Terlihat ada dua puluh orang manusia yang sedang dikepung oleh jutaan makhluk yang mengerikan.
"Arrrghhh!"
"Tolong!"
"Tolong!"
Namun, sayangnya teriakan mereka tidak akan pernah terdengar oleh siapapun, karena saat ini mereka semua telah terjebak di sebuah kota mati yang dihuni oleh jutaan zombie yang siap akan memangsa mereka secara membabi buta. Rupanya mereka telah terjebak memasuki dunia game.
Zombie Hunter, itu adalah nama game yang memiliki dunia portal. Sudah banyak korban terjebak di dunia game tersebut. Sampai kini tak pernah ada satu orang pun yang berhasil keluar dari dunia game itu. Sehingga kedua puluh orang itu telah menjadi mangsa para makhluk yang mengerikan tersebut.
Arrrgkkhh!
Arrrgkkhh!
Segerombolan zombie mencabik-cabik mangsa mereka bagaikan binatang buas yang sangat kelaparan. Sampai mereka banyak yang berebutan, mengakibatkan tubuh orang-orang yang ada disana sudah tidak terbentuk lagi. Tubuh mereka telah terbagi-bagi menjadi beberapa bagian dan menjadi santapan para zombie.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tit...
Tit...
Tit...
Suara bunyi alarm membuat Alex terperanjat, dia segera terbangun dari tidurnya dan mematikan suara alarm di ponselnya.
Waktu telah menunjukkan jam 8 pagi, Alex beberapa kali menguap. Masih sangat terasa ngantuk.
Dalam prestasi, Alex adalah pria yang cerdas, dia adalah seorang kutu buku. Bahkan dia bisa kuliah karena mendapatkan beasiswa. Tapi dalam masalah asmara, dia kurang beruntung, gadis yang selama ini dia sukai telah berpacaran dengan seorang pria yang paling populer di kampus hanya karena memiliki hobby yang sama, mereka sama-sama seorang gamers. Mungkin karena mereka satu frekuensi, makanya mereka jadian.
Ya, tidak mungkin Liondra menyukai pria kutu buku sepertinya. Raka memang cocok dengan Liondra, sama-sama good looking, dan sama-sama terkenal pula di kampus.
Alex sudah mandi dan berpakaian rapi, dia segera menelpon sahabatnya, Dion.
"Ada apa, Lex?" tanya Dion begitu mengangkat telepon dari Alex.
"Gue mau berangkat ke kampus nih, cepat balikin motor gue."
Semalam Dion meminjam motornya Alex untuk mengantarkan ibunya ke rumah sakit.
Dion malah terkekeh, "Lu lupa ya, sekarang ini tanggal merah bro."
Alex menepuk jidatnya sendiri. "Astaga, kok gue bisa lupa ya."
"Makanya jangan kebanyakan belajar lu, mending main game, kita collab. Ini game bisa collab rame-rame. Lumayan lho hadiahnya gede banget bro, tim kita kekurangan satu orang. Hadiahnya satu triliunan lho. Gue mau ikutan permainan ini soalnya gue butuh banget biaya buat perawatan ibu gue di rumah sakit."
"Sa-satu triliun?" Alex terkejut mendengarnya. Siapa yang tidak tergiur dengan penawaran jumlah uang sebanyak itu. "Memangnya satu tim harus berapa orang?"
"20 orang, lu tenang aja walaupun lu mungkin bakalan dapat level 1, paling rendah. Tapi kita-kita sudah ada yang memiliki level tinggi. Contohnya si Doni, dia sudah dapat level 7."
"Ah ogah, gue kagak bisa main game."
"Ada Liondra ikutan lho. Nanti kalau kita menang, kita bakalan dinner bareng. Yakin gak mau ikutan nih?"
Alex berpikir sejenak, kapan lagi dia bisa dinner bareng Liondra, siapa tau Liondra bisa mengenalinya. Karena mereka tidak pernah bertegur sapa selama ini. Gadis itu sangat jauh dari jangkauannya. "Ya udah deh gue ikutan."
Di kampus saat ini ia sedang booming dengan sebuah game, game itu masih terbilang cukup baru, katanya mereka sudah mendapatkan uang yang lumayan besar jika dapat mengalahkan banyak zombie, apalagi kalau mencapai level teratas. Level teratas adalah level 10, belum ada yang bisa mencapai level tersebut.
