Namanya Erina, seorang gadis yang sangat luar biasa kelahiran Pemalang Jawa tengah. Dia adalah gadis yang sangat pekerja keras, dan suka membantu orang-orang di sekelilingnya.
Erina memiliki adik laki-laki yang kini masih berstatus pelajar, dan kedua orang tua yang sangat menyayanginya.
Hingga banyak sekali dari teman-temannya yang iri padanya, kecantikannya layaknya bidadari yang turun dari langit. Memancarkan cahaya yang cukup maha dahsyat di jagad bumi, tak kalah pria yang memandangnya begitu sangat terpesona oleh ke ayuan seorang Erina.
***
Mario Hatta, dia adalah laki-laki yatim yang ditinggal ayahnya sejak kecil. Meski sanak saudaranya kaya, namun ia enggan untuk menopang hidup pada sanak saudara mereka. Ia lebih memilih untuk bekerja keras, dan tidak pernah merepotkan orang-orang di sekelilingnya.
Sikap pekerja keras dan juga sangat tangguh jawab, serta laki-laki yang tampak gagah dan apa adanya.
***
kalian harus baca novelku berjudul, wanita pilihan ayah dan juga Jangan salahkan cinta dengan nama pena Erlina Naila di novelton
Terlihat seorang gadis muda sedang duduk di halte, memakai celana jeans
dan kaos panjang. Ia tengah menunggu angkutan umum yang lewat.
"Menunggu adalah hal yang paling membosankan," gerutunya saat ini, masih menunggu angkutan umum. Erina duduk, sambil memainkan ponselnya. Tak lama kemudian datanglah angkutan yang biasa ia naiki. Sampainya di tempat kerja ia langsung masuk dan bekerja.
"Rin ngelamun aja pagi-pagi," tegur Nia.
Nia adalah sahabat Erina di tempat kerja juga di rumah.
"Datang bukannya salam, malah ngagetin!" cetus Erina, dengan wajah yang sudah cemberut.
"Ya elah, gitu aja monyong tu bibir!" ledek Nia dengan muka masa bodo karena bukan hal yang tak biasa Nia lihat setiap hari
"Pasti masih mikirin Ardi yah?" tanyanya menebak.
Nia yakin sahabatnya masih mikirin pacarnya yang sudah beberapa bulan ini kerja di Jakarta tanpa kabar.
"Gak lah ngapain mikirin orang yang nggak mikirin kita," jawab Erina berpura-pura.
Waktu telah berlalu, jam pulang kerja pun tiba, seperti biasa Erina duduk di halte menunggu angkutan umum.
"Rin aku duluan yah!" Suara pamitan dari seseorang sambil melambaikan tangan padanya, Nia pun pulang dijemput kekasihnya Andi.
"Iy ... hati hati," jawab Erina sambil senyum dan membalas lambaian tangan Nia.
"Lama banget Ardi tidak menghubungiku," ucapnya, padahal jaman sudah canggih sudah bisa vidio call. Cuma entah kenapa dia sama sekali tidak menghubungiku atau hanya memberi kabar saja tidak pernah. Sering aku mencoba menghubunginya, tapi tidak diangkat, pesan pun tidak pernah dibalas," gumamnya.
***
Sampainya di rumah.
"Assalamualaikum," ucap Erina.
Karena badannya sudah lelah, Erina langsung masuk kamar dan mandi.
"Walaikumsalam ...," jawabnya Ibu Aryati.
Ibunda Erina, yang melihat sang anak sangat lelah dan merasa kasihan. Sedari kecil Erina membantu orang tua dan meringankan beban orang tuanya.
Setelah mandi Erina duduk, di sofa sambil menikmati teh dan cemilan serta menonton tv berita kesukaannya. Lalu sang ibu pun duduk di sebelah Erina, Dan mengajaknya mengobrol dan bercerita dengan sang anak.
"Kamu tidak merasa lelah Rin, bolak-balik bantarbolang Pemalang?" tanya sang ibu yang merasa kasihan dengan Erina yang bekerja di Pemalang kota. Sedangkan dari bantarbolang sampai Pemalang kota itu lumayan jauh dan bisa memakan waktu sekitar 30 menitan.
"Capek itu pasti Ma, apalagi kalau pulang harus nunggu di halte lama," jawab Erina.
Karena memang Erina tidak punya kendaraan, jadi dia selalu naik angkutan umum ketika berangkat kerja.
