Alena duduk di depan cermin sambil sesekali memberikan polesan lipstick di bibir ranumnya. Padahal bibirnya sudah di poles lipstick oleh Sania, perias wajahnya sekaligus sahabat Alena. Namun, Alena secara tidak sadar terus saja memoleskan lipstick di bibirnya. Matanya menatap cermin tapi pikirannya tidak tau kearah mana.
Sania yang melihat sahabatnya terus melamun, dia pun jadi menggeleng-gelengkan kepalanya karena heran melihat sikap sahabatnya itu. Dia pun langsung merebut lipstick yang dipegang Alena dan meletakkannya di atas meja rias.
"Kamu itu kenapa sih Alena?? Sudah pakai gaun cantik, wajah juga sudah cantik, tapi ekspresi mu sungguh tidak cantik tau.!!" gerutu Sania sambil menyentuh sudut bibir Alena dan memaksanya agar tersenyum.
"Huuhhh..!"
Alena menghela napasnya dengan kasar, dia lalu berdiri dengan tatapan mata masih menatap dirinya di dalam cermin.
"San, aku malas banget hadir ke acara pernikahan dia," ketus Alena sambil menghentakan satu kakinya.
"Kenapa... kamu masih cinta sama dia?? Gak rela dia nikah sama wanita selain kamu, iya??" tanya Sania dengan tatapan meledek.
"Hiss bukan begitu lah," balas Alena sambil kembali duduk di depan cermin.
Setelah 3 tahun tidak bertemu, Alena masih belum siap untuk bertemu kembali dengan Daffin. Daffin adalah kekasih yang sangat dia cintai 3 tahun yang lalu. Sampai akhirnya hubungan mereka hancur saat datang orang ketiga. Karena Alena sangat mencintai Daffin, dia tidak bisa melupakan semua kenangan indah bersama Daffin. Selama 3 tahun pacaran Daffin selalu memperlakukan Alena dengan sangat romantis. Daffin adalah satu-satunya pria selain ayah Alena yang sangat sabar mampu menghadapi sikap manja dan keras kepalanya Alena. Itulah yang membuat Alena tidak bisa dengan mudahnya melupakan Daffin.
"Alena..!! Kamu sudah siap belum sayang sebentar lagi kita berangkat ni." Panggil Bu Dewi bundanya Alena.
Bu Dewi membuka pintu kamar Alena dan langsung menghampiri Alena yang masih duduk di depan cermin. Dia mengkerutkan keningnya saat melihat anak semata wayangnya memasang wajah cemberut bahkan sudah hampir menangis. Dia sangat mengerti perasaan Alena saat ini, bagaimana mungkin Alena bisa tersenyum saat akan menghadiri pernikahan mantan kekasihnya. Walau Alena sempat kabur ke Singapura selama 3 tahun hanya untuk melupakan Daffin, itu tidak cukup untuk melupakan Daffin hingga sepenuhnya.
"Sayang, katanya kamu 3 tahun di Singapura sudah berhasil melupakan dia. Kamu harus strong sayang, bunda percaya anak gadis bunda yang sangat cantik ini pasti akan mendapatkan pria yang lebih baik dari dia." Ucap Bu Dewi dengan nada yang sangat lembut mencoba untuk meyakinkan putrinya. Bu Dewi mengusap kedua sudut mata putrinya yang sudah membendung air mata karena kata-kata bundanya yang membuat Alena menjadi terharu.
"Bunda..!! Hiks" Alena langsung memeluk tubuh bundanya. Dia tidak kuat menahan tangisnya dan menumpahkannya di pelukan sang bunda. Bu Dewi merasa sangat sedih melihat putrinya yang belum bisa merelakan Daffin menjadi suami wanita lain.
"Cup cup, sayang sudah dong jangan nangis.!! Kamu harus kuat, tunjukan kepada Daffin bahwa tanpa dia kamu bisa hidup, tanpa dia kamu juga bisa bahagia,oke.!!" ucap Bu Dewi memberi semangat kepada putrinya.
Alena pun melepaskan pelukannya dan langsung menyeka air mata di kedua pipinya. Dia mulai menunjukan senyumnya dan dengan tekad yang kuat dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa tanpa Daffin, dia bisa hidup bahagia bersama pria pilihannya suatu hari nanti.
