Sefia adalah wanita berumur 29 tahun, Ia menikah dengan pria bernama Angga.
Pernikahan mereka sudah berjalan sepuluh tahun sejak Sefia tamat SMA, Ia langsung di nikahkan dengan Pria bernama Angga pilihan orangtua nya.
Walau pernikahan mereka sudah berjalan sepuluh tahun tapi mereka belum juga dikaruniai momongan.
****
Untukmu, semua hati yang pernah mencintai dan dicintai. Yang pernah di khianati sampai tak ingin hidup lagi. Baca kisah ini dengan hati hati.
****
Sefia menyibukkan diri didapur untuk menyiapkan bekal untuk suaminya berangkat kerja, Ia juga sudah menyiapkan nasi goreng andalannya untuk menu sarapan suaminya.
Angga sudah keluar dari kamarnya dan tampak mengenakan setelah jas resmi.
Sefia yang melihat Angga keluar, buru buru menyiapkan kotak sarapan mengejar Angga yang dirasa keluar terburu buru.
"mas, gak sarapan dulu?" tanya Sefia mendekati
"gak, aku buru buru sekarang akan ada meeting penting"
"ya sudah, kalau gitu bawak bekal ini ya mas, ya? mas harus ngisi perut mas yang kosong dulu biar kerjanya tenang nanti", Sefia menyodorkan kotak makanan
"ga usah, buat apa sih pake bawak bekal segala. di kantor kan sudah ada kantin, aku bisa sarapan disana", sahut Angga tanpa menoleh pada istrinya
"tapi mas, aku sudah..."
"buat kamu sendiri saja, katanya kamu hari ini interview kerja?"
"iya mas"
"yaudah aku berangkat kerja dulu!" ucap Angga kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa memperhatikan raut wajah istrinya yang bersedih.
Sefia menghembuskan nafasnya merasa lelah atas sikap suaminya yang selalu menganggap dia tidak ada dan tak menghargai usahanya.
Kotak makan itu Ia letakkan diatas meja, dengan perasaan teramat sangat kecewa.
Ia bangun pagi pagi hanya untuk menyenangkan hati suaminya tetapi segala usahanya sia sia, bahkan di lirikpun tidak.
tak terasa air matanya mengucur begitu derasnya. Sefia mencoba menahan tangis, mencoba berpikir lebih positif tapi sungguh, kali ini Ia merasa sangat lelah atas sikap suaminya tak pernah menganggap dia ada.
"Sefia, kau tidak boleh cengeng!", ucapnya menguatkan diri sendiri, "mas Angga kan bukan cuma satu dua kali seperti ini. jangan lemah, dia mencintaimu"
Sefia menghapus air matanya, mencoba tenang dan tegar lalu Ia putuskan untuk mengguyur tubuhnya di aliran air dingin untuk menetralkan perasaannya yang mulai kacau, dan dirasa berpikiran kemana mana.
"mas Angga mencintaiku", yakinnya pada diri sendiri.
****
"terimakasih pak, terimakasih", ucap Sefia senang karena akhirnya interviewnya lolos dan dia diterima bekerja.
"iya, sama sama", balas pewawancara, "kau bisa memulai kerja hari ini, Bu Nadin akan membimbingmu"
"mari ikut aku!" ucap Nadin
"baik Bu, mohon bantuannya" Sefia membungkuk memberi hormat lalu pergi mengikuti Nadin.
Nadin mengenalkan Sefia pada setiap divisi diperusahaan, juga memberi tahu letak mesin fotokopi dan lain hal yang menjadi kebiasaan dikantor.
tak luput juga berkenalan pada para senior ataupun rekan satu tim.
