NovelToon NovelToon

Aurora Tanpa Warna

Prolog

Langit adalah keajaiban nyata yang diciptakan tuhan untuk dunia. Langit tetaplah sama, dari awal penciptaan hingga akhir kehidupan. berbagai macam keindahan dari waktu demi waktu, menunjukan kepada manusia akan kekuasaan Tuhan yang maha sempurna.

Rintikan gerimis, lengkungan pelangi, gugusan bintang, kumpulan awan, kehangatan matahari, lingkaran bulan, pancaran senja, kegelapan malam dan ... Keindahan Aurora. sebuah cahaya keindahan di tanah dingin yang abadi, kesejukan dari sebuah tangisan langit dan hal menakjubkan yang disebut dengan keajaiban langit dari utara .

Dengan sebuah kamera, auto fokus dan diafragma. Gambaran langit dan perasaan alam, setiap keindahan itu akan abadi dari bingkai foto melaui lensa kamera.

Hirata Yoan atau yang biasa dipanggil Yoan, menemukan sebuah tujuan yang hadir dalam selembar foto, karena selama ini Yoan selalu  mencari alasan agar dirinya tidak benci kepada hidupnya sendiri.

Suatu ketika....

Sosok gadis cantik berdiri di atas karang dengan tegak menantang langit, aroma kesedihan dapat dirasakan oleh Yoan seperti kerinduan terhadap langit.

Tidak lebih dari seratus meter, Yoan melihat gadis bernama Rea itu, dan ingin tahu keajaiban apa yang akan Yoan temui dari balik arti kesedihannya.

Angin darat bertiup kencang membelai rambut hitam panjang milik Rea, dia merindukan sesuatu di ujung dunia yang jauh dari jangkauannya.

Di balik lautan angin bertiup kencang. Timbul tenggelam membawa aroma dari kesedihan bersama dengan gulungan ombak di tepian pantai Miho, prefektur Shizuoka.

Yoan terpukau .

Ombak datang dan pecah, angin berhembus dan membelai rambut hitam gadis itu, Yoan terdiam dan melupakan semua masalahnya.

*Seperti apa senyuman di balik rambutnya itu .

aku ingin merasakan, apa yang dia rasakan tentang senja ini .

aku ingin melihat, kesedihan seperti apa yang dia miliki  .

dan aku ingin tahu, bagaimana rasanya hadir di dalam kehidupannya .

aku jatuh cinta kepadanya*.

Sejak Rea hadir di atas karang untuk melihat senja yang melintasi Fuji san. Setiap sore, ketika foto pertama dari balik bayangan silau dari cahaya jingga dan biru, Yoan jatuh cinta .

Melihatnya jauh tidak membuat Yoan puas, sejauh Yoan bisa lebih dekat dan ingin melihat apa yang gadis itu nikmati senja menyedihkan di pantai ini.

Langit jingga, awan putih, gunung Fuji dan matahari terbengam dibalik gunung yang berdiri sombong. Perlahan ombak datang dan terpecah di tepi karang, suara burung camar menjerit di tengah laut. Semakin dekat pula langkah Yoan mendekat.

Tubuh kurus dari gadis yang bernama Rea itu, Yoan mencium aroma wangi dari bunga freesia, Yoan memikirkan sebuah makna dari wangi tubuh Rea.

'Harapan.'

Yoan berhenti lima langkah dari belakang Rea, dia seorang wanita yang merindukan senja, seakan berharap sesuatu untuk menemani menemani kesedihan hidupnya.

Langit memberikan cahaya hangat bulan juni, Yoan hadir memberikan keabadian dari sebuah foto. kehadiran Yoan membuat tubuh Rea berbalik, tiupan angin yang mengurai rambut hitamnya, senyum lembut dari lengkungan bibir merah muda dan mata sayu penuh air mata.

Yoan melihat perasaan sedih dan rindu dari tatapan mata Rea, hanya kosong. Setiap saat, setelah hari ini, kemudian lusa, Yoan telah dibuat jatuh cinta oleh Rea.

"Apa kau melihatnya."

ya, aku melihat semuanya.