Game itu bernama Zombie Hunter. Keunikan game Zombie Hunter adalah bisa collaboration yang satu timnya 20 orang untuk mengalahkan zombie yang jumlahnya sangat banyak sekali, mungkin ada jutaan yang zombie diciptakan di game tersebut.
Alex menjadi penasaran dengan game tersebut, karena itu dia memilih bergabung, walaupun sebenarnya dia tidak begitu pandai dalam bermain game.
Alex telah standby di depan laptopnya, dia duduk di meja belajar. Mereka semua janjian akan collab bermain game jam 9 pagi. Alex mendownload game nya terlebih dulu, dia mendapatkan linknya dari Dion, karena game Zombie Hunter belum ada di Play Store.
Tepat jam 9 pagi, Alex segera membuka game Zombie Hunter.
Loading...
Loading...
[Selamat datang di Zombie Hunter. Ayo kita musnahkan para zombie di kota ini, apa kamu siap?]
[Klik Ya atau Tidak]
Alex mengklik tulisan Ya, Alex telah siap bergabung.
[Silahkan konfirmasi indentitas kamu!]
[Nama:
Tempat tanggal lahir:
No rekening:
No handphone:
Alamat Email:]
Alex segera mengisi kolom identitas tersebut.
[Nama: Alex Alviando
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 14 Juli 2005
No rekening: xxxxxxxxxx
No handphone: 081xxxxxx
Alamat Email: AlexAlviando@bangmail.cocom ]
Loading....
[Terimakasih Alex, indentitas kamu telah kami konfirmasi. Kamu sudah boleh bermain.]
Alex mendapatkan undangan bermain collab dengan Tim Hero, disana kekurangan satu anggota.
[Dion mengundang kamu untuk bergabung dengan Tim Hero, apa kamu bersedia?]
[Klik Ya atau Tidak]
Alex segera menekankan kata Ya.
Loading...
[Selamat kamu telah bergabung dengan Tim Hero, kalian harus bekerja sama untuk memusnahkan zombie. Hanya akan ada satu orang yang selamat, dia lah yang akan menjadi pemenangnya. Hadiah yang akan diterima 1000.000.000.000.]
Alex telah bergabung dengan Tim Hero, di layar laptopnya, dia melihat ada 20 orang anggota disana, mereka sedang asik bercanda dalam sebuah kolom chatan khusus anggota Tim Hero.
Dion level 4
Liondra level 3
Raka level 6
Doni level 7
Riska level 1
Ardi level 5
Maudy level 4
Gina level 3
Tian level 2
Amel level 2
Farhan level 1
Yoga level 6
Putra level 5
Atta level 1
Seno level 2
Hilman level 4
Amir level 3
Cevi level 1
Beni level 5
Alex level 0
Dion : Selamat bergabung Alex, perkenalkan anggota baru kita adalah Alex, dia adalah temanku.
Riska: Oh Hai Alex, salam kenal.
Putra: Selamat bergabung bro!
Liondra: Salam kenal, Alex. Aku Liondra.
Alex tersenyum karena akhirnya Liondra menyapa dirinya, dia segera membalas chat mereka. Mereka memang tidak mengenali Alex, padahal mereka satu kampus.
Alex: Salam kenal juga buat semuanya.
Doni: Siapapun yang menang, hadiahnya harus dibagi 20 orang. Karena disini kita tim, walaupun memang peraturannya yang selamat hanya ada satu orang. itu juga kalau di tim kita yang menang.
Banyak tim yang pastinya akan berusaha keras untuk mendapatkan uang 1 trilium itu.
Sebenarnya mereka tidak mengerti mengapa game tersebut membuat peraturan pemenangnya harus satu orang.
Raka: Oke.
Karena Doni memiliki level paling tinggi, yaitu level 7, maka dari itu dia yang menjadi ketua tim.
Doni: Kalian siap bermain sekarang?
Semuanya : Siap kapten!
Doni segera mendaftarkan timnya untuk bermain event satu triliun itu.
[Apa kalian yakin akan akan mengikuti event satu triliun?]
