Swedia, Laroy in Stockholm. 01:45 a.m
Seorang gadis tampak berlari dengan cepat sambil memegangi gaunnya yang sudah ia robek sebagian.
"Ayah, maafkan Kelly. Gaun mahal yang ayah belikan untuk Kelly malah Kelly robek," ucapnya dengan pelan.
Kelly berlari menghindari kejaran banyak orang asing yang tengah mengincarnya. Ia berpencar dari sahabatnya yang juga mendapatkan pengejaran yang sama. "Harusnya aku mengikuti perkataan ayah tadi," gumam Kelly sambil terus berlari dengan gaun miliknya yang sudah ia robek hingga sebatas paha nya agar ia bisa berlari dengan leluasa.
Seharusnya ia menuruti kata ayahnya dan tidak mengabaikan perasaan tidak enaknya. "Ah sial! Ayah, aku tidak tau ini dimana. Ponsel ku hilang, aku tidak tau melemparnya kemana," ucapnya sambil menangis kecil.
Sepatu hak tinggi miliknya yang ia pegang sambil berlari terengah-engah di tengahnya jalan sepi yang tidak tau dimana letaknya.
"Aku, aku tidak bisa berlari lagi," lirih Kelly sambil memegang dinding disampingnya dengan nafas yang memburu.
Kelly menoleh kebelakang, ia membulatkan matanya. Sekelompok orang yang mengejarnya terlihat di ujung jalan. "Astaga! Mereka menemukanku!" ucapnya, ia pun langsung berbelok berlari kedalam gang kecil di sebelahnya.
Gang kecil yang tidak di sinari lampu apapun, ia masuk perlahan dan ia menatap ke arah depan dengan nafas memburu. rambutnya yang sudah berantakan tidak jelas dan luka kecil di kaki dan tangannya, terlihat jelas jika ia sangat bersusah payah untuk berlari.
Kelly berjalan mundur dengan mengendap-endap. Sentuhan di pundaknya membuatnya hampir memekik kaget namun tertahan saat mulutnya di bungkam dengan cepat.
"Stt! It's okay. Everything is alright," suara berat di belakangnya berusaha menenangkannya.
Kelly menangis, ia berpikir jika pria di belakangnya satu komplotan dengan mereka. Pria itu menunduk lalu tertawa kecil membuat nyali Kelly semakin menciut. Di gelapnya malam di tambah gang sempit yang ia masuki, ia tidak bisa melihat wajah pria yang berada di belakangnya.
"Tolong aku!" jerit Kelly dalam hati.
"Mereka akan terus mengejar. Ayo aku bantu kau melompati pagar di belakang," ucap pria itu sambil menggendong tubuh Kelly dengan cepat seperti mengangkat barang ringan.
Kelly membulatkan matanya dan hampir berteriak. Ia melompati pagar hitam di belakangnya dan pria itu menyusul dari belakang. Pria itu berjalan menuju mobilnya yang tidak jauh dari hadapan mereka.
"Masuklah ke dalam mobil. Beritahu alamatmu aku akan mengantarmu pulang," ucapnya sambil membuka pintu mobil.
Kelly menatap ragu pria yang di hadapannya ini. Tampilannya sangat mencurigakan, berkacamata hitam dan memakai masker lalu juga menggunakan jaket tebal berwarna hitam.
"Cepatlah Kelly, disini bahaya untukmu," ucap pria itu membuat Kelly menoleh dengan terkejut.
"Kau tau namaku?" tanya Kelly tidak percaya.
Pria itu menganggukkan kepalanya. "Masuklah dulu. Aku akan menjelaskannya di dalam mobil. Kita harus keluar dari tempat berbahaya ini dulu," ucapnya mencoba meyakinkan Kelly.
Kelly akhirnya masuk ke dalam mobil tersebut. Pria itu langsung menginjak gas mobilnya dan pergi dengan cepat menjauh dari tempat itu.
Kelly menoleh menatap pria yang tengah sibuk menyetir itu. "Kau siapa? Kenapa kau bisa tau namaku?" tanyanya.
Pria itu menoleh lalu ia membuka kacamata hitam dan masker miliknya dan menatap Kelly. "Kau tetap ceroboh ya Kelly," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.
Kelly mengerutkan keningnya. Pria itu menjentikkan jarinya ke dahi Kelly. "Aku Damian Kelly," ucapnya. "Gadis kecil, kita bertemu lagi. apa kau merindukan ku?" ujar Damian.
Kelly melongo, ia menatap Damian. "Dami?"
"Yes, i am,"
...∆∆∆...
