NovelToon NovelToon

Aleesya

Aleesya Shaabira Bagaskara

Malam itu hujan lebat disertai petir menggelegar. Dimobil sedan itu ada sebuah keluarga kecil baru pulang dari makan malam.

"Hati-hati pah, hujannya besar banget !" Ucap seorang wanita dipinggir pak Mario yaitu istrinya Nania Subagyo.

"Iya mah, papah juga tahu. Aleesya sayang tunggu yah sebentar lagi sampai !" Lanjut Mario pada anaknya Aleesya yang duduk dibelakang.

DUGH DUGH DUGH

Mobil itu pun terhantam oleh truck besar dari arah berlawanan. Kecelakaan maut itu terjadi, mobil sedan yang ditumpangi Mario beserta keluarganya berguling-guling, dan hampir meledak.

Seorang pria dewasa mengambil Aleesya yang sudah tidak sadarkan diri. Tak lama banyak warga sekitar sana yang mencoba menyelamatkan orangtua Aleesya. Tapi naasnya mereka tidak selamat. Hanya Aleesya yang selamat dan dibawa pergi oleh pria itu.

-

-

-

15 tahun kemudian ~~~

Aleesya Shaabira Bagaskara anak dari Nania dan Mario Bagaskara saat ini sudah berusia 20 tahun. Wajahnya yang polos dan aura kecantikannya terpancar sedari kecil, kulitnya yang putih bersih bagai kapas.

Cita-cita Aleesya adalah menjadi Dokter. Tapi apa mau dikata nasib berkata lain. Aleesya yang biasa dipanggil Alee itu pun cukup bahagia walaupun tamatan SMA. Beruntung om dan tantenya masih mau menyekolahkannya.

Aleesya sendiri sekarang bekerja menjadi Waitress disebuah toko Kue yang cukup terkenal. Tapi ia tidak pernah bertemu dengan pemilik Toko itu selama bekerja disana.

Sebelum orangtuanya meninggal, Alee adalah anak yang periang, kehidupannya semasa kecil sangat tercukupi. Tapi setelah orangtuanya meninggal, kehidupannya berbalik 180°.

Dia diasuh oleh om Lukman & tante Mira. Om dan tantenya mempunyai anak lelaki bernama Miko. Kehidupan keluarga Omnya sangat berkecukupan, bahkan bisa saja membiayai kuliah Alee.

Tapi semua itu hanya mimpi. Alee bahkan tidur dikamar art yang cukup sempit hanya ada kasur dan lemari baju. Kamar mandinya juga diluar kamar. Jadi Alee harus bergantian bersama bi Rahmi jika ingin kekamar mandi.

Setiap hari Alee juga membantu bi Rahmi mengurus rumah. Sebenarnya Miko sangat prihatin melihat Alee sepupunya. Tapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa pengecut sebagai laki-laki.

"Alee pamit ya Om, tante !" Alee menyalami punggung tangan om dan tantenya itu.

"Sanah pergi ! Kerja yang bener! Cari uang yang banyak. Ingat ! Kamu itu harus balas budi sama kita, iya kan pah?" Sinis tante Mira

"Iya tante !" Alee pun segera pamit dari sana.

Hatinya terasa sakit hidupnya hancur semenjak kepergian papah dan mamahnya. Ia bertekad akan mengumpulkan uang yang banyak supaya bisa keluar dari rumah itu dan mengontrak.

-

-

-

Sepanjang jalan ia menangis bahkan untuk ketempat kerjanya saja Alee harus jalan kaki. Jika ditempuh pakai mobil dari rumahnya bisa 30menit. Tapi jika jalan kaki bisa memakan waktu lebih lama.

Alee rela jalan kaki setiap hari untuk menghemat uangnya. Supaya uangnya segera terkumpul untuk menyewa rumah.

Ditengah jalan motor berhenti didepan Alee.

"Alee ... Aku anter yah, udah jauh dari rumah kok jadi aman!" Ucap Miko sepupu Aleesya.

Alee melihat ke kanan kiri memastikan tidak ada om dan tantenya melihat. Karena jika ketahuan, Alee akan disiksa oleh tante mira dan dikurung digudang semalaman.

Alee mengangguk lalu menaiki motor Miko dengan perasaan was-was. Alee terdiam sepanjang jalan. Tak lama motor Miko berhenti disebuah Toko tempat Alee bekerja.