"Ya Bunda, Alena selama ini sudah move on dari Daffin sialan itu. Alena bisa hidup dan akan bahagia tanpa dia." Tegas Alena sambil mengangkat kedua tangannya dan menggenggam erat jari-jarinya.
"Ya sayang, kalau begitu bunda tunggu di mobil ya, ayah pasti sudah menunggu juga di mobil." Balas Bu Dewi sambil menepuk bahu Alena lalu pergi dari kamar.
Alena kembali duduk di depan meja rias, dia melebarkan senyumnya yang membuat dia jadi tambah terlihat manis. Dia mengambil kapas lalu menghapus semua make up yang sudah menempel rapi di wajahnya.
"Sania, rias ulang wajahku.!! Aku ingin terlihat lebih cantik dari pengantin wanitanya. Aku akan membuat Daffin menyesal sudah membuang wanita cantik seperti Alena." Tukas Alena sambil menunjukan tatapan yang sangat tajam.
"Siap bos..!!" Balas Sania, dengan penuh semangat dia langsung merias ulang wajah Alena hingga membuatnya terlihat lebih cantik dari sebelumnya.
Setelah selesai merias wajah Alena, Sania langsung mengobrak-ngabrik isi lemari Alena dan mengeluarkan gaun terbaik di dalam lemarinya.
"Sayangku, ganti gaun mu dengan gaun ini. Jangan hanya wajahnmmu yang terlihat bahagai, bahkan warna baju pun harus terlihat bahagia." Ucap Sania dan Alena hanya nurut dengan peraturan sahabatnya itu.
Di sisi lain, Ayah dan Bunda Alena yang sedang menunggu di luar rumah sudah sangat gelisah menunggu putrinya yang tak kunjung keluar. Pak Bisma ayahnya Alena hingga berkali-kali menatap jam tangannya melihat waktu yang terus berjalan dan sudah semakin siang. Saat ini waktu sudah menunjukan jam setengah sembilan pagi, sedangkan acaranya akan mulai jam sembilan. Jarak tempuh dari rumahnya ke rumah keluarga besar Permana memakan waktu hampir satu jam, itulah yang membuat pak Bisma terlihat tidak sabar menunggu putrinya keluar.
"Bun, mana sih putrimu itu kenapa belum keluar juga?" tanya pak Bisma dengan sangat gelisah.
"Sabar dong sayang, namanya juga anak perempuan pasti sedikit lama merias diri." bela bu Dewi sambil mengelus bahu suaminya.
Tidak menunggu lama lagi, Alena pun akhirnya keluar dari dalam rumah. Dengan senyum yang sangat merekah di wajahnya, Alena sudah siap untuk menghadiri pesta pernikahan sang mantan. Alena ditemani oleh Sania teman Alena saat SMP dan juga sahabat sejati yang menemani Alena saat di Singapura.
"Waw sayang, kamu bukan mau merebut posisi pengantin wanita, kan? Kenapa berdandan sangat cantik?" tanya Bu Dewi dengan tatapan kagum karena Alena saat ini sangat terlihat lebih cantik.
"Bunda aku tidak pernah belajar untuk menjadi perusak hubungan orang, jadi mana mungkinlah.!" Balas Alena dengan senyuman tipis namun sangat sinis.
"Sudah jangan banyak bicara nanti kita terlambat.!" Timpal pak Bisma sambil masuk kedalam mobil.
Pak Bisma dan istrinya masuk kedalam mobil yang berada di depan, sedangkan Alena dan Sania mengendarai mobil lainnya. Alena mengemudi sendiri karena semenjak tinggal di Singapura dia tidak pernah di izinkan untuk mengemudi karena orangtuanya terlalu mengkhawatirkannya. Oleh karena itu saat di Indonesia Alena ingin memuaskan dirinya mengemudikan lagi mobil kesayangannya.
"Oh sayang ku sudah 3 tahun aku mengabaikan dirimu, tidak tau aku masih bisa atau tidak mengendarai mu," gumam Alena sambil mengelus-ngelus kemudi mobil.
"Lena kamu kan belum punya SIM, yakin nih mau bawa mobil sendiri?" tanya Sania sangat ragu.
"Tenang saja selama mengikuti mobil ayah kita akan aman," balas Alena dengan sangat percaya diri. Alena pun mulai menginjak gas dan melajukan mobilnya mengikuti mobil Ayahnya yang sudah sedikit jauh.
