"Heh,, ternyata setelah melahirkan seorang anak haram, kau lari ke tempat ini dan menjadi terkenal di sini ya. Pantas raja selama ini kau tidak pernah kembali mencari keluargamu, ternyata karena kau sudah bersenang-senang di sini. Ah,, Apa kau mendapat pria lain di tempat ini untuk menyenangkan ranjangmu?" Tanya Tiara sambil tersenyum mengejek menatap perempuan di hadapannya.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di wajah perempuan yang baru saja berbicara.
"Beraninya kau menghinaku dan putraku! Kau pikir Kau layak mengatakan hal seperti itu padaku?! kau tidak ingat karena perbuatan siapa aku harus meninggalkan keluargaku?!" Teriak perempuan bernama Dahlia yang baru saja menampar sepupunya.
Tiara yang merasakan panas di pipinya kini mengangkat wajahnya menatap Dahlia dan saat itu juga dari belakang Dahlia muncul seorang pria dengan aura yang gelap.
"Sayang,, hiks,," Tiara langsung berlari menghampiri pria tersebut dan segera memeluknya dengan erat.
"Hiks,, hiks,, perempuan itu baru saja menamparku setelah menghinaku," Isak Tiara dengan tubuh gemetar.
Pria bernama Galang yang dipeluk oleh Tiara langsung menyipitkan matanya menatap Dahlia yang ikut menatapnya.
Deg!
Jantung Dahlia berdegup, 'kenapa aku merasa familiar dengan wajah pria ini?' ucap Dahlia dalam hati.
Sementara Galang yang mendengar isakan tunangannya, ia menatap pengawalnya, "bahwa perempuan itu berlutut di hadapan tunanganku!" Perintah Galang.
Sang pengawal langsung bergerak cepat menangkap Dahlia.
"Apa yang kalian lakukan! Cepat lepaskan aku!" Bentak Dahlia pada dua pengawal yang telah memegang kedua lengannya.
Tetapi kedua pengawal sama sekali tidak bergeming, mereka langsung membawa Dahlia sampai berlutut di hadapan Tiara dan Galang.
"Minta maaf pada Tiara!" Perintah Galang dengan suara yang begitu dingin dan menusuk.
"Apa?! Kau tidak tahu apa yang terjadi sehingga kau menyuruhku meminta maaf pada tunanganmu yang munafik itu?!" Bentak Dahlia sambil melototi pria di hadapannya.
"Ck! Perempuan yang keras kepala, bahwa dia pergi dan beri pelajaran padanya!" Perintah Galang yang tidak suka dengan seorang perempuan yang tidak patuh padanya.
Tiara tersenyum melihat Dahlia diseret pergi, tetapi kemudian perempuan itu kembali terisak, "hiks,, hiks,, Aku tidak tahu apa salahku, padahal aku hanya berniat menyapanya, hiks,, hiks,," isak Tiara.
"Jangan khawatir, akan kupastikan perempuan itu mendapat 100 kali tamparan untuk menggantikan suatu tamparan yang kau terima darinya," ucap Galang menghibur tunangannya.
"Terima kasih sayangku," kata Tiara merasa begitu senang.
Sementara di luar ruangan, Dahlia yang diseret pergi oleh dua orang pengawal kini melototkan matanya saat melihat seorang pria kecil berlari ke arahnya dengan ekspresi terkejut.
"Ibu!!"
"Ibu!"
Seru pria kecil itu dengan langkah kaki yang dipercepat.
"Lepas!" Bentak Dahlia pada dua pengawal yang memegangnya, ia berusaha merontah untuk melepaskan diri, tetapi sulit baginya untuk mengalahkan kekuatan dua pengawal itu.
"Lepaskan ibuku!" Teriak Alan.
Pada saat yang bersamaan juga, Tiara dan tunangannya telah keluar dari ruangan dan melihat kejadian itu.
'Sial!' Tiara melototkan matanya saat melihat pria kecil yang sedang berlari mengejar ibunya.