"Terima kasih kak, maaf ngerepotin kak!" Alee pamit menundukan kepalanya. Miko pun langsung tancap gas menuju kampusnya.

Alee bekerja seperti biasa ia melayani para pembeli dengan ramah. Tidak ada yang tahu dibalik senyuman manis Alee, ia menyimpan sejuta luka dihatinya.

Alee melihat pengunjung yang bersama orang tuanya dengan anak yang masih kecil. Alee teringat mendiang orangtuanya ia meneteskan air matanya.

"Alee ...! Kamu enggak apa-apa ?" Tania, ia teman kerja Alee. Ia sangat peduli pada Alee. Tania juga seorang kasir disana.

Alee termasuk orang yang tertutup, tidak punya teman. Bahkan temannya hanya Tania itupun ditempat kerja saja.

Kehidupan Alee dulu hanya disekolah, dirumah, dan ditempat kerja sekarang. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore saatnya Aleesya pulang. Tapi Alee berencana akan mencari kontrakan yang murah. Ia meminta ditemani oleh Tania. Tapi Tania tidak bisa menemani, karena ibunya yang sedang sakit dirumah. Jadi Alee pergi sendiri mencari kesetiap sudut kota. Ia juga sambil menghitung uang yang dia punya supaya cukup untuk bayar kontrakan dan biaya makan sehari-hari.

Tanpa Alee sadari, sedari tadi ada mobil hitam mengikutinya dari jauh. Memantau setiap pergerakan Aleesya.

"Tuan ... Nona Alee sedang mencari rumah kontrakan sepertinya!" Ucap lelaki didalam mobil itu

"Awasi terus ... Lakukan sesusai rencana, mengerti !" Ujar seorang pria disambungan telepon.

"Baik Tuan !" Lelaki itu menutup panggilan Bossnya

-

-

Alee terus mencari kesana kesini kontrakan rumah yang paling murah tapi memang susah sekali. Dia sudah menyeka keringat di dahinya berkali-kali.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, Alee segera bergegas pulang. Saat sampai didepan pintu rumah, Alee sudah dikejutkan oleh Tante Mira yang berjaga didepan pintu sambil membawa sapu ditangannya.

"Bagus ya kamu ! Pulang jam segini huh! Darimana kamu ! Habis jual diri?" Teriak tante Mira sembari memukul punggung Alee dengan gagang sapu.

"Ampun tante ampun ... Alee tadi habis cari kerjaan sampingan tante ampun tante hikss... Hiks... !" Alee berteriak menangis histeris memohon ampun.

"Mah, udah mah!" Miko datang lalu menghalangi tangan mamahnya supaya tidak memukul Alee lagi.

"Ooohhh sudah berani ya kamu Miko belain si anak sampah ini hah !" Tante Mira semakin marah

"CUKUP !!! Alee pergi sana ke kamar ! Mamah udah cukup, papah pusing !" Om Lukman geram dengan istrinya itu, dia hampir setiap hari menyiksa Aleesya.

Alee pun segera dibawa oleh Miko ke kamarnya. Dengan langkah bergetar Alee menuju kamarnya. Ia meringkuk diatas kasur kecil itu, ia menangis sejadi-jadinya. Kenapa dunia sangat jahat padanya?

"Papah ... Mamah ... Alee kangen !" Rintih Alee yang terus menangis tanpa henti sepanjang malam.

Bi Rahmi hanya bisa mengelus dada melihat Non Alee disiksa oleh majikannya bu Mira.

"Kasihan Non Aleesya ! Ya Tuhan semoga ada keajaiban untuk Non Aleesya!" Lirih Bi Rahmi, dia masuk kedalam kamar Aleesya lalu menyelimutinya.

-

-

-

"Hallo Assalamualaikum🙏

Untuk beberapa part sudah aku revisi ya teman-teman. Terima kasih atas saran dan kritiknya❣️❣️

Alarich Dewantara

Keesokan harinya seperti biasa kegiatan Alee dari hari kehari, apalagi kalau bukan dijadikan art dirumah omnya itu. Dan selalu saja mendapat omongan pedas dari tante Mira.

Alee tengah menyiapkan sarapan pagi ia juga setelah ini akan berangkat kerja.