Rea tersenyum dengan sisa kesedihan membekas dipipi, tapi mata itu adalah bukti dari kerinduannya kepada langit .

Yoan diam, dia merasa keajaiban menghampiri jiwanya, detak jantung terdengar perlahan dan waktu seakan  berhenti saat itu juga.

Langit memberikan jutaan keindahan kepada Rea tanpa bisa dilihat olehnya dan hanya dengan sebuah senyuman sudah mewakili separuh dunia.

Duniaku dalam hidupku.

Dia wanita bernama Rea, seorang gadis yang merindukan langit dari kegelapan abadi di dalam hidupnya dan Yoan jatuh cinta kepada Rea.

Mickey mouse

Hari ini seperti hari-hari kemarin, aku bisa melihat langit dan laut secara bersamaan di tepi pantai Miho, menikmati semua keindahan dari sudut kamera yang aku pegang.

Dari jauh aku bisa melihat, seseorang berdiri dipapan surfing mulai melambaikan tangan kepadaku dan terdengar suara payau ketika lelaki itu memanggil .

"Hei An, sedang apa kau di sana.".

Dia adalah Akasaka Noe, temanku, tidak lebih tepatnya, aku terpaksa berteman dengan Noe. Dia menikmati kegiatan di atas papan surfing, mengikuti arah ombak yang datang untuk meluncur bersama.

Tapi aku tidak perduli... Bahkan berharap kalau ombak itu datang dan membawa Noe pergi dari pandanganku.

Sekumpulan awan-awan kumulonimbus berwarna jingga lambat bergerak di langit sore bulan Juni. Semua terasa begitu dekat dengan pandanganku dan aku pun menikmati suasana damai di pantai ini.

Teriakan para pedagang es serut, pedagang buah keliling, turis lokal, turis mancanegara, orang-orang yang sibuk saling bermesraan dipojokan pantai, atau pun bersembunyi dibalik karang, para penjaga pantai yang berteriak-teriak tidak jelas dari atas kursi kehormatan. Terlihat sibuk, ramai, sesak, berisik dan bau. Tapi memang aku menyukai tempat kelahiranku ini.

Langit biru yang dilapisi warna jingga, dan perlahan senja memudar akan berganti malam.

Noe berlari mendekat dengan membawa papan surfing, tapi aku tidak perduli, karena kamera yang aku pegang untuk membidik ke cakrawala jauh lebih penting, dari pada memperhatikan lelaki bertelan*jang dada dan berlari dengan wajah bodohnya.

Ketika matahari beranjak terbenam disela gunung fuji, aku bersiap dipengaturan diafragma dan efek cahaya, lensa dan bidikannya ke arah karang sebelah kiri dari garis pantai.

Aku ingin mengabadikan setiap hal dari kamera, mengabadikannya dengan bingkai agar semua itu tidak hilang seperti yang terjadi kepadaku.

Noe berjalan mendekat dan melihat semua gambar dari screen kamera kanon Gs30001.

"Wah indahnya, kau memang sangat hebat dalam fotografi An, tapi semuanya terlihat seperti langit ."

Noe yang melihat kagum, hanya saja...

"Apa kau bodoh, jika aku memotret langit dan yang muncul adalah kue dorayaki, maka sudah jelas kalau kameraku rusak ."

Noe melihat gambar yang dari layar kamera, sebuah pemandangan sore, langit biru dan bintang malam, aku mencintai semua keindahan dunia.

Tidak terkecuali, jika ada sebuah celana dalam yang terbang melayang-layang diatas langit, ya itu pernah terjadi sebelumnya.

"Kenapa kau begitu menikmati kegiatanmu sekarang An, bukankah dulu kau itu peselancar hebat dan sekarang kau menjadi fotografer, apa tidak terlalu jauh tujuanmu An."

Aku tidak marah kalau Noe mengatakan hal itu, sejak dulu, aku tidak pernah begitu menikmati kegiatan yang aku jalani.

Hanya saja, saat aku merasa tidak ada alasan yang bisa membuatku menikmatinya, maka aku akan segera bosan dan mencari kegiatan lain.