Mata dan bibir pria kecil itu sangat mirip dengan Galang, bahkan sorot matanya pun tidak ada bedanya dengan sorot mata Galang.
"Ibu! Lepaskan ibuku!" Teriak Alan ketika ia berhasil memeluk tubuh ibunya namun tubuh Dahlia masih terus ditarik oleh kedua pengawal.
"Beraninya kalian memperlakukan ibuku seperti ini! Aku akan menuntut kalian dengan pasal 142 dan 147 tentang kekerasan dan penganiayaan!" Teriak Alan penuh amarah.
"Sayang, Ayo kita pergi dari sini," ucap Tiara segera mengajak tunangannya pergi dari sana karena dia cemas Galang mungkin akan menyadari kemiripan dirinya dengan pria kecil yang merupakan anak Dahlia.
Tetapi Galang yang mendengar ucapan Alan kini merasa Kalau pria kecil itu sangatlah jenius sudah bisa mengetahui pasal undang-undang sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Padahal kelihatannya masih seorang balita.
"Berhenti!" Perintah Galang akhirnya membuat dua pengawal yang ada di sana menghentikan langkah mereka.
Alan dan Dahlia pun menatap ke arah Galang dengan Alan mengerutkan keningnya memperhatikan pria yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Apa kau yang memerintahkan dua orang ini menyeret ibuku?!" Tanya Alan sambil memberikan tatapan tajam ke arah pria dewasa di hadapannya.
Galang semakin tertarik dengan cara bicara Alan, apalagi sorot mata yang tampak tegas dan percaya diri membuatnya merasa kalau anak itu sama seperti dirinya.
"Ibumu telah menampar tunanganku sehingga dia pantas mendapatkan ganjaran yang setimpal untuk perbuatannya!" Ucap Galang menguji pria kecil di hadapannya.
"Jangan mengatakan hal aneh pada anak kecil!" Ucap Dahlia yang masih dipegangi oleh dua orang pengawal.
"Ibuku menampar perempuan itu?" Tanya Alan sambil memperhatikan Tiara yang berdiri di samping Galang dengan pipi perempuan itu berwarna merah di tempat tamparan Dahlia mendarat.
"Hm! Ibumu menamparku dan mengatakan kata-kata yang menghinaku! Jadi pasal berapa yang akan aku tuntut untuk ibumu?" Tanya Tiara sambil menggerakkan giginya, saat ini dia hanya ingin menyingkirkan pria kecil itu dari hadapan Galang tapi dia tidak mungkin melakukannya di situasi seperti itu.
Dengan tegas Alan berkata, "Kalau begitu silakan ajukan tuntutannya ke kantor polisi dan biarkan ibuku pergi dari sini! Main hakim sendiri bisa dikenakan pasal--"
"Ck! Anak haram sepertimu mana paham ap--"
"Diam!" Bentak Dahlia tidak senang ketika seseorang mengatai putranya sebagai anak haram.
Tiara langsung menatap tunangannya, "sayang,," ucap Tiara merengek.
"Lepaskan perempuan itu, tapi sebagai gantinya bahwa anak ini pergi!" Perintah Galang.
"Apa?!" Dahlia terkejut, "tidak!" Teriak Dahlia saat dua pengawal di sana langsung menyergap Alan dan segera membawa pergi pria kecil itu melalui sebuah pintu besi.
Tiara menjadi panik melihat kejadian itu, 'gawat, kenapa galang harus menahan bocil itu? Bagaimana kalau nanti ketahuan pria itu anak Galang?' gerutu Tiara dalam hati.
Meski Alan berusaha merontah, tetapi tentunya tenaga pria kecil itu tak sebanding dengan dua pengawal yang ada di sana sehingga suara pria kecil itu langsung teredam oleh pintu besi yang ditutup oleh pengawal.
Buk! Buk! Buk!
"Kembalikan putraku! Kembalikan putraku!!" Teriak Dahlia histeris.