"Kamu 'kan punya tabungan kenapa tidak, membeli sepeda motor saja?" tanya sang ibu.
"Sayang Ma, uangnya buat Iman saja," jawab Erina.
Erina terlihat sayang sekali kepada adiknya, karena tidak ingin seperti dirinya yang tidak punya lulusan tinggi.
Di Kota Surabaya.
Mario yang kerap dipanggil Rio itu, sedang mengajukan penawaran pekerjaan. Dia
adalah pemborong proyek menangani instalasi air bersih untuk rumah sakit.
"Rio, gimana tadi rapatnya? Siapa yang menang?" tanya Agus.
Agus adalah sahabat sekaligus rekan kerja Rio.
"Seorang Mario tidak pernah kalah, Gus," jawabnya menyombongkan diri.
Sambil tersenyum dengan sumringah karena mendapat proyek baru di Kota Pemalang Jawa tengah.
"Urusan karyawan yang mau ikut kerja, kamu yang urus ya," pintanya.
"Masalah tempat tinggal sama tiket dan juga keberangkatan biar aku bilang deh, sama Pak Sanusi," imbuhnya.
"Iya ... tenang aja," jawab Agus.
"Mudah-mudahan proyeknya lancar, biar bisa kecipratan bonus, dari Rio," ucap Agus dalam hati sambil senyum-senyum sumringah.
"Iya ... udah aku pulang dulu Gus, jangan lupa kamu siapin semuanya," ucap Rio.
Sambil berjalan melangkah pulang, ke kontrakan untuk berkemas untuk keberangkatannya ke Kota Pemalang Jawa Tengah.
"Sebaiknya aku kabari ibu dulu, kalau aku mau berangkat ke Kota Pemalang untuk proyek berikutnya," gumamnya.
Lalu, Rio mengirim pesan pada sang kakak perempuannya di Banyuwangi Jawa Timur.
💌
Mario : Assalamualaikum Kak, besok aku berangkat ke Kota Pemalang, untuk proyek baruku. Tolong, sampaikan kepada ibu, aku belum bisa pulang ke sana, dan minta doanya.
💌
Heni : Walaikumsalam ... iya, hati-hati kata ibu jangan lupa jaga kesehatan, dan jangan tinggalkan salatnya.
Dan setelah Rio mengirim pesan kepada kakak, dia pun segara melangkahkan kakinya ke kamar mandi membersihkan diri.
Di lain Kota.
Erina berbaring di tempat tidur, sambil memainkan ponselnya. Tiba tiba, ada chat masuk dari teman satu sekolah waktu SMA dulu. Erina pun langsung membukanya.
💌
Icha : Kemarin gue liat, cowok Lo di mall berdua sama cewe Rin.
💌
Erina : Thanks infonya👍
"Ternyata bukan hanya saudara dan teman-temannya saja, Gista pun pernah bercerita kalau
Ardi memang selingkuh di Jakarta. Kalau memang bener, kenapa Elsa tega sekali sama aku," keluh Erina dalam hati.
"Ya Allah ... jika aku harus kehilangan Ardi, aku rasa tidak mampu, bertahun-tahun aku menjaga cintaku untuknya," ucapnya.
Malam ini Erina masih memikirkan ucapan Icha, kalau Icha di Jakarta melihat Ardi jalan sama Elsa, sahabatnya di mall.
Erina memang sering kali meminta bantuan Icha, Semenjak Ardi di Jakarta tidak pernah menghubunginya. Sering kali teman-teman dari Erina, bilang bahwa Ardi selingkuh. Namun, Erina masih belum percaya, karena belum melihatnya sendiri. Entah yang dipikiran Erina itu, sangat mempercayai kekasihnya.
Atau rasa cintanya yang teramat besar, sehingga menutup telinga, Ketika gosip miring kekasihnya masih ragu-ragu untuk percaya. Erina bimbang dan kalut akan pikirannya, ingin sekali dia berangkat ke Jakarta. Namun, apa daya, dia tidak di izinkan sang ibunda pergi ke Jakarta, dan bekerja di sana.
"Aaa ... aku benar-benar pusing memikirkannya," cetusnya kesal dalam hati.
Sudah larut malam pun mata Erina, masih belum bisa terpejam.
Entahlah aku harus bagaimana, Ardi pun dihubungi tidak menjawab, pesan dariku pun hanya dibaca tidak pernah dibalas.
