NovelToon NovelToon

Papa, Mama Jadi Hantu 3 Penjual Tukang Cilok

Episode 1

“Heh, sudah siang ini. Ayo jualan,“ ujar si Josephine mengguncang-guncang tubuhku. Sebab rasanya kurang pas kalau pagi-pagi begini di kala matahari sudah meninggi masih saja berselimut di kamar, sehingga bakalan banyak penyakit yang akan datang. Termasuk usus yang bakalan semakin membesar dengan kotoran yang kering dan mengeras. Serta akan membuat usus itu mengembang. Sehingga perut menjadi bertambah besar untuk tak mampu mengecil. Makanya menjadi gendut perut. Untuk itu dengan zat cair akan mampu meluruhkan kotoran dalam usus yang mengeras. Dan dengan pelatihan khusus akan bisa kembali mengecilkan perut tersebut.

“U…“

Aku hanya menggeliat. Rasanya malas. Lemas. Dan enggan untuk bergerak sedikitpun. Karena memang sedari semula sudah merasakan demikian. Enak sekali rasanya cuma tiduran begitu. Tanpa memikirkan apapun.

“Ayo berangkat,“ ujarnya lagi. Kayaknya nggak ada bosan-bosannya membuat aku tak bisa memejamkan mata barang sekejap. Sebab ini sangat penting. Di saat tak ada apapun yang bisa di kerjakan, bukankah lebih baik memejamkan mata. Sehingga dalam mimpi nanti akan bertemu dengan sesuatu yang nikmat walau nyatanya tak ada. Sehingga nanti bakalan segar kala bangun. Atau kecewa, Ketika Impian itu malahan sesuatu yang menyeramkan. Dimana sesosok mahluk dengan cakar tajam yang mengejar-ngejar terus serta membuat kengerian tersendiri kala cakar itu seakan mengoyak badan. Atau Ketika dengan tiba-tiba berada di suatu padang tandus yang sangat luas, dan jauh dari mana-mana. Sehingga kebingungan arah dan tujuan. Dan di situ Cuma bisa menatap ujung cakrawala, yang seakan jauh sekali. Itulah ngerinya kala terbangun, sehingga tak jarang bakalan keluar keringat dingin yang deras. Bagai Tengah mencangkul saja.

“Aku lemes.“

“Kenapa, bukannya sudah makan?“ ujarnya curiga. Biasanya tak demikian. Karena makan sudah ada.

“Belum. anakku beberapa hari ini tidak memberi makan,“ ujarku, yang merasa masih lemas, karena belum ada asupan apapun yang bisa membuat tenaga pulih dan semakin kuat saja. Padahal biasanya ada. Walau makanan itu entah darimana setidaknya sudah ada yang mengganjal perut. Dan nyatanya selama ini fisik baik-baik saja. Walau entah dalam jiwa. Karena sedikit banyaknya peristiwa dulu itu benar-benar mempengaruhi pemikiran. Dan membuat semakin bingung kala segalanya seakan lenyap. Tapi bagaimana lagi kalau semua mesti terjadi. Dan segalanya mesti dilalui. Walau keinginan Bersama itu tetap ada, tapi tak semestinya melakukan Tindakan yang di luar kewajaran. Maka sewajarnya saja kita bakalan melaluinya.

“O…“

Aku sedih. Duduk sendiri. Semua pergi.

Dia lalu pulang. Kemudian mengambil makan dari rumah yang ada di depan ku itu. Walau apa. Aku juga nggak tahu. Nggak juga menentukan. Biarkan saja apa yang akan di beri. Lumayan kalau demikian. Setidaknya bisa menambah kekuatan serta sedikit semangat bila semua itu memang di kasih betulan. Karena memang beberapa waktu ini aku taka da apapun untuk di makan sebagai sarapan pagiku. Tak seperti biasanya. Mungkin ini saatnya aku bisa berfikir bahwa, hidup tak harus Bersama, ada kalanya kita harus berpisah. Dan saat perpisahan itulah yang membuat kita harus bertambah kekuatan untuk sanggup mengatasinya. Dimana hidup tak mesti Bersama. Walau satu keluarga juga tak mesti Bersama. Ada kalanya kita bakalan terpisah. Baik dengan sendirinya maupun oleh suatu keadaan. Yang memaksa segalanya demikian. Kembali ke awal. Sehingga semua bisa saling mengerti.

