NovelToon NovelToon

Suami Pilihan Abi Apa Salah?

Episode 1 London

London.

Universitas Of The West London. Salah satu Universitas ternama dengan kualitas pendidikan yang sangat baik. Universitas itu sekarang begitu ramai dengan para mahasiswa dalam Negara dan juga banyak dari Negara lain yang sedang melakukan wisuda atas keberhasilan mereka.

Sama dengan sekelompok wanita yang terlihat sangat bahagia yang saling memberi ucapan selamat satu sama lain dan melompat melambungkan tinggi toga kebanggaan mereka.

Terlihat tampak indah senyum yang terpancar di wajah keempat gadis cantik. Di antara keempat wanita cantik itu ada salah satu yang memakai hijab dan 3 yang lain berpenampilan tanpa hijab dengan model rambut yang sesuai dengan mereka inginkan untuk acara berharga itu.

Salah satu gadis cantik itu adalah Rakina Yura Izzati. Dengan memaki kebaya berwarna pink rose balutan hijab yang terlihat begitu cantik dengan make up natural yang memperlihatkan inner beauty yang memancar.

Yura, Bella, Atin dan Stella, mereka sama-sama berasal Indonesia yang menempuh pendidikan di Luar Negri selama beberapa tahun dan Yura sendiri yang baru menyelesaikan S2 nya dengan jurusan Bisnis.

"Kita sekarang foto-foto!" sahut Yura yang memberikan arahan kepada teman-temannya.

"Oke!" sahut Bella dengan bersemangat.

Mereka mengambil beberapa foto untuk dijadikan momen kenang-kenangan karena telah berhasil menyelesaikan pendidikan mereka dengan banyak rintangan yang berjuang di negara orang.

"Wau keren sekali!" ucap Stella.

"Kamu benar Stella," sahut Atin. Yura hanya tersenyum melihat foto-foto itu.

"Teman-teman, bagaimana setelah ini kita merayakan kelulusan kita untuk berpesta," sahut Bella yang tiba-tiba mendapatkan ide.

"Pesta apa?" tanya Yura.

"Tenang Yura. Ini pesta halal dan tidak akan aneh-aneh dan kami bertiga akan menjaga kamu dengan baik. Tidak akan ada alkohol dan aman dari godaan setan," sahut Bella meyakinkan Yura yang penuh dengan keraguan.

"Aku setuju!" sahut Atin.

"Aku juga setuju!" mereka semua terlihat setuju. Yura hanya tersenyum saja yang memang ragu.

*********

Yura, Bella, Atin dan Stella yang sekarang mendatangi gedung mewah. Mereka berdiri di depan gedung yang terlihat luas itu dan terlihat cahaya yang redup-redup seperti lampu yang kerlap-kerlip penuh dengan warna. Dari luar juga terdengar suara musik yang sangat kencang.

"Kita mau ngapain ketempat ini?" tanya Yura heran.

"Kita mau berpesta lah, mau ngapain lagi," jawab Bella.

"Wait, pesta apa?" tanya Yura yang merasa sudah tidak enak.

"Yura kita baru saja merayakan kelulusan dan kita harus party untuk kelulusan kita," tegas Bella.

"Aku tidak ikutan sama sekali, masa iya kalian mengajakku ke tempat seperti ini dan sementara aku berpenampilan seperti. Tidak! Aku tidak mau!" tolak Yura pasti masih menjaga budaya, syariat Islam yang sangat tidak mungkin ikut party.

Walau tinggal di Luar Negeri dengan budaya barat. Yura gadis yang taat dengan agama dan tidak ingin melenceng apalagi terpengaruh dan selama ini Yura bisa menjaga diri.

" Astaga Yura jangan kamu pikir kami mengajak kamu ke tempat seperti ini ingin mempengaruhi kamu. Kamu tenang saja. Tempat ini sangat luas dan punya VVIP khusus yang hanya khusus wanita saja yang berada di lantai 3 dan tidak ada satu orang pria. Bahkan pelayan di sana juga seorang wanita. Jadi kita bisa berpesta dengan semau kita dan kamu juga bebas karena tidak akan ada laki-laki di sana!" jelas Bella.

"Benar apa kata Bella Yura semua aman dan aku juga sudah memastikan tempat ini, kamu bisa bebas tanpa hijab dan enjoy," sahut Stella meyakinkan.

"Hey jangan terlalu banyak berpikir, ayo!" Bella langsung menarik tangan Yura yang belum sempat protes. Mau tidak mau Yura yang harus mengikuti teman-temannya.

