'Ah... sampai sini sudah....'
Tubuhku tergeletak bersimpah darah di sebuah gang yang sepi dengan sebuah pisau tertancap di perutku
"Ha.. ha... mati... MATILAH KAU!!!"
Pria itu terus menerus menancapkan pisau itu kepada ku berkali kali. entah sudah berapa banyak dia melakukannya hingga dia kehabisan nafas
"Apakah... kau sudah puas nak?"
Ucapan ku itu membuat anak itu tersentak
Dimanakah kesalahan ku hingga berakhir seperti ini?apakah saat aku membiarkan anak itu lari? ataukah saat aku mulai membunuh?
Aku benar benar tidak tahu....
"Hiks.... hiks...."
Anak yang menusukku mulai menangis, air matanya mengalir melewati pipinya yang dipenuhi oleh darah
Ah... begitu ya... ini semua salah ku... andai saja aku bisa menjadi orang yang lebih baik... andai saja aku bisa pulang lebih cepat...
"Tidak apa apa nak... ini bukan salah mu"
Saat aku mulai membelai kepala pemuda itu kesadaran ku mulai memudar... anak semuda itu akan dikenang sebagai pahlawan yang menghabisi orang yang dipuji sebagai jack the ripper kedua
Jika ada tuhan di dunia ini... bisakah kau memberiku kesempatan kedua untuk menebus segala dosa ku?
Paling tidak... bisakah kau melindungi anak tidak bersalah ini? aku harap anak ini tidak kehilangan masa depannya hanya untuk membunuh ku
Pada akhirnya kesadaran ku mulai menghilang dan hanya menyisakan dunia gelap gulita tanpa akhir
***
Entah sudah berapa lama aku berada disini, namun aku mulai menyadari satu hal, aku saat ini sedang berada di suatu tempat
Dan juga makin lama tempat ini semakin tidak nyaman!!! aku ingin segera keluar!
Aku menggerak gerakan tubuhku dan berakhir percuma saja, aku tidak bisa berbuat apapun didalam sini
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menunggu dengan sabar...
Sabar...
Sabar...
Sabar...
***
Sampai kapan aku bersabar?
Aku sudah berada ditempat ini sangat amat lama berada ditempat ini
Aku mulai merasa sangat tidak nyaman dengan tempat ini sekarang
Pada akhirnya aku berusaha terus menggeliat terus menerus. akibatnya tempat ini mulai mendorongku secara perlahan
Aku yang terus menerus berusaha keluar akhirnya bisa melihat sebuah cahaya tepat dihadapan ku
Saat akhirnya aku bisa keluar bukannya menyerukan kebahagiaanku aku malah mendengar suara tangisan bayi
"Oweeek.. Oweeek!"
Suara itu menggema di kepalaku, meskipun aku tidak bisa melihat aku tahu ada darah berceceran ditempat ini
Apakah ini tempat pembunuhan?
"°€÷£}✓|°×£}}"
Sebuah suara seorang wanita tiba tiba terdengar olehku membuat ku bertanya tanya bahasa apa yang diucapkan?
*Plak!!
Saat kepalaku dipenuhi oleh pemikiran analisis seperti itu bokongku tiba tiba ditampar oleh sesuatu
"Sialan!!! Bokong ku sakit!!!/Oweeek oweeek oweeek!!!"
Bukannya suara makian yang keluar dari mulutku malahan suara tangisan seorang bayi yang keluar dan itu berhasil membuatku terkejut
Tunggu sebentar... Tangisan bayi dan rasa sakit dibookong... Jangan bilang kalau aku telah bereinkarnasi?
Kepalaku dipenuhi berbagai spekulasi hingga aku tidak sadar sebuah tangan hangat mulai memelukku
Aku tidak tahu siapa yang memelukku namun yang pasti dia adalah orang yang baik hati dan ramah jika spekulasi ku benar maka dia adalah ibuku saat ini
Aku yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua sampai detik ini tidak menyangka akan bisa merasakannya
Ah... Dewa masih memberikanku kesempatan... Aku tidak akan menyia-nyiaka nya, aku pasti akan menebus segala dosa dosa ku
Sudah cukup lama sejak aku terlahir kembali, aku akhirnya bisa membuka mataku sendiri!