"Ayo pergi," ucap Galang pada tunangannya sambil berbalik meninggalkan tempat itu membuat Dahlia menjadi semakin panik.
Perempuan itu berlari untuk mengejar Galang dan Tiara, Tetapi dia dihalangi oleh para pengawal hingga akhirnya dia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan putranya.
Pada akhirnya Dahlia keluar ruangan besar yang sepi itu dan berteriak pada semua orang.
"Tolong! Tol--"
Mulut Dahlia di bekap oleh seseorang dan dia ditarik kembali ke dalam ruangan lalu dibawa ke sebuah ruangan kosong.
Brak!
"Diam di situ!" Teriak seorang pria dari seberang pintu.
"Apa yang kalian lakukan sekarang?! Cepat lepaskan aku!!" Teriak Dahlia pada petugas keamanan ketika dia dikurung dalam sebuah ruangan untuk mencegahnya melakukan keributan.
Perempuan itu sudah menggedor-gedor pintu selama beberapa menit lamanya namun pintunya belum terbuka juga dan dia tidak memiliki ponsel untuk meminta tolong pada siapapun.
Suara Dahlia sampai serak, dan air mata mengalir deras di pipi perempuan itu hingga akhirnya pintunya terbuka.
"Kau boleh keluar sekarang," ucap sang pria membuat Dahlia segera keluar dari sana dan berlari untuk mencari putranya.
Akhirnya dia bertemu dengan salah satu bawahannya yang bernama Denisa.
"Alan ada di mana? Apa Kau melihatnya?" Tanya Dahlia dengan panik.
"Alan? Tadi dia bersikeras untuk menyusul mu, dan sampai sekarang belum kembali," jawab Denisa.
"Apa?" Dahlia sangat panik, "di mana ponselku?" Tanya Dahlia membuat Denisa langsung merogoh tas miliknya dan mengeluarkan ponsel Dahlia.
Setelah menerima konsernya, Dahlia langsung mencari sebuah kontak yang seharusnya bisa menolongnya hingga perempuan itu langsung menghubungi kontak tersebut.
Drrtt... Drrrtt.... Drrrtt....
"Ya, tumben sekali kau menelponku?" Ucap pria dari seberang telepon dengan suara yang senang mendapat panggilan telepon dari Dahlia.
"Kau di mana? Kau ada di bandara?" Tanya Dahlia.
"Ya, Aku sedang shift malam, ada apa?" Tanya pria dari seberang telepon.
"Tolong periksa semua jadwal penerbangan, dan pastikan tidak ada nama anakku di jadwal penerbangan itu. Juga perempuan bernama Tiara lestari, pastikan kau memeriksa rombongan yang bersama-sama dengan perempuan itu dan pastikan tidak ada putraku bersama-sama dengannya," ucap Dahlia dengan suara yang panik.
"Memangnya ada apa? Semuanya baik-baik saja kan?" Tanya pria dari seberang telepon.
"Pokoknya tolong pastikan putraku tidak meninggalkan negara ini. Aku akan ke kantor polisi sekarang," ucap Dahlia sebelum dia mematikan panggilan telepon itu secara sepihak dan segera pergi ke kantor polisi untuk melakukan pengaduan.
Denisa yang mengikuti Dahlia merasa heran, perempuan itu berkata, "Apa yang terjadi? Kenapa Alan bisa meninggalkan negara ini tanpamu?"
"Ceritanya panjang, kita harus ke kantor polisi sekarang!" Tegas Dahlia menekan layar ponselnya dan menghubungi polisi untuk melakukan pengaduan lebih awal.
Mereka berdua pun menaiki mobil dan Dahlia segera menyetir mobilnya menuju kantor polisi.
"Ceritakan aku sambil menyetir mobil, dan jangan terlalu mengebut!" Tegas Denisa sambil berpegangan pada sabuk pengamannya.