Itu berlangsung dalam beberapa tahun ini, sejak semuanya lenyap dalam hidup indahku.

"Ini bukan berarti aku sudah tidak melakukannya, hanya saja aku belum memiliki sebuah alasan kenapa aku harus melakukannya ."

Jawabku tanpa memedulikan sikap dari Noe, tapi Noe mengerti atau tidak saat aku mengatakannya, tentu, wajah Noe yang kosong tanpa ekspresi itu, sudah menjawab pertanyaanku .

"Sungguh jalan pikiranmu itu rumit sekali."

Itu yang Noe katakan, tapi tidak untukku.

Ini sungguh sederhana, bahkan lebih sederhana untuk dicerna seorang anak SD sekali pun, tapi otak Noe aku tidak tahu dalam tingkatan yang mana, kemungkinannya anak SD jauh lebih pintar dari Noe.

"Seperti halnya saat ini, apa yang kau inginkan ?."

Tanya aku untuk menjelaskan apa yang ingin Noe ketahui, tapi...

"Aku ?, kenapa kau bertanya kepadaku ." Noe balik bertanya dengan tangannya yang sibuk membersihkan papan selancar.

Sungguh itu membuatku sedikit marah, hanya untuk menjelaskan hal sederhana, aku butuh kesabaran ekstra.

Aku seperti ingin menjejalkan semua buku pelajaran ke dalam mulut Noe agar tercerna dengan baik dan diserap ke dalam otaknya sebagai nutrisi .

"Aku merasa bukan pikiranku yang rumit, tapi otakmu saja yang terlalu sempit." Aku kesal hingga ingin melemparkan kamera di tanganku ini .

"Hehehehe." Dan Noe hanya tertawa.

Memang apa yang aku katakan menurutnya lucu, tentu perkataanku tidak untuk memujinya, hanya saja dia sedikit bangga dengan apa yang aku katakan .

"Jadi seperti ini, aku melakukan apa yang menarik menurutku saat ini."

Aku menjelaskan kembali dengan nada sedikit serius .

"Hmmmm, oh begitu ." Noe menjawab dengan tersenyum .

Apa dia mengerti, sungguh sepertinya dia tidak mengerti sama sekali.

Aku terlalu mudah bosan, jika harus berhadapan dengan sesuatu hal yang monoton, berulang kali, mengulangi, kembali dan berhenti. Berbagai kegiatan yang sama dan saat aku berada di puncak, seakan aku tidak melihat seperti apa dasarnya.

Aku takut terlalu tinggi mendaki dan terjatuh tanpa bisa menikmati seperti apa langkah ketika aku memulainya.

Aku selalu saja bosan.

Untuk berbagai macam sifat manusia di dunia ini, memang sulit untuk menggambarkannya satu persatu. Hanya saja aku menganggap, ada tiga sifat manusia yang bisa aku gambarkan .

Mereka yang tidak menyerah dan terus berjuang .

Mereka yang berhenti dan mundur .

Dan mereka yang menyimpan hal itu hingga menghilang dengan sendirinya .

Dari tiga sifat manusia yang aku gambarkan, aku akan menjadi yang ketiga.

Menyimpan berbagai macam keinginan, hingga aku tahu, aku sudah bosan untuk melakukannya dan menghilang ditelan oleh waktu .

Tapi aku tidak peduli untuk memperhatikan kedua sifat lainnya, karena aku tahu semua adalah pilihan para manusia didalam hidup

Aku hanya melakukan apa yang menurutku menyenangkan saat ini dan tidak tahu seperti apa nantinya .

"Lihat An dia datang lagi.”

Noe menunjuk ke arah karang ujung sebelah kiri dari pantai, tepat dimana arah matahari terbenam dibalik gunung Fuji.

Dia wanita yang selalu aku lihat beberapa bulan ini, walau aku tidak kenal dengan baik, tapi aku seperti bisa merasakan semua isi hatinya.

Aku selalu berpikir, betapa dia sangat setia dalam dunianya, melihat hal yang sama setiap hari, berulang kali, tanpa merasa jenuh sekali pun.