Untuk lebih jelas aku memiliki seorang ibu yang sangat cantik, berambut hitam legam dan mata merah dengan sepasang tanduk di kepalanya
Dan juga aku memiliki kembaran, seorang kakak laki laki dengan rambut putih dengan mata emas yang memancarkan kelembutan
Untuk ayahku dia seorang pria tampan dengan rambut putih dan mata emas. Sekilas dia terlihat seperti kesatria yang dingin namun sayangnya....
"Wah... Liat bayi bayi kecil ku yang imut ini!!!"
Dia seorang yang sangat amat mencintai keluarganya sampai sampai membuatku kesal
"Edward, sudah berapa kali kubilang. Jangan mencium anak anak kita seperti itu lihatlah wajah Arthur dia terlihat tidak nyaman"
Ibuku memarahi Edward sembari memijat pelipisnya
"Hahaha baik baik maafkan aku Art kecil ku"
Ayahku meletakan ku kembali disebelah Leon, saudara kembar ku yang saat ini sedang bermain dengan boneka kelinci?
"Hei Lucia sayang, kenapa wajahmu seperti itu?"
"Aku khawatir...."
"Apakah itu karena Art?"
Ibu ku mengangguk kecil dengan wajah suram diwajahnya
Tidak seperti saudaraku yang memiliki rambut putih indah, aku memiliki rambut hitam legam dan satu mataku berwarna merah dah yang satunya berwarna emas seperti ayahku
Mata merah dan rambut hitam inilah yang mengindikasikan bahwa aku sebenarnya adalah keturunan iblis
"Aku khawatir dia tidak akan bisa menjalani kehidupan yang sulit. Dimana semua orang menolak keberadaan iblis apalagi setengah iblis sepertinya"
Ibuku tampak gelisah mulai membelai kepalaku dengan lembut
"Kau tidak perlu khawatir dengan hal itu. selama aku masih ada tidaka kan ada seorangpun yang berani mengganggu keluarga kita bahkan kaisar itu sendiri"
Ayahku memeluk ibuku untuk menenangkan hatinya agar tidak khawatir
Dan disaat yang bersamaan mataku mulai terasa mengantuk. Tubuh bayi ini sangat lemah dan sangat tidak bisa diatur sampai bisa tidur dimana pun dan kapan pun
Perlahan lahan kataku mulai tertutup, pemandangan terakhir yang kulihat adalah kedua orang tua ku yang terkikik sambil melihat ku
...***...
*Kedip kedip
Saat aku terbangun kamar ini sudah sangat gelap selama itukah aku tertidur?
Saat aku melihat kesamping aku melihat Leon yang sedang tertidur dengan pulas nya dengan masih memeluk boneka kelinci itu
'Bagus, ini waktunya berlatih mana'
Aku terus menerus menyebarkan kekuatan mana untuk meningkatkan kekuatan fisik ku, kalau tidak salah nama sihir ini adalah body enchantment?
Alasan kenapa aku tahu ini karena ayah bodoh ku yang dengan bangga mengajarkan bayi yang belum menginjak satu tahun sihir dan berakhir dimarahi habis habisan oleh ibuku
Tujuan ku melakukan ini adalah agar aku bisa menghabisi stok mana ku dan meningkatkannya secara alami
Karena darah iblis lebih kental di tubuhku maka mana yang kumiliki pun sangat banyak dan itu cukup bagus
'Fuuu... Itu cukup melelahkan kan- Aduh!'
Sebuah tangan kecil menampar tepat di wajahku membuat ku sangat kesal, saat aku melihat pelakunya itu adalah Leon yang baru terbangun
"Kyaa"
'Ugh... Kau beruntung bocah'
Aku segera menyingkirkan tangannya dan mulai menarik mana dari sekitar ku memasuki tubuh mungilku
*Plak
Aku terdiam sesaat dengan wajah poker dan segera menyingkirkan tangannya dari wajahku
'Fokus... Ayo mulai dari awal kembali'
Aku mulai menarik mana dari alam sekitar dan memasukannya kedalam tubuhku dan mengolahnya kembali agar bisa diguna-
*Plak
"Sudah cukup!!!/Ogayaaa!!!"
"Kyaaahaha"
...***...
"Ya ampun Arthur, kau sudah bangun?"
Saat ibuku masuk ke kamar ku dia terkejut melihat ku yang sudah bangun namun... Sebenarnya tidak
Saat aku sudah tertidur, setan kecil di sebelahku menampar ku lagi dan lagi!
