NovelToon NovelToon

Tawanan Sang Mafia Kejam

Bab 1: Awal mula

**Beberapa hari sebelumnya**

Senyuman seorang gadis bernama Aruna Arindita itu mengembang, membingkai indah di wajah pucatnya itu. Ia duduk di tepian kasur didekat jendela yang terbuka lebar, sesekali wajahnya itu mendongak dan memejamkan matanya menikmati sorot matahari dan hembusan angin yang membelai kulit pucatnya itu.

Aruna bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia menikmati hembusan angin dan sinar matahari yang cerah itu, dengan masih memejamkan matanya, Aruna menjilat bibir bawahnya yang terasa sangat kering, bukan kering, melainkan pecah-pecah bahkan sudut bibirnya pun terlihat terluka.

Biasanya, jendela kamar itu akan tertutup rapat, tidak ada sinar matahari, ataupun hembusan angin yang bisa masuk kesana. Namun kali ini berbeda, mungkin tuhan sedang membiarkan Aruna si gadis malang itu istirahat sejenak dari penderitaan hidupnya, meskipun Aruna ingin selamanya ia bisa seperti ini.

Aruna membuka matanya dan perlahan bola mata coklat itu menelisik kedua pergelangan tangan nya, kemudian ia tersenyum, tersenyum melihat bekas luka yang melingkar disana, pergelangan tangan itu lecet bahkan ada bekas darah yang sudah mengering. Begitu pun juga dengan pergelangan kakinya, sama-sama memiliki nasib yang sama dengan tangannya.

Aruna tidak pernah berpikir sekalipun, bahwa rantai yang mengikat dan memborgol tangannya itu akan lepas. Ya, semua ini terasa mimpi bagi Aruna, makanya tadi ia tersenyum melihat tangan nya, bukan bermaksud menikmati lukanya tapi ia tersenyum karena rantai yang biasa ia lihat sekarang sudah tidak ada.

Rasanya Aruna mendapatkan kebebasannya sekarang, meskipun hanya sekedar untuk melihat cahaya matahari dan menikmati hembusan angin dari kamarnya. Tapi tetap saja dengan begini pun, Aruna berpikiran bahwa tuhan masih menyayangi nya.

Dulu, Aruna selalu berharap dan berdoa jika suatu saat tuhan akan mengirimkan sang penyelamat untuk nya, untuk memberikan kebebasan padanya.

Bahkan Aruna masih tidak percaya sampai sekarang, bahwa ayahnya itu tidak lagi mengurung nya, Aruna pikir ayahnya itu sudah berubah menjadi lebih baik, mungkin sang ayah akan mencoba untuk menyayangi putri nya sendiri, memberikan cinta, kasih sayang dan perlindungan layaknya seorang Ayah yang penyayang.

Jika dulu, entah apa yang membuat Bili Morgan, ayahnya Aruna itu selalu memperlakukan nya dengan buruk, bahkan bisa dibilang ayahnya itu selalu menyiksa Aruna dan mengurung nya.

Bahkan tamparan, pukulan pernah Aruna dapatkan dari ayahnya itu, Aruna tidak pernah dibiarkan tahu apa alasan ayahnya itu memperlakukan ia seperti itu, ayahnya hanya selalu bilang, Aruna adalah anak yang merepotkan untuknya tidak seperti anak orang lain.

Apa maksudnya dia berkata seperti itu? Padahal Aruna pun tidak pernah melakukan sesuatu yang akan merugikan ayahnya.

Brak!

Alhasil Aruna yang sedang menatap ke luar pun terlonjak kaget mendengar suara pintu kamarnya yang dibuka dengan keras.

Ayahnya memang selalu seperti itu jika masuk kamarnya Aruna, meskipun Bili sudah tidak lagi mengurung Aruna, tapi kebiasaan nya itu masih belum hilang dan membuat Aruna takut dan khawatir, apakah ia akan terkurung lagi seperti sebelumnya?

