Nama ku Putri Amelia aku tinggal di panti Asuhan Permata Bunda di Kota XX. Kata Bu Nimas kepala Panti Asuhan aku di tinggalkan orang tua ku sekitar umur 8 bulan dan aku di besarkan di Panti ini selama 25 tahun.
Aku yang tertua di Panti ini. Ada Nisa dan Ratna yang umurnya gak beda jauh dari ku. Kami di sini akur tentram dan nyaman. Panti Asuhan ini hanya 3 orang pengasuh dan 16 orang anak panti, karena Panti Asuhan ini kecil di kampung dan jauh dari kota.
Banyak suka duka yang ku lewati selama 25 belakangan ini. Tapi aku tetap kuat, tegar dan tetap tersenyum, walaupun banyak yang menghina ku, membuli dan mengataiku anak h**ram yang di buang orang tua nya.
Aku berkerja di sebuah Toko Roti yang lumayan jauh dari Panti yang kurang lebih satu jam setengah sampai tempat ku kerja. Ya maklum lah hanya tamatan SMA, jadi hanya bekerja di toko aja. Tapi aku tetap bersyukur.
Aku tidak tau alasan orang tua ku menitipkan
aku di Panti Asuhan. Ibu Nimas dan Ibu Desi hanya bercerita aku ditemukan di teras kantor panti sekitaran jam 2 malam.
Aku di asuh layaknya anak kandung mereka dan aku sebagai anak terlama di Panti Asuhan ini. Setiap bulan aku selalu menyisipkan gaji ku untuk anak anak panti dan membantu Bu Nimas untuk keperluan Panti.
Hari minggu biasanya libur.
Aku dan anak anak Panti lainnya menghabiskan waktu seharian bermain bercanda bercerita hingga terkadang aku lupa kesedihan ku tentang orang tuaku,tidak ada petunjuk tentang orang tuaku,yang terdapat di box bayi ku saat aku di tinggalkan di Panti hanya ada nama dan kata maaf, tidak terasa aku menjatuhkan air mataku di saat sedang melamun tiba tiba nisa mengagetkanku dan aku hampir terjatuh.
"Kak Putri melamun apa sih kok nangis ? " tanya Nisa bingung.
"Kakak nggak papa kok Nisa, kakak cuma lagi ngantuk aja." ucap Putri sambil menguap.
"Kak, kakak capek kan istirahat aja biar Nisa yang liatin adek adek main ?" ujar Nisa.
Tiba tiba ada mobil parkir di depan gerbang. Dan sedang mengobrol dengan Ratna.
Ratna menuju ruangan bu Nimas.
"Ada apa ya kak kok tiba2 ada tamu di hari minggu sih." Tanya Nisa heran.
"Mungkin Bapak sama Ibu itu lagi mau ngeadopsi anak atau donatur kali Nis ?" Jawab Putri.
"Mungkin benar juga kata kak Putri." ujar Nisa
"Ratna sudah keluar kak." Rat !! Ratna sini." panggil Nisa.
"Ada apa kak Nisa dan kak Putri manggil Ratna ?" Tanya Ratna bingung."Itu siapa sih Rat ?" Tanya Nisa penasaran.
"Ratna gak tau kak, mungkin donatur atau mau ngadopsi anak." Jawab Ratna.
Tiba tiba Desi datang menghampiri Putri dan memanggil Putri.
"Put, Putri ? Suara Ibu Desi di balik pintu.
"Iya Bu," Saut Putri. " Ibu manggil Putri." Tanya Putri.
"Iya ada tamu yang ingin bertemu dengan mu." Kata Desi rambut Putri.
Deg deg ! Jantung Putri berdebar.
Siapa ya orang itu kok manggil aku sih !!jangan jangan.
"Put, duduk sini samping Ibu." Kata Nimas menepuk sofa di samping nya. " Put ?".
"Iya Buk ?" jawab Putri menurut
Kok jantung ku deg deggan nya makin kenceng ya. Gumam Putri.
"Ini Ibu Nia dan Pak Arman nak." Kata Nimas
"Kamu kan sering menanyakan masalah orang tua mu." Ujar Nimas.
Jantung Putri makin berdebar kencang dan hanya mengedipkan mata nya air mata Putri sudah siap jatuh.
Tiba tiba Nia langsung memeluk Putri dengan erat dengan menyebut Putri anak nya dan meminta maaf kepada Putri.