❤ Alena Arystia Putri
(Ig: Mewnittha)
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Note: Dilarang Promosi, kecuali tinggalkan..
*Like.
* Komentar sewajarnya tentang isi cerita.
*Rate 5 🌟
*Vote
Buat para Readers tercinta jangan lupa juga tinggalkan jejak seperti di atas ya!!
Setelah tiba di rumah keluarga besar Pak Bagas Permana, Pak Bisma dan istrinya langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Keluarga Pak Bisma langsung disambut hangat oleh tuan rumahnya langsung, karena mereka adalah tamu spesial keluarga Daffin.
Pak Bisma dan pak Bagas adalah sahabat sejak kecil dan menjadi rekan bisnisnya saat ini. Pak Bagas memang jauh lebih kaya dari Pak Bisma, namun Pak Bagas tidak pernah sombong dan selalu membantu keluarga Pak Bisma saat mereka sedang kesulitan.
Dulu dua keluarga itu akan menjodohkan Alena dengan Daffin dan bahkan hampir berhasil, namun karena sebab masalah diantara Alena dan Daffin mereka harus berpisah dan Daffin harus menikah dengan wanita pilihannya sendiri.
"Wah Pak Bisma kau membuatku khawatir, kami sudah menunggumu sejak tadi.!" Sapa Pak Bagas sambil merangkul dan memeluk pak Bisma. Begitu pula dengan istri-istri mereka yaitu bu Dewi dan bu Agis.
"Dimana anak gadis?" tanya bu Agis saat melihat ternyata Alena tidak datang bersama mereka.
"Biasa lah katanya Alena ingin membawa mobil sendiri, karena dia belum pandai mengemudi jadi akan sedikit terlambat," jawab bu Dewi disertai senyuman.
"Alena baik-baik saja kan??" tanya bu Agis dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Alena memang anak yang sangat baik prilakunya, orangtua Daffin sangat menyayangi Alena dan sudah sangat menanti Alena untuk menjadi menantu mereka. Namun karena Daffin yang keras kepala dia rela meninggalkan Alena demi mantan kekasihnya yang kembali memasuki hidup Daffin, yaitu Serly calon pengantin wanitanya saat ini.
Tiga tahun yang lalu, Alena memang masih duduk di bangku kelas 2 SMA, sedangkan Daffin sudah berumur 22 tahun dan bekerja menjadi Manager termuda di perusahaan ayahnya. Serly adalah mantan pacarnya saat SMA dan kembali datang memasuki kehidupan Daffin lagi saat Daffin sudah bersama Alena. Karena mereka sama-sama sudah dewasa, Daffin pun memilih Serly untuk menjadi pendamping hidupnya.
"Ya Alena baik-baik saja, sekarang Alena sudah sedikit dewasa dia pasti bisa merelakan Daffin," jawab bu Dewi sambil menepuk bahu bu Agis.
"Maafkan putraku ya sudah menyakiti hati putrimu, aku sebenarnya ingin Alena saja yang menjadi menantuku, aku tidak setuju dengan pernikahan ini, tapi..."
"ssuutttt..!! Jangan berkata seperti itu," timpal bu Dewi memotong pembicaraan bu Agis.
"Anak-anak punya pilihannya sendiri kita akan menyakiti hatinya jika mementingkan keinginan kita saja. Biarkan mereka memilih pasangan hidupnya sendiri pilihan Daffin pasti yang terbaik untuk hidupnya. Percayalah Alena baik-baik saja dia sudah 3 tahun di Singapura pasti hatinya sudah kuat untuk melupakan Daffin." Sambungnya lagi meyakinkan bu Agis yang terlihat sangat mengkhawatirkan Alena.
Bu Agis langsung mengangguki kata-kata bu Dewi, dia lalu menyeka air mata yang hampir menetes dari sudut matanya.
Saat sedang berbincang-bincang, Alena pun tiba bersama dengan Sania. Semua orang tau hubungan antara Alena dan Daffin, para tamu menatap Alena dengan tatapan kasian dan khawatir dengan apa yang Alena rasakan. Namun Alena menyapa semua orang dengan senyum merekah dari bibirnya membuat para tamu tercengang dengan sikap Alena.
"Bukannya itu Alena calon menantu keluarga Pak Bagas tapi gagal," gumam salah satu tamu kepada temannya.
