NovelToon NovelToon

Bukan Salah Jodoh

Dimulai

Disinilah aku, didepan kaca rias memandangi wajahku yang telah disulap para perias sejak Satu jam yang lalu. Entahlah apa yang harus aku gambarkan tentang perasaanku saat ini, harus sedihkah atau justru bahagia. Disatu sisi aku bahagia karna bisa menjalankan perintah Allah dan juga membahagiakan orang tuaku, namun disisi lain aku berfikir akankah aku bisa bahagia? menikah dengan laki-laki yang bahkan aku sendiri belum pernah melihatnya.

"Sayang kenapa kamu melamun nak?"tegur mama yang menyadarkanku dari lamunanku.

"Tidak ma, aku hanya tidak menyangka kalau setelah ini aku akan menjadi seorang istri, mau tidak mau aku harus ikut suamiku apakah aku bisa jauh dari mama dan papa? apakah aku bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku kelak? apakah ak..."

"sstt.. sayang dengarkankan mama, mama pernah bilangkan tidak ada yang tidak mungkin jika kamu berusaha dan berdoa, mama yakin kamu bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu" ucap mama

"tapi ma, aku saja tidak tahu seperti apa suamiku, begitupun sebaliknya apa aku akan bahagia nantinya." Sungguh aku tak mampu menahan air mataku lagi, hanya mama tempatku menumpahkan segalanya.

"Nak, apa kamu lupa kalau dulu mama dan papa menukah juga dijodohkan? kami juga tidak pernah bertemu sebelumnya, bahkan saat itu mama masih sangat muda tapi lihatkan mama dan papa bisa bahagia sampai sekarang. Percayalah nak Allah maha baik mungkin ini jalan terbaik untukmu jadi jangan menangis lagi, sekarang senyum dong nanti cantiknya ilang loh" ucap mama sambil tersenyum.

"mamaaa". kupeluk mama dengat eret. Sungguh sekarang hatiku lega, mama benar mungkin ini memang jalan dari Allah dan sekarang aku harus menerima semuanya dengan kesungguhan hatiku.

SAH

Saat hal yang tak kau ingginkan terjadi..maka percayalah Allah telah siapkan sesuatu yang besar dibaliknya....

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Kegelisahan kini telah lenyap dihati Salwa, ia yakin jika Allah telah merencanakan sesuatu yang indah untuknya dimasa depan. Sekarang yang ia rasakan hanyalah kelegaan setelah beberapa saat dilanda ketegangan hingga kata "SAH" yang terucap diluar sana mampu menyentuh hatinya, ditambah lagi lantunan surat Ar\-Rahman yang sedang dibacakan oleh suaminya diluar sana. Air mata kebahagiaan kini kembali membasahi wajah cantiknya, sekarang ia bukan lagi seorang gadis melainkan telah menjadi seorang istri, istri dari seseorang yang belum ia ketahui siapa..

" Salwa selamat sayang, kamu dengarkan sekarang kamu telah menjadi istri nak, kamu sudah besar sekarang rasanya baru kemarin mama masih menggendongmu tapi sekarang lihatlah kamu telah menjadi istri orang nak..." ujar Linda dengan air mata memenuhi wajah wanita itu.

"Ma, aku merasa ini masih seperti mimpi, aku tidak menyangka aku benar-benar telah menjadi seorang istri ma." Zahwa kembali memeluk sang mama menumpahkan rasa bahagia dihatinya..

Disaat ibu dan anak itu sedang menumpahkan kebahagiaannya, pintu kamar Zahwa terbuka menampilkan dua orang yang seumuran dengan Zahwa dengan senyum mengembang dibibir keduanya.

"Zahwa sayang, selamat ya aku tidak menyangka sekarang sahabatku sudah menikah, kau tahu aku sangat bahagia sekali." Arin berlari kecil menuju sahabatnya itu meemberikan pelukan kasih sayangnya.

"Ahh Zahwa aku juga bahagia, tapi aku juga sedih Arin sudah bertunangan, kau sudah menikah jadi hanya aku saja sekarang yang masih jomblo dong." ujar Ratna sembari memasang wajah memalasnya.

