Brugh...
Sebuah buku dilempar dengan keras ke dinding kamar.
Orang yang melemparkan buku itu tampak menahan kesal. Dia adalah gadis tomboy dengan rambut dicepol asal.
Nama gadis itu adalah Alexa.
"Sampah banget ini buku!"Gerutu nya.
Dia adalah pecinta novel. Semua genre dia baca. Namun baru kali ini dia merasa kesal hanya karena sebuah novel.
'The true love'
Adalah judul novel yang baru saja dibacanya tadi, sebuah novel yang seharusnya bergenre romansa remaja yang entah mengapa di dalamnya banyak adegan di luar nalar?
Dan yang paling menyebalkan adalah salah satu tokoh fiksi itu mempunyai nama sama persis seperti dirinya.
Alexandria Nadinata.
Digambarkan sosok Alexandria ini adalah seorang gadis remaja yang bersekolah di
'Jacob Internasional High School'.
Gadis kaya raya yang merupakan sahabat
satu-satunya tokoh protagonis wanita, Emily.
Entah mengapa rasa persahabatan dia begitu besar pada Emily hingga berkali-kali rela mengorbankan dirinya untuk membantu segala permasalahan nya.
Hingga pada akhirnya Alexandria mengalami sebuah kejadian tragis hingga tewas saat menolong Emily dari tokoh
antagonis.
Namun ironisnya keluarga Alexandria tampak tidak bersedih ataupun marah saat dirinya tewas, justru dengan tangan terbuka menyambut Emily untuk diadopsi secara sah sebagai bagian dari keluarga mereka.
Tak ada satupun yang berduka atas kepergian Alexandria, bahkan Emily yang
menjadi penyebab kematiannya pun justru hidup bahagia dengan tokoh protagonis pria.
Alexa bisa merasakan rasa sakit hati yang dialami oleh Alexandria, walaupun dia
hanya seorang tokoh figuran, tapi dia berhak punya akhir yang bahagia bukan?
Apa penulis novel ini hanya berfokus pada akhir bahagia untuk tokoh protagonis sehingga mengabaikan tokoh lain?
Bukan hanya Alexandria saja yang mengalami nasib Tragis, tetapi juga male lead dan tokoh antagonis.
"Hey, bukankah ini terlalu kejam untuk sebuah novel romansa?"
"Kalau gak bisa nulis tuh mending jangan jadi penulis deh! Logika aja kali, masa
Alexandria yang punya sifat kayak ibu peri gitu dapat akhir yang tragis kayak gini? Itu lagi orang tua nya, masih bisa bisanya mengadopsi si Emily padahal dia yang udah bikin anaknya meninggal! Gak otak emang nih novel! Seharusnya Alexandria dikasih akhir yang bahagia juga dong, sepadan dengan kebaikan yang sudah dia lakukan selama ini pada protagonis, gak adil rasanya dia
yang sudah berkorban banyak justru mendapat akhir yang menyedihkan!!!"
Ketik Alexa pada sebuah alamat email yang tertera sebagai kontak si penulis di Novel itu.
Perasaan nya berangsur membaik setelah
menyampaikan keluhan terhadap penulis novel The true love.
Waktu sudah menunjukan pukul 23.59, pantas saja Alexa mulai merasa mengantuk.
Dia segera mencari posisi nyaman di tempat tidurnya, dan mulai pergi ke alam mimpi.
Tanpa dia sadari sebuah pesan masuk ke dalam email HP nya.
Sebuah balasan dari penulis novel The true love yang baru saja dikritik olehnya.
"Terimakasih atas kritik dan saran yang sudah kamu dikirimkan ke email kami,
mohon maaf karena kami tidak mempunyai kuasa untuk merubah takdir dari tokoh Alexandria, tapi kami yakin kakak bisa membantu kami untuk memperbaiki alur Novel ini. Selamat berjuang dan semoga berhasil kak Alexandria Nadinata!"
***
Kring... Kring... Kring...
Dering alarm terdengar nyaring di sebuah kamar bernuansa feminim.
Seorang gadis yang tidur bergelung di
balik selimut tebalnya mulai terganggu dari mimpi indahnya.