"Ceritanya panjang, aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu. Yang paling penting sekarang adalah menemui polisi," kata Dahlia sambil terus menyetir hingga mobil mereka akhirnya tiba di kantor polisi.
Dahlia langsung melakukan pengaduan pada polisi, tetapi ketika polisi melihat layar komputernya, pria itu langsung menghela nafas sambil berbalik menatap Dahlia.
"Putra Anda hilang kan? Apa Anda yakin kalau Putra anda di culik?" Tanya sang polisi.
"Tentu saja! Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri," tegas Dahlia.
"Begini Bu, Jika ada masalah dalam keluarga silakan diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan terlebih dahulu baru melapor ke kantor polisi, karena kami sudah mendapat laporan kalau anak Anda bersama dengan paman dan tantenya sehingga--"
"Paman dan Tante dari mana?!!" Dahlia menyelah ucapan sang polisi, "aku dan Putraku tidak memiliki kerabat!" Teriak Dahlia sudah tidak bisa lagi mengontrol amarahnya meskipun dia berbicara bersama seorang polisi.
"Tolong tenang dulu Bu, kami memiliki bukti rekaman CCTV setiap kali melakukan penyelidikan," ucap sang polisi sambil menyalakan komputernya lalu memperlihatkan sebuah patroli polisi yang langsung bertindak setelah mendapat pengaduan lewat telepon dari Dahlia.
Dahlia pun langsung memperhatikan layar monitor di hadapannya dan perempuan itu terkejut saat melihat putranya yang tampak terlihat tenang menatap ke arah polisi yang bertugas.
Alan berkata, "Aku sedang bersama paman dan tanteku, ibuku mungkin belum mengetahuinya."
"Sayang,," Dahlia meneteskan air matanya sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh layar monitor, tetapi sang polisi dengan cepat menjauhkan layar tersebut dari Dahlia lalu kembali menatap Dahlia dengan tatapan tegas.
"Anda bisa menghubungi keluarga anda dan bicara baik-baik, mereka mungkin sedang berlibur saja," kata petugas polisi membuat Dahlia meramas rambutnya.
'tentu saja mereka bisa melakukan apapun!' gerutu Dahlia dalam hati yang baru menyadari kalau dia sedang menolong seorang pria konglomerat yang bersama perempuan licik, jadi tentu saja akan sulit baginya untuk memenangkan kasus tersebut.
Denisa yang melihat Dahlia tampa putus asa pun langsung menghampiri Dahlia, "kau baik-baik saja?" tanya Denisa.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa," ucap Dahlia sambil menahan Isakannya.
Perempuan itu terdiam cukup lama di depan polisi sebelum akhirnya dia berdiri dan berjalan ke arah kursi tunggu.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Denisa.
Dahlia hendak menjawab, tetapi ponselnya lebih dulu berdering membuat perempuan itu segera meraih ponselnya dan melihat sebuah panggilan telepon dari temannya yang bekerja di bandara.
Drrtt... Drrtt..
"Ya, Apakah ada kabar?" Ucap Dahlia setelah panggilan telepon itu terhubung.
"Aku melihat mereka sudah datang, bersama dengan Alan. Tapi mereka akan menaiki pesawat pribadi jadi pemeriksaannya akan cukup sulit. Aku akan menghubungi polisi bandara sekarang dan menahan mereka," ucap pria dari seberang telepon.
"Tolong tahan mereka selama yang kau bisa, aku segera ke bandara," kata Dahlia segera berdiri, perempuan itu langsung berlari keluar dari kantor polisi untuk menyusul putranya ke bandara.
Denisa yang masih belum terlalu paham dengan situasi, ia hanya bisa mengikut saja sampai mereka pun tiba di bandara dan kedua perempuan itu berlari sambil menelpon teman Dahlia di bandara.
Drrt... Drrtt... Drrtt...
"Maafkan aku," ucap pria dari seberang telepon ketika panggilan telepon telah terhubung membuat Dahlia menghentikan langkahnya.