“A-ayah” gagapnya Aruna saat melihat ayahnya. Bahkan pikiran Aruna sudah takut dan gelisah melihat ayahnya itu sedang berdiri diambang pintu kamarnya dan seolah mata tajamnya itu memindai keadaan kamarnya Aruna.

“Aku akan pergi ke tempat partner kerjaku, kau tetap dirumah jangan sampai keluar” ucap ayahnya itu yang bahkan tidak menyebut dirinya sebagai ayah. Tapi Luna tidak masalah dengan itu, sudah tidak mengurungnya saja ia sudah bersyukur dan teramat senang.

“Iya ayah, aku akan tetap dirumah, ayah hati-hati, aku mencintai ayah” ucapnya Luna dengan tersenyum tulus.

“Hem” hanya itu saja respon dari ayahnya dan kemudian pergi dan menutup pintu kamarnya Aruna.

‘Ayah juga mencintaimu, Putriku’ Aruna pikir ayahnya akan membalas dengan kalimat itu, namun nyatanya tidak.

Lalu Aruna memikirkan sesuatu, mungkin ia harus bisa membuat ayahnya itu kagum dan senang padanya, meskipun dari hal kecil yang ia lakukan, contohnya seperti memasak.

“Ya, masak, aku akan masak untuk ayah, pastinya nanti ayah senang” Gumamnya Aruna sembari tersenyum dan melangkahkan kakinya itu dengan semangat menuju dapur. Namun saat membuka kulkas, ia tidak menemukan bahan makanan apapun disana.

“Tidak ada apa-apa rupanya” gumam nya sembari menutup kembali pintu kulkas itu.

“Sepertinya.... Aku harus membeli nya sendiri, lagian tempat nya juga dekat dari rumah” sambungnya Luna memikirkan tentang ia akan berbelanja.

*****

Bili Morgan, sesuai dengan apa yang tadi ia katakan sebelumnya pada Aruna, bahwa ia ingin bertemu dengan partner kerjanya. Adrian William, dia adalah orang yang sedang ia ditemui sekarang. Mereka sedang membicarakan beberapa bisnis yang akan mereka lakukan, ataupun yang sudah mereka lakukan, namun bisnis yang mereka bahas ini seputaran jual beli barang-barang haram, penyelundupan dan penyebaran nya dikota tersebut.

“Bili, selain pertemuan kita itu membahas soal bisnis, tapi... Aku juga ingin membahas hal lain dengan mu” ucapnya Adrian William yang duduk dengan angkuhnya sembari tumpang kaki dan tangannya itu mengapit sebatang rokok yang sesekali ia hisap.

“Apa yang ingin tuan bicarakan dengan saya? Sepertinya penting” respon nya Bili.

“Ya, tentu saja ini penting, karena ini menyangkut putrimu, Aruna” jawabnya Adrian dengan mata yang fokus melihat ekspresinya Bili.

“M-maksud tuan apa? Saya kurang paham?” Tanya Bili dengan hati-hati.

“Tech, kau ini bodoh, jelas kalau aku menginginkan putri mu sebagai istri ku” ucapnya Adrian William yang membuat Bili membelalakkan matanya kaget.

Jelas jika Bili tidak akan sanggup menolak permintaan nya Adrian, karena pria yang berkuasa itu telah berjasa banyak bagi hidupnya.

*****

Aruna tampak sesekali bersenandung ceria saat tangannya itu sibuk dengan masakan nya.

“Sudah matang, saat nya ku hidangkan, ayah pasti suka” ucapnya sembari mematikan kompor nya.

“Aruna! Aruna!” Tiba ada suara teriakan seseorang yang memanggil namanya dan Aruna tahu it adalah ayahnya.

“Iya ayah, aku disini” jawabnya Aruna sembari menghidangkan makanan itu ke piring berukuran besar.

“Apa yang sedang kau lakukan hah?!” Tanya sang ayah yang tiba-tiba sudah berada di dapur dan membuat Aruna kaget.