Tangan gadis itu bergerak meraba handphone yang biasa disimpan di meja belajar tak jauh dari tempat tidurnya.
"Dimana handphone ku?"Gumam gadis itu dengan suara serak khas bangun tidur.
Tak kunjung bisa meraih handphone nya, akhirnya gadis itu membuka matanya.
Hal pertama yang dilihatnya dinding kamar yang di cat pink muda, kemudian berbagai furniture yang berwarna serba putih.
Pemandangan itu membuatnya terkejut,
Aku ada di mana?
Gadis itu bangkit dan memindai kondisi kamar dengan lebih teliti. Dia benar-
benar merasa asing dengan kamar yang ditempati nya.
Tak lama pandangannya tertuju pada beberapa pigura foto yang disimpan di sebuah nakas di samping tempat tidur.
Foto yang menampilkan sosok seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna hitam yang indah.
Gadis yang tidak dia kenal.
"Aku ada dimana sih ini? Siapa yang bawa aku ke kamar ini ya? Kayaknya tadi malam
aku masih tidur di kamar! Apa aku diculik sewaktu tidur ya?"Gumamnya dengan kening berkerut.
Ketika dia berbalik, matanya tiba-tiba terfokus pada sebuah cermin full body di
sudut kamar.
Bayangan cermin itu tidak menampilkan
wujudnya, melainkan wujud gadis yang ada di foto itu.
"Aaaaaa.......!!!!"
Gadis itu berteriak keras. Dia sangat terkejut melihat pantulan dirinya di cermin.
"Astaga! Itu siapa? Kenapa muka dan badanku berubah?"Ucapnya.
Gadis itu adalah Alexa, gadis tomboy yang tadi malam baru saja mencaci seorang
penulis karena kesal dengan ending novel yang dibacanya.
Entah apa yang penulis itu bayangkan pada Alexa, hingga kini Alexa masuk ke dalam novel The true love yang dibenci nya.
Masuk sebagai tokoh figuran bernama
Alexandria Nadinata, yang akan tewas dengan cara mengenaskan.
Teriakan Alexa berhasil mengundang beberapa pelayan untuk berdatangan, meraka langsung masuk menerobos kamar Nona nya karena khawatir jika Nona nya mengalami sesuatu yang buruk.
"Nona apa yang terjadi? Mengapa Anda berteriak?"Ucap seorang pelayan dengan
pakaiannya yang khas.
Alexa mencengkram kedua bahu pelayan itu dengan kuat.
"Katakan dengan jelas tanpa bertanya apapun, Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa aku? Dan dimana aku saat ini?"Ucapnya dengan raut wajah serius.
Pelayan itu terlihat sangat bingung dengan pertanyaan yang Alexa ajukan, "Saya tidak
mengerti dengan pertanyaan Nona mengenai apa yang terjadi. Tapi Nona adalah Nona Alexandria Nadinata, anak kedua dari pasangan Tuan Daniel dan Nyonya Sarah. Anda saat ini berada di mansion Nadinata, lebih tepatnya di kamar Anda sendiri Nona!"Ucapnya dengan nada bergetar karena takut dengan ekspresi Alexandria.
Anak kedua? Tuan Daniel dan Nyonya Sarah? Bukankah itu adalah keluarga dari
Alexandria yang ada di Novel The true love? Apa saat ini aku berubah menjadi tokoh fiksi? Sangat tidak masuk akal.
Aku harus konfirmasi hal lain, di novel itu kakak dari Alexandria adalah Arsenio
putra Nadinata!? Jika pelayan ini menjawab sesuai dengan yang ada di novel, berarti fix aku terjebak di novel yang aku benci!
"Siapa nama kakakku?"tanya Alexa dengan nada yang lebih tenang.
"Nama kakak Anda adalah Tuan Arsenio, Nona!"jawab pelayan itu dengan tegas dan
lugas.
Shit!!!
Beneran aku masuk ke novel sampah itu!
"Nona sepertinya harus segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, di depan Nona Emily sudah menunggu Nona!"Ucap pelayan itu.