"Ya benar, sudah lama aku tidak melihatnya, sekarang sudah semakin cantik ya," balas tamu lainnya kagum melihat kecantikan Alena.
"Dia terlihat bahagia sepertinya sudah mendapatkan pengganti dan melupakan putra pak Bagas."
"Jika aku jadi Alena tentu saja aku tidak akan sedih berkepanjangan," bisik para tamu,
Dafka yang merasa risih dengan gosip yang menusuk telinganya pun langsung menghampiri mereka yang bermulut besar.
"Kalian bisa tidak jika tidak membicarakan orang lain!" gertak Dafka sambil menatap sinis kepada para tamu. Dafka adalah putra kedua dari keluarga Permana, adik dari Daffin Permana. Semua tamu langsung terdiam takut, karena Dafka terkenal dengan sifat pemarahnya dan suka berbuat seenak hatinya.
Para tamu pun langsung menyapa Alena dengan senyum yang sangat ramah. Alena sedikitpun tidak terlihat sedih walau sedang menghadiri pernikahan mantan kekasihnya. Dalam hatinya dia sedang berperang melawan rasa sedihnya dan menunjukan sikap ceria agar tidak terlihat lemah dimata Daffin.
"Paman dan Bibi apa kabar??" sapa Alena sambil mencium tangan Pak Bagas dan Bu Agis bergantian.
"Baik, Alena. Kamu apa kabar sayang?" balas bu Agis sambil memeluk dan mencium kening Alena.
"Seperti yang bibi lihat, Alena sangat baik-baik saja." jawab Alena sambil membentangkan kedua tangannya disertai senyuman.
"Syukurlah bibi sangat mengkhawatirkanmu sayang," balas bu Agis sambil mengusap ujung kepala Alena.
Mereka dua keluarga pun saling tertawa dan bercanda ria. Sangat jelas di mata para tamu bahwa dua keluarga itu sangat bahagia di hari pernikahan ini.
"Paman, dimana Daffin??" Dengan enggan tiba-tiba saja Alena menanyakan Daffin yang sejak tadi memang belum terlihat.
"Mmm, sepertinya Daffin masih bersiap-siap di kamarnya," jawab pak Bagas sambil melihat kearah tangga.
Alena pun hanya membalas senyuman dan langsung berjalan menuju tangga. Kali ini senyuman Alena terlihat jelas sedikit memaksa hingga kedua orangtua Daffin pun menyadarinya.
"Pah Alena..?" gumam bu Agis sambil menggenggam erat lengan suaminya.
Namun tangan bu Dewi segera menggenggam tangan bu Agis. Dia lalu mengganggukan kepalanya memberi tanda bahwa Alena akan baik-baik saja.
Alena berjalan menaiki anak tangga dan langsung menuju kamar Daffin. Saat di ujung tangga dia melihat kamar Daffin terlihat sedikit terbuka dan Alena pun menghampirinya. Alena sedikit mengintip kedalam dan dia langsung terkejut ternyata di dalam Daffin sedang duduk sendiri di depan cermin.
Jantung Alena berdegup kencang saat melihat Daffin. Padahal dia sudah menguatkan hatinya untuk bertemu Daffin dan memberikan ucapan selamat untuk pernikahannya.
"Alena tarik napas dalam-dalam dan santai, fiuhhh." Alena mengatur napasnya dan berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah merasa dirinya sudah tenang, Alena pun dengan sedikit ragu langsung mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.
Tokkk tokkkk
"Boleh tidak aku masuk.??" tanya Alena dari balik pintu.
"Masuk saja.!!" Jawab Daffin tanpa menoleh kesumber suara.
Alena pun masuk kedalam kamar, terlihat Daffin sedang sibuk kesulitan mengancingkan lengan bajunya tanpa menoleh Alena. Alena pun tersenyum dan langsung menghampiri Daffin yang masih belum juga menatapnya.
"Mas Daffin sudah semakin tua, tapi bahkan mengancing lengan baju pun tidak becus.!" Omel Alena sambil membantu mengancingkan lengan baju Daffin.
Deghh...
Jantung Daffin langsung berdegup kencang saat melihat Alena tiba-tiba menghampirinya dan bahkan membantunya mengancingkan lengan baju. Daffin membulatkan kedua matanya ketika melihat Alena sangat dekat dari pandangannya. Tanpa berkedip dia menatap wajah Alena yang semakin tambah cantik ingin rasanya dia menyentuh pipi mulus Alena.