"Gimana tuan puteri tidurnya? Enak donk yah semalem enggak buatin makan malem! Bukannya masak malah tidur!" Ujar tante Mira ketus lalu melempar serbet ke muka Alee.

Aleesya tidak kaget lagi mendapat perlakuan kasar dari tantenya itu sudah menjadi makanan Alee sehari-hari. Alee pun tak menjawab omongan tante Mira itu.

"Ayoo sarapan, Alee kamu duduk disana." Titah om Lukman.

"Pah ... Kok dia disuruh duduk disini? Mamah alergi pah !" Sinis tante Mira. Namun om Lukman menghiraukan tante Mira. Ada hal yang lebih penting untuk dibahas bersama Alee.

"Alee nanti kamu tanda tangani berkas yah, karena masih atas nama mamah kamu, mengerti ?" Alee mengangguk pasrah jika memang perusahaan itu diambil oleh omnya.

-

-

Alee menuju tempat kerjanya seperti biasa dengan berjalan kaki. Ditengah jalan saat Alee hendak menyebrang, naasnya dia malah diserempet mobil asing berwarna hitam.

BUGH

"Auwwww..."

Alee reflek teriak hingga tersungkur ke bawah mobil. Lutut dan telapak tangannya perih. Driver mobil itu keluar melihat keadaan Alee.

"Non, tidak apa-apa? Apa ada yang luka?" Tanya pak Slamet sembari melihat Alee.

"Ti-tidak pak, cuma lecet aja sedikit. Lain kali hati-hati yah pak!" Alee dibantu berdiri oleh pak Slamet. Alee pun pamit meninggalkan mobil itu tanpa bicara lagi ia malas jika berdebat dengan orang orang kaya.

Terlihat Alee jalan sedikit pincang, sepertinya Alee keseleo saat hampir ditabrak tadi. Didalam mobil itu ada seorang pria melirik ke arah Alee. Pria yang mempesona dengan rahang yang tegas juga tampan.

"Cantik juga! Tapi sayang sepertinya dia bodoh!" Ucap pria itu.

"Jalan pak! Kita ke Rich Bakkery sekarang."

-

-

-

Alee berjalan kaki ke tempat kerjanya sedikit telat. Karena kakinya yang sedikit kesakitan. Demi mencari uang Alee rela harus menderita seperti ini.

Ketika Alee masuk, semua karyawan sedang breefing pagi. Alee meminta maaf karena telat. Terlihat lutut Alee sedikit ada cairan merah. Dan cara berjalan Alee sedikit pincang.

"Alee kenapa telat ? Kaki kamu itu kenapa?" Tanya Kevin yang bertubi-tubi. Ia adalah manager disana. Dia melihat lutut Alee merah dan ada sedikit luka.

"Maaf pak, tadi dijalan ada musibah sedikit." Ucap Alee sambil menunduk lemas juga meremas ujung bajunya

Dibelakang Kevin, ada seorang pria yang tadi mobilnya sempat menyerempet Alee. Ternyata wanita itu adalah pegawainya. Pria itu merasa bersalah karena kelalaian supirnya sehingga Alee harus telat dan sedikit terluka.

"Atas nama Aleesya, saya minta maaf Tuan Alarich, lain kali hal ini tidak akan terulang!" Ucap Kevin pada bossnya itu.

"Alee, ini pak Alarich Dewantara pemilik Rich Bakkery." Kevin memperkenalkan Alarich pada Alee.

Alee menunduk hormat. Ia tidak terlalu memperhatikan muka Alarich. Sebenarnya Alee menahan perih di telapak tangannya. Tapi Alee tidak mungkin bilang pada pak Kevin

"Lain kali, saya tidak akan mentolerir pegawai yang telat, mengerti?" Tegas Alarich memandang Alee dengan tatapan mautnya.

"Dan kamu...ikut keruangan saya!" Sentak Alarich pada Alee.

Kesan pertama membuat Alee terkejut, ia sungguh takut akan kehilangan pekerjaannya karena ia baru pertama kali telat itupun tidak sengaja.

Semua pegawai disana kaget saling melirik, bahkan Tania kasihan melihat Alee yang harus kena semprot oleh pemilik toko ini.

"Alee...kamu yang sabar yah, pokoknya kalau kamu nanti dimarahin disana, tutup mata aja yah." Ucap Tania berbisik ke telinga Alee.