Erina masih berusaha untuk tertidur tapi, selalu gagal.
"Ya Allah ... aku benar-benar bingung saat ini," ucap Erina.
Semakin hari semakin muak aku memikirkannya, menggantungkan status yang tidak jelas ini.
"Dia benar-benar sudah berubah " ucap Erina.
Sejenak Erina mengingat kenangan disaat, Ardi jalan bersama, dengan penuh kenangan dan masih belum percaya. Dari sekian banyak sahabatnya yang di Jakarta bilang kalau Ardi selingkuh.
Bahkan sempet paman Erina di jakarta pernah melihat, Ardi tinggal satu kontrakan
di Jakarta.
Waktu telah berlalu.
Hari keberangkatan Surabaya tujuan Semarang karena di Kota Pemalang belum ada Bandara jadi beli tiket dari Surabaya Semarang.
Sesampainya di Semarang nanti akan ada yang menjemput, untuk lanjut lagi ke Kota Pemalang. Agus sedang melihat papan informasi berbentuk digital, berfungsi untuk menampilkan, informasi transit kedatangan atau keberangkatan, baik untuk rute domestik maupun rute internasional sehingga dapat membantu, para calon penumpang dan non penumpang, tentang status penerbangan.
***
baca novelku juga yang berjudul. Wanita pilihan ayah, dan juga jangan salahkan cinta dengan nama pena Erlina Naila di novelton
IG erlina_naila123
Pukul 05:00 WIB.
Erina sudah bangun, seperti biasanya bangun pagi, langsung melaksanakan salat Subuh dan ditutup dengan baca Al Qur'an.
Tidak ketinggalan, setelah melaksanakan salat Subuh tadi dan selesai membaca Al Qur'an, Erina pergi ke dapur membantu sang ibunda.
Erina tinggal bersama ayah dan ibunya dan seorang adik laki-laki, Erina seorang
kakak yang cerewet menurut adiknya, Iman.
"Ma, Iman belum bangun, yah?" tanya Erina.
"Jarang salat jarang belajar, entahlah aku rasa Mama terlalu memanjakannya." Gerutu Erina dalam hati.
"Biarlah Rin, dia itu kadang susah dinasehati," jawab Bu Aryati, ibunya Erina.
Sebenarnya Ibu Aryati sudah sering menasehati anak laki-lakinya, yang selalu membantah, bila dinasehati.
"Mama terlalu memanjakannya!!" cetus Erina kesal kepada ibunya dan Erina malas berdebat pagi-pagi seperti ini.
"Erin mandi dulu Ma, takut telat," ucapnya.
Erina melangkah masuk kamar dan pergi mandi, dan bersiap akan berangkat bekerja. Setelah sarapan ponselnya berdering. Erina melirik ponselnya, terlihat nama bosnya melakukan panggilan.
📞 Bos judes memanggil ....
📞Erina : Hallo selamat pagi, Bos?
📞Boss : Hallo Rin, nanti kamu gak usah ke toko dulu ya!!
📞Erina: Loh, kenapa Bos?
📞Bos : Nanti kamu tunggu, Alen jemput kamu nemenin si Alen ke Bandara Semarang, jemput keponakan baru datang dari Jawa timur. Nanti kamu antar, ke rumah yang di victory regency.
📞Erina : Perumahan victory itu yang ada Patung kudanya, Bos?
📞bos : Iya ... itu yang rumah baru beli belum ditempati, tadi aku udah suruh anak buahnya Pak Sanusi suruh beresin dan bersih-bersih.
📞Erina: Terus Mas Alen jam berapa, jemput saya, Bos?, Kalau nggak aku
tunggu di halte aja, Bos nunggu mas Alen, daripada ke rumah lumayan jaraknya, takutnya tidak tau alamatnya.
📞Bos : Oke Rin, Nanti aku telepon anakku Alen. Dan nyuruh anak buahnya Pak Sanusi, suruh ngasih kunci mes buat karyawan yang ikut kerja si Rio. Sambungan telepon pun terputus dan Erina berlalu menyapa Ibu Aryati.
"Ma, aku pamit kerja dulu ya, Assalamu'alaikum ...." ucap Erina.
Erina mencium punggung tangan sang ibunda dan berlalu melangkah pergi.
"Walaikumsalam hati-hati," jawab sang ibu, dan berkata dalam hati, semoga Allah melindungi mu, Nak.
