NovelToon NovelToon

MENEMBUS LORONG WAKTU

Nayla Dokter Genius

Hari ini Nayla mendapatkan izin cuti dari direktur rumah sakit tempat ia bekerja. Rencananya dia akan menjelajahi sebuah hutan untuk meneliti tanaman yang di rumorkan memiliki banyak khasiat untuk pengobatan.

Sudah dua hutan telah Dokter Nayla jelajahi, namun tanaman yang ia cari itu belum juga ditemukan. Entah memang tidak ada atau memang tumbuh di tempat yang sulit dijangkau .

"Anda jadi mengajukan cuti Dok? " tanya rekan Dokter Nayla yang bernama Dokter Adam. Dokter Adam juga salah satu dokter bedah yang ada di rumah sakit itu.

"Jadi Dok, " jawab Dokter Nayla sambil tersenyum.

"Direktur rumah sakit juga sudah memberikan Saya izin. Mulai besok Saya sudah mulai cuti. Saya minta tolong, Dokter bisa menggantikan tugas saya untuk sementara waktu, " pinta Dokter Nayla dengan tulus. Namun yang dimintai tolong mengeluarkan ekspresi cemberut.

"Kalau boleh tahu berapa lama Anda akan cuti? "

"Entahlah... bisa seminggu atau sebulan, " jawabnya tidak yakin. Sebab yang hutan yang akan ia kunjungi saat ini berada di luar kota.

"Enak ya jadi Dokter Nayla. Bisa cuti sewaktu-waktu, " keluh Dokter Adam iri.

Dokter Nayla hanya tersenyum. Dokter Nayla merupakan seorang dokter bedah di sebuah rumah sakit swasta yang terkenal. Dia terkenal sebagai dokter yang Genius. Tidak hanya pandai dalam pengobatan modern, ia juga pandai dalam pengobatan tradisional.

Dokter Nayla memang mempunyai perlakuan istimewa dari pihak rumah sakit. Banyak Dokter lain yang iri dengannya. Tapi semua itu bukan tanpa sebab. Nayla merupakan pewaris utama rumah sakit itu. Hanya saja tidak ada yang mengetahui identitasnya.

Rumah sakit itu awalnya milik seorang Milyader yang bernama tuan Thomas. Tuan Thomas merupakan seorang pengusaha diberbagai bidang. Salah satunya Rumah sakit Medika.

Dokter Nayla diwarisi rumah sakit itu karena menolong cucu satu-satunya Tuan Thomas. Nayla berhasil menyembuhkan cucu Tuan Thomas yang kala itu sedang kritis akibat tumor yang ada di otaknya. Namun berkat Dokter Nayla , cucu Tuan Thomas berhasil sembuh.

Sebagai imbalannya Tuan Thomas memberikan kepemilikan rumah sakit Medika padanya.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita tukar posisi saja? "

"Anda yakin? "

"Tentu saja. Mulai besok Dokter Adam bisa cuti. Tapi_" Dokter Nayla sengaja tidak melanjutkan ucapannya.

"Tapi apa? " tanya dokter Adam dengan semangat.

"Dokter yang harus menemukan bunga Gerhana Bulan, " jawab Dokter Nayla dengan semangat.

"Ha???? bunga apa itu? " seumur-umur belum pernah dengar ada bunga Gerhana bulan.

"Saya juga belum pernah melihatnya sih. Tapi menurut catatan yang sudah saya baca, bunga itu mempunyai banyak manfaat. "

"Carinya dimana? "

"Di hutan lah. "

"Jadi Dokter izin cuti buat mencari bunga itu? "

"Menurut Dokter?"

Dokter Adam merasa malu telah berfikir negatif pada Dokter Nayla. Meski Dokter Nayla sering izin tapi kontribusi Dokter Nayla buat rumah sakit sangat besar.

"Tidak usah Dok. Saya akan menggantikan Dokter di rumah sakit saja. "

"Kenapa? "

"Mencari bunga Gerhana bulan sama saja seperti mencari jarum ditumpukan jerami."

"Dokter Adam ada-ada saja. "

Dokter Nayla sendiri sudah terbiasa keluar masuk hutan. Sejak kecil sang kakek sering mengajaknya kedalam hutan untuk mencari tanaman obat.

