantasnya bagi seorang istri untuk membantu suaminya. Usaha butik yang telah dia mulai sejak SMA dengan menyewa sebuah toko kecil hingga memiliki ruko dua lantai terpaksa di jual karena fokus melakukan program kehamilan.Uang penjualan butik bukannya disimpan oleh Yuri namun dipergunakan untuk membeli rumah, alasannya agar David tidak perlu melakukan KPR karena gaji David yang tidak terlalu besar sebagai karyawan dengan jabatan staff biasa. Karena rasa cinta Yuri terhadap David, diapun merelakan uang hasil kerja kerasnya digunakan untuk membeli rumah.

Hingga jam sembilan malam, Yuri masih saja di dalam kamarnya. David dibalik pintu masih berusaha membujuk Yuri untuk keluar dari kamar. Selain ingin berbicara berdua tentu saja membujuk Yuri untuk makan malam.

"Yuri sayang, buka pintunya. Mas boleh masuk kan?" ucap David memanggil istrinya dari luar pintu kamar.

"Sudahlah biarkan saja, ngapain kamu cape-cape bujuk dia. Dia bukan anak kecil yang harus dibujuk jika ingin makan," sahut Yola, dia masih belum pulang kerumahnya.

"Bu, bisa diam ga? Kenapa ibu tidak pulang saja dan jangan ganggu David dan Yuri?" keluh David, dia sudah lelah menghadapi kelakuan ibunya.

"Ibu tidak akan pulang sebelum bisa membawa Yuri untuk pemeriksaan ulang. Ibu yakin hasil pemeriksaan yang kemarin sudah direkayasa dan sebenarnya yang mandul itu adalah Yuri," ucapnya dengan begitu yakin.

"Terserah ibu lah mau melakukan apa saja asal jangan paksa Yuri melakukan pemeriksaan ulang. David ga masalah jika Yuri mandul dan kita tidak bisa memiliki anak. David mencinta Yuri dan tidak akan pernah menikahi wanita lain. David cape Bu sepulang kerja justru mendapat hal yang tidak penting ini. Sekarang David mau tidur, ibu silahkan mau menginap disini atau pulang, David tidak peduli," ujar David sambil berlalu dan berjalan menuju kamar tamu. Tak lupa David mengunci kamarnya agar ibunya tidak bisa memaksa masuk ke dalam.

Yola hanya bisa menggerutu melihat kelakuan anaknya, jika bukan demi mendapatkan cucu tak mungkin dia memaksakan kehendaknya. Yola sudah bertekad harus bisa membawa Yuri untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dia sangat yakın yang bermasalah adalah Yuri.

Semalam berlalu begitu saja, Yuri bahkan tertidur dalam tangisnya hingga di pagi hari bangun dengan mata yang bengkak. Perutnya yang terasa perih membuat Yuri terpaksa keluar dari kamarnya, hendak mengisinya dengan sedikit makanan kemudian kembali ke kamar. Hati Yuri masih terasa sakit dan belum ingin bertemu dengan David.

"Bagus ya, dasar istri tidak tahu diri, suami ditinggal tidur dan dibiarkan sendiri di ruang tamu. Sekarang malah enak-enak sarapan sendiri, ga peduli suaminya sudah bangun atau belum," celetuk Yola tiba-tiba dari arah belakang.

Mendengar suara lengkingan ibu mertuanya membuat nafsu makannya tiba-tiba menghilang. Sebenarnya Yuri ingin segera beranjak dan kembali masuk kamarnya tetapi dia tidak ingin dicap sebagai menantu kurang ajar dan semakin di benci oleh ibu mertuanya.

"I-ibu, ibu menginap disini semalam?" tanya Yuri tergagap, melihat raut wajah ibu mertuanya yang galak nyali Yuri menjadi ciut.

"Kenapa kamu keberatan? Sengaja ibu menginap di sini biar kamu ga bisa kabur. Cepat siap-siap kita pergi ke rumah sakit 10 menit lagı, jangan sampai David bangun," ucap Yola memaksa.

"Ta-tapi Bu......"

"Ga ada tapi tapian, ibu tunggu di depan ga pake lama. Ibu ga suka menunggu!!" serunya sambil membalikkan tubuhnya berjalan kearah depan.

"Yuri ga mau Bu, Yuri yakın hasil pemeriksaan kemarin sudah benar dan tidak salah. Bukan Yuri yang mandul!!" ucap Yuri dengan tegas, akhirnya dia mengambil sikap untuk tidak selalu menuruti kemauan ibu mertuanya.

Yola membalikkan tubuhnya dan mantap Yuri dengan tajam, amarahnya mulai muncul saat Yuri menolak keinginannya.

"Apa kamu bilang? Kamu tidak mandul?? Jadi kamu menuduh jika David yang mandul begitu?? Dasar menantu kurang ajar!" umpat Yola dengan sedikit berteriak.

"Bu-bukan maksud Yuri berkata seperti itu, tetapi hasil pemeriksaan sudah jelas Bu dan Yuri tidak mau melakukannya pemeriksaan ulang. Lebih baik Yuri melakukan bayi tabung daripada uangnya di gunakan untuk sesuatu yang sudah jelas!!" tampik Yuri.

