Shandya Nica Naeswari sedang sibuk dengan para tamu di restoran saat dua bocil berlari masuk ke dalam Restoran miliknya, bahkan sempat membuat gaduh karena tidak menemukan menu yang mereka inginkan.
Nica yang sudah selesai dengan tamu nya dia segera beranjak untuk mendekat pada dua bocil yang sudah membuat keributan sore ini.
" Hallo ganteng, mau cari menu apa ? " tanya Nica dengan lembut sambil berjongkok agar sejajar dengan bocil yang lebih kecil.
" Ayam yang pakai saus keju tapi kejunya warna brown " jelas anak itu dengan manik mata yang terlihat memohon untuk di sajikan menu yang baru saja dia sebutkan.
" Oh menu itu, kapan kalian memakannya sayang ? Soalnya menu itu belum di launching " Walaupun sebenarnya Nica cukup lelah sore ini namun dia tetap bersikap lembut pada kedua bocil itu.
" Kemarin lusa tante, daddy membawa pulang makanan itu dan aku baca tulisan yang ada di tempat pembungkus ayam itu "
" oh oke, tante buat dulu ya kalian duduk aja disini. Nggak boleh kemana-mana " pinta Nica pada kedua bocil itu dan langsung duduk diam tanpa berkata apapun, Nica berjalan masuk ke dalam dapur dan kembali mengenakan celemek. Perempuan itu rela sibuk dengan bahan-bahan yang harus dia olah karena ada dua bocil yang sedang menunggu masakannya, walaupun tubuhnya sudah meminta untuk istirahat.
Perempuan yang sudah hampir dua tahun ini harus rela berjuang sendirian tanpa seorang suami demi kedua anak yang sangat dia cintai, bahkan demi masa depan kedua anaknya dia rela meninggalkan mereka untuk membuka restoran di Jakarta.
" Mbak, aku aja yang masakin buat anak-anak itu " Ucap Ardeo salah satu chef yang Nica bawa dari Klaten untuk menemani dia di Jakarta.
" Enggak yo, berasa ngeliat Micha dan Bita nggak sih ? " Tanya Nica yang masih sibuk dengan tumisan bumbu diatas wajannya.
" Iya ya mbak, jadi kangen dua anak itu. Kapan ya mbak kita bisa pulang ketemu sama mereka ? " Tanya Ardeo sambil menatap dua bocah yang sedang asyik bercengkrama dengan suster mereka.
" Liburan bakal aku ajak ke Jakarta, kita nggak bisa ninggalin Jakarta dalam waktu dekat ini yo. Disini belum seperti yang di Klaten, berasa membuka bisnis baru "
" Semangat mbak, Deo bakal selalu nemenin mbak kemanapun untuk membuka cabang "
" Thanks ya Deo "
" Papi sama mama udah lama nggak mampir ya mbak ? "
" Papi flight ke Amsterdam kemaren, Mama ada di apartemen aku "
" Janji Alloh itu pasti ya mbak, entah sebetapa hancurnya kita pasti akan ada tawa dan senyum kembali "
" Yess betul, jadi inget betapa hancurnya aku sebelum bertemu mereka dan kamu. Thanks ya Deo udah nemenin aku sampai detik ini "
" Deo akan selalu nemenin mbak sampai kapanpun itu, walaupun nanti Deo nikah sekalipun tetap bakal nemenin mbak Nica "
" Ah Deo " Air mata menetes begitu saja di pipi Nica.
Dua tahun yang lalu,
Nica harus merelakan pria yang sudah menemani hidupnya hampir tujuh tahun pergi, setelah sebelumnya dia harus di hancurkan dengan banyaknya hutang yang harus ditanggung. Tidak ada pegangan tidak ada rangkulan, bahkan hal itu sudah lama dia rasakan namun dia selalu bisa melalui tanpa siapapun, namun kali ini dia benar-benar hancur sehancurnya.