Benar apa kata Bella jika mereka memang memesan salah satu ruangan yang sangat luas untuk mereka berpesta. Bukan hanya mereka berempat, tetapi ternyata ada teman-teman kampus mereka yang juga wanita yang ikut berpesta dengan musik yang sangat kencang. Tidak masalah bagi Yura yang terpenting bukan laki-laki.

Mereka semua terlihat berpesta diruangan itu dan termasuk dengan Yura. Karena di ruangan itu hanya perempuan semua. Yura juga melepas jilbabnya dengan rambut terurai panjang. Yura terlihat enjoy bersama teman-teman kampusnya.

Tidak ada yang salah dengan apa yang di lakukan Yura, Dia tidak sedang pamer aurat dan juga minuman yang disediakan di sana bukanlah minuman yang beralkohol.

Di tengah pesta itu tiba-tiba ada yang masuk kedalam ternyata seorang wanita yang berkebangsaan bule yang datang bersama seorang pria. Yura tidak menyadari hal itu dan terus asyik sendiri bersama teman-temannya. Bahkan semakin semakin banyak yang masuk dan membawa pasangan masing-masing yang membuat Yura tetap tidak menyadari apa yang terjadi.

Di tengah pesta itu tiba-tiba ada seorang pria tampan yang berdiri di depan ruangan pintu yang terbuka itu. Pria itu yang sedang menelpon yang terlihat sangat serius. Setelah selesai menelpon pria itu menoleh kearah ruangan itu. Mata pria melihat banyaknya pasangan yang berpesta diruangan itu.

Tiba-tiba saja Yura menyadari jika di dalam ruangan itu bukan hanya wanita saja tetapi juga ada laki-laki yang membuat Yura kaget

Yura yang panik langsung menuju meja untuk mengambil jilbabnya. Namun sudah tidak terlihat di mana jilbab itu.

"Ya ampun bagaimana ini," batin Yura kebingungan.

"Aku harus pergi dari tempat ini!" Yura yang tidak menemukan jilbabnya hanya mengambil ponsel dan tas yang kemudian keluar dari ruangan itu dengan berlari yang tidak ingin mempertontonkan aurat yang sangat dia jaga.

Brukkkk.

Yura yang terlalu panik sampai tidak melihat jalan dan menabrak pria gagah di depannya yang membuat pria itu memegang kedua bahu Yura yang hampir jatuh.

"Maaf..." lirih Yura dengan panik yang langsung menepis ke-2 tangan pria itu dan Yura yang langsung berlari pergi dengan kepanikan.

Pria itu hanya melihat kepergian Yura yang berlari di koridor dengan langkah yang sangat cepat.

"Tuan Avian!" Avian tersentak kaget karena sejak tadi terlalu banyak melamun.

"Yes!" sahut Avian dengan menghela nafas yang fokusnya benar-benar hilang kepada seorang wanita yang dia tidak tahu siapa.

*********

1 Tahun Berikutnya.

"Yura!!!!!!"

"Yura!" suara indah yang sering terdengar itu sangat jauh yang menggoyangkan telinga Yura.

Gadis cantik dengan berkulit putih yang masih berbaring di tengah ranjang. Dengan selimut yang menutup sampai dada dengan kelopak mata yang masih terpejam sehingga memperlihatkan lentiknya bulu mata yang sangat indah itu dengan rambut panjang yang tebal.

"Yura!" suara itu semakin dekat terdengar dengan perlahan mata indah itu terbuka yang langsung menghadapkan dengan terangnya dunia tempat ia berpijak. Cahaya matahari yang masuk dari sela-sela jendela membuat silau yang kembali memejamkan mata gadis yang sejak tadi namanya dipanggil.

"Hmmmm!" suara lenguhan terdengar dengan kedua tangan yang merenggangkan terlihat masih mengantuk.

Bersambung.

...Para readers aku kembali membuat Novel baru. Aku berharap Novel kali ini kalian bisa suka. Hmmm biasanya kalau muncul Novel baru pasti akan Novel yang akan selesai. Kira-kira ada tidak ya. Jangan lupa untuk tinggalkan like, koment, vote yang banyak dan jangan lupa subscribe dan pasti saya menunggu semua saran dari kalian dari novel Suami Pilihan Abi Apa Salah?...

...Terimakasih untuk semuanya..........

Episode 2 Melihat kembali.