"Itu salahmu sendiri sudah diajak nikah sama Imam kau malah menolaknya."Arin semakin membuat Ratna menjadi menekuk wajahnya. Zahwa hanya tersenyum menggelengkan kepala melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

" Sudahlah Arin jangat menyudutkanku terus, oh ya Zahwa apa kau tau siapa suamimu hmm" seru Ratna sembari memainkan matanya kearah Zahwa. Mendengar pertanyaan sang sahabat Zahwa hanya menggeleng tanda ia tak tau.

" Benarkah begitu, aku yakin kau tak akan menyesal setelah kau tau nantinya, tapi jika kau berubah fikiran ya aku dengan senang hati mau menerimanya menjadi suamiku nantinya." tipal Ratna sembali mengedipkan matanya kearah sahabatnya itu.

Zahwa hanya terdiam seakan menerka-nerka siapa dan seperti apa sosok laki-laki yang telah menjadi suaminya itu.

" Sudah-sudah sekarang ayo keluar dulu Arin, Ratna biarkan Zahwa disini dulu karna sebentar lagi suaminya akan datang kesini." Ajak sang mama menengahi kekonyolan sahabat anaknya itu.

"Ah iya, ayo mama mari kita keluar sekarang aku juga tidak mau untuk mengganggu pengntin baru kita ini." tambah Arin

"Ingat Zahwa kalau kau berubah pikiran hubungi aku ya" kata Ratna sembabari melangkah menuju pintu kamar itu.

Sekarang tinggallah Zahwa sendiri di Kamar itu, tangannya tak henti\-hentinya meremas ujung gaun yang dikenakannya. Perasaannya sekarang menjadi deg\-degan, matanya tak henti melirik ssekali\-kali kearah pintu kamarnya menanti sang suami yang sejak tadi membuatnya penasaran.

Saat masih larut dalam pemikirannya tiba\-tiba suara hendle pintu terbuka menyita perhatian gadis cantik itu, matanya terbelalak tak percaya saat melihat siapa yang masuk berkali\-kali ia mengucek matanya memastikan apakah ini nyata atau hanya mimpi saja.

"Zahwa apa kau baik\-baik saja, Zahwa Zahwa hei apa kau baik\-baik saja."Seru Ardan sembari memukul kecil lengan wanita dihadannya itu karna tak menyahut ucapannya.

Pukulan kecil yang diberikan Ardan membuat kesadaran Zahwa kembali, matanya menatap lurus lelaki didepannya itu sembari menggeleng tak percaya

"tidak ini tidak mungkinkan? apa aku sedang mimpi? apa ia pak Ardan yang menjadi suamiku? sungguh ini sulit dipercaya." Batin Zahwa

" Zahwa ada apa denganmu??" Ardan kembali bertanya karna dari tadi ada jawaban apapun.

"Apa yang Bapak lakukan disini?."Sontak pertanyaan yang keluar dari mulut Zahwa membuat Ardan menyerngit heran.

" Astaga aku bertanya dari tadi dan dia malah kembali menanyakan urusanku datang kesini, apa dia tidak tahu kalau aku ini suaminya?" Batin Ardan.

1 menit 2 menit hingga 5 menit hanya keheningan yang meliputi kedua pasangan suami istri baru itu, keduanya larut dalam keheningan dan pemikiran masing-masing hingga pertanyaan Zahwa memecah keheningan itu.

" Jangan bilang kalau...Bapak adalah orang yang menjadi suamiku, tapi bagaimana mungkin, bagaimana bisa bukankah papa bilang aku dijodohkan dengan anak temannya tapi ayah tidak pernah bilang kalau itu Bapak, atau aku sedang mimpi kaliya iya ini pasti mimpi" seru Zahwa sambil memukul pipinya dengan telapak tangannya.

"Hei! apa yang kau lakukan? itu bisa menyakitimu!" Ardan mencoba menghentikan tangam Zahwa yang masih memukul pipinya itu.

" Aku hanya memastikan apa aku ini bermimpi atau ini nyata itu saja" Jawab Zahwa

'Cup'

" Apa kau sudah percaya jika ini nyata bukan mimpi dekarang?" Mata Zahwa terbelalak tak percaya akan apa yang barusan dilakukan Ardan padanya.

.

.

.

.

.

.

.

Maaf ya kalau banyak typo atau banyak kekurangan, maklum ini karya pertamaku...