Aleesya sendiri tidak menanggapi Tania. Ia lebih fokus ketika Alarich bossnya pergi. Ia takut akan dipecat.

-

-

-

Diruangan Alarich, Alee berdiri didepan meja Alarich. Ia terus saja menunduk, ia gugup sekali dan khawatir.

"DUDUK." Sentak Alarich pada Alee yang terlihat lemah

Alee duduk didepan meja Alarich. Ia meremas ujung bajunya ia bahkan tidak mau melihat wajah Alarich.

Meskipun tampan tapi sifat dingin Alarich membuat orang disekitarnya ketar-ketir. Alarich menghubungi asistennya Bastian. "Bas...Kemari."

Bastian tak lama masuk kedalam ruangan bossnya ia menunggu perintah selanjutnya.

"Bas, mulai besok dia akan bekerja di apartmentku." Tegas Alarich tak ingin dibantah.

Alee mendongak menatap heran bossnya itu. Maksudnya apa? "Maaf pak maksdunya gimana?" Tanya Alee dengan hati-hati.

"Sebagai hukuman buat kamu, karena kamu telat! Tidak ada bantahan!" Jawab Alarich dengan tampang yang sedikit arogan.

"Saya membutuhkan orang yang bisa mengurus apartment saya, pastinya dengan gajih yang besar. Lebih besar daripada gaji kamu sekarang. Sepertinya kamu bisa mengurus rumah!" Alarich terus menelisik setiap inchi wajah Alee.

"Saya kerja dari jam berapa sampai jam berapa pak?"

"Kamu akan tinggal disana, sebulan sekali kamu boleh pulang kerumah kamu, gimana? Deal?"

Alee tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak. Ada bagusnya Alee keluar dari rumah tantenya yang seperti neraka itu. Setidaknya, Alee tidak mengontrak rumah, jadi uang yang dia tabung bisa untuk dia kuliah nantinya.

"Ba-baik pak, saya setuju. Tapi saya harus ijin dulu sama om dan tante saya." Ucap Alee yang gelapan itu.

"Silahkan. Kamu boleh kembali bekerja." Ucap Alarich menyuruh Alee keluar dengan jarinya.

-

-

-

Setelah Alee keluar, Alarich melirik Bastian. "Bas ... Cari tahu siapa wanita itu, sedetail mungkin, jangan sampai ada yang terlewat, mengerti?"

"Baik Boss siap." Bastian segera pergi.

Alarich Dewantara, ia adalah seorang Dosen yang juga kepala yayasan dari universitas swasta dan juga Alarich adalah seorang pengusaha terkenal, yang memiliki bisnis diberbagai bidang.

Toko Rich Bakkery ini adalah salah satu cabang usahanya. Alarich sangat misterius, pribadinya sangat tertutup dan dikenal kejam oleh para pesaing bisnisnya dan juga para mahasiswanya. Meskipun dia tampan, tapi jika sudah mode galak, semua mata tunduk padanya.

Alarich memandangi punggung Aleesya yang semakin jauh. Ia semakin penasaran pada gadis cantik itu. Hatinya berdesir seolah telah mengenal lama Aleesya. Alarich memegang dadanya rasanya jantungnya seakan mau copot. Pertama kalinya dia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Ahhh tidak! Aku hanya kasihan melihat wanita itu, tidak lebih!"

Seolah menolak kehadiran Aleesya, dia menjadi salah tingkah mengingat betapa gugupnya dia ketika berada di depan Aleesya.

"Tapi dia lucu sekali !" Gumam Alarich batinnya.

"EHM TUAN..."

Bastian berteriak karena sedari tadi tuannya itu tidak menjawab panggilannya. Alarich kaget ia reflek mengelus dadanya. Sin-ting memang asistennya satu ini.

"Kenapa teriak huh memangnya aku budek?"

"Tadi saya sudah panggil pelan, tapi tuan tidak jawab!" Ujar Bastian dengan malasnya menghadapi Tuannya yang satu ini.

Luka Batin dan Fisik

Selesai bekerja, Aleesya pulang berjalan gontay menuju rumah neraka itu. Sebelum pulang Alee menuju pemakaman orang tuanya.

Saat kecelakaan itu terjadi, polisi menghubungi nomer om Lukman yang ada di ponsel papahnya Aleesya. Lalu dengan terpaksa om Lukman memakamkan orang tuanya Aleesya.

