NovelToon NovelToon

Antagonis Mendapatkan Sistem Perdagangan Antar Dunia

Bab 1

Di sebuah rumah mewah dan besar tinggal seorang anak haram yang bernama Yvaine Milles, dia adalah anak haram dari keluarga ternama Milles, keluarga yang berkecimpung dan sukses dalam dunia bisnis.

Yvaine adalah gadis cantik dengan rambut cokelat ash yang bergelombang, ada lubang manis di kedua pipinya, tingginya sekitar 170 cm dan kulit putih seputih susu.

Namun sayang, meskipun sangat cantik dan berasal dari keluarga yang kaya, pakaian yang dikenakannya sangat lusuh, seolah-olah dia bukan bagian dari keluarga itu.

Yvaine sedang berada di kamar kecilnya di sudut paling tidak terlihat di rumah, dia sedang membaca novel yang di rekomendasikan oleh temannya, novel ini berjudul "Lulana Bintang Pemandu" seperti judulnya, menurut Yvaine novel ini sangat tidak masuk akal.

Dia sangat kesal ketika membaca bahwa Yvaine Klein Abelard, gadis yang mempunyai nama yang sama dengannya mendapatkan perlakuan yang sama dengannya. Namun yang membuatnya kesal di sini adalah fakta bahwa Yvaine di dalam novel adalah anak kandung.

Benar, Yvaine bukan anak haram seperti dirinya, bagaimana mungkin Duke Abelard, ayah dari gadis ini mengabaikannya dan malah menyayangi gadis lain sebagai anaknya. Saudara-saudaranya juga sangat tidak masuk akal, mereka membela gadis lain dan mengucilkan Yvaine.

Walaupun jujur saja sikap Yvaine di dalam novel ini sangat menyebalkan, sombong, tidak tau aturan, dan tercela, itu karena dia ingin menarik perhatian Ayah dan Kakaknya yang selama ini mengabaikannya.

Mereka bersedih karena Ibu dan Istri mereka meninggal dan akhirnya menyibukkan diri sampai-sampai mereka melupakan Yvaine yang saat itu masih berusia 1 tahun, dia membutuhkan perhatian.

Tapi Ayah dan Kakaknya malah mengabaikannya, ini membuat sikap Yvaine yang tidak memiliki kasih sayang dan hanya di asuh oleh pelayan menjadi pemberontak. Semua salah mereka.

Dan parahnya saat sudah dewasa mereka juga mengabaikannya dan lebih memilih anak dari Count yang baru memasuki kehidupan mereka!

Yvaine sangat marah!

Tidak heran jika Yvaine di dalam novel terhasut oleh bisik rayu Antagonis sesungguhnya, Roselina Klein, anak dari Marquess Klein yang ternyata menyukai putra mahkota, tapi Putra Mahkota malah menyukai Lulana anak dari Count Stible.

Akhir dari hidup seorang Yvaine adalah kematian, dia mati karena melakukan kejahatan yaitu meracuni Lulana yang sebenarnya itu bukan ulahnya! Itu adalah ulah Roselina yang menjadikannya umpan dan menjebaknya.

"Apa-apaan keluarga sampah itu! Bagaimana mereka bisa bersikap acuh terhadap Anak dan Saudara kandung mereka sendiri"

Pintu tiba-tiba terbuka saat Yvaine sedang mengomel, terlihatlah seorang pria paruh baya yang merupakan ayahnya. Pria itu memandangnya dengan tajam dan dingin, mendekat ke arahnya lalu menampar Yvaine.

"Dasar anak kurang ajar! Bagaimana bisa Nilaimu ada yang A-?! Kamu seharusnya mendapatkan nilai sempurna karena kamu anak haram!"

Untuk kesekian kalinya, Yvaine dipaksa menjadi sempurna. Padahal dari semester lalu nilainya sangat bagus, tapi hal itu tidak cukup untuk 'Ayah'. Entah apa orang ini pantas disebut Ayah.