"Tidak! Aku tidak bisa tidur karena dian!/Ogya ga gu gyaa!"
"Hm? Apakah kau lapar?"
"Oh sial/Guu"
Pengaduan kecil ku tidak berakhir mulus, tapi malah menjerumuskan ku kedalam kesengsaraan ini
Ibuku membuka sedikit pakaiannya dan mengeluarkan payudaranya dan menyodorkannya ke mulut ku
"Tidak.. Kumohon tidak!!/Ogyaa"
...***...
*Bruup!
Aku bersendawa ringan setelah minum asi, meskipun hal ini melukai hati nurani ku aku tidak bisa membantah kalau itu makanan yang cukup enak
"Gu gu"
Saat aku menoleh ke sumber suara aku melihat Leon yang merentangkan tangannya mencoba meraih kami
'Oh lihat siapa itu, setan kecil kita sepertinya ingin sarapan juga huh?'
"Hihihi sepertinya Leon kita ingin sarapan juga ya"
Ibuku hanya terkikik sebelum menurunkan ku dari pelukannya dan mulai mengangkat leon ke pelukannya dan mulai menyusui leon
'Haaa.. Sepertinya hidup ini akan jadi cukup menyusahkan'
Lucia POV
Aku terus memandangi kedua anak dengan seksama, berbanding terbalik dengan Leon, Arthur sangat pendiam. dia bahkan tidak menangis saat dimalam hari ini membuat ku sedikit khawatir
"Haa... Lebih baik aku mendiskusikan ini dengan Edward"
*Clack
Baru beberapa langkah dari kamar kedua anakku, aku tiba tiba merasakan reaksi mana dari dalam kamar mereka
'Penyusup? seharusnya tempat ini adalah tempat paling aman di kekaisaran'
Mana hitam mulai berkumpul ditangan ku dan membentuk sebuah senjata, sebuah sabit hitam legam muncul dengan hawa kematian yang sangat pekat dan segera berlari kembali menuju kamar anak anakku
*Brak!!
"Siapa disana!!"
Bukannya menemukan menemukan penyusup aku malah hanya menemukan kedua anakku yang sedang bermain
Tangan Leon tepat berada di tengah tengah wajah Arthur namun memberikan kesan lucu yang menggelitik
"Pft- ahahaha"
Pada akhirnya aku tidak bisa menahan tawaku saat melihat wajah kesal Arthur yang terlihat seperti sedang memakan lemon
"Ogya!!"
Aku cukup terkejut saat Arthur mencoba membenamkan tangannya ke wajah Leon namun tidak kena
"Kyahaha"
Aku segera menghilangkan sabit ku dan segera mengangkat Arthur agar tidak mencoba memukul Leon
Meski aku cukup terhibur dengan pemandangan kedua anakku aku masih tidak bisa tidak curiga dengan reaksi mana yang barusan dirasakan
"Aneh.... apa jangan jangan"
Aku memandangi Arthur dengan sedikit curiga, bagaimanapun dia adalah anak yang memiliki darah iblis paling kental daripada Leon
"Pft- Ada ada saja kau Lucia, bisa bisanya kau berfikir bahwa Arthur yang baru saja melepaskan gelombang mana, bahkan iblis saja tidak bisa melakukannya di umur segitu"
Aku segera menaruh Arthur dan segera pergi dari kamar mereka dengan wajah berseri seri
Arthur POV
"Fuu.. Aku selamat berkat mu setan kecil/gu gu gu gaa"
"Kyaa!"
'Siapa yang mengira ibu sangat sensitif dengan mana, apalagi sabit itu... Itu benar benar keren!!!'
Melihat dari sabit itu yang menghilang dalam sekejap sepertinya itu berasal dari sihir, sihir sangat serba guna
Sepertinya aku haru mencoba beberapa hal saat latihan nanti, tapi sebelum itu...