“Ayah, aku masak untuk ayah, ayah pasti sudah lapar kan ayo makan sama-sama” ucapnya Aruna dengan senyuman nya yang membuat ayahnya itu jijik.

“Hentikan!!!”

Prang!!

Aruna terlonjak kaget saat piring yang sedang ia bawa tiba-tiba dilempar dengan kasar oleh ayahnya.

“Kau pembangkang!! Sudah kubilang jangan keluar rumah!!!” Bentaknya Bili membuat Aruna ketakutan.

“A-aku hanya berbelanja, aku masak sesuatu untuk ayah” jawabnya Aruna yang ketakutan.

“Diam!! Aku tidak butuh masakan sialan itu!! Yang aku butuhkan kau mematuhi perintahnya ku!” Bentaknya lagi.

“Dan kau, dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli bahan masakan itu hah? Kau mencuri uang ku?!”.

Sakit rasanya, disaat anak lain mendapatkan uang dari ayahnya untuk sekedar mendapatkan apa yang diinginkan, sementara Aruna malah disebut mencuri uang ayahnya sendiri, padahal uang itu tidak Aruna gunakan untuk dirinya.

“Kau anak pembangkang, tidak tahu diri kau harus aku kurung! Ucap ayahnya itu sembari tiba-tiba menarik rambutnya Aruna dan menyeretnya tanpa ampun.

“Ayah sakit... Kumohon lepaskan” Rintihnya Aruna saat ayahnya itu menarik rambutnya dengan paksa, bahkan rasanya kulit kepalanya saja mau lepas.

“Kau masuk, dan jangan pernah keluar lagi” ucap ayahnya sembari mendorong tubuhnya Aruna dengan kasar ke dalam kamarnya. Dan setelah itu ayahnya mengunci nya kembali disana.

Andaikan jendela yang terbuka lebar itu tidak berteralis, maka Aruna akan kabur dari sana, tapi apa sekarang harapan Aruna? Ia sudah kembali ke tempat dimana ia terkurung.

Bab 2: Dijual?

**Beberapa Hari Kemudian**

Saat ini Aruna sedang berada di kamarnya, seperti biasa gadis malang itu kembali terkurung dikamarnya, kembali direnggut kebebasannya oleh sang ayah. Namun kali ini Aruna bersyukur bahwa ayahnya itu tidak merantai kaki dan tangan nya seperti sebelumnya.

Tidak banyak yang bisa ia lakukan dikamarnya itu, selain terus berharap ada seseorang yang menyelamatkan nya, atau sesekali gadis itu akan membaca buku.

Brak!

Suara tersebut terdengar begitu keras, hingga perhatian Aruna tersentak dari buku yang sedang dibacanya, keterkejutan terlihat diwajahnya, namun dalam seperkian detik raut wajahnya kembali normal, seolah suara keras itu sudah biasa ia dengar. Ayahnya itu telah mengunci Aruna di kamar nya selama beberapa hari terakhir hanya karena alasan yang tidak masuk akal, dan sekarang, Aruna tahu bahwa suara itu berarti ayahnya ada di rumah. Ayahnya sudah pulang.

Setiap kali sang ayah mendorong pintu terlalu keras, itu membuat sarafnya Aruna gelisah, khawatir, dan takut. Kenapa ayahnya itu harus mengumumkan bahwa dia sudah pulang? Bukannya pemandangan yang akan dilihatnya sama saja? Sebuah kegelisahan dan ketakutan Aruna, atau justru sang ayah menyukai pemandangan itu? Mungkin saja.

Tindakan ayahnya itu merupakan peringatan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, dan Aruna harus mempersiapkan diri karena ia akan menjadi sasarannya.

“A-ayah” Aruna tergagap, saat gadis malang itu melihat ayahnya sudah membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam, ia mencoba mundur dari kehadiran ayahnya yang tidak terlihat menyenangkan itu. Bahkan sang ayah itu membawa sebuah tali dan lakban, dan tentu saja hal tersebut menimbulkan kekhawatiran dan kegelisahan di hatinya Aruna.

Apa yang akan dilakukan ayahnya dengan benda itu?