Bukan Mimpi

Antara percaya tak percaya, namun itulah nyatanya. Zahwa masih dilanda kebingungan bagaimana bisa jika suaminya adalah dosennya sendiri, seorang dosen tampan yang digilai banyak mahasiswi di Kampusnya. Baginya ini masih bagaikan mimpi, pantas saja sahabatnya menawarkan penawaran yang tak masuk akal tadi ternyata ini jawabannya.

"Ehemm..apa kau menyesali pernikahan ini?" Sontak pertanyaan dari Arham membuat Zahwa tersadar dari lamunannya.

"Tidak pak, hanya saja ini seperti mimpi bagiku, sulit untuk dipercaya"

"saya tau kamu menerima pernikahan ini demi orang tuamu, begitu pula dengan saya. Tapi saya percaya jika ini mungkin jalan dari Allah yang harus kita terima, saya berjanji saya akan menjadi panutan untukmu, karna saya hanya ingin menikah sekali seumur hidup saya" Ardan memberanikan diri meraih telapak tangan sang istri sembari menatap dalam mata Zahwa "Jadi mari kita bangub rumah tangga ini dengan keyakinan dan ridho darinya"

"Iya pak, saya juga akan belajar menjadi istri yang baik untuk Bapak. Tolong ajari saya, bimbing saya, dan tegur saya jika sengaja atau tidak saya melakukan kesalahan "

" Itu sudah menjadi tugas saya, karena sekarang saya suami kamu, imam kamu, dan pemimpin untuk keluarga kita kelak, jadi mari kita saling membuka diri dan menerima satu sama lain." Ucap Ardan Sambil membawa Zahwa kedalam pelukannya. Zahwa kaget akan tindakan Ardan, rasanya jantungnya sekan sedang maraton didalam sana, namun tak lama ia pun membalas pelukan suaminya itu.

"Maafkan saya jika sampai saat ini hati saya masih untuk orang lain, saya tau kamu orang baik, tapi sungguh hati saya masih belum sepenuhnya menerima ini" Batin Ardan

***

Kediaman Zahwa kini dipenuhi banyak tamu undangan, setelah tadi siang dilangsungkan akad nikah sekarang mereka melangsungkan resepsi yang sangat mewah, resepsi yang dihadiri kolega-kolega bisnis kedua keluarga besar itu ditambah teman-teman Zahwa dan juga juga Ardan, tidak lupa pula anak-nak yatim piatu tempat yayasan yang didirikan sang mama.

Semua tamu tampak menikmati acara, namun tidak dengan Zahwa sedari tadi ia hanya berdiri lesu dan tersenyum kala ada tamu undangan yang memberi ucapan selamat.

" Wa kamu kenapa? apa kamu lelah atau ada yang kamu fikirkan?" Tanya Ardan karna sedari tadi ia melihat wajah murung sang istri seakan ada yang ia fikirkan.

" Tidak mas, aku hanya kepikiran dengan kakakku, rasanya ada yang kurang karna dia tidak bisa datang dipernikahan kita padahal selama ini kami selalu bersama, jika aku bahagia maka dia adalah orang yang paling bahagia dengan kebahagiaanku mas" ya Zahwa telah mengganti panggilan keada suaminya itu setelah sepakat untuk saling menerima satu sama lain.

" Memangnya dimana kakakmu? kenapa dia tidak hadir dipernikahan kita?"

" Dia sekarang melanjutkan S2 nya di khairo, padahal dia sudah berjanji akan pulang, tapi malah tidak jadi karena sekarang dia disibukkan dengan skripsinya, karna dia ingin cepat lulus dan menemui laki-laki yang pernah menjanjikan pernikahan untuknya 2 tahun yang lalu."

" Khairo? janji menikah apa mungkin? tidak-tidak mungkin ini hanya kebetulan saja, kenapa bisa sama?" Batin Ardan.

" Mas kenapa kamu melamun?" Tanya Zahwa menyadarkan Ardan dari lamunan.

"Aku tidak papa, apa mas boleh tau siapa nama kakakmu?"

" Tentu mas, namanya kak Mar.."

" Zahwa!" panggilan dari orang itu membuat Zahwa tidak melanjutkan kata-katanya.