"Maaf Ibu," ucap Putri Mencoba melepaskan pelukan Nia. " Ibu siapa ya kok manggil aku anak sih," tanya Putri gugup walapun air mata sudah mau jatuh Putri tetap menahan nya supaya tidak menangis.
"Bu ini siapa sih," Putri berbisik di telinga Nimas.
"Beliaw orang tua kamu Put." jawab Nimas.
"Ah." Putri kaget seakan tidak percaya.
"Gak mungkin Buk. Ibu putri kan sudah menitipkan Putri di Panti Asuhan sejak Putri masih umur 8 bulan, mana mungkin orang tua Putri ingat Putri Bu." Ucap Putri masih tidak percaya.
Nia menjelaskan panjang lebar mengapa dia sampai menitip kan anak nya di Panti Asuhan.
"Iya nak maafkan Mama Put, Mama tepaksa meninggalkanmu di panti ini. Maafkan mama Putri ?" Ucap Nia menangis.
"Putri gak percaya. Maaf !! apa Ibu punya bukti nya kalau saya anak anda ?" Kata Putri intonasi rendah
Putri mencoba tetap tidak menangis, walaupun air di pelupuk mata nya sudah hampir mau jatuh.
"Putri coba kamu lihat di kepala mu ada tahi lalat dan kaki mu ada tahi lalat juga ?" Kata Nia sambil menangis.
Putri yang awal nya tidak percaya dan masih meragu kan Nia akhir nya luluh, karena ucapan tentang tanda lahir yang Nia sebutkan itu benar semua.
" Apa bener anda Ibu saya orang tua kandung saya." Tanya Putri tidak percaya.
"Iya sayang maaf kan Mama ya ?" ucap Nia memeluk Putri sambil menangis.
Putri pun terbawa suasana dan akhir nya Putri menangis, tidak bisa menahan lagi bahwa air mata nya sudah memberontak untuk jatuh, dan memeluk Nia dengan erat, Sementara Nia tidak henti henti nya mencium Putri.
"Putri, Putri ikut Mama pulang ya nak ?" tanya Nia yang belum melepas pelukan Putri.
Putri yang masih menangis dalam pelukan Nia belum bisa bicara apa apa.
Sementara Nisa dan Ratna ikut menangis.
"Nak ? usap lembut Nia di kepala Putri. " Putri ikut Mama pulang ya." Tanya Nia sekali lagi.
"Tapi Bu," Menoleh Nimas.
Nimas yang ikut menangis pun hanya menganggukkan kepala nya.
"Iya Buk, tapi Putri boleh kan berkunjung ke Panti." Ucap Putri yang melepaskan peluk kan nya.
"Iya sayang, Putri boleh kok berkunjung ke Panti." Jawab Nia menghapuskan air mata Putri .
"Baik lah aku mau ikut Ibu." Kata Putri lirih
Nia tersenyum. "Besok Mama jemput ya nak." Kata Nia yang mengusap kepala Putri.
Mereka pun menikmati makanan yang sudah di siap kan oleh Nur.
"Putri, Mama pamit pulang dulu ya." Ucap Nia memeluk Putri.
"Iya Bu." Kata Putri membalas pelukan Nia.
Arman hanya memperhatikan nya dengan tersenyum sedikit.
"Ibu Nimas dan yang lain nya, terima kasih sudah menjaga dan merawat Putri sampai menjadi gadis yang baik dan cantik." Kata Nia menggenggam tangan Nimas.
"Iya Bu Nia, ini sudah tugas kami merawat dan mendidik anak anak Panti." Ucap Nimas tersenyum.
Nia dan Arman sudah berpamitan pulang.
Putri dan yang lain nya mengantar kan mereka sampai gerbang Panti.
"Put, besok Mama jemput Putri ya." Kata Nia di dalam mobil.
"Iya Bu." Jawab Putri tersenyum.
Nia dan Arman sudah meninggalkan Panti.
Putri dan lain nya masuk ke rumah.
Pagi Senin yang cukup cerah, namun tidak secerah hati Putri. Semalaman Putri memikirkan nya hampir tidak tidur.
Apa aku menolak aja ya untuk tinggal bersama Ibu kandungku dan memilih tinggal di Panti aja, toh lagian kemana aja selama ini Ibuku tidak pernah mengambilku ke Panti. apa dia beneran gak perduli dan sayang ya padaku. Suaminya ? berarti itu Ayah tiriku. Belum apa apa aku sudah membayangkan gimana kalau ayah tiri ku galak. Apa Ibu juga punya anak dari nya.