"oh ya, kamu kan sudah berkenalan pada semua devisi termasuk rekan satu tim mu. sekarang kebetulan pak direktur ada dikantor, sebaiknya kau memperkenalkan dirimu padanya" ucap Nadin memberi tahu
"iya baik Bu, saya akan keruangan direktur sekarang"
Sefia pun melangkah pergi menuju ruangan direktur utama diperusahaannya.
tok tok tok
"masuk" sahut direktur didalam
Sefia pun melangkah masuk penuh kehati hatian dan sangat gugup karena harus bertemu memperkenalkan diri pada pemilik perusahaan.
Sosok pria itu tak terlihat karena sedang duduk berbalik memunggunginya, dan ketika direkturnya membalikkan kursi untuk berhadapan dengannya. Sefia refleks membungkuk memberi hormat.
"perkenalkan nama saya Sefia Andini, mohon bantuannya" ucap Sefia membungkuk memberi hormat
"F I A"
eh
Sefia kaget karena direkturnya menyebut namanya yang tak asing, dan memberanikan diri untuk berdiri lurus menatap Pria yang tengah duduk dikursi kerajaannya.
"ini beneran kamu Fia? aku gak nyangka ketemu kamu lagi disini" ucap Pria itu senang
"Dedi?" Sefia juga kaget karena tak mengira akan bertemu dengannya disini, terlebih dia adalah pemilik perusahaan.
Ketika Sefia sadar akan posisinya dan telah lancang memanggil namanya tak sopan, Ia langsung menunduk, "maaf, saya tidak tahu kalau Anda direktur perusahaan ini, maaf atas kelancangan saya?"
tanpa menjawab permintaan maaf Sefia, Dedi langsung beranjak dari duduknya dan langsung memeluk Sefia dengan erat.
"pak, tolong jangan begini! lepaskan saya pak"
"Fia, aku merindukanmu. aku tidak mengira Tuhan telah mengembalikanmu lagi kepadaku"
"Bapak direktur!" ronta Sefia melepas pelukan erat Dedi, "tolong jaga sopan santun Anda, saya ini bawahan Anda!" tegas Sefia
"tapi Fi..."
"maaf, sepertinya saya harus mengundurkan diri hari ini" ucap Sefia kesal dan hendak melangkah membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan Dedi.
"tunggu!" Dedi menggapai lengan Sefia, "maaf aku tidak sadar dan berlaku tidak sopan, kembalilah bekerja. anggap saja hari ini pertamakalinya kita bertemu!"
"terimakasih pak, saya undur diri dulu"
Sefia pun undur diri melangkah pergi meninggalkan Dedi dan kembali ke meja kerjanya.
ada perasaan berkecamuk dalam hati Sefia, Pria yang dahulu sangat Ia cintai, cinta pertamanya waktu sekolah dahulu. Kini tak disangka mereka bertemu kembali setelah sepuluh tahun lamanya.
ya, tepat saat Sefia menikah karena desakan orangtuanya. Ia pergi begitu saja tanpa kabar dan meninggalkan cinta pertamanya dan kini mereka harus bertemu kembali pada saat yang tidak tepat.
"Dedi, maafkan aku", Sefia menghapus air matanya yang meluap mengingat bagaimana begitu kejam dirinya terhadap Dedi mantan kekasihnya dahulu.
Sedangkan Dedi menatap nanar biodata milik Sefia yang berada digenggamnya.
"Fia, aku tidak menyangka kita akan bertemu kembali, tapi kenapa kau tega meninggalkan aku dahulu dan lebih memilih menikah dengan pria lain, kenapa Fia?!"
Dedi *** Biodata milik Sefia lalu melemparkannya dengan kasar, Ia menjambak rambutnya dengan gusar sama seperti suasana hatinya yang terasa sakit.
walau ikatan cinta mereka sudah berakhir sepuluh tahun lamanya, tetapi cinta milik Dedi tetap utuh dan terjaga.
"aku masih mencintai mu, Fia"
****
Sefia pulang pergi dari perusahaanya bekerja selalu menggunakan Busway, ketika Bus berhenti dihalte dekat rumahnya. Sefia selalu berjalan kaki seorang diri menggunakan hak tingginya yang menyakitkan tumitnya.
karena lelah, bahkan Sefia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan bahkan mengikutinya pulang kerumahnya.