"Bersihkan seluruh bagian rumah ini jangan sampai ada sebutir debu yang tertinggal! Jika tidak kamu tidak akan saya beri makan selama 2 hari!"

Pria itu akhirnya keluar, terlihat seorang pemuda dan gadis yang seumuran dengannya mengintip di jendela dengan senyum mengejek.

"Seharusnya dia sadar diri, hahaha Anak haram seharusnya memberikan yang terbaik pada keluarga ini"

Gadis berambut hitam itu mencibir Yvaine secara terang-terangan dan menatap tajam ke arah Yvaine sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Benar, Anak haram itu seharusnya tidak datang ke rumah kita. Dasar sampah"

Pemuda itu menyahuti perkataan gadis berambut hitam itu. Setelah puas mencibir Yvaine, mereka pergi dari sana dan meninggalkan Yvaine sendirian.

"Sial, keluarga ini tidak berhenti menggangguku. Lihat saja saat aku lulus nanti, aku akan mencari pekerjaan dan pergi jauh dari Neraka ini!"

Dia menjalankan hukumannya, rumah ini sangat besar dan tinggi. Yvaine tentu saja harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk membersihkan rumah ini, mungkin bisa seharian dia membersihkannya.

Yvaine tidak yakin apakah dia bisa membersihkan rumah sebesar ini, padahal keluarga ini kaya dan punya pembantu. Bagaimana bisa mereka menyuruhnya, ah, Yvaine lupa, dia bahkan lebih rendah dari pembantu di sini.

Kelelahan, dia telah membersihkan rumah ini selama lebih dari 12 jam. Yvaine kembali ke kamarnya untuk beristirahat, tertidur di kasur kecilnya yang sangat keras.

Matahari membangunkannya, dia tersentak bangun dari tidurnya dengan cemas. Dia belum selesai membersihkan Ne- maksudnya Rumah itu!

"Sial!"

"Ampun Lady! Saya bersalah"

Suara itu mengejutkan Yvaine, di dekat pintu terlihat seorang wanita dengan seragam pelayan bersujud dengan tubuh yang gemetar meminta ampun.

'Apa ini? Kenapa wanita ini bersujud?'

Yvaine menatap sekelilingnya, ini bukan kamar sempitnya! Tempat ini sangat mewah dengan nuansa emas yang terletak di setiap sudut, apa itu emas asli?

Oke lupakan itu, sekarang dia sedang berada di tempat yang sangat tidak mungkin menjadi kamarnya. Dia kembali melihat ke arah wanita tadi yang ternyata masih bersujud dengan tubuh gemetar.

"Apa yang kamu lakukan?"

Bukannya berdiri, pelayan itu semakin gemetar bahkan menangis. Yvaine mendekatinya, namun belum sampai pelayan itu sudah berteriak terlebih dahulu.

"Lady Yvaine, ampuni saya. Maafkan saya"

Yvaine semakin bingung, apa mereka sedang syuting film kerajaan. Seketika Yvaine tersadar, langkahnya sangat kecil, pantas saja dia sangat lama berjalan ke arah pelayan itu.

Tunggu, kecil?! Bagaimana mungkin, dia sudah berumur 19 tahun dan tingginya 170 cm, sangat tidak mungkin langkahnya mengecil.

Dia berlari ke arah kaca dengan langkah yang kecil, melihat dirinya yang ternyata sudah berubah. Rambut perak namun beberapa helai rambutnya berwarna hitam. Kulitnya sangat putih, dan sedikit pucat, tubuhnya terasa dingin. Sangat berbeda dengan wajahnya!

Tubuh ini sepertinya masih berusia 14 atau 15 tahun, dan tingginya hanya sekitar 158 cm! Sangat jauh dari tingginya.

Siapa Ini!

Yvaine kembali melihat ke arah pelayan itu yang masih di posisi semula, berjalan kembali ke arahnya. Menyentuhnya dan membantunya berdiri. Pelayan itu sepertinya terkejut dengan perilaku Yvaine, namun tubuhnya tetap gemetar.