*Aku ingin mengetahui apa yang dia rasakan di dalam kehidupannya.

Apa yang ada di balik pandangannya itu, aku sungguh sangat ingin mengetahui hal itu* .

"Sudah hampir tiga bulan sejak pertama kali aku melihatnya di pantai ini ."

Memang sampai saat sekarang aku tidak pernah sempat untuk bertanya, sedikit pun aku tidak tahu siapa dirinya. Tapi.... setiap hari, pukul lima sore, wanita itu berdiri diatas karang dan menghadap lautan.

Aku ingin mendekat dan mengenalnya, tapi entah untuk alasan apa aku harus melakukan hal itu .

"Nah An kau pun sama sudah dua bulan pula kau masih melihatnya, apa kau menyukainya ?."

Tanya Noe yang masih sibuk membersihkan papan seluncur lucu bergambar Mickey mouse itu.

"Ya memang seperti yang kau katakan, aku jatuh cinta."

Tegas aku menjawabnya, Noe tersenyum mendengar hal yang cukup tabu untuk aku ucapkan.

Sedangkan aku hanya mengarahkan kamera ke arah senja, walau tidak sampai ke titik dimana aku bisa melihat wanita itu, aku merasa bisa mengerti isi hati yang dia miliki.

"An, apa alasanmu bisa mencintainya ."

Tanya kembali Noe, walau dia menanyakan hal itu, apa dia tahu sedikit hal tentang cinta. Aku malas untuk menjelaskan karena mungkin akan membutuhkan waktu yang lama .

"Ini sangat sederhana kawanku. "

Noe duduk di sampingku dan meletakan papan seluncurnya setelah kering dan kehangatan senja di bulan Juli itu pun membuatku damai untuk melanjutkan perkataanku .

"Cinta itu datang, dan kita tidak perlu memikirkan alasannya ."

Ya itu, sangat sederhana .

"Kau itu aneh An ." Jawab Noe.

Tapi tetap saja, dia tidak mengerti sama sekali dan menurutku Noe lah yang aneh, jangan tanya kenapa, karena memang itu sudah menjadi sifatnya .

Senja berakhir, aku setia saat melihatnya pergi dengan setiap langkah penuh ke hati-hatian dan seseorang menunggu untuk menjemputnya pulang.

Entah sejak kapan kegiatan ini berlangsung, aku tidak pernah menghitung.

Pertama kali aku bertemu dengannya, aku tidak pernah ingin melihatnya pergi, berharap senja tidak menjadi gelap setiap wanita itu datang.

kebosanan

Tidak perlu banyak waktu untuk merasa bosan, dalam hitungan minggu pun, sudah membuatku merasa jika semua yang aku lakukan hanya membuang waktu.

Satu demi satu, hal yang pernah aku lakukan datang dan menghilang begitu cepat, hingga aku sendiri tidak mengerti sejak kapan aku berada dalam situasi seperti ini.

Hanya melihat, menginginkan, melakukan dan melupakan .

Walau aku tidak mengatakan bahwa semua itu berhenti di tengah jalan, setiap aku sudah melihat garis akhir dari keinginanku, sesuatu di dalam hati mengatakan .

Ya, semua ini sudah cukup, aku pergi  .

Terus berlanjut seperti mengikuti arus kehidupan, entah kemana hidup akan membawa semua jiwaku.

Hanya sekedar lewat untuk berhenti dan kemudian pergi .

Tapi mungkin suatu hari, pasti ada sesuatu hal yang tidak akan membuatku bosan, sampai aku menemukan hal itu, semua mimpi dan tujuan hanya akan hanyut di arus ini .

"Hoaaammm ".

Bahkan setelah semua yang aku lakukan di hari ini, aku masih saja menghela nafas berat untuk aku hembuskan lagi .

Aku ingin tidur.

Jauh sebelum aku berada dalam kebosanan ini, aku tidak pernah mengerti seperti apa rasa untuk menikmati.

Terkadang aku merasa, bahwa setiap orang selalu menuntunku untuk mengikuti apa yang mereka inginkan.