Krekkk

Pintu kamar yang terbuka membuat gadis cantik itu menoleh ke arah pintu. Wanita yang paru baya dengan memakai pakaian syar'i muslim menghela nafas melihat Yura yang masih belum membuka mata dengan sempurna.

"Kamu sampai tidur jam berapa. Ini sudah hampir jam 10.00 Yura," ucap wanita itu jangan sangat lembut.

"Umi!" Yura terdengar merengek yang langsung duduk dengan menguap yang menepuk-nepuk mulutnya dengan tangannya.

"Kamu ini, mana ada anak gadis bangun jam segini," protes Umi Aristy. Seorang ibu yang berwajah sangat teduh dan juga berbicara begitu lembut pada Yura.

"Yura kan lagi datang bulan. Jadi tidak mengikuti kegiatan subuh. Jadi bisa tidur sampai lama dan maka dari itu bangun kesiangan Umi," ucap Yura dengan suara yang masih menahan ngantuk.

"Sudah jangan banyak alasan sekarang kamu mandi dan kamu bantu Zahra di dapur!" titah wanita itu dengan penegasan.

"Iya Umi," jawab Yura.

Umi langsung meninggalkan kamar dengan kembali menutup pintu. Yura juga yang langsung menurut dengan dengan menyibak selimut yang masih mengumpulkan nyawa dengan mengusap wajahnya menggunakan ke-2 tangan.

Rafina Yura Izzati. Gadis 22 tahun yang baru saja pulang dari London setelah menyelesaikan studi S2 nya. Gadis cantik anak bungsu dari tiga bersaudara. Yura memiliki dua kakak laki-laki bernama Adam dan Izzat. Kedua kakak Yura sudah menikah. Kakak pertama Yura Adam menikah dengan seorang wanita bernama Syira. Namun pernikahan mereka kandas. Adam dan Syira yang bercerai sejak usia pernikahan mereka baru 1 tahun.

Mereka di karuniai seorang putri bernama Marsha yang sekarang berusia 7 tahun. Sementara untuk mantan istri Adam entah kemana. Sementara kakak ke-2 Yura. Izzat juga sudah menikah dengan Zahra dan belum di dikaruniai anak setelah usia pernikahan mereka mencapai 4 tahun.

Keluarga Yura dikenal dengan keluarga yang islamic dan juga sangat taat agama di daerah tempat tinggal mereka. Keluarga Bapak Ahmed yang selalu disegani masyarakat. Karena memang keluarga itu dikenal sangat humbel, dermawan dan baik yang sering berbaur dengan masyarakat.

Sepasang kaki indah itu turun dari ranjang yang menyentuh lantai yang dingin. Yura berjalan ke jendela yang membuka jendela. Yura berjalan menuju teras kamar dengan menghirup udara dalam-dalam dengan memejamkan mata. Suasana di desa tempat orang tuanya tinggal memang sangat indah dan sangat asri penuh dengan pepohonan.

"Huhhhh, sangat berbeda dengan London dan Jakarta. Memang kampung halaman yang jauh lebih indah," batin Yura dengan tersenyum yang menghirup udara dalam-dalam dengan senyum mereka di wajahnya.

"Astagfirullah!" Yura di kagetkan dengan suara itu membuat Yura menoleh ke belakang.

"Kak Zahra!" sahut Yura.

Zara yang berdiri di depan pintu kamar langsung masuk dan mengambil handuk di atas tempat tidur. Lalu Zahra yang menghampiri Yura dengan menutup kepala Yura.

"Kamu ini apa-apaan Yura bagaimana jika ada yang melihat kamu tanpa hijab, kamu lihat ini di luar!" tegur Zahra.

"Ya ampun kak Zahra, tapi tidak ada orang sama sekali, lihatlah di sini sangat sepi. Yura juga kalau ada laki-laki pasti akan tutup kepala," ucap Yura membela diri.

"Apapun itu sangat tidak pantas dengan apa yang kamu lakukan. Ini sangat salah!" tegas Zahra.

"Atau jangan-jangan, kamu di London tidak pakai hijab ya!" tuduh Zahra dengan penuh selidik.

"Ihhhh apaan sih. Ya nggaklah, meski Yura itu tinggal di negara mayoritas non muslim. Tetapi Yura itu menutup aurat Yura!" tegas Yura menyangkal tuduhan Zahra.

"Yakin kamu tidak pernah buka hijab saat ada laki-laki?" tanya Zahra sekali lagi.