Dokter Nayla tumbuh bersama kakeknya di desa. Kakek Nayla merupakan seorang mantri. Beliau ahli dalam ilmu pengobatan tradisional.

Kakek Dokter Nayla bernama Kakek Agung. Sebenarnya Kakek Agung bukan Kakek kandung Dokter Nayla.

Dari cerita sang kakek, Dokter Nayla ia temukan didalam hutan. Waktu itu beliau sedang mencari tanaman obat. Saat pertama bertemu Dokter Nayla, Kakek Agung menyebutnya sebagai bayi ajaib.

Bagaimana tidak ... waktu Kakek Agung menemukan Nayla , ia sudah di kerubungi oleh berbagai jenis binatang. Anehnya binatang-binatang itu tidak ada yang mendekat kearahnya.

Saat ini Kakek Agung sudah meninggal dunia. Nayla juga sudah tidak lagi tinggal di desa. Kini ia sudah mempunyai rumah pribadi di dekat rumah sakit tempat ia bekerja.

...****************...

Hari yang ditunggu pun tiba. Dokter Nayla sudah siap untuk berangkat menjelajahi hutan. Semua kebutuhan ia masukkan ke dalam ransel yang berukuran besar.

Hutan yang Dokter Nayla datangi saat ini terletak di luar kota. Dokter Nayla melakukan perjalanan menggunakan mobil. Dia tiba di desa terdekat hutan setelah melakukan perjalanan selama dia belas jam. Karena sudah malam, ia menginap di rumah penduduk.

Keesokan harinya Dokter Nayla mulai melakukan perjalanan sejak pagi hari. Mobil ia titipkan di rumah yang ia tumpangi.

Sejak masuk kedalam hutan Dokter Nayla merasakan suasana yang berbeda dari biasanya. Namun Dokter Nayla tidak banyak berfikir. Apalagi hutan ini memang terkenal angker.

Cas!

Cas!

Cas!

Dokter Nayla menebas rumput yang menghalangi jalannya dengan pisau panjang yang sengaja ia bawa dari rumah. Sudah hampir setengah hari ia berjalan namun tumbuhan yang ia cari belum juga ketemu.

"Istirahat dulu deh, " gumamnya.

Dokter Nayla membersihkan tempat yang akan ia duduki terlebih dahulu. Setelah itu barulah duduk dengan nyaman.

Tiba-tiba Nayla merasa ngantuk. Matanya perlahan terpejam. Entah berapa lama ia tertidur. Bangun-bangun hari sudah malam.

"Waduh... kok malah kebablasan, " gerutu Nayla sambil melihat sekitar.

Kruyuk....

Perutnya tiba-tiba berbunyi. Ia memang mengisi perutnya tadi saat hendak berangkat. Untungnya tadi Nayla membawa bekal. Mudah-mudahan belum basi.

Sebelum makan Nayla mencari ranting kering untuk ia bakar. Tidak perlu jauh-jauh karena memang banyak ranting yang berceceran.

Namun tiba-tiba ia mendengar langkah kaki yang ia perkirakan lebih dari satu orang. Nayla pun mencari tempat untuk bersembunyi.

Ada sekitar sepuluh orang membawa tombak berjalan di dekatnya. Yang membuat Nayla heran adalah pakaian yang mereka pakai.

"Apa ada yang sedang syuting film di hutan seperti ini ? " tanya Nayla yang entah pada siapa. Padahal tidak ada orang lain disampingnya.

"Lebih baik Aku ikutin saja . Lumayan bisa nonton gratis."

Nayla pun mengikuti mereka dari belakang. Nayla pikir mereka semua artis. Jadi Nayla tidak ada rasa takut sama sekali .

Merasa ada yang mengikuti para prajurit itu pun berhenti. Salah satu orang yang menjadi pimpinan langsung meloncat kearah Nayla. Bukannya takut, Nayla malah kagum dengan aksinya.

"Wow... hebat! " puji Nayla dengan tulus. Sedangkan orang yang ia puji malah heran melihatnya.