"Kenapa kau minta maaf?" Tanya Dahlia dengan tubuh terasa lemas.
"Aku tidak bisa menahan mereka, pria yang membawa putramu memiliki koneksi dan mereka sudah terbang," ucap pria dari seberang telepon membuat seluruh tubuh Dahlia langsung kehilangan tenaganya dan perempuan itu jatuh ke lantai dengan tubuh gemetar.
"Hiks,, hiks,, hiks,," Isak Dahlia sambil mematikan teleponnya lalu perempuan itu dengan cepat mencari nomor telepon asistennya.
Drrt.. drttt..
"Halo," jawab sang asisten dari seberang telepon.
"Datang ke bandara sekarang juga dan bawakan seluruh paspor dan surat-suratku!!" Tegas Dahlia sebelum dia mematikan panggilan telepon itu dan beralih membuka aplikasi pemesanan tiket pesawat.
"Kau mau pergi kemana?" Denisa langsung menyadarkan Dahlia, "besok kau ada rapat penting!" Tegas Denisa mengingatkan Dahlia.
Dahlia menatap Denisa dengan air mata membanjiri pipinya, "Apa kau pikir ada hal yang jauh lebih penting daripada putraku?!! Aku harus menyusul putraku sekarang juga!!" Ucap Dahlia sambil menyeka air matanya lalu perempuan itu dengan cepat memesan tiket pesawat.
"Aku akan menemanimu, pesan 2 tiket pesawat!" Kata Denisa sambil mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seorang keluarganya agar datang membawakannya seluruh berkas-berkas yang ia perlukan untuk pergi ke luar negeri.
Maka dua perempuan itu segera terbang ke negara asal Dahlia.
Mereka menempuh perjalanan selama 8 jam untuk tiba di ibukota.
Begitu keluar dari bandara, Denisa memperhatikan kerumunan orang-orang yang lalu lalang di bandara.
"Bagaimana kita menemukan putramu di negara yang sangat ramai seperti ini?" Ucap Denisa yang merasa bingung untuk pergi ke mana, lagi pula Putra Dahlia dibawa oleh pria konglomerat, Tentu saja tidak sembarang orang bisa bertemu seorang konglomerat.
Tetapi Dahlia tidak mengatakan apapun, perempuan itu menahan sebuah taksi dan langsung menaiki taksi tersebut untuk pergi ke kediaman keluarganya. Putranya pasti ada di sana!
"Tolong lebih cepat Pak," ucap Dahlia pada sopir taksi yang mereka tumpangi untuk pergi kediaman keluarga lamanya.
Denisa yang duduk di samping tidak berkata apapun, dia hanya memperhatikan seorang ibu yang sedang kehilangan anaknya dan dia lebih terkejut lagi bahwa ternyata mereka malah akan pergi ke kediaman keluarga Dahlia di negara asal perempuan itu
Meski penasaran dengan kejadiannya, tetapi Denisa sama sekali tidak berkata apapun sampai akhirnya mobil tiba di sebuah kediaman mewah yang membuat Denisa terkejut bahwa ternyata Dahlia adalah orang kaya di negaranya namun memilih kabur dari negaranya dan memulai bisnisnya dari nol.
Sementara Dahlia, dia langsung membuka pintu taksi dan segera berjalan ke arah pintu gerbang rumah lalu meletakkan jari jempolnya di kunci pagar
Dahlia sedikit terkejut bahwa sidik jarinya masih terbaca di pintu pagar itu padahal dia sudah lama meninggalkan rumah tersebut.
"Ini benar-benar rumahmu ya," ucap Denisa terkejut saat melihat Dahlia bisa membuka pintu rumah tersebut dengan sidik jari miliknya.
Dahlia tidak menjawab apapun, dia langsung memasuki rumah dan berlari menuju pintu utama.