Brakk~
Seorang pria dengan luka jahit di kepalanya melepar vas bunga yang berada di sampingnya dengan keras membuat vas tersebut langsung pecah berserakan.
"M-maaf tuan. Kami kehilangan jejaknya," ucap salah satu ajudannya sambil menunduk ketakutan.
"Brengsek! Kenapa kalian tidak becus sialan?! hampir saja dia jadi milikku sekarang, ah sial! Idiot!" umpatnya dengan keras sambil meringis memegangi kepalanya yang baru saja di jahit.
Calvin Molive Defron, memiliki marga yang sama dengan Damian karena mereka masih memiliki hubungan darah. sangat terobsesi gila dengan Kelly, gadis manis milik keluarga Xander dan Xavellion. Sejak pertemuannya saat itu membuat Calvin terus terbayang bayang dengan wajah Kelly yang begitu cantik.
Ia menemukan Kelly berada di club yang sama dengan dirinya membuat ia melakukan tindakan langsung dengan Kelly bahkan hampir melakukan hal yang tidak senonoh pada Kelly namun hal tersebut di gagalkan oleh sahabat Kelly yang melemparkan gelas kaca kearah kepalanya membuat kepalanya mendapat tiga jahitan.
"Sialan!" teriak Calvin sambil melemparkan barang barang yang ada dihadapannya.
Cklek'
Brakk'
Calvin menoleh terkejut. Ia melihat Damian datang dengan wajah merah padam menahan amarah dan ia berjalan menghampiri Calvin.
Calvin mengerutkan keningnya. "Apa yang---"
Bugh'
"Apa yang kau lakukan pada Kelly brengsek!" umpat Damian.
Calvin mengusap bibir nya yang mengeluarkan darah karena pukulan Damian. "Aku hanya menyentuhnya sedikit. Jangan pelit begitu, aku---"
Bugh'
"Oh Damn! You touched something you shouldn't, you bastard!" Damian murka sambil menarik kerah baju Calvin. Ia marah, sangat marah saat ia mendengar kabar kalau semua ini ulah sepupu sialan di depannya ini.
Damian hampir saja kehilangan Kelly lagi. untung saja ia menghabisi semua orang suruhan Calvin dengan cepat jika tidak, ia tidak tau hal gila apa yang akan di lakukan sepupu gilanya ini.
Calvin menyeringai dengan bibir robek mengeluarkan darah. "Why not? I'm crazy about that girl." ucapnya dengan tatapan menantang. "Dia sangat seksi,"
"She's mine dammit!"
...∆∆∆...
...TBC...
Say hello guys. Ketemu lagi kita di season kedua cerita aku My Daddy.
Gimana menurut kalian prolog perkenalannya hehehe 😁😁
Perjalanan pulang, Damian sempat datang ke salah satu rumah mewah yang asing menurut Kelly namun Kelly tidak di perbolehkan untuk turun dari mobil hanya Damian yang masuk ke dalam rumah tersebut. Namun saat kembali dari rumah itu wajah Damian mengalami luka kecil di pelipis matanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Kelly saat Damian sudah masuk ke dalam mobil. Ia berusaha untuk menyentuh luka tersebut.
Damian menahan tangan Kelly, ia menatap Kelly sambil tersenyum tipis. "Tidak ada yang terjadi. Aku baik baik saja," ucapnya.
Damian mengerutkan kening nya saat merasakan tangan Kelly yang sedikit kasar. ia menatap tangan Kelly dan menatap marah. Melihat banyak luka di tangan Kelly, kemungkinan besar Kelly sangat bersusah payah untuk kabur.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa mendapatkan luka ini?" tanya Damian sambil mengusap luka Kelly.
Kelly menggaruk pipinya pelan, sudah jadi kebiasaan nya dari kecil. "Itu, hehe. Aku memukul mereka dengan gelas kaca dan melompat dari jendela yang aku pecahkan. Jadi ini luka yang aku dapat," ucapnya.
Damian terdiam, ia menatap Kelly lalu menghela nafas pelan. "Kita putar balik," ucapnya sambil membanting stir dengan pelan.
Kelly menatap bingung. "Kemana?" tanyanya heran.
Damian menoleh sekilas sambil terus menggenggam tangan Kelly. "Ke rumah ku. Kita obati dulu lukamu," ucapnya. "Jika di biarkan akan infeksi," sambungnya.
Kelly menatap Damian, ia memegangi lengannya. "T-tapi ayah ku---"
"Tenang saja. Aku akan menelfon ayahmu dan mengatakan kalau kau baik baik saja bersamaku," potong Damian. Ia pun pergi menuju rumah nya untuk mengobati Kelly sebelum ia mengantarkan Kelly pulang ke rumah.