"Sudah tiga tahun ya kamu semakin cantik," pikir Daffin dalam lamunannya dan tidak terasa bibirnya mulai tersenyum.
"Sudah selesai," Sontak ucapan Alena membuat Daffin terkejut dari lamunannya.
"Ohh terimakasih, aku pikir kamu tidak akan pulang dari Singapura," ucap Daffin dengan suara yang sangat rendah.
"Mas Daffin ku mau menikah tentu saja aku harus datang untuk memberi selamat kepada mas Daffin dan kakak ipar," jawab Alena sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
Daffin terdiam tidak membalas perkataan Alena, dia hanya menatap kedua manik mata Alena, begitupun Alena dia memandangan sangat dalam kedua mata Daffin. Mereka berdua saling tatap tidak mengeluarkan sepatah katapun membuat keadaan menjadi hening.
Setelah tersadar bahwa Alena terus menatap mata Daffin, dia pun langsung melebarkan senyumnya dan langsung mengucapkan selamat untuk pernikahannya.
"Mas Daffin selamat ya atas pernikahanya, semoga rumah tangganya langgeng sampai kakek nenek dan cepat diberi momongan. Doakan juga Alena semoga cepat dapat jodoh.!" Ucap Alena dengan senyuman yang sangat tulus.
Daffin masih terdiam tanpa ekspresi, dia masih dalam keadaan menatap kedua mata Alena membuat Alena merasa sangat canggung. Alena menjadi salah tingkah karena terus ditatap oleh Daffin.
"Mas Daffin jawab apa gitu, Alena capek loh dari tadi ngomong tapi Mas Daffin nya diam aja.!" Omel Alena sambil memanyunkan bibirnya.
"Heh dasar gadis kecil sok kuat kamu capek tersenyumkan? senyummu itu palsu," Gumam Daffin dalam hati.
"Ya ya makasih atas ucapan selamatnya," Balas Daffin sambil mengelus ujung kepala Alena disertai senyuman.
Alena pun hanya membalasnya dengan senyumannya. Setelah sadar bahwa tidak ada pengantin wanita, Alena pun melihat sekitar kamar untuk mencari pengantin wanitanya.
"Dimana Kak Serli apa belum datang??" tanya Alena penasaran.
"Hmm, kau masih berpura-pura memanggilnya kakak, mungkin..... dia tidak akan datang," batin Daffin.
Daffin lagi-lagi terdiam, dia mulai menunjukan ekspresi sombongnya dihadapan Alena. Alena hanya mengkerutkan keningnya saat Daffin tiba-tiba saja merubah ekspresi datarnya.
"Daffin ini sudah waktunya acara dimulai, kenapa pengantinmu belum tiba juga?" teriak Alvin yang tiba-tiba saja datang membuka pintu.
Alvin adalah kerabat sekaligus sahabatnya Daffin, dia adalah wakil Direktur Personalia di perusahaan ayahnya Daffin.
"Alena keluar.!!" bentak Daffin tiba-tiba saja mengusir Alena.
❤ Daffin Permana
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Note: Dilarang Promosi, kecuali tinggalkan..
*Like.
*Komentar sewajarnya tentang isi cerita.
*Rate 5 🌟
*Vote
Buat para readers tercinta jangan lupa juga tinggalkan jejak seperti diatas ya!!
Ketika Daffin tiba-tiba mengusirnya, Alena langsung merubah ekspresinya menjadi sangat kesal. Dia sejak tadi berusaha bersikap baik dan ramah, namun Daffin tiba-tiba saja malah menaikan nada bicaranya. Dengan tatapan kesal Alena pun dengan terpaksa keluar meninggalkan Daffin.
"Siapa bro??" tanya Alvin penasaran sambil menyenggol bahu Daffin dan menatap punggung Alena.
"Alena," jawab Daffin singkat.
"Hah, serius itu Alena tambah cantik dan semok seperti gitar spanyol," gumam Alvin sambil memandang body Alena yang berlalu keluar dari ruangan.
Daffin langsung menatap tajam mata Alvin seolah-olah sedang memperingatkan bahwa tidak boleh memandang Alena dengan penuh nafsu. Alvin pun langsung menciut dan mengerti dengan isyarat dari tatapan mata sahabatnya itu.