Aku harus membuat anak ini tidak bisa mengganggu ku lagi
"Bersiaplah kau bocah/Gu gu geee"
'Fu- akhirnya aku berhasil turun'
Setelah perjuangan yang cukup menantang aku akhirnya bisa turun dari tempat tidur bayi itu
"Gaa gaa gaa"
"Sampai jumpa setan kecil/ wa ga ga gaa"
Melihat ekspresi bocah itu membuatku benar benar senang karena akhirnya pengganggu yang menyebalkan itu tidak akan menggangguku lagi
'Baiklah kalau begi mari kita bereksperimen sedikit'
Aku menarik mana yang ada disekitar ku membentuk sebuah bola berwarna biru transparan
'Hmmm bagaimana cara mengubahnya menjadi suatu elemen?'
Aku memandangi bola transparan itu dan memutar otakku mencari cara untuk mengubahnya menjadi salah satu dari elemen yang ada
'Aha!'
Sebuah lampu imajiner muncul dari kepalaku, bagaimana jika kita membayangkan subjek alam itu sendiri, seperti api itu matahari, air itu samudra, tanah itu bumi, angin ya hanya angin
Tapi bagaimana dengan cahaya dan kegelapan?
Aku terus termenung cukup lama sampai sebuah cahaya masuk melalui jendela, sebuah bulan yang semula tertutup oleh awan sekarang bersinar terang bersama bintang bintang di langit malam yang tenang
'Jadi begitu...'
Aku mengimplementasikan langit malam yang indah itu kedalam bola mana yang telah dipersiapkan
Sebuah bola hitam legam dengan pusat bola yang bercahaya ditambah bintik bintik cahaya diarea gelam memberikan kesan malam yang mendalam
'Sihir cahaya dan kegelapan pada dasarnya saling terkait, jika ada cahaya yang terang maka pasti akan muncul kegelapan jika ada kegelapan yang pekat pasti ada cahaya ini adalah hukum dunia'
'Mari bermain sedikit'
Aku terus merubah rubah bentuk bola itu menjadi berbagai bentuk mulai dari ikan, burung, pedang, namun tidak ada yang bisa disentuh karena benda itu hanyalah sebuah energi
'Mari coba padatkan'
Aku mulai mengompres energi itu terus menerus berusaha membuatnya menjadi benda padat
"Eh? Kok menghilang?/wee?"
Energi yang kukompres menyusut tidak menyisakan apapun yang bisa kusebut sebagi sihir
'Dasar tidak berguna!'
Karena kesal aku melemparkan sebuah kain yang tergeletak dilantai, namun tiba tiba kain itu tiba tiba seperti tertahan sesuatu sebelum terjatuh kembali
'Huh?'
Karena penasaran aku mendekati tempat yang sebelumnya dari energi tersebut
'Apakah benda ini belum benar benar hilang? Tapi malah dikompres sampai tidak bisa terlihat?'
Berbeda dengan sihir elemen lain yang bisa dirasakan secara alami, sihir cahaya dan kegelapan sulit untuk dirasakan secara alami seperti apa rasanya disentuh cahaya, seperti apa menyentuh kegelapan
'Lalu bagaimana dengan sabit itu?'
Aku terus berfikir keras mencoba menjelaskan fenomena sabit itu dengan cara yang masuk akal, namun tidak ada yang masuk sama sekali
'Arghh ini benar benar membuat frustasi'
Aku mulai mengacak acak rambut ku dan berbaring menghadap langit langit kamar ku ini
'Seperti dunia fantasi saja'
'Tunggu sebentar... Dunia fantasi?'
Aku segera bangun dan segara memutar otakku dengan susah payah
'Jika ini dunia fantasi maka semua sihir dapat didukung dengan imajinasi bukan?'
Aku segera menghilangkan bola energi super kecil itu dan segera membayangkan sebuah sabit yang dibuat dari kegelapan malam
'Akhirnya'
Sebuah sabit seukuran tubuhku muncul, sebuah sabit berwarna hitam legam dengan sedikit warna merah tercipta dari energi magis ku
'aku berhasil!! Aku ber-ha--sil?'
*buk
Aku terjatuh dan perlahan mataku mulai tertutup dengan sendirinya
'Tubuh sialan'
Ini jelas pengaruh dari tubuh bayi ini yang tidak bisa tidak tidur
...----------------...
"Ya ampun sayang, kenapa kau bisa ada di sini?"
Sebuah suara membuatku terbangun dari tidurku, dan ternyata itu adalah ibuku yang sedang memasang wajah khawatir diwajahnya
'Jangan salahkan aku, salahkan tubuh tidak berguna ini'
Aku hanya bisa menggerutu dalam hati melihat ibuku yang panik
"Ya ampun sayang, badan mu panas sekali"
Ibuku menempelkan tangannya ke dahi ku dengan ekspresi panik segera membawaku keluar dari kamar ku
*Bam!