“Apa… Apa yang akan ayah lakukan di sini? Dan untuk apa itu ayah?” Bahkan Aruna bertanya dengan gugup, saat matanya beralih ke tangannya sang ayah yang sudah menariknya.

“Jangan banyak tanya!! Kau ikut denganku! Dan duduklah, aku harus mengikatmu” jawabnya sebelum Aruna mencoba melepaskan diri.

“Tidak! Ayah... aku mohon jangan.... Apa yang ayah lakukan?” Aruna mencoba berlari ke atas tempat tidur dan mendekatkan dirinya menuju pintu keluar.

Namun sayangnya, ayahnya itu lebih cepat, bahkan dengan kasarnya sang ayah menjambak rambutnya Aruna, menariknya ke arahnya, dan menyebabkan putrinya itu menangis kesakitan. Bahkan beberapa helai rambutnya tercabut dari tengkuknya saat ia berjuang untuk melepaskan diri.

“Ayah... Sakit.. yah...aku mohon lepasin Aruna” Aruna bahkan memohon dengan penuh deraian air mata.

Hal ini membuat ayahnya marah, jadi dengan kejamnya sang ayah, ia meninju perutnya agar putrinya itu tidak kabur.

“Dasar jala*g bodoh! Kau pikir kau mau pergi ke mana hah? Hidup mu itu selalu merepotkan ku!” Ucap Sanga ayah, bahkan sembari menendangnya saat Aruna sudah berbaring di lantai. Sementara gadis malang itu hanya menangis dan mengerang kesakitan. Pukulan dan tendangan itu membuat napasnya keluar dengan begitu cepat.

“Anak tidak tahu diri! Kenapa kau tidak bisa patuh seperti orang lain hah? Kau selalu membuat hidupku sulit! Kau pembawa sial untukku!!” Kemudian ayahnya itu mengikat tangan dan kakinya Aruna yang menangis sambil memeluk dirinya sendiri.

“Diam! Berhenti menangis! Atau aku akan menampar mu!” Sang ayah berteriak sebelum menutup mulutnya Aruna dengan lakban dan menutup matanya juga.

Ketika kelakuan jahat ayahnya itu selesai, pria itu memerintahkan anak buahnya untuk membawa Aruna ke bagasi mobilnya. Sementara Aruna tidak tahu ke mana Ayahnya itu akan membawanya, yang Aruna tahu ia hanya diikat berarti hal itu tidak baik.

“Apa yang akan dilakukan ayah? Apakah dia akan membunuhku?” Pikiran ini membuatnya menangis lebih keras.

Dan setelah dua jam berkendara melewati pedesaan, di mana lubang-lubang itu menyenggol mobil dan kepalanya secara bersamaan ikut terbentur, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Tempat itu terletak di suatu tempat di tengah-tengah daerah terpencil, di mana tidak ada tetangga ataupun orang-orang berlalu lalang, dan tempat itu sekitar bermil-mil jauhnya dari keramaian.

Tempat itu memang sebuah Vila, namun Vila itu tampak suram dan menakutkan, bahkan dengan jendela-jendelanya yang gelap dan halamannya yang tidak terawat. Sepertinya sang pemilik telah meninggalkan vila itu untuk sementara waktu, hingga terbengkalai.

Dan sepertinya itu adalah tempat yang sempurna untuk membunuh seseorang dan menyembunyikan jasadnya. Sang ayah yang bernama Bili Martinus itu membuka bagasi dan menyeret paksa Aruna keluar.

Aruna telah berjuang sepanjang perjalanan, mencoba untuk membebaskan diri, tetapi ikatan yang mengikatnya sangat erat. Tubuhnya gemetar, dan getaran menjalar ke tulang punggungnya, bahkan ia merasakan di pundaknya seperti memanggul sekarung beras.

Aruna dibawa paksa, ia berjalan masuk ke dalam vila yang terlihat suram itu, di mana dedaunan kering, perabotan rusak, pagar berkarat, dan sarang laba-laba berserakan di area tersebut. Ketika mereka sampai di sebuah ruang tamu, ayahnya membuka penutup matanya, dan Aruna tersentak.