"kamu siapa? " tanya Lelaki itu dengan bahasa yang menurutnya aneh. Anehnya Nayla bisa mengerti artinya. Dan hebatnya lagi saat ia menggunakan bahasa Indonesia ,yang keluar dari bibirnya malah bahasa orang itu.

"Saya Nayla. Masnya ini lagi syuting ya? " tanya Nayla dengan antusias.

"Kenapa kamu bisa ada dihutan ini? " tanya lelaki itu tanpa menjawab pertanyaan Nayla.

"Jalan-jalan."

Lelaki itu menatap Nayla dari ujung kaki hingga kepala berulang kali. Dari wajahnya dapat terlihat jika orang itu nampak bingung dan juga penasaran.

"Pakaian apa yang kamu pakai ini. Jangan bilang kalau kamu seorang mata-mata dari negri sebrang!!! " tebak lelaki itu dengan mata menyipit.

"Siapa gadis itu senopati? " tanya salah satu anak buahnya.

"Lihat pakaian yang ia pakai. Orang dari Kerajaan mana yang memakai pakaian seperti itu? "

Kesembilan prajurit itu menatap Nayla dengan seksama. Nayla yang ditatap seperti itu merasa tidak nyaman.

"Jaga mata kalian! " bentak Nayla.

"Tangkap gadis itu. Pasti dia seorang mata-mata! " titah senopati Arya dengan tegas.

Nayla sungguh terkejut mendengar tuduhan yang telah dilayangkan padanya. Nayla tidak terima. Dia pun tidak membiarkan mereka menangkapnya. Jadi dia menyerangnya menggunakan keahlian yang ia miliki.

Selain ahli ilmu pengobatan, Nayla juga ahli beladiri. Serangan mereka tidak ada apa-apanya bagi Nayla. Meskipun ditangan mereka ada tombak yang sudah siap menusuknya.

Senopati Arya merasa terpesona melihat gerakan Nayla menyerang anak buahnya. Gerakan itu belum pernah ia lihat sama sekali.

"Berhenti! " teriak Arya.

"Kenapa berhenti? "

"Sekarang kamu harus mengaku dari mana asalmu? tidak mungkin kamu berasal dari Kerajaan Pandan Wangi."

"Kerajaan Pandan wangi? " tanya Nayla shock.

"Benar. Kamu sudah masuk wilayah Kerajaan Pandan Wangi. Karena_"

"Tunggu sebentar! " selama ia belajar tentang sejarah tidak pernah ia mendengar informasi tentang Kerajaan Pandan Wangi.

"Ada apa? "

"Kerajaan Pandan Wangi itu ada di daerah mana ya, kok Aku nggak pernah dengar, " kata Nayla bingung. Rasanya pusing memikirkannya. Apalagi sekarang Indonesia sudah menjadi negara Republik.

"Hutan ini termasuk wilayah kerajaan Pandan Wangi."

"Bukan itu maksud perkataan ku."

"....? "

"Kalian tidak lagi sedang syuting Film? "

"Apa itu Syuting? "

"Ha??? " tambah bingung deh.

"Sudahlah kamu tidak usah banyak bicara. Lebih baik kamu mengikuti kami dengan baik-baik."

"Kalau tidak mau bagaimana? "

"Kalau begitu kamu harus kembali ke Kerajaan mu! "

"Kerajaan apa coba!!! " gumam Nayla frustasi. Sepertinya ia tersesat di dunia gaib. Tidak heran hutan ini terkenal seram.

Tidak ingin bertindak gegabah dan malah membahayakan nyawanya, Nayla pun menuruti ucapan Senopati Arya. Lagi pula jika mereka macam-macam hajar lagi aja.

"Aku akan mengikuti kalian. Tapi jangan coba untuk berbuat macam-macam! " ucap Nayla memberi peringatan.

"Kamu tenang saja. Kami seorang prajurit terhormat. Tugas kami melindungi para warga bukan merusaknya."

"Prajurit juga manusia, " gumam Nayla tanpa bisa di dengar oleh mereka,

Akhirnya Nayla pun mengikuti langkah kaki mereka.

Selamat datang di novel baru Aku. Jika ada salah ketik atau bahasanya tidak cocok di gunakan bisa langsung tulis di kolom komentar.