"Siapa namamu? Dimana ini?"

"Saya Arabelle Lady, kita di mansion Duke Abelard"

Meskipun takut dan bingung, pelayan itu tetap menjawab pertanyaan Yvaine, dia takut Lady akan melemparkan barang atau menghukumnya jika dia melakukan kesalahan sedikit saja.

Berbeda dengan pelayan itu, Yvaine terkejut, otaknya tiba-tiba kosong. Dia tentu saja tau dimana ini, Duke Abelard adalah nama ayah dari antagonis pendukung Yvaine Klein Abelard.

Dan anak perempuan satu-satunya dari Duke Abelard adalah Yvaine, dia sadar sekarang, wajah yang di lihatnya di cermin tadi adalah wajah Yvaine yang digambarkan dalam novel.

Bagaiman mungkin! Dia hanya tertidur, dan malah berada di sini sekarang. Sangat tidak masuk akal.

Apa dia sudah mati karena kelelahan dan kelaparan? Bisa jadi, bagaimana reaksi Ayah dan Kakak-kakaknya saat mereka menemukan jasad Yvaine? Dia penasaran dengan itu.

"Baik, kamu boleh keluar, terima kasih Arabelle"

Pelayan itu terkejut saat Lady Yvaine berterima kasih dan menyebut namanya, ini pasti sangat aneh baginya mengingat bagaimana sikap Yvaine di dalam novel.

Setelah pelayan itu keluar, Yvaine kembali merebahkan dirinya ke kasur, dia sangat kelelahan. Banyak sekali kejadian aneh yang terjadi padanya, memejamkan mata dan akhirnya dia tertidur.

Bab 2

Saat Yvaine terbangun, sinar matahari sudah menyengat dari atas kepala. Hari telah siang. Perutnya melilit karena kelaparan, dan matanya segera menangkap piring makanan di atas meja dekat sofa. Dengan susah payah, ia mencoba turun dari tempat tidur.

Begitu kaki telanjangnya menyentuh lantai dingin, tubuhnya langsung goyah. Lututnya gemetar, tak mampu menopang beban. Ia terjatuh. Sial. Baru sekarang ia menyadari bahwa ia belum makan sejak kemarin. Atau… mungkinkah tubuh ini juga kelaparan sejak kemarin?

Dengan napas tersengal, ia berusaha merangkak kembali ke tempat tidur, tetapi tangannya justru menyenggol vas bunga di atas meja kecil di sampingnya. Suara pecahan kaca menggema di ruangan, disusul perih yang menjalar dari telapak tangan dan pahanya. Darah hangat merembes dari luka-lukanya.

Sangat menyedihkan.

Baru saja terlahir kembali, tetapi sudah hampir mati lagi. Yah, mungkin tidak ada bedanya mati sekarang atau nanti. Cepat atau lambat, Putra Mahkota akan menghabisinya juga. Pandangannya mulai berputar. Ruangan di sekitarnya berputar semakin cepat, hingga akhirnya gelap menelannya.

 ***

Aroma menyengat obat-obatan menggelitik hidungnya. Perlahan, Yvaine membuka mata. Seorang pria berbaju putih dengan kacamata berdiri di samping ranjangnya, memegang cangkir berisi cairan hitam yang mengeluarkan bau mengerikan. Beberapa pelayan berdiri sedikit lebih jauh, menundukkan kepala.

"Anda sudah sadar, Lady," ujar pria itu datar.

Yvaine menatap cangkir di tangannya dengan jijik.

"Silakan minum obat Anda, Lady," lanjutnya, mengulurkan cangkir itu ke arahnya.

"Tidak mau."

Ia menggeleng cepat. Cairan menjijikkan itu pasti rasanya seburuk baunya. Siapa yang rela menelannya?