Ternyata dia tidak benar-benar hancur, Angkasa Dirgantara dan Nadia Dirgantara mampu membuatnya kembali bangkit kembali. Menjadi penopang dalam hidup Nica hampir enam bulan demi meyakinkan Nica bahwa hidup itu tidak benar-benar menyakitkan seperti apa yang dia alami saat ini. Bahkan kedua orang lain itu bersedia meluangkan waktu demi menjaga Nica yang sedang tidak baik-baik saja, merelakan waktu enam bulannya dan bulan-bulan berikutnya untuk menjaga Nica serta mengusahakan kebahagian untuk perempuan anak pertama yang kini sudah menjadi single mom.
" Mbak, biar aku yang anter makanan ini " Ucap Deo yang melihat Nica melamun dengan air mata yang terus menetes.
" Makasih ya yo "
" you're welcome mbak "
Ardeo berjalan keluar dari dapur dengan naman yang berisi menu pesanan dua bocah yang duduk di dekat pintu keluar.
" Selamat makan " ucap Ardeo saat meletakkan pesanan dua bocah itu diatas meja.
" Makasi om " Ardeo tersenyum lalu membungkuk, dan berbalik hendak meninggalkan meja yang baru saja dia layani.
" Om, nitip salam buat tante yang masakin ini. Masakannya enak sekali "
Dengan berhormat Ardeo bilang " Siap nanti di sampaikan "
Saat kembali ke Dapur, Ardeo sudah tidak mendapati perempuan yang di panggil dengan sebutan 'Mbak'. Walaupun mereka tidak sedarah namun mereka layaknya seorang adik kakak yang saling menyayangi satu dengan yang lainnya.
* * *
Pagi Hari di kediaman Zavian Angga Pramana, pria itu sedang menyaksikan kedua putranya menikmati sarapan.
" Zavi sudah empat tahun dia pergi, Mama bukan tidak ingin membantu menjaga mereka alangkah baiknya kamu menikah kembali. Perlahan buka hatimu, nggak ada salahnya kembali menjalin hubungan dengan orang baru. Agnitha pasti juga nggak mau kamu berlarut seperti ini, mungkin kamu nggak masalah dengan semua ini tapi hati anak siapa yang tahu " Pria bertubuh tegap itu menatap kedua bocah yang masih asyik sarapan, dua bocah yang sudah empat tahun di tinggal pergi cinta pertama mereka.
" Nanti Zavi pikir ma " Ucap Zavian mencoba menanggapi hal baik yang disarankan mamanya padanya
" Daddy anter sekolah " sapaan pagi yang sudah beberapa hari ini terlewati oleh Zavian karena dia harus bekerja.
" Oke daddy, thanks untuk sarapan pagi ini. Chicken yang kita makan seperti masakan mommy dulu " Ucap Anzeel Zayn Pramana pada sang ayah yang hanya di balas dengan anggukan kepala.
" Daddy bisa kita pesan makanan ini setiap aku rindu mommy ? " pertanyaan yang membuat Zavian terdiam sesaat dan menatap kedua bocah yang sudah rapi dengan seragam.
" Aryanka Keyvel Pramana rindu sama mommy ? "
" iyalah Daddy, miss mommy so much "
" Kita kunjungi mommy ya nanti, tapi nanti daddy ada technical meeting dulu di airport. Pulang sekolah kalian bisa tunggu daddy di restoran dekat airport kan ? Makanan itu daddy beli disana "
" Oh oke daddy, ayo kita berangkat " Ajak Keyvel antusias.
" Kita berangkat Oma, Opa "
" Hati-hati kalian "
* * *
Kedua bocah itu turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam sekolah, sedangkan Zavi masih menatap punggung mereka yang semakin menjauh.
Zavian Angga Pramana kembali mengenakan kacamata lalu menginjak pedal gas meninggalkan sekolah anak kesayangannya, menuju airport untuk mengantikan tugas temennya.
" Sorry ya bro, karena gua nggak enak badan jadi lo harus ke sini lagi " ucap Arditya yang masih mengenakan seragam berwarna putih lengkap dengan atributnya.