“Di mana ini? Apakah di sinilah dia akan membunuhku? Tapi aku putrinya” Dia berpikir dalam hati.

“A-ayah, ke-kenapa kita ada di sini? Apa aku membuatmu kesal lagi?” Ucapnya Aruna berpikiran ayahnya ini akan menghukumnya lagi.

“Apa kesalahan yang telah kulakukan ayah? Tapi aku mohon jangan hukum aku, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, aku berjanji.. Aku berjanji akan mengikuti perintahmu” Aruna terdengar gelisah saat memohon, bahkan gadis malang itu menelan ludahnya sendiri.

“Ayah... jawab aku.. Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan, tolong, aku mohon ayah... Ayo pulang.. kumohon.. aku takut disini” dengan tergagap, Aruna memohon pada ayahnya, tapi Bili seolah mengejek dan menggelengkan kepala pada putrinya itu.

“Kau menginginkan kebebasanmu?” Bili memegang wajah Aruna dengan satu tangannya, mencubit kedua pipinya, cukup erat hingga membuatnya meringis kesakitan.

“Aku akan menunjukkannya padamu sebuah kebebasan” ucapnya sembari semakin mencengkeram dagunya Aruna.

“Kau ingat partner ku, Adrian? Dia pemilikmu sekarang. Aku tidak tahu kenapa dan apa alasannya, tapi dia ingin kau menjadi istrinya” bahkan ayahnya itu memandangnya dengan jijik. Sementara matanya Aruna membelalak menjadi besar dengan keterkejutan dimatanya.

“Kau tahu? Aku berhutang banyak padanya, jadi aku mengiyakan keinginannya itu, dan kau akan menikah dengannya. Mengerti?!” Bili menyeringai, dan Aruna merasa pusing bahkan perutnya mual setelah mendengar apa yang dikatakan ayahnya. Jadi ayahnya itu.. Menjualnya? Atau memberikan nya sebagai balas budi. Tapi apapun alasannya sang ayah, Aruna tetap tidak bisa menerima tindakan sang ayah ini.

“Aku harus menikah dengan babi menjijikkan itu? Tidak mungkin!” Tolak Aruna. Memikirkan wajahnya saja sudah membuatnya ingin muntah. Aruna memang mengenal Adrian. Pria itu akan selalu mengunjungi ayahnya, dan apa pun yang Aruna dengar dari percakapan mereka, itu tidak pernah baik. Adrian selalu berbicara tentang narkoba yang ia seludupkan dan gadis-gadis yang mereka kirim untuk bekerja sebagai budak s*ks.

Adrian William adalah rekan kerjanya Bili dalam sindikat narkoba, yang mengangkut narkoba di dalam dan sekitar kota. Adrian juga termasuk jajaran orang terkuat dalam organisasi Mafia bawah tanah paling terkenal di negara ini.

Aruna tidak percaya ayahnya sendiri akan setuju untuk menjualnya kepada babi tua itu ketika ia baru saja berusia 20 dan itu setengah usianya Adrian. Padahal usia Adrian lebih tua darinya. Tapi hal ini menyadarkan Aruna bahwa ayahnya itu tidak cukup mencintainya hingga tidak memikirkan kebahagiaan nya. Dan sekarang, Aruna telah kehilangan semua harapan bahwa ayahnya akan belajar untuk mencintainya, padahal Aruna sangat berharap ayahnya itu bisa berusaha mencintai nya.

Beberapa hari yang lalu, Aruna bahkan mengira ayahnya itu akan berubah, berubah untuk mencintai dan menyayangi nya. Namun Aruna salah.

“Ayah, apakah kau tidak mencintaiku dan menyayangi mu?” Setetes air mata lolos dari matanya Aruna.

“Aku mencintaimu, ayah. Tolong jangan berikan aku padanya, bawa aku pergi dari ini ayah” Aruna memohon sambil air mata mengalir di wajahnya.