Alexa tersentak, dia tak menyangka akan secepat ini bertemu dengan tokoh
protagonis yang menjadi penyebab kematiannya.
Memang bukan Emily yang membunuhnya, tapi karena menolong gadis itulah dia harus berkorban nyawa.
"Untuk apa dia datang ke sini? "
Pelayan itu terlihat kebingungan. Karena memang setiap hari Emily datang ke mansion Nadinata untuk berangkat sekolah bersama dengan Alexandria.
"Untuk berangkat ke sekolah bersama Nona, bukankah setiap hari memang
seperti ini?"jawab pelayan itu.
Setiap hari berangkat sekolah bersama??
Apa mungkin aku akan terus bersama dengan Emily setiap saat? Dengan
orang yang akan menjadi penyebab kematianku di kemudian hari?
Astaga!
Sepertinya aku harus menjaga jarak dengan Emily agar bisa terhindar dari takdir yang penulis itu ciptakan.
"Kamu pergilah, dan bilang padanya bahwa hari ini aku gak masuk sekolah. Aku gak enak badan!"Putus Alexa.
Ya, dia membutuhkan waktu untuk mencerna semua hal, dan menyusun strategi untuk merubah alur novel ini.
Pelayan itu dengan hormat undur diri.
***
Setelah memastikan pintu kamar tertutup, dengan cepat Alexa mencari buku dan
bolpoin.
Secara rinci dia menuliskan kejadian apa saja yang akan terjadi novel The true love.
Terutama yang berhubungan dengannya.
"Sebisa mungkin gue harus menghindari para tokoh utama di Novel ini. Lebih baik menjadi figuran yang tak terlihat dari pada harus menjadi korban dari kisah cinta mereka!"Ucapnya dengan tangan mengepal.
***
Emily : Kamu kenapa gak sekolah sih Lexa? Aku jadi berangkat sendirian loh tadi
naik taxi gara-gara kamu gak masuk, sekarang uang aku jadi abis deh...
Alexa menatap pesan yang masuk ke dalam handphone nya dengan tatapan heran.
Bukankah tadi pelayan sudah memberitahukan alasannya tidak masuk sekolah? Lalu mengapa dia mengeluh
mengenai uang padanya?
Memangnya itu urusannya?
Tak ada sedikit pun niatan untuk membalas pesan dari Emily.
Alexa justru asik mengotak atik handphone milik Alexandria yang asli.
Galeri handphone nya penuh dengan foto
kebersamaan nya bersama Emily.
Delete...
Dia menghapus seluruh hal mengenai gadis itu. Bukan hanya di galeri, bahkan di
media sosial pun kini bersih dari mahluk yang bernama emily.
Terkesan jahat dan tidak adil memang, mengingat bukan Emily yang akan membunuh Alexandria, tapi dia memilih
menghindari masalah sejak awal.
Dia tidak akan terlibat lagi dalam segala urusan dan permasalahan gadis itu.
"Emily adalah tokoh utama di novel ini, tanpa kehadiran dan bantuanku, dia akan tetap baik-baik saja kan!? Dia punya protagonis pria yang akan melindungi nya dengan segala cara, dan juga bukankah antagonis pria juga mencintai dirinya? Kedua pria itu sudah cukup bukan?"Gumamnya.
Alexa membuka aplikasi m-banking, dia ingin melihat berapa banyak uang yang
dimiliki Alexandria asli.
Seharusnya banyak kan??
Mengingat betapa kaya rayanya keluarga Nadinata ini.
"What? Cuma segini doang?"
Dengan gemas, dia memeriksa riwayat transaksi, matanya membola.
Begitu banyak transaksi pengiriman uang ke akun Emily.
"Astaga! Rasa persahabatan mereka itu udah di luar batas sih"Gumamnya.
Ketika Alexa sedang asyik mengotak atik handphone, seorang pria tinggi dengan
tubuh berbalut kemeja hitam fit body masuk ke dalam kamarnya.
Arsenio Putra Nadinata, Kakak dari
Alexandria.
Alexa tercengang melihat visual Arsene.
Astaga!!!
Mengapa bisa ada cowok seganteng ini sih? Sayangnya dia jadi kakak Alexa, kalau bukan udah aku godain deh!