Terimakasih sudah membacanya. Jangan lupa dukungannya Ya 🙏🙏🙏🙏🙏.

Keterkejutan Nayla

Setelah berjalan kira-kira sekitar satu jam, mereka akhirnya tiba di sebuah perkampungan. Kedua mata Nayla melotot melihat pemandangan yang tersaji di depannya.

Nayla terkejut karena bentuk rumah yang ia lihat saat ini sangat sederhana. Hanya sebuah gubuk kecil yang dindingnya terbuat dari batang bambu, sedangkan atapnya dari daun -daunan.

"Waduh... jadi Aku beneran ada di Zaman kerajaan. Kok bisa?! " Nayla shock.

Jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya juga cukup besar. Tidak ada lampu penerangan, hanya ada obor yang dipasang penduduk di depan rumahnya. Sedangkan di dalam rumah bisanya penduduk memasang lampu teplok.

"Kenapa berdiam saja disitu. Kita harus cepat tiba di rumah kepala Dusun untuk istrahat, " tegur Senopati Arya saat melihat Nayla masih terdiam di tempat.

Senopati Arya memutuskan untuk beristirahat dulu di rumah kepala Dusun sebelum melanjutkan perjalanannya ke rumah.

"Eh... iya. "

Nayla kembali mengikuti langkah kaki Senopati Arya dan prajuritnya dari belakang. Tidak butuh waktu lama , mereka sudah sampai di gubuk yang lebih besar dari yang lain. Kebetulan sang pemilik rumah berada di depan rumahnya. Beliau sedang berbincang dengan tiga orang yang bersamanya.

Senopati Arya berjalan mendekati mereka. Sedangkan Nayla memilih untuk menunggu bersama para prajurit lainnya.

"Selamat malam, " sapa sang kepala Dusun sambil berdiri.

"Selamat malam. Apa benar ini rumah Kuwu di dusun sini ? " tanya Senopati Arya berbasa-basi. Sebab dilihat dari besarnya rumahnya sudah menjelaskan statusnya. Kuwu merupakan panggilan untuk kepala Dusun

"Benar. Saya kepala dusun merak putih. Nama saya Kuwu Eka wira. Kalau boleh saya tah, Tuan ini siapa dan berasal dari mana?" jawabnya dengan ramah.

"Saya Arya. Kedatangan Saya kesini untuk menumpang istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan, " ucap Senopati Arya tanpa basa basi. Meski tidak menyebutkan gelarnya, namun ternyata kepala Dusun itu langsung bisa menebak dengan tepat.

"Aduh Gusti... ternyata ada tamu Agung toh . Silahkan duduk dulu Tuan, " pinta Kuwu Wira dengan agak gemetar. Reputasi Senopati Arya menyebar hampir ke seluruh wilayah kerajaan pandan Wangi.

ketiga orang tamu yang sedang duduk langsung berdiri. Mereka membungkuk untuk memberi penghormatan.

"Maaf atas ketidaksopanan kami Senopati, " ucap mereka dengan serempak.

"Tidak masalah. Silahkan lanjutkan ngobrolnya. Saya hanya mau minta satu kamar kosong untuk teman perempuan Saya. Sedangkan Saya dan yang lain bisa istirahat di pendopo."

Kuwu Eka Wira menatap Nayla dan prajurit lainnya yang masih berada di pinggir jalan.

"Tentu Tuan. Didalam masih ada satu kamar kosong yang bisa digunakan. Teman Tuan bisa menggunakannya untuk beristirahat."

Senopati Arya memanggil Nayla yang duduk di pinggir jalan. Sembilan prajurit lain berdiri disekitar Nayla.Mereka takut jika sampai Nayla kabur.

"Hei kamu! " panggil Senopati Arya pada Nayla. Nayla yang merasa terpanggil langsung berdiri dan mendekatinya.

"Hei hei hei... Aku juga punya nama . Panggil Aku Nayla! " protes Nayla tidak terima.

"Nayla atau siapapun namamu Aku tidak perduli. Yang penting sekarang Kamu ikut Aku! " perintah Senopati Arya tanpa mau dibantah.