Aku sama seperti sebuah boneka, aku dipermainkan, dilempar ke sana kemari, aku digerakkan oleh wajah tersenyum dengan kepalsuan. Aku diberikan skenario untuk bisa berakting sesuai dengan keinginan mereka.

Aku merangkum setiap himpunan data dari kisah berbagai macam manusia, tentunya aku memiliki kisahku sendiri.

Sebuah kepalsuan, seperti hidupku, mengikuti jalan yang dipilihkan tanpa bisa menolak.

Aku menipu diriku sendiri.

Hanya bisa diam dan melakukan semua untuk menjadi apa yang kedua orang tuaku inginkan. walau aku tidak menyalahkannya dan aku pun tidak mempermasalahkan.

Tentu aku sendiri sadar, sebuah keluarga hanya ingin melihat masa depan anak bahagia, itu yang mereka inginkan dan aku sangat mengerti.

Tapi jauh dari pada itu, entah seperti apa keinginan yang anaknya dan apa yang dia diharapkan, tidak ada yang bertanya tentang hal itu.

Hanya tahu akan menjadi apa di masa depan, mungkin menjadi ahli matematika itu bisa membuat masa depan anak mereka terjamin.

Dengan menghitung kurs keuangan dan saham bisnis, maka kebahagiaan sudah di dapatkan. Tidak ada yang salah.

Sebagian orang, mungkin mendapatkan pekerjaan tetap dengan gaji lumayan sudah cukup, bahkan jika itu hanya menjadi kasir minimarket.

Itu seperti mereka sudah yang membuang impian, karena tidak ada alasan untuk berjuang, karena didalam masyarakat, cita-cita hanya sebatas pertanyaan dari seorang guru dalam tugas pelajaran bahasa.

"Untuk saat ini, aku ingin jadi pilot, dokter pun tak apa, pengacara juga boleh, atau pun kasir minimarket, sepertinya tidak buruk." Itu yang pernah aku katakan sewaktu sekolah dasar.

Semua itu hanya omong kosong dan penuh kepalsuan, hingga tanpa mereka sadari, tujuan hidup mereka sudah lama hilang.

Mereka berjalan mengikuti arus kehidupan dalam masyarakat mayoritas untuk mencari nafkah demi kelangsungan hidup .

Di umurku yang ke dua belas tahun, aku hanya mengerti seperti apa hasil dari perkalian logaritma atau pun sistem perhitungan energi dalam fisika .

Berulang dan mengulangi setiap rumus yang sama setiap saat, hanya angka dan huruf,  tidak ada yang lain. Seperti.....

'Berjuta kemungkinan di dalam sains, tidak berlaku di dalam hasil mutlak soal matematika ',

Aku sadar jalan hidupku seperti itu, aku tidak memilih sebuah kemungkinan, hanya melakukan sesuatu yang mutlak.

Ayahku pernah berkata .

"Hidup itu tentang sebuah nilai, semakin tinggi nilaimu semakin kamu dihargai masyarakat.".

Itu yang dia katakan, aku mengerti, aku sadar, dan aku tidak menyalahkan hal itu.

Karena dia tidak pernah mengharapkan anaknya diremehkan oleh orang lain, dia ingin menjadikan anaknya orang hebat dan aku tidak bisa menyalahkannya.

Aku tahu, ayah pun sama,

memperjuangkan harga dirinya sebagai seorang ayah demi masa depan yang bahagia untuk anaknya .

Hingga ada saat keinginan memberontak keluar, mengubah setiap pandanganku tentang seperti hidup seperti keinginanku .

******

Aku terbangun kembali dari lamunan. Di dalam kelas setiap tatapan mata bertuju kepadaku.

Aku memperhatikan teman bangku sebelah, Noe yang tampak bahagia dengan tersenyum.

Merasakan aura mencekam sedang mengintimidasi, sadar bahwa aku telah melakukan hal yang membahayakan hidup di dalam situasi ini, aku memperhatikan wajah Noe lagi dan terdengar suara mistik.

"Ehem "

Aku tidak berani melihat ke depan, karena aku tahu seseorang telah berdiri dengan sepatu mengetuk berulang kali .