Yura terbayang saat pesta kelulusan dan dia sana dia memang tidak memakai hijab dan sempat banyak lelaki yang melihat dia. Tetapi semua karena ketidaksengajaan.

"Ya sudah!" ucap Zahra membuat lamunan Yura terhenti.

"Kamu sebaiknya mandi dan jangan berleha-leha seperti ini. Kakak hanya mengingatkan kamu untuk menjaga kehormatan kamu sebagai wanita salah satu aurat. Mau di manapun kita berada. Kamu harus menjaga syariat Islam," ucap Zahra mengingatkan adik iparnya itu.

"Iya kak," sahut Yura dengan mengangguk.

"Ya sudah kakak kedapur dulu," ucap Zahra. Yura mengangguk. Zahra yang langsung pergi kedapur.

Yura yang sudah memakai penutup kepala terlihat terlihat masih memejamkan mata dengan menghirup udara dalam-dalam. Namun tanpa di sadari Yura ada seorang pria di bawah sana yang sedang menelpon. Saat melihat Yura, pria tampan sampai tidak menanggapi seseorang yang sedang berbicara lewat telepon tersebut.

Mata pria itu tidak henti menatap Yura yang masih memejamkan mata dengan tersenyum yang menghirup udara. Sangat cantik pasti. Apalagi Yura yang baru bangun tidur dengan wajah yang terlihat tulus.

"Avian apa kamu tidak mendengar mama!" suara nyaring di telpon itu membuat pria bernama Avian tersadar.

"Maaf mah," sahut Avian dengan menghela nafas dan melihat kembali ke arah atas yang sudah tidak melihat Yura lagi. Avian pun langsung meninggalkan tempat itu.

**********

Yura yang sudah mandi keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian muslimah yang tidak lupa memakai jilbab untuk menutup auratnya.

"Baru selesai mandi apa kamu tadi tidur lagi?" tanya Zahra sang kakak ipar.

"Sebenarnya masih sangat mengantuk," jawab Yura yang mengambil sayuran dan langsung memetik kangkung.

"Kamu sudah bangun siang seperti ini dan masih mengatakan masih mengantuk. Marsha saja akan pulang sekolah sebentar lagi," ucap Zahra.

"Ya namanya juga mengantuk," sahut Yura terlihat tidak semangat.

Yura melihat kearah jendela yang melihat terparkir mobil mewah di halaman rumahnya.

"Abi ada tamu kak?" tanya Yura.

"Iya!" jawab Zahra.

"Siapa?" tanya Yura.

"Kakak tidak tahu," jawab Zahra.

"Yura penasaran ingin melihat dulu!" Yura yang ingin meninggalkan pekerjaan itu. Namun langsung ditahan Zahra dengan memegang tangan Yura

"Yura, kamu sedang tidak tinggal di London. Ini Indonesian dan kamu berada di rumah kamu. Tidak pantas seorang wanita muslimah harus keluar rumah dan menghampiri orang-orang yang sedang berbicara. Siapa tahu tamu Abi para laki-laki. Jadi sangat tidak cocok untuk kamu berada di sana," ucap Zahra dengan lembut yang memberikan nasehat kepada sang adik ipar.

"Tapi Yura memakai jilbab dan tidak memperlihatkan aurat. Apa yang salah?" tanya Yura.

"Salah Yura. Karena kita sebagai perempuan tidak pantas untuk bergabung bersama laki-laki yang bukan mahram kita dan jika di perlukan. Abi pasti akan memanggil kita," jawab Zahra.

"Ya sudah!" sahut Yura yang tidak jadi pergi yang Padahal dia sangat penasaran siapa tamu sang Abi.

"Ayo lanjut memasak," ucap Zahra. Yura mengangguk kan kepala.

***********

Yura keluar dari kamar memakai piyama tidur lengan panjang dengan rambut yang di gerai. Yura melihat keponakannya yang sedang belajar dengan serius.

"Marsha!" sapa Yura.

"Aunty," sahut Marsha.

Yura menyandarkan punggungnya pada sofa lalu meluruskan kakinya. Wajah gadis cantik itu terlihat lesu dengan penuh pemikiran.

"Marsha rajin sekali belajar memang belajar apa?" tanya Yura.

"Ini Aunty sedang belajar tajwid," jawab Marsya.

"Anak pintar," sahut Yura dengan tersenyum bangga.

"Marsya ingin seperti Aunty yang khatam Quran, Marsha juga ingin mendapatkan beasiswa kuliah di Kairo seperti Aunty dan juga mendapatkan beasiswa S2 di London," ucap Marsha yang menjadikan Yura sebagai panutan dalam hidupnya.