"Kamu sakit apa?"Ucap Arsenio dengan wajah datar, namun ada sedikit nada
khawatir yang Alexa rasakan.
Alexa segera memperbaiki posisi tidurnya yang sangat tidak anggun, menjadi duduk
dengan bersandar pada headbed.
"Aku cuma pusing sama lemes aja kak!"Jawabnya dengan suara pelan.
Astaga, ternyata aku bisa grogi juga di
hadapan cowok ganteng!!!
"Kamu belum sarapan kan? Kita sarapan bareng setelah itu kamu minum obat!
Eh?
Bukankah di novel dituliskan kalau Arsenio ini orang yang super sibuk?
Bahkan tidak pernah ada waktu hanya untuk sekedar sarapan bersama.
Intensitas pertemuan dengan Alexandria pun bisa dihitung dengan jadi dalam setahun.
Tapi apa ini?
"Kakak gak pergi ke kantor? Aku biasa ko makan sendirian, kakak gak perlu ngorbanin waktu kakak untuk aku!"Ucap
Alexa lirih.
Di kehidupan aslinya dia adalah anak tunggal yang mempunyai orang tua yang
selalu sibuk.
Dia tidak terbiasa mendapatkan perhatian seperti ini.
Karena itu dia merasa canggung.
Arsene menatap Alex dengan tatapannya yang tajam, seolah mencari sesuatu yang berbeda dari adiknya ini.
"Its okey, hari ini jadwal kakak gak terlalu padat. Kalau hanya untuk sarapan kakak masih punya waktu!"
Tak bisa menjawab apapun, akhirnya Alexa memilih mengalah.
Dia akhirnya keluar menuju ruang makan
mengikuti kakaknya.
Walaupun suasananya terasa canggung namun Alexa tetap memaksakan diri untuk memakan sarapannya.
Duduk berhadapan dengan pria tampan tapi bertampang dingin, membuat jantungnya berdetak tak beraturan.
"Papa dan Mama akan kembali dari Singapore nanti sore. Jika setelah minum obat kamu belum merasa membaik, kamu hubungi Dr. Gerald saja ya!"Ucap Arsenio.
Papa dan mama Alexandria memang jarang ada d rumah, mereka memiliki banyak bisnis untuk di kerjakan.
11 - 12 dengan kakaknya.
Alexandria selalu kekurangan kasih sayang dan selalu merasa kesepian, mungkin karena itulah kehadiran Emily membuatnya bahagia.
"Kayaknya aku bakal baik baik aja dengan istirahat kak!"Ucap Alexa.
Arsenio hanya mengangguk, selebihnya tak ada perbincangan lain di antara mereka.
Sekaku itu hubungan antara kakak beradik ini.
Setelah Arsenio pergi, Alexa memilih untuk berkeliling mansion. Dia harus mulai terbiasa hidup di dunia
novel ini.
Sebisa mungkin dia akan memerankan tokoh Alexandria lebih baik dari novel aslinya.
"Aku gak akan kalah dari takdir buruk yang penulis sialan itu buat!"Ucapnya dengan penuh tekad.
Pagi ini Alexa sudah siap dengan atribut sekolahnya.
Semalam Dr. Gerald datang untuk memeriksa kondisi nya.
Membuat dia kehilangan alasan untuk membolos lagi.
"Nona Emily sudah menunggu di ruang tamu, Nona!"Ucap pelayan padanya.
Emily!?
Gadis itu semalam suntuk meneror nya dengan puluhan pesan yang tidak penting,
seperti dia mengadukan apa saja yang dialaminya di sekolah, bagaimana dirinya yang dibully oleh tokoh antagonis, dan
bagaimana pangeran berkuda putih menolongnya.
Pangeran berkuda putihnya adalah tokoh protagonis pria, namanya Sagara Adiyaksa, putra tunggal pemilik JIHS.
Yang nanti akan berakhir happy ending dengannya.
***
Alexa tidak langsung menghampiri Emily seperti biasanya, dia justru melangkahkan kakinya ke meja makan untuk sarapan terlebih dahulu.