Setelah tiba di pintu utama rumah, Dahlia memperhatikan sekitarnya yang mana rumah tersebut tampak sepi, tetapi Dahlia tidak memperdulikannya dan hanya membuka pintu saja lalu mendapati di dalam rumah juga sangat sepi hingga Dahlia berteriak keras, "Alan!! Alan!"
Sambil berteriak, Dahlia memeriksa satu persatu ruangan tersebut tetapi meski rumah tersebut tampak digunakan oleh banyak orang, namun tidak ada satupun ruangan yang berisi seseorang, bahkan para pelayan di rumah itu entah kenapa satu pun tidak ada yang menyahut Dahlia
"Ada apa dengan rumah sebagus ini tapi tidak ada pemiliknya?" Gerutu Denisa sambil terus mengikuti Dahlia hingga mereka akhirnya tiba di lantai 3 dan mendengar suara seorang pria sedang berbicara dari dalam sebuah aula besar yang terletak di rumah itu.
Dahlia menghentikan langkahnya di depan pintu aula Sambil memandangi pintu dengan tangan terkepal kuat.
Dari dalam ruangan itu, suara seorang pria yang sedang berbicara terdengar jelas di telinga Dahlia.
"Hormat kepada leluhur kami hormat kepada matahari, hormat kepada bulan, hormat kepada bintang, semoga dewa-dewa memberkati keluarga kami dan--"
Clek!
Dahlia membuka pintu, dan perempuan itu mendapati semua orang sedang bersujud pada patung-patung yang selalu disembah oleh keluarga mereka.
Dahlia memperhatikan semua orang yang sedang sibuk bersujud pada patung, dan Dahlia merasa kecewa ketika ia tidak mendapati Tiara di sana.
Hanya ada keluarga besarnya yang ternyata telah bertambah anggotanya. Tetapi meski semua orang menyadari kehadiran Dahlia, tidak ada satupun diantara mereka yang meninggalkan sujud mereka.
"Dewa sialan! Di mana putraku?!!" Teriak Dahlia pada semua orang.
Tetapi tidak ada satupun orang yang menghiraukan teriakan Dahlia, mereka semua sibuk berdoa membuat Dahlia menggertakan giginya dalam amarah dan segera berjalan di antara orang-orang yang bersujud itu untuk pergi ke depan, ke arah kepala keluarga..
Denisa yang melihat tingkah laku Dahlia hanya bisa terdiam sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dia cemas Dahlia akan mengganggu orang-orang yang sedang berdoa di sana.
Benar saja, begitu tiba di depan kepala keluarga, Dahlia menggertakan giginya sambil mengambil mahkota yang terletak di atas kepala keluarga dan melemparkannya ke lantai lalu perempuan itu pun menghamburkan semua barang-barang persembahan yang diletakkan di atas meja.
Prank!
Prank!
"Di mana kalian menyembunyikan putraku?!!" Teriak Dahlia dalam keputusasaan akhirnya menarik perhatian semua orang dan acara berdoa pada hari itu pun tak bisa lagi dilanjutkan karena kekacauan yang telah terjadi.
Sang kepala keluarga dengan tenang berdiri, ia menatap ruangan yang telah berantakan gara-gara Dahlia dan pria itu juga terkejut melihat Dahlia yang telah menghilang selama 5 tahun lamanya kini kembali ke rumah mereka tetapi bukan kembali dengan niat baik, melainkan dengan penuh amarah.
"Apa kau sedang mengutuki dewa keluarga kami?" Tanya sang kepala keluarga pada Dahlia.
"Apakah kalian pikir setelah salah satu anggota keluarga kalian menculik di putramu, maka dewa kalian masih akan melindungi keluarga ini?!!" Teriak Dahlia pada pria di hadapannya yang merupakan kakeknya.
"Kau! Siapa yang menculik putramu?!" Tanya sang kakek sambil menahan amarahnya, karena dia tidak boleh marah di tempat suci seperti itu.