" Santai bro, daripada gua di rumah pikiran kemana-mana "
" Kasian anak-anak lo bro, sorry nih nggak ada niat buat nikah lagi ? "
" Pengen besarin mereka sendiri aja sih bro, ada mama dan Saras yang bisa bantu gua "
" Mama sudah semakin tua bro, saras masa iya dia nggak akan sibuk sama keluarganya sendiri setelah dia nikah ? ". Zavian Angga Pramana terdiam mendengar ucapan teman seprofesinya, Arditya bukan hanya seorang teman untuk Zavian namun dia juga layaknya seorang Kakak ataupun sahabat.
" Maaf, omongan gua pasti udah nyingung perasaan lo "
" it's oke bro, apa yang lo omongin benar. Tapi biarin natural aja, eh btw chicken yang kita bungkus kemaren apa namanya ? "
" Yang mane bro ? "
" Dari Restoran 'Nae' itu loh, yang katanya lo pesen khusus " Zavian membantu Arditya untuk mengingat makanan yang mereka makan kemarin.
" Oh itu, kayaknya itu belum launching deh bro. Atau mungkin hanya akan di keluarkan pas momentum tertentu, kenapa bro ? "
" Anak gua bilang masakan itu persis masakan mommy nya dan mereka mau beli "
" Mau gua pesenin ? "
" Lo emang kenal sama pemiliknya ? "
" Tahulah, adik angkat gua itu. Anak angkatnya Papi Angkasa sama Mama Nadia "
" Capt Angkasa Dirut maskapai kita ? "
" Iya, gua nggak tahu cerita pastinya seperti apa tapi Papi sama mama angkat dia jadi anaknya. Napa coba nggak angkat gua aja jadi anak mereka, bisa mulus jalan ku ke depannya " Canda Arditya yang membuat Zavian tertawa lepas.
" Capt Angkasa mikir kali bro, punya ponakan kayak lo aja nyusain apalagi angkat lo jadi anaknya bisa makin pusing " timpal Zavian sambil merangkul Arditya dan berjalan berdampingan.
" Hahaha, bener juga kata lo. Btw mau gua pesenin nggak ? kalau iya gua telphone Nica nya biar disiapin "
" Emang bisa ? "
" Bisalah buat mas nya "
" Boleh deh "
Arditya mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungi Nica namun tidak tersambung sampai meeting berakhir, entah perempuan itu sedang apa kenapa susah sekali di hubungi.
***
" Adek lo gimana bisa di hubungi ? "
" Kagak, kita kesana aja "
" Anak-anak gua udah disana, udah makan chicken yang mereka mau juga katanya tadi yang buatin perempuan pakai hijab "
" Oh itu Nica, dia berarti masih disana "
Zavian mengangkat kedua bahunya " May be " lalu berjalan meninggalkan Arditya masuk ke dalam mobil.
" Gua bareng " teriak Arditya dan berlari masuk ke dalam mobil Zavian.
" Lo mau kemana ? "
" Restoran adek gua " Jawab singkat Arditya sambil membenarkan shit belt.
Dua pria itu hanya duduk berdampingan namun tidak saling berbicara, entah mereka sibuk memikirkan apa.
Arditya lebih dulu turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam Restoran.
" Deo, adik gua mana ? " tanya Arditya sambil menepuk bahu milik pria yang sudah berganti pakai menjadi casual itu.
" Udah balik apartemen mas, mama disana. Katanya kasian sendirian "
" Tapi itu mobil masih ada di parkiran " Arditya sebelum masuk Restoran masih sempat memindai mobil milik Nica yang tipe mobilnya hampir sama dengan miliknya.
" Bawa motor aku mas, katanya aku suruh bawa mobil nungguin mas Arditya "
" Oh oke, lo udah mau balik ? " Arditya memastikan pada Ardeo jika dirinya sudah bersiap akan pulang.
" Iyalah mau balik, ambil motor dulu di mbak "
" Bro, gua pamit ya adik gua udah balik apartemen soalnya. Take your time "
" Thanks bro, hati-hati "
Arditya berjalan sambil melambaikan tangannya pada Zavian dan anak-anaknya yang masih asyik makan.
" Assalamualaikum Mama " Nica yang mendapati apartemen miliknya sepi langsung mencoba mencari sosok yang ingin dia temui.