[Klik Ya atau Tidak]
Doni segera mengklik kata Ya
Loading...
Loading...
Akhirnya layar di laptop pun telah memperlihatkan bagaimana suasana di game tersebut, banyak zombie telah menguasai kota. Terlihat mereka sedang kelaparan untuk mencari mangsa.
Mungkin untuk pertama kalinya Alex bermain game zombie, dia sedikit terkejut melihat suasa digame yang seperti nyata, bahkan seismografnya pun terlihat seperti nyata.
Mereka bisa bermain game sambil berkomunikasi lewat audio, sehingga semangat memakai headset.
Doni berkata, "Ayo kita mulai beraksi!
Raka segera menyahut, " Oke, go!"
Alex belum paham karena dia levelnya masih 0, dia belum memiliki senjata. Sementara mereka semua sudah memiliki senjata sesuai level.
"Aku harus melawan mereka menggunakan apa?"
Dion yang menjawab, "Pakai tangan kosong, jika kamu bisa mengalahkan 20 zombie, maka kamu akan naik level 1."
"Kalau aku tidak bisa mengalahkan zombie itu?" Tanya Alex lagi.
Terdengar suara tawa, ternyata dia adalah Seno. "Ya kamu mati lah, avatar kamu akan terinfeksi jadi zombie. Jadi kamu tereliminasi tidak akan bisa main lagi."
"Alex kan levelnya 0, dia diminta gabung ke tim kita agar kita memenuhi persyaratan ikut event karena jumlah tim harus 20 orang. Seandainya dia tereliminasi lebih awal dan juga seandainya dari tim kita yang menang, aku rasa Alex gak perlu dapat bagian dari hadiah itu." ucap Raka, dia memandang rendah pada Alex.
Alex terdiam, dia sadar diri sebenarnya dia juga tidak bisa bermain game.
"Tidak bisa begitulah, itu sudah kesempatan kita dari awal. Kalau dari tim kita yang menang, kita semua harus ikut kebagian jatah. 50 persen untuk pemenang, 50 persen untuk tim." Liondra tidak setuju dengan perkataan kekasihnya itu.
"Apa yang dikatakan Liondra benar, Alex tetap akan kebagian jatah, karena itu kita harus berusaha tim kita yang menang." Doni membenarkan perkataan Liondra.
[Apa kalian sudah siapa menjadi pemburu zombie?]
[Klik Ya atau Tidak]
Doni segera menekan kata Ya
Permainan pun akan segera dimulai.
Semua avatar mereka sedang berada di sebuah lapangan yang sangat luas, mereka telah dikelilingi oleh jutaan zombie.
Alex merasa gugup sekali, dia tidak boleh tereliminasi duluan, harga dirinya bisa jatuh dihadapan Liondra.
Alex merasa iri avatar para timnya sudah memiliki senjata sesui levelnya masing-masing. Hanya dia yang tidak memiliki senjata apapun, namun dia tidak boleh berputus asa, semuanya pasti pernah merasakan level paling bawah dulu, tidak ada yang instan.
Di game tersebut, para zombie sudah mulai menyerang avatar mereka, dengan mudahnya mereka mengatasi para zombie tersebut, dengan menembakkan senapan pada monster mengerikan itu.
Sementara Alex harus berjuang sendirian, dia harus lihai memenggunakan mousenya agar bisa mengalahkan zombie dengan menggunakan pukulan.
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Avatar milik Alex memukul kepala zombie dengan begitu keras, sehingga kepala zombie itu hancur.
[Alex, kamu sudah berhasil membunuh 1 zombie. Jika kamu ingin naik ke level 1, kamu harus membunuh 19 zombie lagi.]
Alex sudah mulai menikmati permainan gamenya, dia menggunakan kecepatan dalam menggunakan mouse dan keyboardnya untuk memberikan sebuah tendangan keras pada zombie di game itu. Lalu menendang kepala zombie sampai kepalanya pecah.
[Alex, kamu sudah berhasil membunuh 2 zombie. Jika kamu ingin naik ke level 1, kamu harus membunuh 18 zombie lagi.]
"Seru juga tapi lumayan tegang, tinggal 18 zombie lagi."