Mereka pun akhirnya sampai, Kelly menatap sekelilingnya dengan kagum saat melihat desain bangunan yang klasik berdiri di depannya.
"Ini rumah mu?" tanya Kelly.
Damian menoleh dan menganggukkan kepalanya. "Lebih tepatnya rumah orang tuaku," balasnya.
Saat mereka masuk, mereka di sambut beberapa penjaga dan maid di rumah tersebut. Damian menunduk, ia baru sadar kalau Kelly tidak mengenakan alas kaki apapun dan membuat kaki mungilnya terluka.
Damian mendengus, ia pun menggendong tubuh Kelly dengan cepat membuat Kelly memekik kecil karena terkejut.
"Apa yang kau lakukan?!" tanya Kelly.
"Menggendongmu apalagi?"
...∆∆∆...
Xavellion berjalan ke kanan dan ke kiri sambil menunggu pencarian yang di cari oleh anak buahnya bahkan ia pun ikut mencari juga namun tidak dapat hasil. Bahkan Xander yang sedang tertidur di rumahnya karena mengalami demam saat mendengar kabar jika Kelly di kejar banyak orang tidak di kenal membuat Xander langsung pergi saat itu juga.
"Bagaimana kau bisa ceroboh seperti itu idiot?" tanya Xander kesal, ia memegang kepalanya yang masih pusing.
Xavellion menatap jendela rumahnya. "Maafkan aku. Aku sudah merasa tidak enak dengan perasaan ku saat melepaskan Kelly pergi ke tempat sialan itu. Tapi putri ku menyakinkan kalau dia baik baik saja," ucapnya.
Xander memijat pelipisnya. Ia memukul dinding di sampingnya. "Cleo, hubungi ayah ku. Minta dia kirimkan belasan orang untuk mengacak acak tempat sialan itu sampai mereka menemukan putriku Kelly," ucapnya.
Cleo menganggukkan kepalanya, ia langsung pergi saat itu juga. Kaisel yang datang dengan tergesa-gesa, ia melepaskan helm yang ia kenakan. "Dad, apa yang terjadi dengan kakak?" tanyanya dengan nafas memburu.
Xander menoleh, ia menggelengkan kepalanya. "Jangan pikirkan itu. Pulanglah, kakakmu pasti pulang," ucapnya.
Kaisel berdecak. "Bukan itu yang aku maksud. Kenapa kakak? Kenapa ponselnya tidak bisa di hubungi?" tanyanya khawatir.
Xander menghela nafas pelan. "Pulang Kaisel. Ini jadi urusan Daddy," ucapnya.
Kaisel menatap kesal. "Tapi---"
"Dengarkan ayahmu boy," ucap Xavellion memotong. "Kakakmu pasti kembali," sambungnya.
Kaisel menghela nafas kasar, ia mengambil kembali helmnya dan keluar dengan perasaan gundah. Xavellion menggelengkan kepalanya, sikap Kaisel sama persis dengan Xander. Terlalu keras kepala.
Xavellion menghela nafas pelan, belum ada kabar apapun. Ia pun menatap Xander. "Lebih baik kita---"
Drtt'
Xavellion menatap ponselnya sambil mengerutkan keningnya. Nomor tidak di kenal sedang menelfon nya. Ia pun menatap Xander dengan bingung.
"Angkat saja," ucap Xander.
Xavellion menganggukkan kepalanya. "Halo?"
"Tuan Xavellion, right?" suara pria yang tidak di kenalnya berbicara.
Xavellion mengerutkan keningnya. "Benar. Kau siapa? Darimana kau tau nomor ponsel ku?" tanyanya penasaran.
"Aku Damian, Damian Xavellion Defron. Kau pasti ingat namaku. Aku teman masa kecil Kelly dulu," ucap Damian.
Xavellion menatap Xander di balas tatapan bingung oleh Xander. "Lalu? Kenapa kau menelfon ku?" tanyanya heran.
"Aku hanya ingin bilang jika putri mu Kelly ada bersama ku," ucap Damian.
Xavellion menatap terkejut. "Kau---"
"Tenang saja, putrimu aman bersamaku. Karena aku yang menyelamatkan nya. Untuk saat ini aku belum mengantarkan nya, luka putrimu harus di obati sesegera mungkin," balas Damian santai.
"Kirimkan alamatmu. Aku yang akan kesana!" ucap Xavellion dengan tegas.
Damian berdecak. "Sure. Aku akan mengirimkan lokasinya ke ponselmu," jawabnya.