Sang dokter mengerutkan dahi, tampak tidak terkejut dengan jawabannya. "Duke berkata ia tidak bisa datang. Bahkan jika Anda ingin mencari perhatiannya, itu sia-sia. Jadi lebih baik minum saja obat ini sebelum Anda mati kehabisan darah."

Mendengar kata mati, Yvaine langsung merebut cangkir itu dan meneguk isinya tanpa pikir panjang. Cairan pahit itu membakar tenggorokannya, membuatnya hampir tersedak. Namun, ia tetap memaksakan diri menelannya.

Siapa yang ingin mati?

Tentu saja bukan Yvaine.

Hidup adalah sesuatu yang berharga. Meskipun ia tidak bahagia, selalu ada alasan kecil untuk bertahan.

Setelah ia menghabiskan obatnya, pria itu pergi, dan para pelayan membawa nampan berisi semangkuk bubur hangat. Bubur. Pilihan terbaik untuk seseorang yang hampir mati kelaparan. Yvaine menghabiskannya dalam diam. Setelah piring dan gelas kosong dibawa pergi, ia kembali sendiri di dalam kamarnya.

Matanya melirik ke arah jendela, menatap refleksinya yang tampak pucat di kaca.

"Sangat kasihan kamu, Yvaine," gumamnya. "Bahkan keluargamu tidak peduli saat kau hampir mati. Mungkin jika kau benar-benar mati, mereka juga tidak akan peduli."

Kelopak matanya terasa berat. Dengan helaan napas panjang, ia membiarkan dirinya terlelap.

Tanpa ia sadari, seorang pemuda bersembunyi di sudut kamar yang paling gelap, mendengarkan setiap kata yang baru saja ia ucapkan.

Bayangannya yang semula transparan perlahan menjadi nyata. Rambutnya sewarna dengan milik Yvaine, dan wajah mereka pun hampir serupa—hanya saja garis-garis wajahnya lebih tajam, memberi kesan menakutkan. Sepasang mata merah darahnya berkilat tajam, seolah mampu menembus segala rahasia.

Ia melangkah mendekati ranjang Yvaine dan menatapnya lama. Sangat lama.

Lalu, tanpa suara, ia berbalik dan menghilang dari kamar itu.

 ***

Sudah seminggu berlalu sejak Yvaine berada di dunia ini. Awalnya ia mengira semua ini hanyalah mimpi. Namun, kenyataan bahwa ia tidak juga terbangun dari mimpi itu membuatnya sadar—ini bukan sekadar ilusi.

Dalam tujuh hari itu, ia tidak pernah keluar dari kamarnya. Tidak satu pun anggota keluarga Abelard datang menemuinya. Hanya beberapa ksatria dan pelayan yang sesekali masuk, tetapi tak satu pun dari mereka berbicara lebih dari yang perlu.

Benar-benar keluarga yang… hangat.

Namun, ada satu hal yang tidak bisa ia pungkiri. Makanan di sini luar biasa lezat. Setidaknya, Duke Abelard tidak mengabaikan kebutuhannya.

Ketukan pintu tiba-tiba mengalihkan perhatiannya.

"Lady, ini kepala pelayan Deraan. Bisakah saya masuk?"

"Iya."

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria paruh baya dengan uban memenuhi kepalanya. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya tetap tajam dan penuh wibawa. Ia membungkukkan badan sedikit, tangan kanan di dada kirinya.

"Lady Yvaine, Duke memanggil Anda ke ruang kerjanya."

Yvaine mengerutkan kening. Duke, yang selama ini mengabaikannya, tiba-tiba ingin bertemu dengannya? Apa yang ia inginkan? Seketika berbagai pemikiran buruk berkelebat di kepalanya.

Deraan, yang melihat Yvaine hanya diam tanpa merespons, segera menambahkan, "Malam ini akan ada pesta perayaan kemenangan perang yang dipimpin oleh Putra Mahkota di Istana. Duke ingin mendiskusikan tentang itu, Lady."