"Kak. Kak Putri !" Tegur Nisa.
"Nisa, Ratna kok kalian ngagetin kakak sih." Kata Putri terbangun dari lamunan nya.
"Kak Putri tu dari tadi kita udah manggilin tapi kakak melamun." Ucap Nisa membela.
"Iya, maafin kakak ya." ucap Putri menarik tangan Nisa dan Ratna untuk duduk di samping nya .
Apa aku menolak saja ya tawarin ibu Nia untuk tinggal bersama nya, dan tetap tinggal di Panti Asuhan ini, lagian Panti ini surga ku, di mana mereka selalu ada untuk ku.Gumam Putri.
"Kak ?" Panggil Ratna. " Apa kakak beneran mau ninggalin kita ?" ucap Ratna.
Ratna dan Nisa menangis memeluk Putri. Sedangkan Putri menahan agar tidak menangis.
"Tidak sayang." Kata Purti memeluk Nisa dan Ratna. "Kakak hanya pulang ke rumah orang tua Kakak. Kakak ngak ninggalin kalian kok, kita hanya beda tempat tinggal nya saja."Kakak janji tiap minggu waktu libur kerja kakak mampir kesini atau nginep di sini." Ucap Putri yang meyakinkan Ratna dan Nisa.
"Kakak janji ya kakak haru setiap minggu kesini bila perlu kakak nginep disini." Ucap Nisa.
"Kak Putri sayang kalian akan tetap sayang sama kalian dan yang lain nya. Kata Putri
"Kita juga sayang kakak." Ucap Nisa dan Ratna serempak.
Nisa dan Rarna melepaskan pelukan nya, dan menghapuskan air mata nya.
"Nah gitu dong, gak boleh cengeng harus jadi wanita tanguh." Kata Putri tersenyum menyemangati Nisa dan ratna.
Nimas, Desi, dan Nur berjalan ke kamar Putri dan berdiri di pintu kamar. Karena melihat suasana sedih Nimas tidak memanggil Putri.
"Ibu Nimas, Ibu Desi, Ibu Nur, sejak kapan kalian berdiri disitu." Tanya Putri.
Nimas berjalan ke arah Putri Ratna dan Nisa. Sementara Desi dan Nur masih berdiri di pintu kamar.
"Putri. Jaga diri mu baik baik ya di sana. Tetap patuh pada Ibu Nia, jangan membantah dan membuat dia sedih, biarpun Ibu Nia meninggalkanmu di Panti Asuhan, mungkin Ibu Nia ada alasannya." Kata Nimas memeluk Putri.
Putri yang tadi nya menahan agar tidak menangis, akhirnya mata nya tidak mampu menahan untuk tetap mengeluarkan air. Dalam pelukan Nimas Putri yang menangis tersedu sedu.
"Ingat, Tuan Arman walaupun dia hanya Ayah tiri kamu, jangan pernah bersikap tidak sopan dengan dia. Putri harus menganggap tuan Arman itu Ayah kandung kamu ya, jangan buat dia kecewa." Ucap Nimas yang memeluk Putri dengan tangisan nya.
"Iya Buk, tapi tuan Arman, apa dia akan menyayangiku juga Bu." Tanya Putri lirih.
"In sya allah tuan Arman akan menyayangi Putri." Kata Nimas menenangkan Putri.
...Flassback On...
"Dulu Mama menikah dengan Ayah kamu Put, tapi Ayah kamu meninggal dunia kecelakan saat bekerja. Saat itu Mama lagu hamil 3 bulan. Saat Ayah mu meninggal dunia, Mama hanya sebatang kara tidak ada keluarga di kota ini.
Sebelum kamu lahir, Mama tidak bekerja nak, Mama hanya mengambil upah mencuci pakaian orang dari rumah ke rumah, sehingga Mama hamil besar dan melahirkan, Mama metuskan untuk pindah dari kota XXX agar tidak ada yang tau bahwa Mama sudah punya anak. Dan Mama hanya tinggal di kontrakan yang sangat kecil, jauh dari kota. Mama memutuskan untuk mencari pekerjaan, dan Mama bekerja di perusahaan Pt. Makmur Perkasa Group. Dan Direktur nya Papa Arman, ya Mama dan Papa Arman dulu waktu SMA berteman dan kami semakin dekat dan menikah. Kata Nia menjelaskan.