Nayla malas untuk berdebat. Ia mengikuti Senopati Arya dari belakang.

"Ini teman Saya, " kata Senopati Arya. Keempat orang itu memiliki reaksi yang sama saat melihat Nayla untuk pertama kalinya.

Seperti saat Senopati Arya bertemu Nayla untuk pertama kalinya. Mereka menatap Nayla dari ujung kepala sampai ujung kaki hingga membuat Nayla risih.

"Tuan, " panggil Senopati Arya menghentikan tatapan mereka. Kuwu Wira jadi tak enak hati.

"Silahkan masuk Nona, " ucapnya dengan agak gugup.

Kuwu Eka Wira membukakan pintu rumahnya. Sang istri dan anaknya sudah tidur. Jadi Kuwu Wira langsung membawa Nayla ke kamar yang masih kosong.

Nayla agak ngeri masuk kedalam rumah. Apalagi dengan cahaya agak temaram.

"Ini kamarnya. Nona bisa masuk kedalam."

"Terimakasih tuan. "

"Panggil Bapak saja Nona."

"Baiklah kalau begitu. Bapak juga bisa panggil Saya Nayla."

"Baik. Silahkan masuk kedalam. Saya tinggal ke depan dulu."

"Maaf Pak, sebelumnya Saya mau tanya disini ada kamar mandi tidak pak? "

"Malam-malam begini mau mandi? " tanya Kuwu Wira heran. Nayla menganggukkan kepalanya.

"Kalau mau mandi Nak Nayla harus pergi ke sungai."

"Waduh... ya sudah kalau begitu Pak. Saya masuk ke kamar saja."

"Silahkan."

Nayla masuk kedalam dengan lemas. Tubuhnya lengket dengan keringat.

"Ini kamar apa goa? " gumam Nayla sambil meletakkan ranselnya diatas ranjang. Kemudian mengambil ponsel yang tadi ia simpan di dalam tas.

Sebenarnya Nayla masih bingung dengan situasi yang sedang ia alami saat ini. Ia masuk ke zaman kerajaan atau memang ada kerajaan tersembunyi di hutan yang ia datangi.

"Bikin pusing aja, " gerutunya. Untungnya baterai ponselnya masih penuh. Ia menyalakan lampu ponsel buat penerangan.

Nayla membuka bekal makanan yang belum sempat ia buka. Ada nasi, ayam goreng, nuget dan juga sambal. Beruntung nasinya belum basi. Jadi aman untuk ia makan.

Saat akan menyuapkan nasi kedalam mulut, terdengar pintu yang di ketuk. Ia pun urung menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Dengan malas ia langkahkan kakinya ke arah pintu.

srek

"Ada apa ya Pak? " tanya Nayla. Tapi yang Nayla tanya malah terbengong sambil menatap kedalam kamar. Ternyata Kuwu Wira menatap cahaya yang berasal dari ponsel.

"Pak! " panggil Nayla.

"Eh... maaf nak. Ini ada singkong rebus sama lampu teplok," jawab Wuku Wira sambil mengulurkannya pada Nayla.

"Aduh, kok malah jadi ngerepotin."

"Adanya cuma ini Nak."

"Terimakasih Pak."

"Sama-sama. Kalau begitu Bapak keluar dulu."

"Silahkan."

Kuwu Eka Wira keluar dengan linglung. Beliau masih kepikiran dengan cahaya yang berasal dari ponsel. Tingkahnya ini membuat Senopati Arya yang melihatnya jadi penasaran.

"Ada apa Pak. Nayla baik-baik saja kan? "

"Non Nayla baik-baik saja tapi_" Wuku Wira bingung menjelaskannya.

"Tapi apa Pak? "

"Tadi ada cahaya aneh di dalam kamar. "

"Cahaya aneh? "

"Benar Tuan. "

"Antar Saya Kekamarnya! "

"Ha!!! "

"Cepat! "

"Baik Tuan! "

Kuwu Wira menunjukkan kamar yang di tempati oleh Nayla.Tanpa mengetuk pintu, Senopati Arya masuk ke dalam kamar .

Brak!!!