" Mama, , , Ma " ulang Nica sekali lagi dengan terus mencari sosok wanita yang sudah sangat dia cintai setelah ibu nya.
" Waalaikumsalam sayang, mama baru sholat " Nica yang mendengar jawaban itu langsung berjalan lebih cepat kearah kamar sang mama.
" Tidur sini kan ma ? " Pertanyaan yang di lontarkan Nica saat perempuan itu memeluk tubuh wanita yang usianya lebih tua dari dia.
" Iya tidur sini aja, dulu sebelum ada kamu disini mama kesepian kalau di tinggal papi kerja apalagi Flight lama "
" Sekarang udah ada aku, nggak bakal kesepian lagi "
" Iya sayang " wanita itu mengusap kepala dan pipi Nica.
" Mama ikut aku ke Klaten jemput Michael sama Bita nggak ? "
" Ha jemput cucu, kapan ? " Mama Nadia cukup antusias jika soal Michael dan Bita walaupun keduanya bukan cucu kandung.
" Mungkin tiga minggu lagi ma "
" Ikut dong, nanti bilang papi biar ikut juga ke Klaten nya "
" Shiap mama, kita makan dulu yuk. Aku bawa lauk dari Restoran "
" Mama lipat mukena dulu ya sayang "
" Oke ma, aku siapin makanan "
" Iya sayang "
* * *
Saat Nica dan Mama Nadia masih asyik ngobrol serta menyantap makanan tiba-tiba bel berbunyi membuat Nica mau tidak mau reflek beranjak dari kursi menuju pintu.
" Tadi gua ke Restoran " Ucap Arditya saat pintu terbuka dan pria itu langsung nyelonong masuk ke dalam.
" Bukan mas Flight ya ? "
" Batal, mas tiba-tiba demam " begitu mendengar kata 'demam' Nica langsung menaruh punggung tangan di dahi milik Arditya.
" Udah lebih baik dek "
" Makan dulu deh mas ayo, ngomelnya nanti " Nica mengambil satu set peralatan makan untuk Arditya.
" Mama, sehat ma ? " tanya Arditya menyapa tante yang lebih suka di panggil mama.
" Sehat sayang, duduk makan yang banyak biar sehat "
" Nggak usah di suruh dia bakal yang lebih banyak habisnya " celoteh Nica yang membuat Mama Nadia tertawa.
" Biarin sayang, kasian dia nggak ada yang masakin "
" Iya betul ma, tapi semenjak aku disini berasa punya koki pribadi dia. Kadang suka ngelunjak nyuruh-nyuruh masak "
" Astaga adik ngaduan banget, bisa susah ini naik tingkat nya "
" Hahaha, aduin ke papi ya ma "
Wanita itu hanya tersenyum sambil mengangguk kepala, dan sesekali tertawa lepas lihat tingkah laku Nica dan Arditya.
" Ma, kalau aku bawa perempuan ke apartemen boleh ? " Pertanyaan random yang selalu membuat dua wanita di hadapan saling pandang.
" Bawa ke apartemen adik kamu mas, jangan ke apartemen milik kamu "
" Kenapa ? "
" Mama nggak mau kamu buat masalah ya ! "
" Emang mas mau ngapain ma ? "
" Inget kata papi, boleh di apartemen karena nemenin adik oke ! "
" Emang mas ada rencana mau bawa perempuan kesini ? Kapan ? "
" Semangat banget "
" Nanya, mau masakin lah calon Kakak iparkan ? "
" Kakak ipar apaan ? Temen doang, dia balik dari korea mau mampir jakarta dua hari doang sebelum ke Makassar "
" Oh gitu "
" Mama nggak mau ya kamu tinggal satu apartemen sama perempuan, sama adik kamu aja nggak di kasih izin apalagi sama perempuan lain "
" Tapi ma "
" Mas tahu kan papi gimana ? "
" Iya ma, adik nggak masalah kan ? "
" Enggak ma aman "
" Ntar lo sama duda temen gua aja "
" Single emang nggak ada mas ? Yang CEO juga boleh "
" Ada ntar lo pilih aja, tapi mas yakin lo lebih cocok sama duda "
* Kenapa ? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!