"bocah, sini!" panggil Dedi pada salah satu anak yang sedang bermain bola.
"apa om ganteng?" tanya anak itu
"ini uang untukmu, tapi kau harus melakukan sesuatu untukku!"
"apa om?"
Dedi memberikan sebuah hansaplast, "berikan pada tante itu ya", menunjuk Sefia yang tengah berjalan sedikit pincang, "tapi jangan bilang kalau ini dari om ya?"
"oke om ganteng, siap!"
lalu anak kecil tersebut menuruti perintah Dedi dan berlari mengejar Sefia yang tengah berjalan pincang dan berkahir duduk mengistirahatkan kakinya.
"kaki tante sakit ya?" tanya anak itu, "ini buat tante" memberikan hansaplast
"wah makasih sayang, kau baik sekali", ucap Sefia sembari mengacak rambut anak kecil tersebut dengan gemas.
"aku pergi main bola lagi ya tante?"
"iya sayang, makasih ya?"
"makasihnya sama om ganteng aja ya tante, oke!" ucap anak itu ketika berlari pergi
"om ganteng? ah, aneh aneh saja"
Sefia tertawa lalu menempelkan hansaplast pada tumitnya yang terluka.
****
Sefia tengah merebahkan tubuhnya diatas sofa, lalu memijit kakinya yang terasa pegal dan masih sakit karena lukanya.
lalu suaminya Angga datang, pulang kerja.
"mas, udah pulang?" sapa Sefia mencoba berdiri lalu membantu suaminya melepas jas kerjanya.
"iya, haduh kerjaan numpuk banget hari ini. capek", keluh Angga sembari melepaskan kancing kemejanya.
"kalau capek, Sefi siapkan air hangat untuk rendam tubuh mas biar pegel pegelnya pada hilang"
"ah iya cepetan, aku ingin berendem bentar terus tidur, capek banget nih" ucapnya tanpa menoleh pada Sefia.
"baik mas, Sefi siapkan dulu"
walau harus berjalan pincang, menahan rasa sakitnya. Sefia mencoba melakukan yang terbaik untuk menyenangkan suaminya.
setelah Sefi sudah selesai menyiapkan air hangat di bak mandi, Sefi lantas memanggil suaminya yang tengah asik menonton televisi.
"mas, air hangatnya udah siap tuh"
tanpa menyahut ataupun sekedar berterimakasih, Angga langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berendam.
sementara Sefia semakin merasakan sakit pada tumitnya.
lalu Ia merebahkan tubuhnya lagi diatas ranjang bersiap untuk tidur ketika suaminya keluar dari rendamannya di kamar mandi dalam.
"akh sakit" keluh Setia sambil memijit lagi kakinya dengan pelan.
lama setelah itu Angga pun keluar berlilit handuk dipinggangnya, tanpa memperhatikan istrinya yang kesakitan, Angga langsung menuju kamar ganti untuk mengenakan piyama.
"mas, tumitku sakit. bisa tolong ambilin obat di dalam lemari kamar tamu?"
"ya ampun Sef, cuma sakit tumit doang udah manja banget. mas lagi capek, ambil sendiri aja kan kamar tamu cuma sebelah gak jauh!" sahut Angga sambil naik keatas ranjang merbahkan tubuhnya
"iya mas, gak apa apa kok kalo mas lagi capek", ucap Sefia pada suaminya yang tengah tidur miring memunggunginya.
kemudian Sefi berjalan pelan menuju lemari kamar tamu, terasa sakit hingga dia menangis.
tapi kali ini Ia menangis bukan karena rasa sakit pada tumitnya, tetapi karena perlakuan suaminya yang tak peduli padanya.