“Nih…“

Aku makan dengan lahap.

Episode 2

U…

‘Aku lagi benahi ini dulu.’

“Wah tulisannya semakin seram ya.“

Dia memandang kea rah tulisan aneh tersebut.

‘Penjual tukang cilok.’

Yang terasa semakin aneh, serta warna yang cemerlang. Terutama bila di sandingkan dengan bagian lain dari gerobak kotak dengan penuh jajanan tersebut.

‘Hehe…’ aku mengekeh.

‘Biar rapi untuk nutupi kerusakan saja kok ini,’ ujarku. Dengan begini menjadi lebih rapi dan di pandang juga indah. Apa-apa yang Tengah di perbaiki setidaknya bakalan lebih rapi dan lebih sempurna. Sehingga kita yang menggunakannya juga nyaman, serta nanti para pelanggan, pembeli dan yang melihat juga sedikit mengagumi. Karena makanan yang ada di dalam suatu tempat yang menarik, bakalan terkesan lebih nikmat. Sebab semakin bersih dan layak untuk di nikmati. Begitulah kira-kira pemikiranku, sehingga gerobak butut yang setiap hari menemaniku ini bisa lebih Panjang cara beroperasi, serta awet, karena terlindungi juga oleh pewarna dengan lapisan cukup kuat. Dan dalam pengoperasiannya juga lebih enak. Karena semua sudah melalui proses yang Kita Yakini suatu yang indah.

“Gitu.“

“Ya.“

Dia hanya melihat. Aku terus saja membersihkan gerobak tersebut, serta melihat mana kira-kira yang rusak. Walau memang kondisinya demikian, sebab itu sudah lama, serta sudah beberapa tangan yang menggantikannya. Dengan begitu setidaknya bakalan bisa menambah kekuatan, dan kalaupun itu kotor, akan sedikit lebih bersih. Dan jika itu sudah dalam kondisi kritis akan kerusakannya, setidaknya masih bisa di gunakan, dan bila perlu di perbaiki. Sebab dengan tampak cantik tadi, maka akan banyak yang menyukainya, terutama bila di bandingkan dengan kala seperti biasanya yang membiarkan kerusakan di sana-sini. Selain akibat usia yang memang menua bagi si gerobak tadi, juga pengeroposan akibat korosi, sebab memang ada bagian tertentu yang dari besi, serta pelapukan akan materi pembentuknya, juga sudah mulai terasa. Dengan adanya penambahan zat pewarna tadi, maka bakalan membuat segalanya lebih awet dan cemerlang.

Selebihnya nanti tinggal memuat dagangan yang banyak. Dengan rapinya tempat, tentu muatannya juga lebih banyak. Karena juga tersusun dengan rapi. Beda bila di tata asal-asalan. Karena panas, dan bentuknya memang demikian saja. Membuat segalanya itu seperti begitu saja.

Juga nanti dalam berjalan, biar tak terlampau capek, juga perlu paying. Walau tak ada hubungannya dengan Langkah, akan tetapi menjadi tak begitu panas akibat sengatan sang Mentari yang seakan turut mengiringi itu. Makanya seperti pada kebanyakan gerobak, akan di bekali paying. Tentu saja bukan hanya penjual cilok, tapi apa yang di jajakan tersebut juga melakukannya. Sebagai situasi yang darurat, terutama bila Tengah hari, Dimana matahari tepat di atas kepala, maka alat yang sebelumnya biasa itu menjadi luar biasa. Karena bisa berpengaruh terhadap kondisi tubuh. Bukan menjadi semakin hitam saja, namun panas yang menyengat, tentunya akan semakin menguras cairan dalam tubuh. Tentunya akan segera terganti dengan minuman ion yang sudah banyak di jajakan, atau Cuma sekedar air putih yang steril saja, namun juga tubuh tidak sampai dehidrasi, akibat kepanasan itu, sehingga menjadi lemah, letih, mata kunang-kunang, serta kunang mata-mata, dan pandangan menjadi berputar, seakan bumi berguncang dan mata jadi kabur, dengan pandangan tak jelas, lihat orang gendut seperti drum bekas, atau orang tinggi malah di kira seperti galah, baru kalau duit merah, menjadi Nampak cemerlang saja. Itulah yang patut di hindari.