Namun tiba-tiba layar laptopnya menjadi nga blank. Layar tersebut menjadi berwarna putih semua.
[Sistem eror!]
[Sistem eror!]
Hanya adalah tulisan sistem eror di layar tersebut.
"Yeah malah eror, padahal gue sudah bunuh 30 zombie. Seharusnya gue naik level." keluh Cevi, jika ingin naik ke level 2 harus membunuh 30 zombie.
"Jadi lu juga eror? Gue pikir gue aja yang eror." Timpal Tian.
"Iya nih eror terus, kenapa ya?" Riska tidak mengerti, sementara mereka masih bisa berkomunikasi lewat sebuah audio di game itu.
Padahal kedua puluh orang itu ada di rumahnya masing-masing, tapi mereka seolah-olah sedang berada di tempat yang sama, saking menjiwai dan menikmati permainan game tersebut.
"Lalu kita harus bagaimana sekarang?" tanya Alex pada mereka semua.
"Kita diam dulu sebentar, mungkin nanti juga sistem gamenya akan normal lagi." jawab Doni.
Mereka dikejutkan dengan suasana yang tiba-tiba menjadi gelap gulita, padahal hari masih pagi, namun suasana dengan cepat berubah seperti malam tanpa ada sinar cahaya apapun.
"Eh kok jadi gelap, disana gelap gak?" tanya Alex.
Tapi tidak ada jawaban.
"Hallo, apa kalian masih on?" tanya Alex lagi.
Tidak ada jawaban juga.
Alex menjadi merinding, dia tidak bisa melihat apapun, begitu gelap gulita. Tangan Alex mencoba untuk mencari senter di dalam laci.
"Apa telah terjadi gerhana matahari?" tapi biasanya tidak segelap ini.
Namun, Alex terkejut saat melihat ada sebuah cahaya menyerupai seperti pintu.
"Pintu apa itu?"
Alex berjalan dengan hati-hati mendekati pintu tersebut, kemudian dia menyentuhnya.
Pintu itu pun terbuka, Alex segera masuk, dia pikir mungkin itu adalah pintu di salah satu di ruangan yang ada rumahnya.
...****************...
"Arrrggghhh!" Alex terbangun dari pingsannya. Dia memegang kepalanya yang terasa sangat pening.
Alex kaget begitu mendengar banyak suara yang menggema di ruangan tempat dia berada.
Ternyata 19 orang yang menjadi timnya berada di ruangan yang sama dengannya.
Mereka semua sama seperti Alex, mereka baru bangun dari pingsannya.
Mereka semua nampak kaget dan saling memandang.
"Mengapa kita semua ada disini? Sebenarnya kita ada dimana?" Loandra memperhatikan ruangan tersebut, sepertinya dia berada di sebuah gedung yang begitu asing.
[Selamat datang di permainan yang sesungguhnya, kalian berhasil memasuki dunia portal di game Zombie Hunter. Nikmati keseruan kalian untuk memusnahkan para zombie.]
Semua yang ada disana terkejut begitu mendengar suara itu, suara itu entah berasal dari mana.
Atta nampak marah, "Jangan bercanda denganku, sebenarnya apa tujuan kamu menculik kami!"
Atta pikir ada orang iseng menculik mereka.
Dor...
Dor...
Dor...
Mereka dikejutkan dengan suara seperti ada yang sedang berusaha untuk mendombrak pintu.
Arrrggkkk...
Arrrggkkk...
Mereka lebih terkejut lagi saat mendengar suara raungan zombie, apakah benar mereka telah memasuki dunia game yang telah mereka mainkan?
Dua puluh orang yang ada disana sangat terkejut ketika mendengar suara yang menggema tersebut, apakah benar bahwa kini mereka sedang terjebak di dunia game? Sungguh rasanya mereka tidak dapat mempercayainya.
Namun, mereka dikejutkan dengan suara seperti ada yang sedang berusaha untuk mendombrak pintu.
Dor...
Dor...
Dor...
Arrrggkkk...
Arrrggkkk...
Mereka lebih terkejut lagi saat mendengar suara raungan zombie, apakah benar mereka telah memasuki dunia game yang telah mereka mainkan?
BRAAAKKKK!