****
"selamat pagi" sapa Sefia pada rekan kerjanya yang sudah datang terlebih dahulu
"pagi Sef, oh ya ini ada kiriman buatmu" Nana memberikan sebuah kotak cantik terdapat pita diatasnya.
"kiriman, buatku?" tanya Sefia lagi tak percaya
"iya, ini tercantum namamu 'Sefia Andini', bener kan?"
"eh iya, tapi apa ya?"
Lalu Sefia membuka kotak cantik tersebut dengan hati hati.
"sepatu?" Sefia mengambil sepasang sepatu tersebut kemudian Ia langsung mencoba kenakan dikakinya, "pas banget, cantik"
Sefia berdiri mencoba berjalan mengenakan sepatu hadiah tersebut, "wah enak banget, gak kaku dan gak sakit ke tumitku, enteng banget"
Sefia begitu senang mendapatkan hadiah tak terduganya, "ini pasti mas Angga yang membelikanku, padahal sepatu ini kelihatannya mahal sekali", ucapnya girang lalu mengambil ponselnya yang Ia letakkan diatas meja, "aku harus mengucapkan terimakasih padanya"
Sefia menelfon suaminya, Angga.
"hallo mas", sapa Sefia girang
"apa sih nelfon nelfon? aku sekarang lagi rapat tahu, ngomong dirumah saja!"
"tapi mas a..."
belum juga selesai berbicara, Angga langsung memutus sambungan telfon Istrinya.
"padahal mau ngucapin makasih, tapi gak apa apa deh, yang penting mas Angga masih peduli sama aku, aduhhh senangnya" ucap nya senang sambil memeluk kotak Sepatu.
****
"hadiah yang ku kasih udah dia terima?" tanya Dedi pada Nadin sekretarisnya
"sudah pak, dia seneng banget kayaknya" sahut Nadin
"ah untunglah, tapi kamu udah pastikan gak ada yang tau kalau kamu yang menaruh kotak hadiah itu di mejanya kan?"
"sudah pak, tenang. Nadin udah pastikan hal itu"
"ah baguslah, kau memang bisa diandalkan"
Dedi tersenyum senang dan perasaannya begitu lega karena wanita yang dicintainya tidak menderita sakit lagi karena harus memakai sepatu haknya yang sudah usang dan kualitasnya sangat jelek hingga menyakiti tumit.
dan sekarang akhirnya Dedi dapat melihat Sefia dari kejauhan dengan melangkahkan kakinya dengan senang, tanpa berjalan pincang karena menahan kesakitan.
"hei bocah, sini!" panggil Dedi lagi pada anak yang sama
"apa om ganteng? mau ngasih sesuatu untuk tante cantik itu ya?" menunjuk Sefia yang tengah duduk membaca buku dibangku taman dekat arah rumahnya.
"dih, kamu tau banget sih", mengacak rambut anak tersebut gemas, "berikan permen lolipop ini pada tente cantik ya?"
"lalu, buatku mana?" tanya anak tersebut cemberut
"aduh", Dedi menggaruk tengkuknya bingung pasalnya dia hanya membeli satu permen, "nanti om belikan eskrim aja gimana?"
"oke boleh, tapi janji ya gak pake bohong?" anak itu memberikan jari kelingkingnya untuk mengikat janji, lalu Dedi menyambut ikatannya
"oke om janji"
Lalu anak tersebut berlari lagi mendekati Sefia yang tengah duduk santai sambil membaca buku.
"hai tante cantik"
Sefia menoleh menjawab sapaan, "hai, kamu gak ikut maen bareng temenmu?"
Ia menggeleng kepalanya, "ini buat Tante" memberikan permen lolipop tadi lalu langsung berlari pergi
"makasih ya", teriak Sefia pada anak yang memberikannya permen dan berlari pergi
"hah permen? Lolipop?" gumam Sefia sembari mengingat kenangan tentang permen ini.