“Kenapa… Kenapa kau tidak mencintaiku?” Tanya Aruna lagi. Membayangkan diserahkan kepada seseorang hanya untuk membayar utangnya membuat hatinya patah.

Bab 3: Kabur

Bahkan dengan kejam dan gilanya sang ayah, dia meninggalkan Aruna di sebuah ruangan yang sangat gelap dan tidak ada cahaya sinar matahari yang masuk sedikit pun, bahkan sepertinya ventilasi udara pun tidak ada.

Aruna tidak tahu itu ruangan apa, ia tidak bisa melihat apapun selain kegelapan yang memeluknya.

Tiba-tiba dari balik pintu, ada bayang-bayang kegelapan, seorang pria muncul, memegang senter yang lebih kuat, lebih terang, dan membuat Aruna seketika buta dengan cahaya itu, Aruna tidak bisa melihat siapa wajah dibalik cahaya itu. Namun perlahan bayangan itu berjalan dan mendekat ke arahnya.

“Ssst... Aruna... Ini dia gadis yang aku inginkan” Ucapnya seorang pria penuh semangat saat melihat Aruna. Bahkan mata pria bernama Adrian berkobar oleh nafsu, sambil perlahan berjalan ke arah Aruna.

Sementara Aruna yang duduk di sebuah kursi usang melihat pria itu dengan perasaan khawatir, memang tidak ada siapa pun disana, namun Aruna jelas tidak bisa kabur, ruangan itu hanya ruangan gelap yang kosong, tidak ada jendela ataupun celah untuk bisa keluar, yang ada hanyalah pintu yang membawanya masuk dan terkunci.

Gadis itu mengenakan gaun tidur berwarna putih, berenda, dan terlihat sangat usang dengan lengan panjang nya yang menutupi tangannya, bahkan rambutnya pun tergerai acak-acakan dan kusut, membuatnya tampak seperti hantu dan kulitnya yang seputih susu itu bersinar dalam gelap meskipun dipenuhi dengan luka lebam.

Bahkan penampilan nya Aruna kini terlihat begitu berantakan dan kucel, namun Aruna tidak memikirkan itu, yang ia pikirkan hanyalah lari dan lari, kabur menjauh dari tempat terkutuk itu.

Bahkan dalam perjuangannya untuk melepaskan diri, membuat garis leher gaunnya itu tergelincir, memperlihatkan bahu kanannya, bahkan memperlihatkan renda bra-nya. Roknya terangkat sedikit di ke atas pahanya ketika gadis malang itu kesulitan untuk duduk, namun hal tersebut memberikan gambaran sekilas tentang pahanya yang putih.

Aruna merasa malu begitu pria itu mendekat, bahkan dengan jelas Aruna bisa melihat bekas luka besar di dahi sebelah kanannya dan itu selalu membuatnya takut, tapi sisanya tampak seperti pria normal lainnya. Namun pria itu tidak begitu bugar, tapi tonjolan perutnya terlihat di balik jas hitam dan celana yang dia kenakan. Dengan dasi longgar di lehernya, Adrian menyeringai lebar, memperlihatkan gigi kekuningannya. Jelas jika memandang Aruna dengan niat jahat, dan hal itu membuat Aruna ingin muntah.

“Tolong Adrian... lepaskan aku, aku mohon” pinta Aruna sambil mendekat dan berdiri dari kursinya. Namun bukan jawaban yang Aruna dengar, pria itu malah tertawa semakin keras hingga menggema di ruangan kosong tersebut.

“Tidakkah kau lihat? Aku membantumu mendapatkan kebebasanmu dari ayahmu, kau akan bebas dari siksaan ayah mu jika hidup bersama ku” Adrian mencoba membelai wajahnya Aruna menggunakan punggung jari-jarinya, menelusurinya dari leher hingga bahunya yang terbuka. Aruna mencoba menggeliat menjauh, tapi ia tidak bisa bergerak saat Adrian sudah mencengkeram bahunya begitu erat, bahkan Aruna bisa merasakan kuku pria itu seolah menancap padanya.