Berjuang untuk bertahan hidup butuh tenaga ekstra okey!?
"Kamu kok sarapan gak ngajak aku sih"
Sebuah suara lembut menyela sarapannya.
Emily, Gadis itu memiliki rambut panjang lurus yang terlihat sangat terawat.
Memakai tas dan sepatu dengan merek ternama.
Padahal dia berasal dari keluarga menengah ke bawah, sekolah saja dia
mengandalkan beasiswa.
Tapi dia dengan percaya diri memakai barang-barang yang tidak sesuai dengan
statusnya.
Barang-barang yang dibeli menggunakan uang Alexandria.
"Kenapa emang?"Ucap Alexa dingin.
Emily tersentak mendengar ucapan dingin Alexa.
Tapi secepat mungkin dia mengendalikan ekspresi wajahnya.
Senyuman manis khas malaikat kini muncul di wajahnya.
"Ya aku kan ingin ikut sarapan juga Lexa, masa kamu makan, sedangkan aku ngga?"Ucapnya.
Tanpa dipersilahkan dia mengambil seporsi nasi goreng dan lauk pauknya.
Dan memakannya dengan lahap.
Alexa menatap setiap pergerakan Emily.
Di kehidupan aslinya dia bisa membaca karakter seseorang berdasarkan gerak
gerik dan cara bicara.
Pada sosok Emily ini dia merasa ada yang aneh, jika yang digambarkan di novel gadis ini adalah gadis polos berhati lembut, tapi entah mengapa yang terlihat olehnya adalah seseorang gadis yang tampak
palsu?
Ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis ini.
"Kamu makan kayak orang kelaparan aja, emang di rumah gak ada beras?"tanya Alexa.
Dia sengaja ingin menguji Emily.
Membuat gadis itu kesal hingga memperlihatkan sifat aslinya.
Uhuk... Uhuk...
Emily tersedak.
Dengan cepat dia meminum air yang
disediakan pelayan.
Matanya menatap Alexa dengan tatapan
tidak percaya.
Mungkin tak menyangka Alexa bisa mengatakan hal seperti itu.
"Kenapa?"tanya Alexa, dia menatap langsung Emily tepat di matanya.
Emily tampak gugup, "
Gak apa-apa Lexa, aku cuma kaget aja kamu bilang aku kayak orang kelaparan. Aku emang belum sarapan di rumah, soalnya ayah aku belum gajian jadi gak ada uang untuk beli bahan makanan!"Ucapnya.
"Uang yang aku kasih dua hari lalu kamu pake apa? Uang itu gak sedikit kan? Emang kamu gak kasih sebagian buat orang rumah?"Cecar Alexa.
Gestur Emily mulai terlihat kesal, tapi sebisa mungkin dia paksakan untuk tersenyum.
"Uang itu kan kamu kasih untuk aku beli tas ini Lexa. Jadi udah gak ada lagi!"Jawabnya.
Alexa tersenyum smirk,
"Kamu bisa maksain beli tas yang gak begitu penting, tapi kamu mengabaikan keluarga yang lagi kekurangan?"
"Apa sih kok kamu sinis banget ke aku Lexa! Kamu kan udah ngasih uang itu ke aku, jadi aku mau pake apapun juga bebas dong! Kamu tuh gak kayak biasanya deh, aku jadi males ah nemenin kamu lagi kalau kamu kayak gini terus!"Ucap Emily dengan nada tinggi.
Emily berdiri dengan kasar lalu berjalan menuju pintu keluar, dia bertindak seperti itu dengan harapan Alexa akan mengejarnya lalu meminta maaf.
Namun usahanya sia sia.
Ketika dia sudah mencapai gerbang mansion Alexa bukan mengejarnya, tapi justru menyalip nya dengan mengendarai sebuah motor
sport berwarna hitam.
Motor milik Arsene, yang tersimpan di garasi. Pergi tanpa mengajaknya.
"Alexa!!!"Geramnya.
***
Kedatangan Alexa ke JIHS menimbulkan kehebohan.
Gadis yang selalu tampil feminim hingga mobil yang dikendarai nya pun berwarna pink, kini tampil berbeda dengan motor sport hitamnya.