Ia ingat dengan jelas. Dulu saat Sefia masih duduk dibangku sekolah, Ia ingat sekali dihari pertama dia menyatakan perasaannya pada pemuda yang disukainya.
"Ded, a....aku menyukaimu", ucap Sefia gugup pada pemuda yang tengah berdiri didepannya.
lalu Sefia langsung menutup matanya karena gugup, kemudian menjulurkan kedua tangannya memegang sebuah permen lolipop sebagai tanda cintanya.
"kalau kamu juga menyukai ku dan mau jadi pacarku, ambil permen ini", ucap Sefia memejamkan mata, "kalau kamu menolak, kamu tinggal berbalik dan berjalan meninggalkanku"
Dedi hanya tersenyum tanpa menyahut ucapan dari Sefia.
"oke ya, aku hitung sampai tiga"
"satu..."
"dua..."
Sefia memberi Jeda karena Dedi belum juga mengambil permennya, Ia semakin dag dig dug dan tambah merapatkan matanya yang terpejam.
"tiga"
CUP
Seketika itu juga, pada saat hitungan terakhir. Dedi mengecup bibir Sefia dan mengambil permen yang genggamnya.
Sontak Sefia langsung membelalakkan matanya dan mematung seakan tak percaya,
Dedi kemudian mendekatkan dirinya disisi pipi Sefia, "mulai detik ini, kita berdua pacaran"
CUP
kecupan dari Dedi lagi melayang dipipi Sefia yang mematung, sebelum Ia melangkah pergi meninggalkan Sefia.
"Aaaaaaaa" teriak girang Sefia sambil memegangi kedua sisi pipinya, "aku pacaran, aku pacaran, Dedi i love you"
"ha ha ha", Sefia tetawa mengingat masalalu sembari memandangi permen lolipop yang Ia genggam didepan matanya.
Dedi yang melihat Sefia dari kejauhan juga tersenyum senang.
"om, ayok belikan aku eskrim!" pinta anak kecil itu
"oke, hayok!", Mereka berdua pun langsung pergi ke supermarket terdekat guna membeli eskrim
****
"oh ya, namamu siapa?" tanya Dedi
"namaku Alan om, kalau om mau memberikan tante cantik hadiah lagi. panggil aku aja om"
"cih, tapi kau ikhlas gak bantu om?"
"ikhlas om, eskrim aja gak apa apa kok om"
"itu sih namanya gak ikhlas tahu"
"he he he"
Dedi gemas mencubiti kedua pipi Alan yang bulat bak buah apel.
****
malam ini Sefia memakai baju tidur terbuka, dan berdandan untuk menyambut suaminya
pulang. sebagai tanda terima kasih atas hadiah sepatu yang diterimanya.
"kira kira mas Angga seneng gak ya kalo aku dandan kaya gini?" gumamnya sambil menepuk nepuk pipinya senang
tak lama kemudian suaminya pun pulang dan Sefia datang membukakan pintu lalu menyambutnya,
"mas, tadi Sefi telpon tapi kok malah di matikan sih mas?" tanya Sefia manja pada suaminya sembari membantu melepaskan kemejanya
"mas kan tadi sedang rapat, seharusnya kamu itu lebih ngerti. jangan hubungin mas disembarang waktu, mas gak suka itu"
"iya mas, maaf!"
Angga kemudian ke kamar ganti untuk mengenakan piyama tapi Sefia memeluknya tiba tiba dari belakang.
"Sef" Angga menyuruh Sefia melepas pelukannya
"gak mau, aku kangen" Sefi enggan melepas pelukannya, tapi tangan Angga yang kokoh mampu melepas jemari Sefia yang melingkar lalu berbalik menghadapnya.
"jangan sekarang ya!", memegang kedua sisi pundak Sefia, "mas lagi capek"
"tapi mas, kita kan udah lama gak tidur bareng?"