“Aku tahu dia telah menyiksamu selama beberapa tahun terakhir, dan kau harus berterima kasih padaku karena telah menyelamatkanmu, aku benar kan?” Adrian membelai pipinya Aruna sampai turun ke leher, lalu mencekik leher tersebut dengan keras.

“Ah.. L-Lepas...” Aruna berjuang sekuat tenaga dengan menepuk-nepuk tangannya Adrian yang melingkari lehernya, bahkan Aruna sudah bisa merasakan tenggorokan nya itu tercekat dan air matanya keluar begitu saja.

“Aruna, lagi pula... kau cukup beruntung karena aku lebih memilih mu daripada para wanita yang selalu meminta perhatianku” bisiknya Adrian sambil meraih salah satu kakinya Aruna dan terus membelai panjangnya perlahan, menikmati sensasi kulit halusnya Aruna.

“J-jangan kurang ajar! Lagian aku tidak ingin kau memilih ku!” Bentak Aruna sembari menghentakkan kakinya.

“Shuttt..... Lagi pula, aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku untukmu Aruna, jika ayahmu tidak berhutang padaku, aku rasa... Cukup sepadan dengan mendapatkan mu sebagai pelunas hutang ayahmu” ucapnya Adrian.

“Hemm... Dan kau harum sekali” Aruna meringis mencium bau napas tak sedap Adrian yang mendekat ke wajahnya sambil mengendus-endus rambutnya.

“Menjauh dariku brengsek!”

“Shuttt... Kau tak boleh kasar pada pemilikmu Aruna”

‘Apakah pria keparat ini tidak menyikat giginya? Nafasnya membuatku ingin pingsan’ pikir Aruna.

Kemudian Adrian melepaskan cengkeraman nya, dan itu membuat Aruna lega.

“Kau tidak perlu khawatir Aruna, aku lebih baik dari ayahmu, aku lebih kaya, dan aku bisa memberikan semua yang kau butuhkan, tapi tidak dengan kebebasanmu, karena kau akan selalu menjadi milikku” Kemudian Adrian menyeringai. Aruna merasa jijik melihat ekspresi wajah Adrian dan dengan beraninya Aruna meludahi wajahnya pria itu.

“Cuih, dasar pria keparat!” Ucap Aruna dengan ekspresi jijiknya dan meludahi wajahnya Adrian. Sedangkan Adrian hanya mengusap wajahnya dan memandang Aruna dengan tatapan gelap.

Plak!

Wajah Aruna terlempar ke samping, pria itu jelas menampar Aruna dengan keras hingga membuat gadis malang itu pusing. Dampaknya begitu kuat hingga telapak tangannya membekas di wajahnya, dan darah pun menetes dari sudut bibirnya.

“Apakah kau tahu betapa sulitnya bagiku untuk menjadi sebaik ini? Kau gadis tidak tahu diuntung!” Ucap Adrian sembari mencengkeram dagu Aruna kuat.

“Biarkan aku memberimu pelajaran” ucap Adrian. Aruna tersentak saat Adrian mendorongnya hingga terjatuh ke lantai kotor itu.

Dalam satu gerakan cepat, pria itu sudah berada di atas tubuhnya, menjebak kedua tangannya erat-erat di atas kepalanya menggunakan satu tangan, sementara tangan lainnya membelai tubuhnya dari bawah hingga pahanya.

“Lepaskan aku pria sialan!”

“Tidak, ini akan menjadi hukumanmu” bisiknya, membuat Aruna menggigil.

Bahkan sekarang Adrian mencoba mencium Aruna dengan mulutnya yang basah, ceroboh, dan menjijikkan. Aruna mencoba menghindarinya dengan memutar kepalanya ke arah lain dan memutar tubuhnya, namun sialnya pria itu malah mendekatkan tubuhnya, tidak menyisakan ruang di antara mereka.