Rambut panjangnya dicepol asal sehingga agak berantakan seperti kebiasan nya di kehidupan aslinya.
Menimbulkan rasa heran dari orang-orang yang melihatnya.
Ditambah tidak adanya sosok Emily yang selalu membayanginya.
"Itu Alexandria temennya si Emily itu kan?"
"jadi badass sih aura nya?"
"Tumben si Emily gak ngintilin si Alexandria? Bertengkar kah?"
Alexa sepenuhnya mengabaikan tatapan dan suara suara yang mempertanyakan
perubahan dirinya.
Dengan acuh dia berjalan melewati semua orang yang memang tidak dia kenal, dan fokus menuju kelasnya berada.
11- IPA 1.
Kembali dia mendapati tatapan heran dari teman teman sekelasnya. Dia memilih kembali abai, lalu dengan pede nya duduk di bangku paling
belakang.
Seorang pria berkaca mata, menghampiri nya dengan ragu,
"Sorry Lexa, itu bangku aku. Kamu kan biasanya duduk di depan dekat dengan Emily!"Ucapnya dengan nada bergetar.
Alexa menatap tajam pria itu, Joseph Itu nama yang tersemat di nametag nya.
"Sorry Josh, tapi sekarang aku pengen duduk di belakang, kamu gak masalah kan kalau kita tukeran bangku? Cowok pinter kayak kamu itu lebih cocok duduk di depan dibandingkan di pojokan kayak gini!"Ucapnya dengan datar.
Joseph dan beberapa orang di sekitar mereka cukup terkejut mendengar jawaban Alexa.
Biasanya gadis itu enggan untuk duduk di
belakang, di suka duduk berdampingan dengan Emily.
Dengan cara seperti itu, dia akan mendapatkan bantuan dari sahabatnya jika mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
"Kamu yakin Lexa?"tanya Joseph seolah mengkonfirmasi jawaban Alexa yang tidak
seperti biasanya.
Alexa menjawab hanya dengan anggukan pelan, setelah itu dia memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Seolah menutup komunikasi dengan Joseph.
Dengan riang Joseph duduk di bangku Alexa.
Sudah sangat lama dia ingin duduk di area depan, namun tidak ada satupun temannya yang mau mengalah, karena rata-rata penghuni kelas ini orangnya berambisi. Ingin menjadi yang terbaik dan terpintar di kelas.
Dan tindakan Alexa hari ini sangat disyukuri nya. Dia berharap Alexa tidak akan berubah pikiran dan merebut kembali bangku yang sudah diberikannya.
Tak lama datang Emily dengan wajah muram.
Lagi lagi dia harus naik Taxi untuk berangkat ke sekolah. Dan itu cukup menguras isi kantongnya.
Ketika dia sampai di bangku nya, dia heran dengan Joseph yang ada di sampingnya.
"Kamu ngapain duduk di bangku Lexa?"tanyanya dengan sedikit ketus.
Joseph menatap Emily dengan sinis, dia dan Emily adalah rival di kelas 11 IPA 1.
Keduanya bersaing untuk mendapatkan rangking pertama.
"Lexa yang ngasih bangku ini ke aku! Dia mau duduk di belakang, mungkin dia bosen duduk bersebelahan terus sama
kamu!"Ucapnya.
Belum reda rasa kesal Emily karena ditinggal Alexa, kini sahabatnya kembali membuat masalah.
Dengan cepat Emily menghampiri Alexa yang sedang menelungkupkan wajahnya di meja.
"Kamu kenapa pindah tempat duduk Lexa? Kamu marah sama aku? Kalau aku ada salah aku minta maaf deh sama kamu, tapi please kamu balik lagi duduk di depan. Aku gak mau duduk deket deket sama si Joseph itu!"Ucapnya sambil mengguncang bahu Alexa.
Merasa terusik, akhirnya Alexa menegakkan tubuhnya dan menatap Emily tajam.
"Aku mau duduk di belakang, kalau kamu gak mau duduk dekat sama Joseph ya kamu tinggal cari bangku lain aja!"Ucapnya datar.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!