Episode 3

Kita berangkat.

Setelah gerobak beres di benahi, serta memasukkan dagangan berikut segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tadi.

Tung!

Kita memukul gong kecil seperti biasa. Dengan begini kitab isa memanggil orang-orang tanpa capek memanggil mereka dengan suara. Inilah fungsinya alat. Yang dalam hal ini kenong tadi. Namun ada sedikit kelainan, andai dua penjual yang berbeda dagangan, akan tetapi mesti menggunakan alat yang sejenis. Maka suaranya jadi mirip. Dan pembeli tak bisa membedakan dengan jelas apa makanan yang di butuhkan. Bila menginginkan jajanan enak, nyatanya bukan yang dimaksud, tentu akan kecewa. Bila dia sedikit berani, mungkin saja membatalkannya. Namun bila pendiam, bisa saja membeli apa yang ada. Walau dengan rasa yang lain. Namun demikian, bila masakan itu kurang tenar, bisa menambah pemasukan dari mereka yang terpaksa membeli akibat salah kira. Di sinilah ada pemasukan tak terduga dari hasil penjualan yang sama. Dan di beri sesuatu yang sangat bermakna untuk kesehariannya yang memang sangat di butuhkan setidaknya untuk hari itu.

“Ayo beli.”

Lalu berhenti di bawah pohon rindang. Pohon ini lumayan teduh. Sehingga membuat siapa saja akan sedikit nyaman bila berada di situ. Serta tak perlu alat sudah sejuk. Apalagi di tambah dengan alat yang di bawa, maka akan semakin teduh saja, tentu untuk waktu yang seharian tersebut. Karena panas tidak kepanasan, dan hujan tak ikut basah, akibat pelindung itu di atasnya. Makanya tidak sedikit orang yang ikut menggabung dalam tempat tersebut. Apalagi bila terpaksa,missal hujan dating tiba-tiba, maka Lokasi itu akan langsung di datangi, walau katanya akan sedikit bahaya bila ada petir atau halilintar yang mencengangkan bila Cahaya serta kekuatan yang di timbulkan sangat besar. Sehingga selain membuat kaget, bisa ikut menyambarnya. Karena arus menjalar seiring alat yang merambat nya.

Di sini biasanya ramai. Tapi kali ini kemana anak-anak itu. Mungkin memang lagi sibuk sendiri. Atau daerah mainannya yang sedikit berubah. Mengingat anak-anak biasanya kesukaannya beda-beda. Terkadang Sukanya main bola, yang hanya memakai tanah kosong dekat rumah, Dimana bisa untuk main permainan tersebut. Apalagi bila lagi ada acara khusus misalkan piala kejuaraan di suatu benua, maka akan di lihat sepanjang malam yang sampai tiga-dua pertandingan. Sehingga melihatnya sampai mual akibat mabuk tontonan itu. Sehingga istirahat jadi kurang. Dan semakin di paksakan kalau esoknya mesti beraktifitas. Sehingga waktu kurang itu tetap tak di tutup hanya dengan istirahat di sisa waktu yang sangat kurang dari biasanya. Yang membuat selain perut mual tadi, pinggang juga rasanya sedikit beda. Entah itu karena capek semalaman akibat posisi duduk yang demikian terus, atau memang mengidap suatu penyakit yang ada dalam bagian tertentu, sehingga membuat segala sesuatunya mendapat kelebihan beban kerja yang bisa mengakibatkan suatu masalah.

Lalu beranjak ke sekolah. Barangkali di sana masih ada rejeki yang masuk. Istilahnya jemput bola. Kita mendatangi para calon pembeli supaya mau memperhatikan apa yang kita tawarkan. Sebab kalau tidak demikian, banyak yang tak paham, sehingga menganggap tidak tahu, dan tidak mau tahu. Dengan kesediaan kita mendekati para yang butuh itu, ada kalanya mereka merasa di butuhkan.

Ternyata lagi libur. Sedikit sepi. Tak seperti biasanya.

Pada mengambil rapot. Rupanya hari terakhir mereka masuk. Dan bakalan libur Panjang.

Setelah itu, Langsung pada pulang.

‘Waduh… Nggak laku nih.’

“Wah sulit ya sekarang.“

‘Iya…’

‘Huh capek.’

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!