Bersambung

Episode 3. Sedikit berdebat

"Amin. Aunty yakin Marsha akan secepatnya menggapai cita-cita Marsha asalkan Marsha rajin belajar," sahut Yura yang memberikan semangat.

"Makasih Aunty," sahut Marsya dengan tersenyum.

"Oh iya Aunty? Aunty pulang ke Jakarta kapan?" tanya Marsha penasaran.

"Paling dua hari lagi Aunty berada di sini," jawab Yura.

"Jadi kamu tetap akan kembali ke Jakarta!" tiba-tiba Zahra menyahut dan langsung duduk di dekat Marsha.

"Iya kak Zahra, Yura sudah mengambil cuti tiga hari dan akan kembali bekerja," jawab Yura.

"Yura kamu itu anak perempuan. Kamu sudah mendapatkan kesempatan kuliah di Luar Negri, baik Negri yang mayoritas muslim dan bahkan di Luar Negeri yang penuh dengan budaya barat. Ketika lulus kamu kembali bekerja di kota Jakarta yang sangat penuh dengan kebebasan. Kamu bekerja pun di salah satu Perusahaan yang juga setiap hari jam menit, detik, kamu selalu berpapasan dengan para lelaki yang bukan muhrim kamu. Apa kamu tidak mau untuk menghindari semua itu," ucap Zahra dengan memberikan nasihat kepada sang adik ipar.

"Apa maksud kakak. Apa salah dengan Yura yang bekerja di Perusahaan lain?" Tanya Yura dengan menegakkan tubuhnya dengan menurunkan kakinya yang sudah menginjak lantai menghadap Zahra dengan tanggapan Yura yang tampak serius.

"Keluarga ini mempunyai pabrik. Kamu bisa bekerja di pabrik. Di tempat kamu bekerja banyak laki-laki dan wanita dan kita tidak akan tahu bagaimana nanti kamu di sana yang pasti bersentuhan dengan tidak sengaja akan terjadi. Jadi lebih baik untuk menghindar hal itu dan bekerjalah di pabrik yang semua khusus wanita dan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan," ucap Zahra yang memberikan adiknya pencerahan.

"Kak Zahra kalau pertemuan dengan laki-laki dan perempuan, itu mana mungkin bisa di hindari. Karena kita di ciptakan dengan 2 jenis kelamin. Bagaimana dengan Siti Khodijah yang berdagang Bukankah beliau juga berinteraksi dengan lawan jenis!" Yura membantah pendapat Zahra yang terlalu agamis, namun menurut Yura alasan itu sangat tidak logis.

Dia wanita yang mengerti agama, tetapi jika hal yang tidak masuk akal juga tidak akan bisa diterima Yura dan akan disangkanya dengan alasan yang logis.

"Jadi menurut Yura pendapat dari kak Zahra itu sangat salah. Allah itu selalu memudahkan segala sesuatu kepada umatnya. Jika wanita dan pria saja tidak bisa berinteraksi. Bagaimana di pasar yang melakukan perdagangan setiap hari. Apa pasar itu khusus wanita saja dan apa khusus pria saja," sahut Yura.

"Mungkin mereka tidak tahu tentang nilai agama yang sesungguhnya," jawab Zahra.

"Apa maksud kak Zahra. Apa Kakak menilai semua orang di dunia ini sangat tidak paham agama hanya karena mereka bekerja di salah satu Perusahaan yang bergabungnya wanita dan pria dan apa karena mereka bekerja di pasar melakukan perdagangan yang memang wanita dan pria harus bertemu. Apa menurut Kakak orang-orang yang mencari nafkah itu orang yang tidak mengerti agama dan tidak paham dengan hukum agama!" jelas Yura yang memang sangat tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Zahra.

"Jadi menurut Yura pandangan kak Zahra itu salah," ucap Yura berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi.

Yura memang dari keluarga yang sangat taat Agama. Tetapi pemikiran Yura sangat modern dan selalu menjaga syariat yang diajarkan pada dia dan selagi itu masuk akal dan benar.

Jika umi dan kakak ipar Yura keluar rumah menggunakan cadar agar tidak menjadi fitnah untuk pandangan laki-laki. Maka tidak dengan Yura. Hanya menutup aurat saja dengan menggunakan jilbab. Karena bagi Yura wajah itu bukan aurat.