"mas juga pengen Sef, tapi kamu tahu sendiri mas sibuk kerja terus capek banget"
"Sefi juga kerja loh mas, Sefi mau cepet cepet ngasih cucu buat mama Lidia", ucap Sefia membuat Angga kesal
"mas bosen Sef ngomongin tentang anak terus, kita kan udah nikah sepuluh tahun, gak usah bahas soal anak lagi"
Sefia hendak memeluk tubuh suaminya kembali, tapi Angga langsung menghindarinya. Ia langsung naik keatas tempat tidur dan dan langsung masuk ke dalam selimut.
"aku mau tidur dulu, capek!"
Sungguh hati Sefia kecewa, Sefia merasa suaminya seakan menjauh dari dirinya. Seakan sudah tidak tertarik lagi akan dirinya yang dulu pernah Ia cintai.
Dia disampingku tetapi kenapa aku merasa jaraknya begitu jauh?
Sefia menghembuskan nafasnya kasar lalu ikut masuk kedalam selimut bersama dan memeluk tubuh suaminya yang telah memunggunginya.
"maaf kalo Sefi udah gak ngertiin mas? maafin Sefia ya mas?!"
"hm", sahut Angga serak karena sudah masuk dalam tidurnya yang dalam.
"makasih hadiah sepatunya ya mas ya?", ucap Sefia lalu menghadiahkan kecupan di pipi suaminya
"kamu ngomong apa sih, Sef? mas kan sibuk, ngapain kamu minta hadiah sepatu" sahut Angga parau
"loh jadi bukan mas yang...."
"udah hayo tidur! mas capek banget"
Semula pelukan hangat yang erat untuk suaminya, kini mulai perlahan Ia lepaskan.
Ia membalikkan tubuhnya, hingga mereka berdua tidur saling berpaling dan memunggungi.
lain hal dengan Angga yang sudah tenggelam dalam tidur lelapnya, Sefia kini tangisnya memuncak.
Rasa kecewa, sesak bahkan rasa sakit kini Ia rasakan. hal ini seperti rutinitas setiap hari, selalu menangis dalam diam merasa tak dianggap dan tak dihargai lagi.
"aku kecewa sama kamu mas"
****
"sayur sayur, belanja buk?" teriak tukang sayur mayur keliling komplek
Kini para ibu ibu biasa berkumpul di Pagi hari untuk membeli beberapa macam jenis sayuran serta rempah, tak terkecuali Sefia juga.
"aduh Neng Sepia pagi pagi udah dandan rapi", ucap salah satu ibu ibu komplek
"ah iya nih buk, mampir belanja sayur dulu sebelum berangkat kerja", sahut Sefia sambil memilah beberapa sayur yang akan dibelinya
"aduh Neng ini masih kerja aja, kan suaminya udah kaya, ngapain masih kerja?"
Sefia hanya membalasnya dengan senyum, "saya kan lagian gak ada kerjaan buk selama nungguin mas Angga pulang kerja, jadi lebih baik saya keluar bekerja"
"ya makanya Neng, punya anak!" celetuk salah satu ibu ibu yang lain
Deg
Perkataan itu bagaikan sebuah tamparan keras yang menyakitkan, dan Sefia tidak ingin menjawab yang nantinya akan menimbulkan permusuhan.
"emangnya si Neng gak mau punya anak? si Nafis yang baru nikah aja udah hamil loh Neng"
"saya juga pengen banget punya anak Buk, tapi kalo Tuhan belum ngasih ya mau gimana lagi"
"Neng udah sepuluh tahun nikahnya loh kapan punya momongan? gak mau ikut program gitu?"
pertanyaan mereka sungguh sangat sensitif dan melukai pribadi, membuat Sefia tak enak hati.
"udah nih bang uangnya, kembaliannya Abang ambil aja", ucap Sefia kepada Abang sayur, "saya permisi duluan ya Buk, ya!"
lalu Sefia buru buru meninggalkan kumpulan ibu ibu komplek yang memang hobinya suka mencampuri kehidupan rumah tangga oranglain.