‘Dia tidak boleh melakukan ini padaku. Aku tidak akan membiarkan dia mengambil kesucian ku. Aku perlu keluar dari sini’ pikir Aruna.

Aruna mencoba melawan, namun pria itu lebih besar, lebih kuat dan berat. Bagaimana ia bisa mengalahkannya?

Bahkan sekarang Aruna mendengar baju bagian atasnya terkoyak, tak sanggup Aruna menutup matanya, meminta tuhan untuk berbelas kasih padanya. Sedangkan Adrian hanya nyengir melihat Aruna dengan mata terpejam.

“Kau menyukainya, bukan?” Pria itu berkata sambil meraih lehernya Aruna dan membelainya. Aruna merengek meminta dilepaskan tapi Adrian, ia butakan oleh nafsu, dan justru suara rengekan Aruna ia anggap sebagai erangan penerimaan.

“Ya, buatlah lebih banyak suara, aku menyukai nya” ucap Adrian, bahkan dengan bejatnya, pria itu menggesekkan miliknya ke selangkangannya Aruna, membiarkan gadis malang itu merasakan tonjolannya.

“Pergi dari ku sialan!” Aruna tak berdaya, tapi ia berdoa agar ia segera mendapatkan kesempatan untuk kabur dan juga pertolongan tuhan padanya.

“Jangan melawan ku, dan terima hukuman dariku” ucapnya dengan seringai jahatnya. Kemudian Adrian bangkit dari tubuhnya Aruna dan hendak melepaskan celana nya.

Aruna melihat momen ini sebagai kesempatan, kesempatan untuk menjatuhkan Adrian dan membuatnya kesakitan. Aruna tidak akan menyia-nyiakan nya, ini adalah kesempatannya untuk melarikan diri. Gadis itu bangkit dan menendang miliknya Adrian sembari kemudian mendorong pria itu sampai terjatuh.

“Arghh...” Erangnya Adrian.

Dengan cepat Aruna keluar dari tempat tersebut dan berlari ke arah yang menurutnya mengarah ke jalan raya. Aruna tidak berhenti sampai kaki telanjang nya itu mencapai jalan beraspal, di mana Aruna berhenti dan menangis sambil mencoba menghapus semua ciuman yang ditinggalkan Adrian kulitnya.

“Babi menjijikkan! Dia mencoba melecehkan ku! Untung aku berhasil kabur” ucap Arian dan butuh beberapa saat baginya untuk sampai ke sana.

Tanpa sepatu di kakinya, dia harus berjuang melewati medan berbatu dan berduri, dan hanya adrenalinnya yang bertahan meskipun tubuhnya mengatakan bahwa ia lelah dan tidak dapat menerima pelecehan lagi. Tapi ia tidak bisa berhenti begitu saja, bisa-bisa Adrian menangkapnya.

Bisa saja Adrian mungkin masih membuntutinya. Aruna berhenti dan terengah-engah, berbalik untuk melihat apakah pria itu mengikutinya atau tidak. Tetapi ketika ia yakin tidak ada orang di belakangnya, ia merasa lega tetapi itu tidak cukup untuk membuat nya berhenti.

Aruna berjalan melintasi jalan beraspal, ke seberang jalan untuk memberi jarak lebih jauh antara dirinya dan Adrian. Namun saat Aruna berada di tengah-tengah jalan beraspal, cahaya mobil yang melaju membuatnya seperti seekor rusa yang tertangkap lampu depan mobil ditengah hutan. Aruan berdiri di sana, ketakutan, tubuhnya membeku dan tidak bisa bergerak ketika mobil itu mendekat dan terus membunyikan klakson.

Aruna menutup matanya erat-erat dan mengepalkan tangannya terlebih dahulu ketika ia mendengar bunyi Bip panjang dari klakson, berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkannya lagi.

Tapi syukurlah mobil itu berhenti tepat pada waktunya, bumpernya hanya berjarak beberapa inci dari kakinya. Saat Aruna merasakan mobilnya berhenti, ia membuka matanya dan kemudian ia pingsan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!