Xavellion mematikan ponselnya. "Kelly bersama Damian," ucapnya.
Xander mengerutkan keningnya. "Damian? Apa maksud mu teman kecil Kelly?" tanyanya.
Xavellion menganggukkan kepalanya. "Benar. Saat ini Kelly ada di rumahnya. Ayo kita kesana sekarang," ucapnya.
Xander menganggukkan kepalanya dengan singkat, lalu mengambil kunci mobilnya. Namun baru beberapa langkah ia terhenti membuat Xavellion menatap bingung.
"Ada apa? Ayo!" ucap Xavellion mendesak.
"Tunggu sebentar. Kau bilang Kelly bersama Damian? Kenapa bocah sialan itu ada disana?" tanya Xander heran.
Xavellion terdiam seketika. "Aku tidak tau---"
Xander menarik baju Xavellion dengan cepat. "Brengsek! Cepat jemput Kelly! Sampai ada luka gores di tubuh putriku. Aku akan memenggal kepalanya!"
...∆∆∆...
...TBC...
Damian sibuk mengobati telapak tangan Kelly yang terluka, ia mengolesi obat dengan begitu telaten sedangkan Kelly sibuk memegang baju Damian untuk menyalurkan rasa sakit yang di deritanya.
Damian tertawa kecil membuat Kelly mendengus. "Apa yang kau tertawakan?" tanyanya kesal.
Damian mengangkat bahunya acuh. "Tidak ada. Hanya menertawakan sesuatu yang lucu," ucapnya.
Kelly memperhatikan wajah Damian, ia pun mengerutkan keningnya saat melihat mata Damian yang sebelah kanan. "Apa yang terjadi dengan matamu?" tanyanya sambil menyentuh bagian mata Damian.
Damian terdiam, ia tersenyum tipis. "Mata sebelah kanan ku mengalami kebutaan," ucapnya.
Kelly menatap terkejut. "Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyanya lagi.
Damian sibuk mengompres luka di tubuh Kelly bahkan hingga kaki. "Tentu saja bisa karena aku mengalami kecelakaan," ucapnya dengan santai.
Kelly menatap tidak percaya. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu saat kau pergi sejak saat itu?" tanyanya.
Damian tersenyum tipis, ia mengusap rambut Kelly. "Banyak yang terjadi padaku, tapi tidak masalah selagi aku masih hidup saat ini. Tidak masalah dengan mataku yang buta, aku bisa menyembuhkannya kapan pun aku mau," ucapnya sambil membereskan peralatan pengobatan yang ia lakukan untuk Kelly.
"Kenapa kau tidak menyembuhkan nya sekarang?" tanya Kelly lagi.
Damian bangun dari duduknya dan menatap Kelly. "Aku lebih nyaman seperti ini," balasnya.
Damian memberikan alat alat tersebut pada maid nya sedangkan Kelly menatap perban yang melilit kaki dan tangannya.
Damian mengambil alih nampan makanan yang di berikan untuk Kelly, ia pun duduk di samping Kelly. "Makanlah. Setidaknya ada sedikit makanan yang masuk ke dalam perutmu," ucapnya.
Kelly menatap nampan berisi susu dan roti sandwich dengan tatapan malas. "Haruskah? Aku tidak ingin makan," ucapnya.
"Makan Kelly!" paksa Damian. "Kapan kau akan tumbuh besar kalau kau tidak makan?" tanyanya.
Kelly mendengus kecil. "Aku sudah besar!" protesnya.
Damian terkekeh kecil. "Oh ya? Tapi kau masih kecil bahkan tinggi badan mu begitu kecil dari pada aku," ledeknya.
Kelly mencibir kesal. Damian tersenyum manis. Ia pun memberikan roti tersebut untuk di pegang oleh Kelly.
"Makan! Atau aku akan memaksamu makan dengan mulutku?!"
...∆∆∆...
Cklek'
Xander dan Xavellion datang dengan tergesa-gesa. Mereka berlari masuk dengan cepat. Beberapa maid Damian menatap mereka dengan bingung.
"Bocah sialan! Dimana putriku!" teriak Xander membuat Xavellion menoleh, ia pun menepuk keningnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Ini rumah orang Xander. Perhatikan sopan santun mu," ucap Xavellion.
Xander mendengus. "Sopan dengan bocah itu? Sorry? Apa itu ada di dalam kamus ku?" tanyanya dengan datar.
Damian yang mendengar suara itu pun, ia bergerak bangun perlahan setelah memastikan Kelly sudah tertidur pulas. Ia pun menyelimuti tubuh Kelly dengan selimut tebal sebelum ia keluar dari kamar tersebut.