***
Sesampainya di halte pegiringan Bantarbolang, Erina pun duduk menunggu Alen si anak bosnya itu, Alen itu adalah anak dari bosnya Erina. Iya, yang punya toko berderet di kawasan Pemalang. Beberapa menit kemudian, Alen sampai di halte mencari sosok Erina. kemudian Erina yang sudah paham dengan, mobil yang dibawa Alen pun berjalan, mendekati Alen. Dan Erina langsung menyapanya.
"Hai kamu, anaknya Koko Asen Huang, 'kan?" tanya Erina.
"Iya,!kamu Erina karyawan papi di toko?" tanya Alen kembali.
Sambil memandang Erina, Alen terkesima wanita karyawan papi-nya di toko benar-benar sederhana namun cantik dan manis. Seperti adonan kue dengan kadar gula yang sangat banyak.
"Mas Alen, Mas Alen ...." panggilnya.
Yang sudah berulang kali memanggilnya dan Alen pun masih memandangi Erina,
yang menurut Alen itu begitu manis seperti gula.
"Mas ... Mas ...." panggilnya kembali.
Yang masih memanggil nama Alen beberapa kali, lamunan Alen pun tersadar, dan sangat malu karena Erina lihat betul bahwa Alen bengong.
"Eh iya Rin, sorry ...." ucap Alen.
Sial kenapa gadis sederhana ini bisa, bikin aku ngelamun mandangin begitu manisnya wajah dia, bisa runtuh iman aku kalo terus deketan sama Erina. Pertama kali ketemu aja bikin deg-deg ser gini. Dan wajahnya manis sekali.
"Iya, udah langsung jalan aja, Mas," suruh Erina karena dari Pemalang menuju ke Semarang, lumayan memakan waktu.
***
-Alen Huang-
Gila baru kali ini, aku ngerasain deg-degan kalau sama cewek. Dan membuatku tidak karuan, tidak jelas tiga kata buat kamu Rin. Sederhana, Cantik, dan manis. Di dalam mobil Erina atau pun Alen hanya, bisa berdiam diri karena bingung harus memulai obrolan dari mana. Rasa canggung, yang Erina rasakan karena memang, baru mengenalnya, meski Erina bekerja di papinya Alen.
Erina jarang bertemu dengannya, dan ini pertama kalinya. Beda bagi Alen sebenarnya dia sering melihat, Erina di toko papinya tapi gak tau kalau dia karyawan papi-nya. Yang Alen kenal, deket di toko hanya Nia sahabatnya Erina.
***
Waktu pun berlalu di Bandara Alen maupun Erina, tibanya di Bandara langsung turun dan masuk di bagian kedatangan. Alen pun membuka ponselnya, hendak menghubungi, Rio sepupunya. Rio adalah asli darah Jawa Timur, dan beragama muslim.
Sementara Alen, maminya adik dari almarhum ayahnya Rio. Sedangkan papinya orang keturunan China, tapi sudah masuk muslim dan menjadi mualaf. Alen mencoba mengirim pesan ke Rio.
💌
Alen: Di mana Mas, Ini aku udah di Bandara.
💌
Rio: Ini aku baru keluar, tunggu aku di pintu sebelah kiri.
💌
Alen : Oke.
Setelah Rio keluar dan sudah bisa melihat, Alen bersama perempuan menunggu Rio.
"Assalamualaikum, Bro ...." sapanya.
"Walaikumsalam, eh Mas Bro, gimana kabarnya?" tanyanya.
"Baik, gimana papi sehat?" tanyanya kembali.
"Sehat Mas Bro, oh iya ini kenalin Erina, karyawan papi nanti kunci mes karyawan kamu minta sama dia aja," jelasnya.
Rio pun langsung berjabat tangan.
"Mario," panggilnya, dan tersenyum.
"Erina .... " jawab Erina, dan membalas senyum Rio.
Dan mereka pun berlalu menuju mobil dan karyawan yang mau ikut kerja Rio pun sudah ada yang mengurus mereka.
Dan mereka pun melanjutkan perjalanan, ke Kota Pemalang. Waktu pun berganti malam sesampainya di Kota Pemalang pun Erina langsung mengirim pesan, pada sang adik di rumah. karena takut sang ibunda khawatir karena jam pulang Erina sore hari.
💌
Erina : Dek, tolong bilang mama, kakak mau nginep di tempat Mbak Nia di Bojong Bata.
💌
Iman : Iya, Kak.