"Hey, kau belum menjawab pertanyaan ku, semua orang di bawah sudah menunggu sangat lama kenapa pengantin wanita belum juga datang?" tanya Alvin sedikit khawatir.
"Dia tidak akan datang," balas Daffin singkat.
"Oohh dia tidak akan datang," ucap Alvin mengulang kata-kata Daffin sambil mengangguk-nganggukan kepalanya secara tidak sadar.
"Hah apa?? Serly tidak datang?" sontak Alvin pun langsung terkejut saat menyadari kata-kata Daffin yang mengatakan bahwa pengantin wanitanya tidak akan datang.
Daffin dengan santai langsung menganggukan kepalanya mengiyakan pertanyaan dari Alvin. Alvin menganga tidak percaya bagaimana mungkin dihari yang berbahagia ini pengantin wanitanya malah tidak datang.
"Daffin sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa pengantin wanitanya tidak akan datang? Apa pernikahan ini dibatalkan??" Alvin bertubi-tubi melontarkan pertanyaan kepada Daffin.
Daffin menghela napasnya lalu duduk ditepi ranjang, dia menundukan kepala sambil mengotak-ngatik ponselnya.
"Nih baca.!!" Perintahnya sambil menunjukan layar ponsel yang berisi chat dari Serli.
Alvin pun membaca chat tersebut, dia mulai membulatkan matanya setelah membaca satu persatu chat dari Serli. Alvin tidak percaya bahwa ternyata Serli orang yang seperti itu.
"Dasar gadis pelac*r!!" bentak Alvin sangat kesal.
"Aku tau ini bukan dia yang membalas chat, tapi foto itu membuktikan bahwa benar adanya. Dia sudah punya kekasih lain sejak dulu." gumam Daffin sambil merebahkan tubuhnya keatas kasur.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Alvin dengan wajah serius.
"Katakan kepada orangtua ku bahwa pernikahannya gagal," balas Daffin dengan wajah santainya.
Alvin sudah paham dengan Daffin yang selalu memasang wajah santainya, dia pun langsung bergegas untuk menemui pak Bagas di lantai bawah.
Saat tiba di lantai bawah, Alvin melihat pak Bagas sedang berbincang-bincang dengan sangat bahagia dengan keluarga Alena. Di sana juga terlihat ada Alena sedang bergabung dengan mereka semua. Dengan memberanikan diri Alvin langsung menghampiri pak Bagas dan langsung membisikan apa yang tadi diperintahkan oleh Daffin.
Saat mendengar bisikan dari Alvin, pak Bagas langsung merubah ekspresinya menjadi amarah. Seketika pak Bagas langsung berdiri dan mengepalkan kedua tangannya. Bu Agis, Alena dan kedua orangtuanya pun ikut berdiri dan terlihat khawatir karena pak Bagas tiba-tiba berdiri dengan wajah sangat marah.
"Pah, ada apa??" tanya bu Agis kepada suaminya.
"Anakmu membuat masalah!" jawab pak Bagas dengan suara menekan dan langsung menemui Daffin yang sudah menunggunya di ruang keluarga.
Alena dan kedua orangtuanya hanya saling pandang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Mereka pun kembali duduk sambil menikmati hidangan yang disediakan para pelayan.
"Kenapa ya tiba-tiba paman Bagas terlihat sangat marah," gumam Alena sambil menatap keatas tangga.
Setelah 30 menit berlalu, Alvin datang menghampiri Pak Bisma dan Bu Dewi. Tidak tau apa yang mereka bicarakan pak Bisma dan istrinya langsung mengikuti Alvin manuju lantai atas. Tinggal Alena sendiri duduk di sofa, dia tidak tau kenapa ayah dan bundanya tiba-tiba gelisah setelah Manager Alvin membisikan sesuatu kepada ayahnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi sih kenapa para orangtua terlihat gelisah. Sania kemana lagi ni?" gerutunya sambil melihat kekanan dan kekiri.
Setelah hampir setengah jam Alena sendiri, Sania pun datang menuruni anak tangga dengan langkah kaki yang sangat terburu-buru. Dia langsung duduk di samping Alena sambil mengatur napasnya yang sangat terengah-engah.
"Alena.... ada berita baik, eh berita buruk," ucap Sania terburu-buru.
"Kalau ngomong tu pelan-pelan. Berita baik atau buruk ni??" tanya Alena dengan tatapan aneh.