"Ehem".

Suara itu terdengar lagi, membuat jantungku memompa darah lebih cepat , membuatku ingin segera pergi dari kelas ini .

"Untuk sekian kalinya, kau terus melamun, jadi apa kau siap di eksekusi mati saat ini, Yoan".

Sebuah suara lembut namun menakutkan, seperti mengancam, merasa bahwa nyawaku tergantung dengan jawaban yang akan aku katakan .

"Maaf ibu guru, untuk saat ini saya masih belum bisa melakukannya, karena ujian hidupku masih panjang untuk delapan puluh tahun mendatang dan aku masih belum menyelesaikannya .".

Entah apa yang aku rasakan, hanya saja guru ini membuatku trauma dan aku tidak ingin mengingatnya .

"Tolong perhatikan ke depan, ya ."

Kata seorang guru cantik di sampingku, dia mengatakan itu dengan senyum yang didekatkan ke wajahku.

Hanya saja, itu bukan senyum tulus penuh perhatian, tapi tanda memaksa yang berkata, 'jika kau tidak ingin terlibat dalam masalah, selalu perhatikan pelajaran ini .'

Mungkin seperti itu yang dia katakan didalam makna senyumnya, sungguh aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Kembali guru itu melangkah ke depan, suara yang lembut dengan buku tebal di tangan kanannya, hanya sebatas menunjukkan bahwa dia adalah guru.

Sedangkan kenyataannya, dia akan menggunakan buku tebal, empat ratus halaman berjudul 'cara mengatasi murid bermasalah', salah satunya dengan cara melemparkan ke setiap murid yang coba mencari masalah. sungguh efektif, sederhana dan bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga sekali pun.

Tapi entah kenapa aku selalu ingin menghadapkan diriku ke arah langit, melihat hal yang tidak berujung.

Semakin jauh, semakin banyak hal yang tidak aku tahu, aku mengerti, makna dari ini semua dalam hidupku.

Aku tidak lebihnya seseorang yang hanya pandai di atas tanah, sedangkan di atas langit masih memiliki berbagai macam hal yang menakjubkan.

Aku ingin melihat hal itu .

Di setiap hal yang aku tahu tentang langit dan angkasa, semua bertuju kepada hasil pemikiran orang Jenius. Mereka berpendapat tentang cara kerja sebab dan akibat.

Menggunakan ilmu dari hukum newton untuk mengukur besar gravitasinya kah?.

Menggunakan simulasi ruang hampa untuk meneliti cara kerja angkasa kah?.

Atau mungkin melakukan perhitungan dalam hukum coulomb agar mengetahui hasil dari pengukuran tentang titik muatan tata surya yang diciptakan sang maha kuasa.

Semua itu masih mustahil untuk mengungkap rahasia penciptaan sempurna dari Tuhan maha kuasa dan sampai hari kiamat pun tidak akan ada yang tahu rahasia dari ciptaanNYA.

Semua tidak bisa dijelaskan oleh logika sederhana, seperti yang di katakan oleh para ilmuan itu.

Jika bisa, maka aku selalu ingin bertanya .

'Kenapa masih belum ada yang bisa menciptakan satu dunia buatan tangan.'

Semua hanya memikirkan hal sulit yang tidak pernah berujung, sedangkan memikirkan sebuah kehidupan sederhana pun bisa menjadi begitu rumit.

Itulah manusia, seperti halnya aku .

Jauh dari apa yang aku pikirkan, aku tidak pernah tahu akan seperti apa kehidupan ini. Maka dari itu, tatapanku ke langit ini tidak lebih dari bertanya kepada diriku sendiri .

"Sejauh ini, apa yang telah aku mengerti ?."

Jawabannya mungkin .

“Aku masih belum mengerti apa pun, tentang kehidupan ini .“

Menarik nafas dan dihembuskanz ini adalah cara yang paling sederhana membuktikan bahwa kita hidup, walau tidak mengerti tentang hidup, sekali lagi dan berkata .

"Aaaahhhh aku ingin tidur ."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!