Karena sebelumnya berangkat pun, Erina sudah bercerita tentang bos-nya, yang minta tolong nemenin anaknya ke Semarang buat jemput keponakannya. Sampainya di Kota Pemalang, Erina langsung, mengantar Rio ke victory, dan Alen sudah duluan pulang ke rumah papi-nya. Erina pun langsung berangkat menuju ke rumah, Nia. Sesampainya di rumah Nia, Erina langsung masuk dan mengetuk pintu rumah Nia.
Tok, tok, tok!
Tak berselang lama pun Nia membuka pintu dan merasa heran, karena sahabatnya datang dan sudah malam biasanya Erina sering, membeli kabar terlebih dulu.
"Eh kamu Rin, tumben ayo masuk, nginep sini ya, ini udah malam," ucapnya.
"Emang aku ke sini mau nginep males pulang aku, lagian udah malem kayaknya nanti aku mau kost aja deh jauh kalau harus berangkat dari rumah ke sini," jelasnya.
"Ngomong-ngomong kamu dari mana? kok, tadi nggak masuk kerja?" tanyanya.
Begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan sang sahabat.
"Itu disuruh bos nemenin anaknya, Ke Semarang jemput keponakannya," jawabnya.
"Mandi gih, terus makan tadi Andi beliin soto," suruhnya.
Erina pun berlalu ke kamar mandi membersihkan dirinya yang sudah dari siang tadi, lengket berkeringat.
***
Pagi hari pun tiba.
Seperti biasa Erina pun, bangun pagi di rumah Nia tinggal sendiri, karena sudah tidak punya orang tua lagi, dan tinggal sendirian. Erina pun melangkah, keluar membeli sarapan khas Pemalang yaitu nasi megono. Nia pun bangun dengan santai, karena dia tau pasti Erina sahabatnya sudah beresin rumah dan membeli sarapan untuknya. Sesampainya di rumah Nia, Erina menyantap sarapannya, dan bersiap-siap berangkat kerja.
"Rin, daripada kami kost, tinggal di sini aja nemenin aku, dan kamu juga tidak jauh-jauh bolak-balik, Bantarbolang Pemalang," ucapnya menawari.
Karena sebenarnya pun, Nia merasa senang kalau, ada temennya di rumah nggak kesepian lagi, pikirnya setelah meninggalnya kedua orang tuanya Nia, Nia tinggal sendirian.
"Oke, tapi kamu jangan nolak kalau nanti aku bayar kost ke kamu, itung-itung buat bayar listrik sama PAM deh," jawabnya.
Sebenarnya, Erina merasa tidak enak, takut merepotkan sahabat baiknya itu.
"Aku ngomong nggak yah, masalah Ardi," gumam Nia dalam hati.
Kalau nggak cerita kasian Erina dibohongin melulu sama Ardi. Tapi, kalau cerita takut dia nggak percaya malah, takutnya dikira aku menghasutnya bingung aku jadinya, cerita nggak yah masalah ini.
"Rin ... kamu udah tau belum kalau Ardi udah balik ke sini? Tadi malam," ucap Nia.
Sebenarnya Nia ragu, tapi entahlah mungkin daripada sahabatnya dibohongin mulu.
"Sebenarnya udah banyak yang bilang, kalau Ardi selingkuh cuma aku nggak percaya," jawab Erina.
Erina sering menghubungi teman-temannya di Jakarta dan pamannya di sana sering, melihat Ardi jalan berdua dengan mesra. Dan pamannya Erina, pernah melihat kalau Ardi tinggal satu kost dengan Elsa.
Elsa adalah teman SMA Erina sewaktu, sekolah di SMA PGRI Randu Dongkal, mereka dulu sahabat, tapi sudah tidak.
Begitu akrab semenjak, ada gosip Ardi jalan dengan Elsa.
"Entah aku yang bodoh entah aku yang saking cintanya sama dia, aku pun percaya saja kalau dengar penjelasan Ardi," ucap Erina.
"Tapi semenjak Ardi nggak ada kabar, malah aku ngerasa semua kata-kata temen aku bener semua, bahkan Om Udin pun pernah liat mereka, tinggal satu kost di Jakarta," jelas Erina.
Om Udin adalah adik dari Ibunda Erina, Ibu Aryati.
***
baca novelku, berjudul wanita pilihan ayah dan jangan salahkan cinta dengan nama pena Erlina Naila di novelton
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!