"Dua-duanya, tadi aku dari toilet gak sengaja nguping pembicaraan ayahmu dan ayahnya Daffin di ruang keluarga," jawab Sania.
"Oke, jelasin pelan-pelan apa berita baik dan berita buruknya??" tanya Alena sambil menghisap minumannya.
"Berita baiknya Daffin gagal nikah," Bisik Sania sambil melirik kekanan dan kekiri takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.
Alena langsung tercengang, dia tidak bisa mengendalikan bibirnya untuk tidak tersenyum. Alena mencoba untuk menahan tawanya, namun tidak bisa akhirnya tawanya pun lepas.
"Hahahaha, serius Daffin gagal nikah??" tanya Alena tidak percaya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ssuuttt, kecilkan suaramu.!" bisik Sania sambil membungkam mulut Alena.
"Serius lah, tapi kamu jangan tertawa di atas penderitaan orang lain, karena ini juga bakalan jadi penderitaan kamu," sambungnya lagi sambil merebut minuman dari tangan Alena lalu menghisapnya sampai habis.
"Hah, kenapa begitu?" tanya Alena heran.
"Karena berita buruknya adalah kamu akan menjadi pengganti pengantin wanitanya Daffin," balas Sania mempertegas kata-katanya.
"Apa??" teriak Alena tidak percaya sambil berdiri karena sangking terkejutnya.
Belum sempat Sania menjelaskan apa yang terjadi, seorang pelayan menyampaikan pesan bahwa ayahnya Alena menyuruhnya untuk ke ruang keluarga.
"Mbak Alena, pak Bisma menyuruh Mbak agar segera keruang keluarga!!" seru seorang pelayan dan Alena langsung menganggukinya.
"Sial, apa benar dengan yang dikatakan Sania. Jangan sampai aku menikah dengan si Daffin sialan itu." gerutu Alena dalam hati.
Alena pun langsung bergegas menuju ruang keluarga yang berada di lantai dua. Setelah sampai Alena langsung membuka pintu dan sudah terlihat wajah-wajah serius semua orang yang duduk di atas sofa. Alena langsung duduk di samping bundanya, dia melihat bundanya sedikit gelisah dan ayahnya terlihat sangat bingung.
"Bun, ada apa? Kenapa kalian semua terlihat sangat tegang?" bisik Alena kepada bundanya.
Bu Dewi hanya menggelengkan kepalanya lalu menatap wajah suaminya. Pak Bisma dan pak Bagas saling tatap satu sama lain, dalam tatapannya seolah-olah sedang bertanya siapa yang akan menjelaskan semuanya kepada Alena. Pak Bagas pun menganggukan kepalanya dan memutuskan agar dia saja yang menjelaskanya kepada Alena, karena ini adalah masalah keluarganya.
"Ehm, jadi begini Alena...... sebenarnya pernikahan Daffin sekarang sudah gagal. Wanita yang di pilih Daffin malah pergi tidak tau kemana. Jadi paman mohon karena kalian dulu pernah bersama, paman mau Alena menikah dengan Daffin." jelas pak Bagas to the point.
Alena tiba-tiba saja langsung berdiri dari duduknya, dia langsung menatap tajam mata Daffin. Dia berpikir ini pasti usul dari Daffin karena dia tidak ingin menanggung malu atas pernikahannya yang gagal. Dia ingin tetap melanjutkan pernikahannya agar tidak menahan malu karena gosip publik yang akan meledak jika pernikahannya sampai gagal.
"Alena tidak setuju.!" jawab Alena dengan sangat tegas dan sedikit berteriak.
"Alena pelankan suaramu dan duduklah.!" bentak ayahnya karena merasa Alena sangat tidak sopan terhadap keluarga pak Bagas
"Ayah!! Alena tidak mau ya menikah tanpa di landasi dengan rasa cinta. Oke, dulu Alena memang mencintai Mas Daffin, tapi dia sendiri yang sudah menghancurkan rasa cinta itu. Jadi sekarang Alena sudah tidak mencintainya dan Alena tidak mau menikah dengannya." bantah Alena kepada semua orang.
❤ Alvin Septiandra
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Note: Dilarang Promosi, kecuali tinggalkan..
*Like.
*Komentar sewajarnya tentang isi cerita.
*Rate 5 🌟
*Vote.
Buat para readerd tercinta juga jangan lupa lakukan seperti diatas yah!!😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!