"Sayang!"
Ayahku yang sedang ganti baju terkejut dengan ibuku yang tiba tiba masuk dengan mendobrak pintu
"Ada apa Lucia?"
"Art... Arthur demam!!"
Ekspresi kaku ayahku seketika runtuh digantikan dengan mulutnya yang terbuka lebar karena terkejut
"Ap- Bagaimana bisa?!"
Dia segera berjalan menghampiriku dengan wajah pucat dan juga terlihat sangat panik
"Aku tidak tahu! Saat aku masuk ke kamarnya Arthur sudah berada di lantai"
"Bagaimana bisa.."
Ayahku memijat pelipisnya dengan wajah frustrasi yang terlihat jelas diwajahnya
"Bagaimana ini?"
"Aku akan panggilkan tabib"
"Tabib? Kenapa bukan pendeta?"
"Jika aku memanggil pendeta kita tidak akan tahu apa yang dilakukan kepada Art kecil kita"
Ibuku hanya menganggu kecil mendengar penjelasan dari ayahku
'Serius... Ini hanyalah demam, kenapa kalian begitu panik'
Aku hanya bisa pasrah melihat kedua pasangan ini terus menerus mengkhawatirkan hal hal sepele
...----------------...
"Ini hanya demam biasa tuan dan nyonya, kalian tidak perlu khawatir"
Ucapan tabib itu membuat kedua orangtuaku menghela nafas lega
"Dia hanya harus beristirahat agar cepat sembuh"
Tabib itu bangun dari tempat duduknya dan mengambil sesuatu dari tasnya
"Ini tanaman warm wind, tumbuk itu dan tambahkan air hangat, aduk itu sampai menjadi bubur lalu oleskan di perutnya itu akan memberikan efek hangat diperutnya tapi hati hati jika kau menaruh terlalu benyak daunnya itu akan memberikan efek seperti terbakar"
Kedua orang tuaku mengangguk dan segera mengambil tanaman herbal itu dari tangan tabib
"Terimakasih Rust, aku berhutang padamu"
"Jangan berterimakasih Edward, akulah yang berhutang padamu, jika bukan karena mu dan Lucia aku mungkin tidak akan hidup saat ini"
Rust tersenyum ramah melihat kedua pasangan itu. Matanya seolah menatap sesuatu yang terlihat nostalgia dibenaknya
"Jadi Rust, apakah kau mau tinggal disini untuk sementara?"
Rust terdiam sejenak dan memandangi kedua pasangan tersebut
"Kenapa?"
"Kami tahu kalau kau hanya berkelana selama ini, jadi apa salahnya untuk menetap sementara, dan juga kami tidak ada orang yang bisa dipercaya yang bisa mengobati anak anak kami selain kamu Rust"
Rust terdiam sejenak sambil mengelus janggutnya yang mulai beruban dibeberapa sisinya
"Baiklah sepertinya aku bisa tinggal untuk sementara waktu disini"
""yay!""
Ucapan Rust membuat mereka berdua berseru senang karena Rust menerima permintaan konyol mereka
Rust hanya bisa tersenyum lembut dan tertawa ringan melihat kejenakaan kedua pasangan tersebut
"Sepertinya kita akan sering bertemu Art kecil"
'Senang bekerja sama dengan mu juga tuan Rust'
Aku tersenyum ringan kepada Rust, namun anehnya dia malah memasang wajah sedih sebagai tanggapan
'Dia pasti punya cerita sendiri dibalik senyumnya itu, sama seperti ku....'
"Kalau begitu biar aku antar ke kamar mu"
"Ah? Ok"
Ayahku menyeret Rust keluar dari kamar, sepertinya ayahku memang sedikit bodoh
"Ya ampun, dia selalu saja seperti itu, jika kau sudah besar jangan tiru itu ya Art"
'Tenang saja aku tidak akan menirunya'
Aku sedikit mengepalkan tangan mungilku dengan tekad agar tidak meniru sikap tak tahu malu ayah ku
"Kalau begitu bagaimana jika kita jalan jalan sedikit?"
"Ha?/Oe?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!