"cucu kakek yang paling berharga, Tiara dan tunangannya telah membawa pergi putraku! Cepat kembalikan putraku sekarang juga sebelum aku menghancurkan tempat ini sampai berkeping-keping!" Teriak Dahlia dengan mata memerah menahan air matanya.
"Seret dia pergi dari sini, tempat yang suci ini tidak layak ditempati oleh orang yang marah," ucap sang kakek membuat dua orang Paman Dahlia langsung menghampiri Dahlia.
"Apa yang kalian lakukan?!! Lepaskan aku dan kembalikan putraku sekarang juga!!" Teriak Dahlia dengan air mata bercucuran di pipinya namun kedua pamannya tetap membawanya keluar dari ruangan tersebut.
"Lepas! Lepas!" Dahlia terus meronta-ronta sampai mereka tiba di lantai bawah dan Dahlia langsung melihat Tiara bersama tunangannya telah kembali ke rumah.
Paman Dahlia yang sedang memegangi Dahlia pun langsung melepaskan perempuan itu dan salah seorang Paman berlari ke lantai atas untuk memberitahu semua orang untuk menghentikan acara berdoanya terlebih dahulu dan turun ke bawah untuk menyambut kedatangan Tiara dan tunangannya.
"Kau di sini lagi?! Kau tidak cukup puas menyakitiku di luar negeri sampai mengikutiku sampai disini?!" Gerutu Tiara Yang benar-benar kesel pada Dahlia.
"Aku akan segera pergi dari sini kalau kalian mengembalikan putraku!!" Ucap Dahlia dengan air mata berlinang dan tangan perempuan itu terkepal kuat menatap dua orang di hadapannya.
"Sepertinya hari ini putramu harus bekerja keras gara-gara kelakuanmu," ucap Galang dengan santai.
"Apa katamu? Bekerja keras apa yang kau maksud?" Tanya Dahlia dengan suara gemetar.
"Kami sudah membuat perjanjian, tapi sepertinya ibunya akan mengacaukan perjanjian itu karena ketidaksabarannya untuk bertemu putranya!" Ucap Galang semakin membuat Dahlia tidak mengerti.
Perjanjian Apa yang dilakukan oleh anak berumur 4 tahun dengan seorang pria dewasa?
Tetapi meski tidak mengerti, Dahlia meruntuhkan tubuhnya ke lantai dan bersujud pada dua orang di hadapannya sambil meneteskan air matanya.
"Kumohon, tolong kembalikan putraku. Aku akan melakukan apapun asalkan putraku baik-baik saja. Tolong kembalikan dia," ucap Dahlia dengan suara parau.
Pada saat itu juga, semua orang yang awalnya berada di lantai 3 kini telah turun ke lantai 1 dan semua orang menyaksikan Bagaimana Dahlia bersujud dan memohon pada Galang dan Tiara.
"Putranya ada di mana?"
"Ia bener-bener melahirkan anak haram itu?"
"Dia sudah tidak memiliki tempat di keluarga ini, dia akan mengacaukan keluarga ini kalau kembali ke tempat ini. Tapi kenapa Tiara dan Galang mengambil putranya?"
Semua orang merasa penasaran dengan apa yang terjadi, tapi tentunya mereka tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu besar sebab Galang yang merupakan penolong keluarga mereka berada di tempat itu.
"Sayang,," Tiara merengek pada Galang, "kembalikan saja putranya dan biarkan dia pergi dari sini. Lagi pula pria kecil itu adalah anak haram, dulunya dia tidur dengan laki-laki asing dan mengandung anak haram itu. Dia terlalu malu untuk mengakuinya pada semua orang dan memilih kabur dari rumah ini sampai melahirkan anak haram itu di luar negeri," kata Tiara membuat tangan Dahlia terkepal kuat sampai kukunya menancap pada telapak tangannya.
Tentunya dia ingin membantah ucapan Dahlia, tetapi yang penting saat ini ialah mendapatkan kembali putranya sehingga dia berpikir untuk tetap bersikap tenang.