-

-

-

Aleesya berjongkok menyingkirkan daun-daun kering diatas pusara kedua orang tuanya. Aleesya tak menyadari bahwa ada yang mengikutinya yaitu Alarich.

Diam-diam Alarich mengikuti Alee dari sepulang bekerja itu. Dia juga sengaja agak dekat dari makam orang tua Aleesya.

"Mah, pah, Alee kangen. Hiks... Hiks ... Hidup Alee hancur, kenapa mamah sama papah pergi engga bawa Alee ? Alee lebih baik mati, daripada hidup seperti dineraka."

Alee terus saja menangis hidungnya sudah memerah dan juga kepalanya terasa pening. Hingga ia tertidur di pinggir batu nisan mamahnya. Ia sudah lelah menjalani hidup ini. Ingin rasanya dia mati saja.

Alarich mencoba mendekati karena sedari tadi tak ada pergerakan dari Aleesya. Dia coba menggoyangkan badan Aleesya, namun sepertinya Aleesya tak bergeming, dia tak bergerak sama sekali. Alarich reflek menepuk pipi Alee.

Ia meraba kening Alee, suhu badannya panas sepertinya Alee demam. "Bas, panggil dokter ke apartment sekarang !" Titah Alarich cepat.

-

-

-

Alarich membawa Alee dalam gendongannya menuju mobil lalu pergi ke apartment mewah miliknya. Didalam mobil Alee masih belum sadar juga terlihat wajahnya yang sembab dan pucat.

Sampai di apartment, Alarich membaringkan Alee ditempat tidurnya, ia menyelimuti Alee. Tapi saat dia melangkah keluar kamar, ia mendengar Alee mengigau.

"Pah, mah, Alee takut. Alee mau ikut papah mamah! Alee enggak kuat pah, mah, bawa Alee ! Alee mau ikut mamah papah !" Aleesya terus saja mengigau membuat Alarich khawatir.

Padahal ini pertama kali mereka bertemu. Tapi seperti ada sengatan listrik yang membawa Alarich ingin lebih dekat lagi dengan Aleesya.

"Boss ...Dokter Kayla sudah datang." Dokter itu langsung memeriksa Alee. Ternyata Aleesya juga demam tinggi dan mengalami stress berat. Alarich juga meminta Dokter Kayla mengganti baju Alee.

Saat dokter Kayla membuka baju Alee, ia melotot lebar, ada banyak bekas luka lebam dibagian punggungnya bahkan ada luka baru yang mengeluarkan sedikit da-rah dan juga ditangannya seperti bekas sayatan bu**h diri.

"Astaga apa yang terjadi sama kamu? Ini seperti luka cambukan. Siapa yang menyiksa kamu?" Gumam dokter Kayla. Ia pun cepat-cepat mengganti baju Alee.

"Tuan Alarich, sepertinya dia harus di visum. Ada banyak bekas luka dipunggungnya ,dan juga...ada bekas sayatan di pergelangan tangannya seperti orang mau bu**h diri. Saya khawatir, dia adalah korban kekerasan."

Dokter Kayla tadi sempat memotret punggung dan tangan Alee sebagai bukti penguat di kepolisian nanti. Dokter Kayla memperlihatkan photo punggung Alee dan tangannya.

Alarich sontak terkejut mengetahui fakta itu.

Tangannya bahkan tremor saat memegang ponsel Dokter Kayla. Dia tidak menyangka dibalik kecantikan dan kepolosan Aleesya menyimpan luka yang cukup berat dipundaknya.

"Bas, cari tahu apa yang terjadi pada Aleesya." Titah Alarich. Bastian segera pergi menghubungi detektive handal bernama Ethan untuk mengorek informasi mengenai Aleesya.

-

-

-

Besok paginya Aleesya terbangun dari tidurnya. Dia baru sadar kalau itu bukan kamarnya. Dia melihat ke sekeliling ini seperti kamar lelaki.

Pandangan Aleesya terhenti ketika melihat seorang pria tengah meringkuk di sofa panjang. Tangan Aleesya terulur menyentuh tubuh pria itu. Dengan sedikit takut, Aleesya menepuk pundak kokoh pria itu.

"Ehm! Maaf pak bangun pak sudah siang." Ucap Aleesya yang menepuk lagi pundak pria itu. Pria itu terbangun, dan dia pun berbalik ke arah Aleesya.