"Terus Kenapa Ibu setelah menikah tidak menjemput ku di Panti Asuhan." Tanya Putri.
"Maaf Nak, waktu itu Papa Arman tidak mengetahui kalau Mama sudah punya anak, dua hanya mengetahui Mama hanyalah janda yang tidak punya anak." Ucap Nia memeluk Putri.
...Flassback Off...
"Buk, maafin Putri ya selama ini Putri sudah merepotkan Ibu sudah banyak menyusahkan kalian." Ucap Putri melirik Nimas, Desi, Nur.
Desi dan Nur berjalan menghampiri Putri dan Nimas. serta Nisa dan Ratna bangun dari tempat tidur.
Desi dan Nur memeluk Putri, sesekali mereka mencium Putri. Putri membalas pelukan mereka.
Terdengar suara mobil dari luar.
Tuuut.tuuutuutt. Klakson mobil.
Putri melepaskan pelukan nya.
Nisa yang melihat dari jendela. "Kak, itu kayak nya mobil yang menjemput kakak deh." Kata Nisa.
Nisa dan Ratna dan Nur membantu Putri membawa cover pakaiannya ke luar. Sementara Nimas dan Desi berjalan merangkul Putri.
Semua nya nagis dipelukan Putri. Anak Panti yang lain nya tidak tahu dengan ke pergian Putri, karena mereka masih sekolah.
"Kak jaga diri kakak baik baik ya." Ucap Nisa.
"Kalau kakak lagi butuh kita kakak telpn kita ajja ya ,kita selalu ada untuk kakak." Ucap Ratna.
"Iya sayang. Kakak sayang kalian semua." Ucap Putri.
"Putri jaga diri mu baik baik ya nak." Kata Nimas yang memelu Putri.
"Iya Buk." Ucap Putri membalas pelukan Nimas.
Nimas melepas pelukan nya, dan Putri memeluk mereka satu persatuan.
"Mbak putri sudah siap ?" tanya sopir
"Iya pak." Jawab Putri yang menaiki mobil.
Putri melambaikan tangan nya, dan mobil pun bejalan.
Gerbang Panti Asuhan sudah tidak terlihat lagi Sudah jauh dari pandangan Putri. Air mata Putri terus mengalir, tidak menghiraukan orang yang lagi mengemudi.
"Mbak tisu nya ada di samping pintu." Ucap Rusmin.
"Makasih pak." Balas Putri menarik tisu di samping nya.
"Maaf pak ?" nama bapak siapa kalau saya boleh tau." Tanya Putri lirih.
"Maaf Nona saya lupa memperkenalkan diri saya. Saya Rusmin," ucap Rusmin.
"Ooh pak Rusmin, boleh saya bertanya pak ?" tanya Putri.
"Silakan mbak ? dengan senang hati saya menjawabnya ?" saut Rusmin.
"Ibu Nia sama Bapak Arman kok gak jemput saya ya pak." Kata Putri.
"Nyoya sama tuan keluar kota mbak,ada kerjaan dari kantor katanya." Jawab Rusmin.
Ibu tidak menjemput ku, padahal aku berharap Ibu yang menjemput ku.
"Maaf mbak, apa mbak mau mampir beli makanan dulu." Tanya Rusmin mengagetkan Putri.
"Gak pak jalan aja," Jawab Putri. "Masih jauh ga pak. Tanya Putri.
"Gak jauh lagi mbak palingan sebelum jam 8 malem kita sudah sampai rumah." Jawab Rusmin.
Putri tertidur pulas, di perjalanan Rusmin tidak membangunkan Putri, karena dia tahu Putri lagi bersedih. Sampai di depan gerbang rumah kediaman Bapak Arman.
"Mbak, mbak, mbak, kita sudah sampai ?" Panggil Rusmin.
"Aah. Maaf pak saya ketiduran. Kita sudah sampai ya." Tanya Putri mengucek matanya.
Barang barang Putri sudah di bawakan oleh para pelayan dirumah besar itu. Putri turun di buka kan pintu oleh Sukman.
Apa bener ini rumah orang tua ku, besar sekali halamannya kalau aku mengajak anak anak Panti pasti mereka seneng.
Putri melihat kanan kiri rumah Nia dan Arman, seakan tidak percaya.
"Silahkan masuk mbak." Ucap seorang pelayan dan mengantarkan Putri ke kamar.
Putri mengikuti pelayan tersebut dari belakang.