"Ah Baperan aja. Basi basi doang kenapa sewot sih" ucap mereka ketus pada Sefia yang telah berjalan pergi
"iya kebangetan deh, awas aja kalo suaminya gak betah terus minta anak sama perempuan lain"
"iya bener Buk, amit amit jabang bayi, ih!"
****
Sefia menutup pintu rumahnya lalu berdiri bersandar pada pintu, Ia menangis merasa sakit karena perkataan ibu ibu tadi Ia mendengarnya sangat jelas, membuat hatinya tak tenang dan juga sesak.
"Sef, mana sarapanku?" teriak Angga diruang belakang
"oh iya mas bentar Sefi ambilin"
Buru buru Sefia mengusap air matanya kemudian segera mengambil menu sarapan yang sudah dibuatnya kusus untuk suami tercintanya.
"ini mas sarapannya", menyodorkan makanan yang spesial dibuatnya
Angga mengambilnya lalu melahapnya
"gimana mas rasanya, enak?" tanya Sefia penuh harap
"ya lumayan, yang penting kenyang lah"
"ah, iya"
Sefia pun kecewa karena tidak pernah sekalipun suaminya memuji dirinya bahkan masakan yang sudah susah payah Ia buat.
****
Sefia sepanjang perjalanan menuju ke kantornya, Ia pusing karena begitu banyak beban pikiran yang menyelimuti dirinya sehingga Ia kurang tidur bahkan mengesampingkan kesehatannya.
Ia berjalan linglung merasa pening, apalagi sinar matahari yang menyengat dimata sensitifnya yang baru saja habis menangis.
Sefia kini berjalan pelan ingin menyeberang jalan, dan ketika lampu hijau untuk pejalan kaki nyala. Ia melangkah di Zebra Cross tapi tiba tiba ada sebuah mobil mengebut tak terkendali dan akan menabrak Sefia yang tengah melangkah ditengah jalan.
Sefia tertegun dan membelalak ketika mobil itu terasa makin dekat akan berlaju menabrak dirinya.
Untung saja seseorang dengan sigap menarik lengan Sefia hingga memutar dan jatuh berakhir dipelukan erat dada bidang miliknya.
Sefia begitu kaget, Ia memejamkan matanya dan tubuhnya bergetar ketakutan.
"Fia"
suara panggilan tak asing itu menyadarkannya, lalu perlahan Ia membuka mata dan melihat sesosok Pria yang begitu dikenalnya.
"Dedi", sontak Sefia kaget, "maaf, maksudku pak direktur, terimakasih Anda sudah menolong nyawa saya" ucapnya kemudian membungkuk memberi hormat
Dedi menahan tawa juga merasa sedih karena gadis yang dahulu begitu dekat dengannya, bahkan sekarang menganggap Ia tak lebih dari orang asing, bagaikan antara Tuan dan Pelayan.
Terbesit dalam pikirannya untuk tidak menyia nyiakan kesempatan ini.
"kalau kau memang ingin berterimakasih padaku, teraktir aku!"
"hm...", Sefia bingung harus berkata apa pasalnya dirinya begitu sangat canggung dan malu ketika bertemu dengan pria yang sedang ada didepannya.
"aku sudah menyelamatkan nyawamu, yang artinya kau juga berhutang nyawa padaku, bukan?" tanya Dedi tersirat dengan akal liciknya
"itu Bapak benar, saya berhutang nyawa kepada Anda. kalau mau nanti siang saya akan mentraktir Anda?"
"ah jangan buru buru, nanti aku sendiri yang akan menentukan tempatnya"
"ah iya baik" sahutnya menuruti
Dedi tersenyum puas lalu mengusap rambut Sefia yang menjadi kebiasaannya dahulu.
"sampai jumpa, Fia" ucapnya kemudian berlalu pergi.
****
Tuhan bekerja dengan caranya sendiri
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!