Damian akhirnya keluar dari kamar dan menghampiri Xander dan Xavellion. "Sudah datang teryata," ucapnya.
Xander menoleh, ia mengerutkan keningnya. "Kau Damian? Bocah ingusan yang menyebalkan itu?" tanyanya tidak percaya saat melihat pria di depan nya berperawakan jakung dan sangat tampan.
Xavellion menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Xander. "Dimana Kelly?" tanyanya. Itu lebih penting dari pada perkataan Xander.
Damian tersenyum kecut. "Iya benar, aku Damian teman Kelly dulu," ucapnya. "Kelly ada di kamarku, dia sedang tertidur," ucapnya.
Xander menarik kerah baju yang di pakai Damian. "Apa yang kau lakukan pada putriku sialan?!" tanyanya.
Xavellion menahan tangan Xander yang tengah mencengkram kuat baju Damian. "Astaga Xander! Apa kau tidak bisa mendengarkan penjelasan anak ini dulu?!" tanyanya tidak percaya.
"Apa aku harus percaya pada bocah idiot ini?!' tanya Xander kesal.
Damian menghela nafas pelan, tidak mudah baginya untuk berbicara dengan ayah angkat Kelly yang sebelas dua belas dengan harimau.
"Kelly baik baik saja. Putrimu hanya kelelahan karena semalaman dia berlari untuk melarikan diri dari kejaran orang yang ingin membawanya," ucap Damian menjelaskan.
Xavellion berhasil melepaskan tangan Xander yang berada di baju Damian, ia pun menghela nafas pelan. "Apa putriku baik baik saja?" tanyanya.
Damian menganggukkan kepalanya. "Putrimu baik baik saja tuan Xavellion. Setelah di obati dan aku memberi makanan untuk mengisi energi nya lalu dia sudah tertidur pulas," ucapnya.
Xander menatap Damian dengan tatapan menyelidik. "Kau tidak meniduri putriku kan?!"
...∆∆∆...
Xavellion memijat pelipisnya dengan lelah, saat ini mereka duduk di ruang tamu dengan Xander yang duduk di hadapan Damian dengan wajah menantang sedangkan dirinya berada di tengah tengah kedua pria yang sedang perang dingin.
"Jadi maksudmu, kau kenal siapa yang melakukan ini?" tanya Xavellion.
Damian menganggukkan kepalanya, Xander mendengus. "Apa kau percaya ucapan bocah idiot ini?" tanyanya sambil menunjuk kearah Damian.
Damian menatap datar mendengar ucapan Xander, Xavellion mengusap wajahnya dengan kasar. "Abaikan dia. Jawab pertanyaan ku Damian," ucapnya.
Damian menatap Xavellion. "Kurang lebih aku paham pelaku nya karena yang melakukan ini masih memiliki hubungan darah denganku," ucapnya.
Xavellion menatap bingung. "Siapa?" tanyanya.
Damian menyandarkan tubuhnya di sofa. "Sepupuku," balasnya. "Jika aku tidak ada disana, aku tidak tau apa yang terjadi pada Kelly malam itu," sambungnya.
Brakk'
Xander memukul meja di hadapannya. "Berikan alamat si brengsek itu. Aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri!" ucapnya sambil bangun dari duduknya namun di tahan oleh Xavellion.
"Apa yang kau lakukan astaga?! Apa kau kira kau bisa masuk dengan mudah di wilayah Defron?" tanya Xavellion menatap tidak percaya.
Xander mendengus, ia pun kembali duduk dengan raut wajah kesal. Damian menatap heran, ayah angkat Kelly teryata lebih susah berbicara dengannya dari pada ayah kandung Kelly sendiri.
"Kalau begitu terima kasih," ucap Xavellion membuat Damian menoleh. "Terima kasih karena kau sudah menyelamatkan putriku dari bahaya," sambungnya.
Damian menganggukkan kepalanya. "Jadi kau akan langsung membawa Kelly?" tanyanya.
Xavellion berpikir sejenak. "Sepertinya aku harus menunggu sampai putriku bangun. Kejadian malam itu pasti membuatnya sedikit shock," ucapnya.
Xander menganggukkan mengiyakan perkataan Xavellion, ia pun menatap Damian lalu menunjuk wajah Damian dengan kesal. "Jangan coba coba mendekati Kelly," ucapnya. Damian menatap bingung sedangkan Xavellion menatap tidak percaya.
"Walaupun aku berhutang budi padamu, aku tidak akan membiarkan putriku dekat dengan pria seperti mu. Jangan macam-macam!"
...∆∆∆...
...TBC...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!