Yvaine menghela napas. Ia tidak bisa menghindari pertemuan ini.

"Baiklah," ujarnya akhirnya. "Aku akan bersiap dulu, lalu pergi ke ruang kerja Duke."

Setelah kepala pelayan itu pergi, Yvaine memanggil para pelayan untuk membantunya bersiap. Meskipun ia tidak terbiasa, ia harus menyesuaikan diri agar tidak mencurigakan.

Para pelayan tampak bersemangat saat mendengar bahwa ia akan bertemu Duke. Mereka sibuk memilihkan pakaian terbaik yang ia miliki. Akhirnya, ia mengenakan gaun biru langit yang dihiasi renda halus, dipadukan dengan sepatu berwarna senada.

Jujur saja, sekarang ia merasa gugup.

Siapa yang tidak gugup di posisinya sekarang?!

Perjalanannya menuju ruang kerja Duke terasa sangat jauh. Langkah-langkah kecilnya tidak cukup cepat untuk menempuh lorong-lorong panjang yang dingin ini. Dia merasa sangat tidak nyaman sekarang, kakinya terasa sakit dan lemah.

Saat akhirnya tiba di depan pintu besar, seorang ksatria penjaga memberi tahu bahwa ia sudah boleh masuk.

Duke Abelard duduk di balik meja kerjanya, menatapnya dengan mata merah darah yang tajam. Wajahnya tetap tampan meski usia telah menambahkan garis-garis tegas di wajahnya. Rambut peraknya berkilauan di bawah cahaya.

Tatapannya turun ke arah Yvaine yang berdiri di ambang pintu. Kecil. Terlalu kecil. Bahkan tingginya belum sampai ke pegangan pintu.

Dengan gerakan tangannya, ia mengisyaratkan agar Yvaine duduk.

Yvaine menatap kursi tinggi di depannya. Bagaimana ia bisa naik ke sana?!

Sebelum ia sempat mencari cara, tubuhnya tiba-tiba melayang. Dalam sekejap, ia sudah duduk di atas kursi.

Sihir.

"Kamu membuat ulah lagi, Yvaine."

Itu bukan pertanyaan. Itu pernyataan.

Yvaine mengepalkan tangannya. "Maaf."

Duke tidak menjawab. Ia hanya menatapnya lama, sangat lama, hingga Yvaine merinding.

Dan saat pria itu akhirnya membuka mulutnya lagi, hanya satu kalimat yang keluar.

"Jangan membuat masalah di pesta nanti."

Yvaine menegang. Tubuhnya sedikit gemetar, wajahnya menjadi seputih kertas. Jantungnya bahkan berdebar kencang tak karuan, rasa takut mengisi hatinya.

Pesta itu…

Itu berarti ia akan bertemu dengannya.

Putra Mahkota.

Malaikat pencabut nyawanya.

Bab 3

"Aku... masih merasa tidak sehat"

Suaranya bergetar. Duke, yang terus menatapnya menyadari kejanggalan itu. "Kembali ke kamarmu,"

"Jangan membuat masalah, kamu tetap harus menghadirinya." lanjutnya.

Mendengar perkataan itu, Yvaine merasa sedikit kesal didalam hatinya. Ayah ini benar-benar tidak punya hati. Putrinya baru saja selamat dari kematian, tapi dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Yvaine terpaksa menerima ini, tidak ada cara untuk menolak. Dia membungkukkan tubuhnya sedikit untuk memberi hormat kepada Duke, lalu berjalan menuju pintu.

Dia menghela napas lega setelah keluar dari ruangan Duke. Tekanan di dalam benar-benar membuat jantungnya ingin meledak. Sungguh kasihan Yvaine yang ini, mempunyai ayah kandung tapi tetap saja di abaikan.

Yvaine memutuskan untuk kembali ke kamarnya karena sangat kelelahan. Energinya terkuras banyak dengan semua peristiwa yang terjadi hari ini.