" Dimas? kamu datang? aku fikir kamu tidak jadi datang, bagaimana keadaan ibumu? apa baik-baik saja dan bagaimana dengan adikmu?" Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari Zahwa menyambut kedatangan temannya itu.

"Astaga Zahwa kenapa kau bertanya sebanyak itu? rasanya aku seperti orang yang sedang disidang saja" jawab Dimas sembari terkekeh melihat tingkah teman perempuannya itu.

" Ya aku kan khawatir pada Ibuk dan Juga Yani kau bilang krmaren mereka kecelakaan?"

" Mereka baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan kau tenanglah, lihat suamimu bahkan kau anggurkan karna kedatanganku." Zahwa mengikuti aarah mata temannya itu, bagaimana ia bisa lupa kalau disampingnya sekarang ada suaminya.

" Maaf mas aku melupakanmu" Ucap Zahwa merasa bersalah pada suaminya.

" Sudahlah tidak perlu merasa bersalah mas tidak masalah kau sedang khawatir pada keluarga temanmu bukan?" jawab Ardan sembari mengusap kepala istrinya yang dibalut kedung itu. Zahwa hanya membalas jawaban suaminya dengan senyuman yang mengembang dibibirnya, ia bersyukur memiliki suami yang begitu perhatian padanya.

"Ehem...rasanya aku merasa menjadi pengganggu ya disini?" pertanyaan dari Dimas membuat pasangan suami-istri itu teralihkan kembali padanya, membuat Zahwa menggelengkan kepala menandakan pemikiran Dimas itu tidak bennar "Haha...aku hanya becanda Zahwa, sekali lagi selamat untuk pernikahanmu semoga kau bahagia" senyum mengembang penuh dibibir lelaki itu namun tidak dengan raut wajahnya yang menggambarkan yang lain.

" Terima kasih Dimas, semoga kau juga bisa bahagia dan bisa mendapatkan hati perempuan yang selalu kau ceritakan padaku selama ini" Dimas hanya tersenyum sebagai jawaban atas pernyataan Zahwa, sebelum kemudian mengalihkan pandangannya pada Aran. " Pak, saya titip Zahwa saya yakin Bapak bisa membahagiakannya, Dia teman terbaik saya dan saya hanya berharap dia bahagia, yasudah Pak, Zahwa saya turun dulu masih banyak tamu yang mau memberi ucapan.

" Dimas! jangan menyerah kau pasti bisa mendapatkannya." Sontak ucapan Zahwa membuat langkah kaki Dimas terhenti hanya senyuman yang ia tunjukkan temannya, " huff, bagaimana aku bisa Zahwa, mengejar wanita yang bahkann kini telah menjadi istri orang. Cukuplah perasaan ini hanya aku dan Allah yang tahu."Batin Dimas, Kemudian melanjutkan langkah meninggalkan pelaminan itu.

***

Acara demi acara terus belanjut, tidak terasa waktu sudah semakin malam dan para tamu undangan juga sudah berangsur pulang, sekarang hanya tersisa kedua keluarga besar itu menikmati waktu perkumpulan yang sangat jarang terjadi karna kesibukan masing-masing.

"Zahwa, Ardan istirahatlah! malam sudah makin larut kalian pasti lelah.

Zalwa sana ajak suamimu istirahat nak" perintah Linda pada sang putri.

" Iya bunda, ayo mas mari kita istirahat" Ajak Zahwa pada sang suami.

" Ayo! Ayah, Bunda, Ma, Pa, semuanya kami ke kamar dulu" pamit Ardan pada semua yang ada disana.

Ardan dan Zahwa berjalan beriringan menaiki tangga menuju kamar Zahwa yang ada dilantas atas, semua mata anggota keluarga tak luput dari keduanya terutama para orang tua yang merasa lega dan juga bahagia atas pernikahan anak-anak mereka.

" Semoga Ridho allah selalu menyertai mereka ya mbak" ucap Mama Zahwa

" Semoga saja Lin, aku hanya berharap semoga pernikahan mereka selalu membawa kebahagiaan untuk keluarga kita, terutama bagi mereka hingga hanya maut yang bisa memisahkan mereka" balas bunda Ardan sembari memeluk besannya itu.

.

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!