"Ini kamar mbak Putri, ini kamar mandinya dan didalam nya ada lemari baju, baju mbak sudah saya letakkan dilemari itu, kalau mbak perlu apa mbak bisa bilang saya." Kata pelayan itu.
"Maaf nama Ibu siapa." Tanya Putri mata nya kesana kemari melihat isi ruangan kamar yang besar ini." Dapurnya dimana Bu. saya mau minum." Tanya Putri.
"Mbak bisa panggil saya Bik Lasmi. Sebentar saya akan menggambilkan air minum hangat untuk mbak Putri." Ucap Lasmi.
"Tidak perlu Bik, biar Putri ambil sendiri saja." Kata Putri.
"Tidak apa ap mbak, ini memang tugas saya, tunggu sebentar ya, mbak boleh menyegarkn badan dulu." Ucap Lasmi berjalan membungkuk meninggal kan Putri.
Putri masih tidak percaya dengan ap yng di lihat nya. Putri meletak kan tas nya di sofa dan berjalan ke arah kamar mandi.
Tok tok tok. Lasmi mengetuk pintu.
"Mbak. Mbak Putri. Ini bibi mbak, makan malamnya sudah siap mbak." Kata Lasmi mengetuk pintu.
"Iya bi." saut Putri Berjalan membuka pintu kamar. " Apa makan malam dirumah ini juga harus disiapin bik." Tanya Putri heran. "Apa Putri boleh bantu bibi masak di dapur sapu rumah dan beres beres rumah bik." Tanya Putri.
Lasmi hanya tersenyum dan menunduk kan kepala nya.
"Tidak mbak, mbak Putri tidak perlu melakukan nya, itu pekerjaan kami para pelayan." Kata Lasmi.
"Ayo mbak turun makan malam nya sudah siap, tuan muda dan nona muda sudah menunggu mbak di meja makan." Kata Lasmi.
Putri berjalan menuju anak tangga, dengan raut wajah yang sedikit sedih.
Tuan muda dan nona muda siapa mereka.
Apa mereka adik tiri ku, ibu juga bilang kalau aku punya adik tiri laki laki dan perempuan, kok aku gemeteran ya. Nanti kalau mereka tidak menerima ku disini sebagai kakak tiri mereka gimana ya.
Sementara di meja makan, Sarah dan Rano sudah duduk di kursi makan.
"Hallo kak. Kak Putri ya." Sapa sarah "Aku Sarah kak, adik kakak yang paling bontot hehhe." Ucap Sarah mengulur tangan.
"Aku Rano kak. " Kata Rano mengulur tangan.
Putri tersenyum membalas sapaan Sarah dan Rani.
"Ayo kak Put, silahakan duduk." Saut Rano
"Iya makasih Ran." Ucap Putri senyum.
Ternyata mereka tidak seperti yang ku bayangkan. Mereka lucu, manis dan ganteng. Semoga saja mereka tidak keberatan dengan kehadiran ku.
"Kak. Ayo makan." Kata Sarah.
Putri terkejut dari lamunan nya.
"Eh iya, maaf Sar." Kata Putri.
"Jangan kebanyakan melamun kak." Sambar Rano.
Putri hanya tersenyum mendengar omelan Sarah dan Rano. Mereka pun makan malam bertiga.
Putri canggung, karena ini makan malam pertama nya dengan saudara tiri nya.
"Sarah, Ibu sama Bapak gak makan malam sama kita." Tanya Putri pelan.
"Mama sama papa lagi keluar kota kak, biasa urusan kerjaan dan mereka cukup jarang sekali makan malam dengan kita kak." Jawab Sarah.
"Kenapa, apa mereka sangat sibuk ya." Tanya Putri penasaran.
"Mama papa pulang kerja nya malem kak, kadang kadang mereka pulang, kita juga sudah tidur kak, kadang pagi juga kalau kita bangun tidur mereka sudah tidak ada di rumah sudah berangkat kerja." Ucap Rano menghentikan makan nya.
"Hemmzz, maaf ya Kakak banyak tanya." Kata Putri
"Iya kak." Serentak Rano Sarah.
Mereka melanjutkan makan nya, yang tadi terhenti sebentar. Putri tidak bicara lagi, sama hal nya dengan Rano dan Sarah, fokus dengan makan malam nya.
"Kak, Rano sudah selesai makan nya, Rano ke ruang keluarga dulu ya." Kata Rano yang beranjak dari kursi makan.