"Apaan sih!!!! "

Menangkap ikan

Nayla menatap dua orang yang berdiri di depan pintu dengan kesal. Lagi-lagi acara makannya terganggu. Padahal masih menghabiskan separuh bekal.

"Apaan sih! " sentak Nayla dengan keras.

"Bisa tidak ketuk pintu baik-baik. Bagaimanapun Saya perempuan. Bagaimana kalau Saya sedang tidak memakai baju, " lanjutnya.

" Maaf Nak Nayla, " ucap Kuwu Wira dengan rasa bersalah. Beliau melirik Senopati Arya yang berdiri di sampingnya.

"Kenapa sampai dobrak pintu segala. Kan bisa ketuk pelan-pelan, " gerutu Nayla.

"Kuwu Wira tadi melihat cahaya terang disini. Kami takut kamu berbuat macam-macam,"ucap Senopati Arya dengan jujur. Nayla langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Senopati Arya.

"Oh... bilang dong dari tadi."

Nayla mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjang, kemudian memperlihatkannya pada Kuwu Wira dan Senopati Arya.

"Ini namanya ponsel. Ponsel ini tidak hanya bisa mengeluarkan cahaya tapi ponsel ini memiliki banyak fungsi, " terang Nayla menjelaskan.

Kedua orang itu tertegun melihat tampilan ponsel milik Nayla. Apalagi saat menunjukkan video musik simpanannya.

"Kok bisa! "

"Ya bisa lah. Besok Saya jelaskan lebih lanjut. Sekarang sudah malam. Saya ingin istirahat dulu."

"Baiklah. Jangan berfikir untuk kabur. "

"Memangnya mau kabur kemana malam-malam begini, " sindir Nayla sinis.

Tanpa menjawab ucapan sinis Nayla, Senopati Arya pergi dari sana.Kuwu Wira dengan patuh mengikutinya dari belakang.

Setelah kepergian Kuwu Wira dan Senopati Arya, Nayla memutuskan untuk langsung tidur saja. Nafsu makannya sudah hilang. Ia kembali merapikan kotak makannya dan meletakkan di atas meja.

Nayla mengambil pembersih wajah yang ada di dalam ransel. Setelah membersihkan wajahnya, Nayla bersiap untuk tidur.

Keesokan harinya Nayla terbangun oleh teriakan gadis muda seusianya. Gadis itu berdiri disamping ranjang yang ia tiduri.

"Berisik!!! " tegur Nayla dengan serak.

"Kamu siapa? kenapa kamu tidur di kamar ini? " tanya gadis itu penasaran.

Nayla dengan malas bangun dari tidurnya. Semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Rasanya tidak nyaman tidur di tempat yang asing.

"Saya Nayla. Saya di minta Kuwu Wira untuk tidur di kamar ini semalam."

Deg!!!

"Kamu siapanya Bapak ? "

"Tamunya."

"Bukan istri mudanya kan? " tebak gadis itu.

"Maaf ya... Aku tidak suka jadi yang kedua. Lagian Kuwu Wira itu pantasnya dipanggil Bapak bukan Sayang. "

"Ta_"

"Ada apa ini? " tanya wanita paruh baya tiba-tiba menghentikan ucapan Gendis. Putri dari Kuwu Wira.

"Bapak bawa gadis muda ke dalam kamar Buk, " adu Gadis itu pada ibunya.

Perempuan paruh baya yang dipanggil ibu bergegas menghampiri mereka. Setibanya di dalam kamar ia menatap Nayla dengan pandangan menyelidik.

"Kamu siapa? "

"Nayla. Kalau mau tanya bagaimana Saya bisa ada disini, ibu bisa tanya langsung sama Kuwu Wira. "

"Nona ini salah satu tamu Bapak. Masih ada sepuluh orang lagi diluar. Mereka tidur di pendopo. Sekarang lebih baik Ibuk sama Gendis masak buat mereka, " ucap Kuwu Wira menjelaskan. Ketiga wanita itu menatap Wuku Wira yang baru datang.

"Tapi _"

"Nanti saja bicaranya."

Mau tidak mau sepasang ibu dan anak itu bergegas pergi ke dapur. Kuwu Wira minta Maaf atas nama istri dan putrinya.