Mata Aleesya sontak terkejut, ternyata pria yang tidur itu adalah bossnya pemilik Rich Bakkery. "Pp-Pak Alarich?"

Alarich perlahan membuka matanya mendengar suara nan lembut itu. "Kamu sudah bangun? Apa masih pusing?" Tanya Alarich dia berusaha bangkit dari tidurnya.

"Su-sudah pak, maaf pak kenapa saya bisa disini yah? Terus ini baju siapa?"

"Hmmm kamu kemarin pingsan, saya yang bawa kamu kesini. Itu baju untuk kamu, asisten saya Bastian yang bawa. Itu dipinggir kasur di meja ada baju baru buat kamu ganti hari ini. Maaf kalau ukurannya tidak pas, saya enggak tahu ukuran kamu."

Alarich berdiri mengikis jarak dengan Aleesya. Tetapi mata Aleesya hanya menunduk ke bawah dia tidak sanggup kalau harus menatap mata indah bossnya itu.

Alarich mengangkat dagu Aleesya. Tatapan mata keduanya bertemu, deru nafas hangat gadis itu bahkan terasa di wajah Alarich.

"Siap siap, sudah itu kita sarapan!" Suara bariton itu menusuk jantung Aleesya. Alarich keluar kamar.

BLUSH

Pipi Aleesya merah bak tomat. Aleesya reflek memegang dadanya. Tapi tiba-tiba Aleesya teringat om dan tantenya, dia segera mencari tasnya. Tapi dia tidak menemukannya dikamar itu.

"Tas aku dimana yah? Om sama tante pasti cariin aku." Lirih Aleesya yang terduduk lemas di ujung kasur itu.

Akhirnya, Aleesya berjalan gontay menuju kamar mandi, dia membersihkan dirinya. Selesai itu dia keluar dari kamar Alarich. Dia berjalan menuju ruang makan.

"Rumah yang indah." Aleesya tersenyum tipis melihat sekeliling rumah itu alias apartment sebenarnya

Alarich baru keluar dari kamar satunya. Dia menghampiri Aleesya "Ayo aku siapkan makan dulu. Kamu duduk disini." Ajak Alarich pada Aleesya.

Aleesya pun menurut ia duduk dikursi meja makan. "Maaf pak, saya aja yang masak." Aleesya buru-buru berdiri dan menghampiri Alarich.

Alarich mengangguk dia duduk manis menunggu Aleesya masak. Alarich menopang dagunya memandang gadis cantik yang kini tengah ada di hadapannya.

TING TONG

Alarich berdiri membuka pintu. Bastian datang membawa amplop besar, informasi mengenai Aleesya. "Ini boss, semuanya lengkap ada disini."

"Baik ...Kamu enggak apa-apa kan sarapan dibawah? "

"Aman boss." Bastian yang paham sikonnya dia pamit dari hadapan bossnya. Alarich menuju kamarnya, dia membuka amplop itu.

Alarich membeku hatinya terasa sakit, Aleesya mendapatkan luka itu 2 hari yang lalu dipukul oleh tante mira. Dan ternyata, perusahaan Om Alessya bekerja sama dengan perusahaan Alarich.

Alarich mengeraskan rahangnya, dia bersumpah akan membalas perbuatan om dan tantenya Aleesya. Dia pun keluar kamar menuju ruang makan lagi.

Terlihat Aleesya tengah menata masakannya di meja makan. Senyuman manis Aleesya mampu menyihir seorang Alarich yang dingin bak kutub utara.

"Silahkan pak." Aleesya mempersilahkan bossnya itu untuk makan, Aleesya malah mematung berdiri.

"Kamu juga makan Aleesya, ayo duduk." Titah Alarich. Aleesya menurut. Dia ikut bergabung makan bersama boss tampannya itu.

"Wahh enak sekali, kamu jago juga ternyata!" Puji Alarich.

BLUSH

Wajah Aleesya memerah lagi, dia tersipu malu mendapat pujian dari bossnya. "Ternyata pak Alarich enggak seseram yang ku kira, dia baik juga." Gumam Aleesya dalam hatinya.

Aleesya tersenyum simpul ketika Alarich memujinya. Keduanya sarapan bersama, tanpa ada yang bicara lagi. Hanya bunyi dentingan sendok dan garpu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!