"Iya, kakak juga selesai." Ucap Putri.
"Sarah juga, ayo kak kita ke ruangan keluarga." Ajak Sarah .
"Iya Sar, kakak nyusul, kakak beresin ini dulu." Kata Putri yang membereskan piring piring di atas meja.
"Tidak perlu kak, ada bik pelayan yang membereskan nya." Kata Sarah.
"Ahh." Dengus Putri Kaget.
"Ayo lah, nanti film kesukaan Sarah sudah habis." Ucap Sarah menarik tangan Putri.
Putri pun terpaksa mengikuti Sarah, walaupun dengan keadaan tidak enak hati meninggalkan piring kotor selesai makan.
Sarah dan Putri berjalan ke arah ruang keluarga, dimana di sana Rano sudah stand by di depan Tv.
Putri dan Sarah duduk berdampingan. Sementara Rano duduk di sofa pojok.
"Kak, Sarah boleh nanya ?" Kata Sarah mebuka percakapan.
"Iya Sar," ucap Putri senyum.
"Kakak beneran anak Mama dengan Alm. suami pertama Mama." Tanya Sarah pelan.
"Hemmzz. Awal nya kakak juga gak percaya dengan ucapan Ibu Nia, tapi Ibu Nia menjelaskan panjang lebar tentang kakak, tanda lahir kakak. Makanya kakak percaya kalau Ibu Nia adalah Ibu kandung kakak yang kakak rindu kan selama ini, yang hanya ada bayangan dalam mimpi saja." Kata Putri lirih.
"Maaf kak, Sarah gak bermaksud." Ucap Sarah yang memeluk Putri.
"Iya Sar, kakak ngerti kok, tidak semudah itu menerima nya." Kata Putri membalas pelukan Sarah.
Sementara Rano yang mendengar kan pembicaran Putri dan Sarah berjalan menuju mereka.
"Kak, jangan khawatir, kita bakalan menganggap kakak sebagai kakak kandung kita." Kata Rano memeluk Sarah dan Putri.
"Terima kasih kalian menerima ku di keluarga ini." Ucap Putri menahan tangisan nya.
"Ayo, sudah lah jangan bersedi lagi, flim nya sudah mulai nih. Kata Rano melepas pelukan nya.
Sarah pun melepas pelukan nya dan mengusap air mata di pipi Putri.
Putri hanya membalas dengan senyuman.
Terima kasih ya allah, engkau selalu menepatkan posisi ku di dekat orang orang yang menyayangi ku.
"Sar, umur kamu berapa." Tanya Putri.
"Aku 19 tahun kak. Kuliah semester 3," jawab Sarah senyum.
"Ohh, kalau kamu Ran." Tanya Putri.
"Aku 22 tahun kak, alhamdulillah sudah kerja." Jawab Rano. "Kalau kakak." Tanya balik Rano.
"Kalau kakak, kerja di Toko Roti, ya maklum lah kakak hanya tamatan SMA." Ucap Putri.
"Ya, tidak apa apa dong kak, yang penting kerja nya halal." Kata Sarah.
Huuuaaammmmmm. Kantuk Putri.
"Kak, tidur aja kalau sudah ngantuk, lagian pasti kakak cape' kan, perjalanan ke rumah cukup jauh." Kata Rano.
"Iya Ran, kakak istirhat dulu ya." Ucap Putri beranjak dari sofa.
"Aku mau ke kamar juga ah." Kata Sarah bangun dari sofa. "Ayo kak." Ajak Sarah meninggalkan Rano di ruang keluarga sendirian.
Rano hanya tersenyum melihat kepergian mereka.
Putri dan Sarah berjalan meninggalkan Rano, dan naik ke lantai 2, karena kamar Putri berada di samping kamar Sarah.
"Kak, Sarah ke kamar dulu ya." Kata Sarah masuk ke kamar nya.
"Iya Sar." Ucap Putri berjalan ke arah kamarnya.
Besok berangkat kerjanya naik apa ya, kan lumayan jauh kalau berangkatnya dari sini ke toko. Apa anak anak panti sudah tidur ya ?? Baru sehari aja aku sudah kangen mereka. Besok kalau pulang kerjanya cepet aku mampir panti aja lah.
Habis membersihakan muka Putri di kamar mandi, Putri langsung merebahkan tubuhnya, dan hanya menunggu beberapa menit Putri sudah terlelap tidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!