Keluarga Yura memang memiliki pabrik yang besar. Pabrik itu dibagi atas menjadi dua, yaitu khusus wanita dan khusus pria. Tetapi, Yura setelah selesai lulus kuliah memilih untuk bekerja di Jakarta dan tidak di pabrik keluarga mereka.

*********

Yura dan keluarganya yang sedang makan malam bersama seperti biasa.

"Yura kamu lusa jadi kembali ke Jakarta?" tanya Umi.

"Iya Umi," jawab Yura.

"Kalau begitu baik-baik di sana dan semua pesan Umi dan Abi harus kamu dengarkan!" tegas Umi.

"Iya Umi," sahut Yura.

"Oh iya Abi. Yura ingin bertanya sesuatu pada Abi," ucap Yura dengan tiba-tiba.

"Bertanya apa?" tanya Abi.

"Abi apa salah jika kita bekerja dengan lingkungan pekerjaan yang di dalamnya ada wanita dan juga pria. Bukankah hal itu tidak mungkin bisa di hindari?" tanya Yura tiba-tiba.

Zahra yang tadi ingin mengambil lauk langsung berhenti seketika mendengar perkataan Yura. Karena sebelumnya mereka sudah membahas permasalahan itu.

"Tidak ada yang salah Yura. Jika Abi membuat pabrik dengan 2 versi wanita dan pria dipisahkan. Bukan berarti orang-orang di luar sana yang menciptakan lapangan pekerjaan dengan menyatukan wanita dan pria adalah salah. Itu semua tergantung cara pemikiran masing-masing dan orang-orang yang bekerja di dalamnya," jawab Abi.

"Dan kita sebagai seorang wanita muslimah harus menutup aurat kita untuk menghindari hal-hal tersebut. Walau berada di dalam lingkungan bekerja bersama dengan lawan jenis, tetapi harus tahu batasan," sahut Umi menambah sedikit.

"Alangkah baiknya jika kamu Yura memakai cadar saat di lingkungan kerja kamu. Agar tidak terjadi sesuatu. Atau lebih baik jangan melanjutkan pekerjaan itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," sahut Izzat.

"Kak Izzat apaan sih. Kenapa mala menyuruh Yura untuk berhenti bekerja. Selama ini Yura bekerja dengan baik dan juga tidak aneh-aneh dan Yura juga tidak perlu harus memakai cadar," sahut Yura.

"Sudah-sudah jangan didebatkan tentang masalah itu. Izzat, Abi mengijinkan Yura untuk bekerja di luar. Itu karena Perusahaan itu milik teman Abi dan dia juga bisa menjaga Yura dengan baik di sana. Dia juga yang meminta Yura untuk bekerja di sana dengan jaminan semua akan baik-baik saja dan Yura juga bisa memberikan kepercayaan pada Abi," sahut Abi dengan bijak yang membuat Yura tersenyum.

"Aunty Yura benar-benar anak anak bungsu yang paling di sayang," ledek Marsha.

"Apa yang kamu bicarakan. Apa kamu pikiran Ayah tidak sayang kamu," sahut Adam.

"Sayang dong. Tapi nanti Marsha mau seperti Tante Yura. Jika apapun keputusan Tante Yura akan selalu di turuti," ucap Marsha.

"Marsha keinginan Tante Yura itu akan dituruti dan didukung jika itu masuk akal dan tidak melenceng dari agama. Jadi kita sebaliknya maka tidak akan di perbolehkan," sahut Abi Ahmed.

"Iya kakek, Marsha tahu kok," sahut Marsya dengan tersenyum.

"Tapi aku merasa Abi sama Umi terlalu memanjakan Yura," batin Zahra yang terlihat datar dengan situasi makan malam itu.

*********

Beberapa Minggu.

Perusahaan Texas.

Seperti biasa pada umumnya pada Perusahaan yang mana banyak karyawan bekerja dengan giat. Sama dengan Yura fokus bekerja di depan komputer. Sehari-hari Yura bekerja memang memakai jilbab pasmina yang menutup dada dengan pakaian yang sopan dan sangat manis dan anggun.

Bukan hanya Yura yang menggunakan hijab. Bahkan ada beberapa karyawan wanita yang lain juga. Memang tidak ada larangan sama sekali di Perusahaan itu dan lagi pula memang belum ada Perusahaan yang memberikan larangan untuk wanita berhijab bekerja.

"Yura!" fokus Yura tiba-tiba beralih dari.komputer dan melihat kearah yang memanggil dia.

"Pak!" Yura langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri pria berdasi tersebut.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!