"Bayi tabung? Kamu jangan gila Yuri!! Tidak.... Tidak... Jika kamu melakukannya ibu tidak akan Sudi mengakuinya, bahkan dengan tangan ibu sendiri yang akan membuangnya jika anak hasil bayi tabung itu sampai dilahirkan. Kamu ingin menipu ibu hah!!!" hardik Yola tak terima dengan ucapan Yuri.

"Tapi kan itu semua demi keinginan itu yang ingin segera memiliki cucu. Apa salahnya Bu kita ikhtiar dengan cara lain?" Yuri berusaha membujuk ibu mertuanya.

"Sampai kapanpun ibu tidak akan menerimanya!! Jangan gila kamu Yuri!" Yola semakin emosi,tak habis pikir dengan pemikiran menantunya. Semakin tidak suka saja dia dengan Yuri yang tak pernah sejalan prinsip hidupnya.

Mendengar keributan di luar, David dengan terpaksa bangun dari tidurnya padahal semalam dia tidur lewat tengah malam. Tak tidur bersama Yuri, David kesusahan untuk memejamkan matanya, hanya tidur ditemani bantal dan guling membuatnya merasa kesepian. Dengan sempoyongan, David berjalan keluar dari kamar tamu.

"Sayang, ibu ada apa sih, pagi -pagi begini susah ribut saja? Apa tidak malu sampai kedengaran tetangga Bu?" tanya David sambil menghampiri istrinya.

David segera memeluk tubuh Yuri dan menghirup wangi tubuhnya, baru terpisah semalam tetapi David sudah sangat merindukan istrinya itu. Tak lupa sebuah kecupan selamat pagi David berikan tepat di kening Yuri . Yuri sebenarnya ingin menghindari David untuk sementara mengingat semalam David tak tegas membela dirinya dihadapan ibu mertuanya. Tapi tak mungkin juga Yuri melakukan itu di depan ibu mertuanya yang ada dia akan semakin dihina oleh Yola.

"Istrimu yang tidak tahu diri ini menolak untuk melakukan test ulang dan lebih gilanya dia akan melakukan bayi tabung untuk mendapatkan seorang anak. Istrimu ini semakin lama semakin hilang akal!!" ungkap Yola dengan raut kesal.

"Benarkah itu sayang?" tanya David dengan tatapan hangat, Yuri hanya bisa menganggukkan kepalanya perlahan.

David berusaha menguatkan istrinya yang terus saja mendapatkan tekanan dari ibunya, dirinya saja sebagai anak kandung sangat sulit memahami ibunya itu.

"Memang apa salahnya Bu dengan program bayi tabung, toh sudah banyak juga orang yang melakukannya untuk mendapatkan anak?" sahut David memberikan pendapatnya.

"Apa otak kamu sudah dipengaruhi juga oleh istri kamu?? Jadi kamu juga setuju melakukan program bayi tabung?"

"Itu kan salah satu bentuk ikhtiar Bu, dan tidak ada larangannya." David masih berusaha untuk membuat ibunya melunak.

"Sampai kapanpun itu tetap tidak setuju!! Berani kamu melakukan hal itu maka seumur hidup ibu akan membenci kamu. Ibu sendiri yang akan membuangnya bayi itu ke panti asuhan. Ibu tidak sudi memiliki cucu hasil bayi tabung." Wajah Yola memerah menahan amarah, anaknya yang ikut membela Yuri membuatnya semakin membenci menantunya itu.

Yuri menahan tangisnya, tak ingin terlihat sebagai wanita yang lemah dan cengeng. Perkataan yang meluncur dari ibu mertuanya terlalu menyakiti hatinya. Padahal apa yang dia utarakan demi kebaikan semua orang, Yuri lelah jika harus mendengarkan pertanyaan kapan hamil.

"Tapi Bu, tidak ada yang salah dengan bayi tabung toh bayi itu juga merupakan hasil dari benih kami berdua. Bayi itu juga tetap Yuri yang akan mengandungnya selama 9 bulan dan melahirkannya. Hanya saja proses awalnya di bantu oleh alat medis," terang David menjelaskan kepada ibunya. Meskipun belum pernah bertanya secara langsung kepada ahlinya tetapi David pernah membaca artikelnya.

"Apa kamu tidak takut jika terjadi kecurangan, bagaimana jika benih milikmu ditukar dengan punya orang lain? Coba kamu pikir dengan akal sehat kamu David," ucap Yola tanpa di pikir dengan baik-baik.

"Bu berhentilah berpikiran buruk seperti itu. Tidak mungkin dokter akan melakukan hal seperti itu, itu menyalahi kode etik dan buat apa tujuannya Bu. Sudahlah Bu, sebaiknya ibu pulang sebelum ayah dirumah marah. David susah memesankan taksi online, maaf David tidak bisa mengantarkan ibu pulang karena harus pergi bekerja."

David pun memutuskan untuk meninggalkan ibunya dan membawa Yuri kedalam kamar. Wajah pucat Yuri membuat David begitu iba, ada hal penting yang harus dia bicarakan empat mata bersama istrinya. Namun hal yang tak terduga, terjadi didepan mata David dan Yuri.

"Ibu akan mati saat ini juga jika kamu masih bersikeras melakukan bayi tabung itu David. Kamu harus menikah lagı dengan wanita pilihan ibu jika dalam setahun istri kamu tidak hamil juga. Ibu akan mati di depan mata kalian berdua!!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!