Dia hanya bisa berharap bahwa semua yang terjadi hari ini adalah sebuah mimpi dan sebenarnya dia telah berada di surga.

...****************...

Matahari mulai terbenam di ufuk barat, mewarnai langit dengan semburat jingga yang indah. Namun, keindahan itu sama sekali tidak mengurangi kegelisahan yang bergemuruh di dalam hati Yvaine.

Ia duduk di tepi ranjangnya, mencoba mengatur napas. Tangannya masih sedikit gemetar setelah pengalaman aneh tadi—ketika Sistem Perdagangan Antar Dunia tiba-tiba aktif dalam pikirannya.

,,

...----------------...

[Sistem Perdagangan Antar Dunia diaktifkan.]

Saldo Poin Perdagangan: 100

Fitur yang tersedia:

Pembelian Barang (Level 1) → Hanya barang konsumsi dasar yang tersedia.

Penjualan Barang (Level 1) → Bisa menjual barang dari dunia ini dengan nilai tergantung kelangkaan.

Analisis Barang (Level 1) → Bisa menilai kualitas dan harga barang sebelum dijual.

...----------------...

Yvaine menatap notifikasi sistem yang melayang di depannya. Meskipun sistem ini memberinya harapan, ada banyak batasan yang membuatnya frustrasi.

"Kenapa aku hanya bisa membeli barang konsumsi dasar? Dan kenapa poinnya sedikit sekali?"

Ia menelusuri daftar barang yang bisa dibeli. Sebotol air mineral berharga 5 Poin Perdagangan, sekotak biskuit sederhana 15 Poin, dan obat luka ringan 30 Poin. Itu artinya, dengan 100 poin, ia hanya bisa membeli beberapa barang kecil.

"Aku harus mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak poin."

Satu-satunya cara untuk menambah saldo Poin Perdagangan adalah dengan menjual barang dari dunia ini ke sistem. Yvaine memandang sekitar kamar mewahnya. Apa yang bisa ia jual?

Ia melangkah ke meja rias dan mengambil sisir perak yang terukir dengan lambang keluarga Abelard.

> [Item terdeteksi: Sisir Perak Keluarga Abelard]

Kualitas: Tinggi

Harga jual ke sistem: 200 Poin Perdagangan

Mata Yvaine membulat.

"Barang sekecil ini bisa dijual seharga 200 poin?"

Namun, ia segera menggeleng. Sisir ini milik keluarga Abelard. Jika ia tiba-tiba menjualnya dan ketahuan, ia bisa mendapat masalah besar.

"Aku harus menjual sesuatu yang tidak mencolok."

Setelah mencari-cari, matanya tertuju pada ramuan penyembuhan kelas rendah yang tergeletak di sudut meja.

> [Item terdeteksi: Ramuan Penyembuhan Kelas Rendah]

Kualitas: Standar

Harga jual ke sistem: 20 Poin Perdagangan

"Bagus! Ini cukup aman!"

Tanpa ragu, Yvaine memilih untuk menjual satu botol. Sepersekian detik kemudian, ramuan itu menghilang dari genggamannya, digantikan dengan suara notifikasi.

> [1 Ramuan Penyembuhan Kelas Rendah telah dijual.]

Saldo Poin Perdagangan bertambah: +20

"Berhasil!"

Yvaine tersenyum kecil. Ini adalah langkah pertama menuju kebebasan. Dengan sistem ini, ia bisa mendapatkan barang-barang modern yang akan membantunya bertahan di dunia ini.

Namun, sebelum ia bisa bereksperimen lebih jauh, suara ketukan pintu mengganggu pikirannya.

Tok. Tok. Tok.

"Lady Yvaine, ini saya, Arabelle."

Yvaine segera menenangkan diri. "Masuk."

Pelayan pribadinya, Arabelle, masuk dengan kepala tertunduk. Wajahnya menunjukkan sedikit ketakutan, mungkin karena ia masih terbiasa dengan reputasi Yvaine yang lama.