"Maafkan istri dan juga anak Bapak ya Nak. Bapak belum sempat memberitahukan keberadaan Nak Nayla pada mereka."

"Tidak masalah Pak. Kalau boleh Saya tahu, sungainya ada dimana ya Pak? "

"Nak Nayla mau mandi? "

"Iya Pak. Gerah banget! "

"Tapi di luar masih gelap. "

"Tidak masalah Pak. Lagi pula Saya punya senter buat penerangan. "

"Senter? " Kuwu Wira menatap Nayla meminta penjelasan. Sejak kecil sampai berumur hampir setengah abad belum pernah dengar tentang senter.

Mengetahui Kuwu Wira tidak mengetahui senter, Nayla mengambil senter kecil yang tersedia di dalam ransel. Dia baru ingat kalau sebelum berangkat telah memasukkan senter kedalam ransel.

"Ini namanya senter 🔦Pak. "

Kuwu Wira menatap senter itu dengan mata berbinar. Tanpa diminta Nayla menyalakan senter itu sehingga mengeluarkan cahaya.

"Wah... bagus sekali. Bapak baru lihat yang seperti ini. "

"Di tempat saya banyak Pak. "

"Berapa harganya Nak? "

"Mampus!!! " gumam Nayla dalam hati. Kuwu Wira sudah tidak sabar mengetahui harganya.

"Tiga puluh lima ribu Pak, " jawab Nayla tanpa menyebut rupiah. Kuwu Wira beranggapan Tiga puluh ribu koin perak. Jika dikumpulkan bisa lebih dari satu peti.

"Waduh... pantesan bagus. Harganya saja mahal, " keluh Kuwu Wira dengan lesu.

"Begitulah Pak."

"Kalau begitu biar Gendis yang mengantarkan Nak Nayla. ".

"Terimakasih Pak. "

Gendis yang sedang membantu ibunya di dapur dipanggil. Setelah mendapat perintah dari Bapaknya, Gendis menemani Nayla ke sungai.

"Kita lewat sini saja Nona, " ucap Gendis dengan sopan. Kuwu Wira sudah memberi tahu jika Nayla merupakan teman dari Senopati Arya.

Gendis mengajak Nayla lewat belakang rumah. Karena masih gelap, Nayla menyalakan senter yang ia bawa. Gendis terpukau akan cahaya yang dikeluarkan oleh senter itu. Namun tidak punya keberanian untuk menanyakan menanyakannya.

Letaknya sungai tidak terlalu jauh dari rumah Kuwu Wira. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai disana. Matahari juga sudah mulai memancarkan sinarnya.

Setibanya di sungai, Nayla langsung menyeburkan tubuhnya ke dalam sungai. Rasanya sangat menyenangkan. Dia tidak melepas pakaiannya. Rasanya kurang nyaman jika harus bertelanjang di ruang terbuka seperti ini.

Didalam sungai itu terdapat banyak ikan. Nayla tergiur untuk menangkapnya!

"Tolong Bantu Aku, " ucap Nayla pada gendis.

"Tolong apa? "

"Tolong bantu Aku jaga ikannya. "

"Ikan yang mana? "

Nayla langsung melemparkan ikan hasil tangkap nya kehadapan Gendis.. Gendis terkejut dengan aksi Nayla. Belum lagi besar ikan yang ditangkap.

"Kok bisa!! "

"Buruan Jangan bengong begitu Nanti ikannya kembali ke air, " tegur Nayla.

Dengan semangat Gendis memasukkan ikan -ikan itu kedalam kendi yang ia bawah. Dia memang terbiasa membawa kendi untuk mengambil air dari sungai. Khusus untuk minum para warga mengambil air dari sumbernya langsung.

Nayla masih sibuk mencari ikan. Meski hanya dengan tangan kosong ia berhasil menangkap beberapa ikan gabus.

Dirasa cukup Nayla segera menyelesaikan mandinya. Setelah selesai Gendis memberikan jarik yang ia punya untuk dipakai oleh Nayla.

Sepulangnya dari sungai, Nayla langsung menjemur pakaiannya yang basah. Sedangkan Gendis membawa ikannya ke dapur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!