Tetapi yang membuat Dahlia terkejut ialah jawaban Galang.
"Putranya tidak bisa pergi begitu saja, kecuali dia membayar 500 miliar padaku!" Tegas Galang yang tentunya yakin kalau perempuan di hadapannya tidak akan memiliki uang sebanyak itu.
"A,, apa?" Dahlia mengangkat kepalanya menatap pria yang tampak dingin melihatnya.
"Sudah berani menyakiti tunanganku dan membuat keributan di sini, 500 miliar adalah harga yang pantas!" Tegas Galang.
Sementara sang kepala keluarga yang ada di sana yang memperhatikan keadaan itu, dia langsung berjalan ke tengah Seraya berkata, "seret dia dari sini, dan jangan biarkan dia masuk ke tempat ini!"
Dua orang Paman Dahlia pun langsung berjalan menghampiri Dahlia dan menyeret perempuan itu keluar dari sana.
"Putraku!! Kembalikan putraku!!" Teriak Dahlia sambil terus diseret sampai akhirnya suara Dahlia menghilang setelah dilemparkan keluar dari gerbang.
Tiara merasa puas melihat Dahlia yang tidak diterima lagi di manapun, Tetapi dia masih terus cemas memikirkan Putra Dahlia yang saat ini ditahan oleh tunangannya.
"Biar ku antar kau ke kamar untuk istirahat," ucap Tiara langsung membawa Galang pergi dari sana menuju lantai 2.
Begitu tiba di lantai 2 di mana keluarga Tiara telah mempersiapkan kamar untuk Galang, Tiara langsung menetap Galang sambil berkata, "Tolong jangan terusik soal Dahlia, dia adalah sepupuku yang dulu membuat kekacauan. Perempuan itu tidur dengan seorang pria sampai melahirkan anak haram dan dengan tidak tahu malunya membesarkan anak haram itu sampai datang membuat kekacauan di rumah keluarga kami."
"Baiklah, kau bisa keluar," ucap Galang membuat Tiara mengerutkan keningnya, dia tidak tahu kalau Galang hanya akan mengatakan kalimat sesingkat itu.
Maka Tiara pun langsung keluar dari kamar Galang dan kembali ke lantai bawah mendapati semua keluarga sedang membicarakan masalah ritual persembahan mereka hari itu yang telah digagalkan oleh Dahlia.
"Apa yang ang terjadi?" Tanya Ibu Tiara ketika Tiara telah tiba di lantai bawah.
"Ibu harus ikut denganku sebentar," ucap Tiara langsung menarik ibunya menjauh dari orang-orang di sana.
Setelah tiba di kamar Tiara, sang Ibu berkata, "ada apa?"
"Gawat Bu, Putra Dahlia ditahan oleh Galang!" Tegas Tiara.
"Apa? Kenapa Galang manahannya?" Tanya sang ibu.
"Ceritanya panjang, Dahlia mencari masalah denganku dan Galang tidak menyukainya jadi dia menahan Putra Dahlia sebagai jaminan. Sekarang Apa yang harus kulakukan?" Ucap Tiara dalam keadaan frustasi.
"Memangnya kenapa? Kau tidak perlu memikirkannya, lagi pula itu adalah masalah Dahlia," ucap sang ibu.
"Ibu!! Apa ibu lupa kalau dulu aku menjebak Dahlia untuk tidur bersama seorang pria dan dia tidur bersama Galang? Bukankah itu artinya anak Dahlia adalah anak Galang? Bagaimana kalau Galang secara tidak sengaja mengetahuinya dan akhirnya dia mencampakkanku?!" Ucap Tiara membuat sang Ibu terkejut.
"Apa! Astaga kau benar, kita akan dalam masalah besar kalau sampai masalah ini ketahuan!" Ucap sang Ibu kini merasa khawatir.
"Itulah maksudku! Lagipula anak Dahlia terlihat mirip dengan Galang!!" Tegas Tiara semakin membuat cemas ibunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!