Namun, akhirnya pintu tersebut berakhir jebol. Sehingga terlihat ada segerombolan zombie masuk ke dalam gedung tersebut, mereka semua berlari untuk memangsa dua puluh orang yang berada disana.
Aarrggkkhh!
Aarrggkkhh!
Suara raungan zombie sangat terdengar jelas, bahkan wajah mereka sangat mengerikan.
"Aaaaahhhh!" Kedua puluh orang yang ada disana berteriak histeris. Mereka sangat ketakutan sekali, sampai mereka berlarian berpencar untuk menyelamatkan diri.
Zdor!
Zdor!
Zdor!
Hanya Doni yang memiliki senjata api kala itu, karena dia sudah mencapai level 7. Pria itu sedang berjalan mundur sambil menembak zombie-zombie yang berlarian ke arahnya.
Sementara yang lainnnya berusaha untuk melawan zombie-zombie yang sedang berlarian menyerang kepada mereka dengan senjata masing-masing. Hanya Alex saja yang belum memiliki senjata, sehingga dia harus melawan para zombie tersebut dengan menggunakan tangan kosong.
Aarrggkkhh!
Aarrggkkhh!
Aarrggkkhh!
Ada tiga Zombie datang menyerang Alex, dengan gerakan cepat Alex menendang bagian perut zombie, kemudian dia memberikan pukulan keras pada bagian dada.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Alex berusaha keras untuk terus memberikan perlawanan. Walaupun dia sangat frustasi karena belum juga bisa mengalahkan zombie yang ada disana.
Tapi dia tidak akan pernah menyerah, dia harus bisa bertahan hidup dan keluar dari dunianya game yang sangat mengerikan ini. Kemudian Alex berusaha untuk memberikan tendangan maut pada bagian leher zombie, membuat leher zombie tersebut patah.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
[Alex, kamu berhasil mengalahkan dua puluh zombie. Selamat kamu naik level. Kini kamu memiliki senjata untuk melawan.]
Terdengar suara menggema di dalam gedung tersebut. Rupanya bukan hanya Alex saja, yang lainnnya pun ada yang berhasil naik level.
Alex nampak terperangah ketika merasakan ada pisau berukuran kecil tiba-tiba berada di dalam genggamannya. Sehingga kini dia bisa melawan serangan para zombie dengan menggunakan pisau.
"Aaaaahhhh! Tolong aku!"
Mereka dikejutkan dengan suara teriakan Atta, rupanya Atta sangat kewalahan untuk melawan serangan zombie, sehingga kini tubuhnya sedang dikerumuni oleh banyak sekali zombie.
"Atta!" Liondra sangat tidak tega melihat Atta yang sedang digigit oleh banyak zombie. Bahkan zombie-zombie tersebut telah berhasil mencabik-cabik bagian perutnya.
Tapi Raka dengan cepat menahan tangan kekasihnya itu. "Kita harus memanfaatkan momen ini untuk segera kabur dari sini!"
Alex sangat marah mendengar perkataan Raka, "Maksudnya apa? Kamu ingin memanfaatkan Atta untuk menyelamatkan diri dari serangan zombie?"
Raka pun menjawab pertanyaan dari Alex. "Jangan munafik! Saat ini perhatian para zombie sedang fokus menyerang Atta karena mencium darah segar. Kalau kalian ingin selamat, ayo cepat segera menyelamatkan diri."
Setelah berkata seperti itu, Raka segera pergi meninggalkan ruangan yang dipenuhi zombie tersebut sambil menarik tangan Liondra.
"Tapi Raka..." Liondra sebenarnya tidak menyetujui ide dari Raka, dia sangat merasa sedih melihat tubuh Atta yang sedang digerogoti oleh banyak zombie.
Bahkan rupanya semua orang yang ada disana menyetujui ide dari Raka, mereka semua segera berlarian untuk menyelamatkan diri. Mereka terpaksa harus memanfaatkan keadaan ini, walaupun sebenarnya mereka tidak tega melihat Atta yang telah menjadi santapan para zombie.
"Ayo cepat, Lex!" Dion menarik tangan Alex. Alex terlihat sangat terpukul sekali melihat keadaan Atta yang harus mati dengan cara yang sangat mengenaskan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!