"Ada apa?" tanya Yvaine dengan nada lembut, mencoba menyesuaikan sikapnya agar tidak terlalu mencolok.

Arabelle dengan hati-hati menyodorkan sebuah amplop bersegel emas. "Undangan dari kekaisaran, Lady. Duke Abelard meminta Anda untuk bersiap menghadiri pesta perayaan kemenangan perang di istana."

Jantung Yvaine berdebar.

"Pesta kerajaan... Itu berarti aku akan bertemu dengan Putra Mahkota, Lulana, dan tokoh-tokoh penting lainnya."

Di dalam novel, pesta ini adalah titik awal dari kehancuran Yvaine. Di sinilah ia pertama kali berkonflik langsung dengan protagonis, Lulana Stible, dan menjadi sasaran kebencian Putra Mahkota Leonhardt.

"Sial, aku belum siap untuk ini."

Tapi ia tidak bisa menolak. Jika ia menolak undangan ini, Duke Abelard akan semakin kecewa padanya, dan saudara-saudaranya akan memiliki alasan untuk lebih meremehkannya.

Yvaine menghela napas pelan. "Baik, aku mengerti."

Arabelle tampak sedikit terkejut dengan reaksinya. Mungkin ia mengira Yvaine akan mengamuk dan menolak menghadiri pesta, bersikap seperti anak manja yang kemauannya harus dituruti.

"Kalau begitu, saya akan mempersiapkan gaun dan aksesoris untuk Anda," kata Arabelle dengan cepat sebelum bergegas keluar.

Begitu pintu tertutup, Yvaine kembali duduk di tepi ranjangnya.

"Aku harus mempersiapkan diri dengan baik. Jika ini adalah titik awal dari alur cerita utama, aku tidak bisa membuat kesalahan."

Pesta itu akan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termasuk:

Putra Mahkota Leonhardt – Protagonis pria, pangeran yang kuat dan tidak menyukai Yvaine.

Lulana Stible – Protagonis utama, gadis baik hati yang selalu menarik perhatian.

Roselina Klein – Antagonis utama, yang akan berusaha menjebaknya.

Saudara-saudaranya, Cedric dan Vincent – Mereka pasti akan mengawasinya.

Duke Abelard – Ayahnya, yang mungkin akan menilainya di pesta itu.

Yvaine harus memikirkan strategi agar tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama seperti dalam novel.

"Aku tidak bisa bertingkah bodoh seperti Yvaine dalam cerita asli. Aku harus menunjukkan bahwa aku bukan gadis angkuh dan sombong. Tapi... aku juga tidak bisa terlalu lembut, atau mereka akan menginjak-injakku."

Tiba-tiba, ide muncul di kepalanya.

"Jika aku bisa mendapatkan sesuatu dari sistem yang bisa membantuku dalam pesta ini..."

Ia segera membuka kembali menu sistem.

> [Barang yang tersedia untuk dibeli:]

Minuman Energi (20 Poin)

Sabun Mewah (50 Poin)

Obat Luka Ringan (30 Poin)

Parfum Modern (80 Poin)

Matanya terpaku pada Parfum Modern.

"Jika aku bisa mendapatkan sesuatu yang bisa meningkatkan auraku di pesta, ini bisa menjadi senjata diam-diam."

Dengan sedikit ragu, ia mengonfirmasi pembelian.

> [80 Poin telah dikurangi. Parfum Modern telah ditambahkan ke inventaris.]

Sekilas, itu hanya parfum biasa. Tapi di dunia yang masih primitif dalam industri kosmetik, ini bisa menjadi senjata rahasia untuk meningkatkan citranya.

"Baiklah, langkah pertama telah diambil. Sekarang, aku hanya perlu memastikan bahwa di pesta nanti, aku tidak membuat kesalahan yang sama seperti dalam novel."

Malam itu, Yvaine tidur lebih awal.

Esok hari, ia akan mempersiapkan strategi bertahan hidup di pesta kekaisaran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!