NovelToon NovelToon

Kampung Pesugihan

Episode 1 di usir mak ju

"aduh mas kok perutku sakit banget yo," keluh sumin di pinggir jalan.

Sumin dan setyo adalah sepasang kekasih yang belum sah, mereka masih menjalin hubungan sembunyi sembunyi karena tak dapat restu dari mak jum, emak sumin.

"Kenapa? Mau haid?"

"Aduh gak tau aku mas, tapi aku dah telat haid sih 2 minggu. Apa jangan jangan aku hamil ya?"

"Hamil? Yang bener kamu min, nanti kena marah emak loh," setyo tampak panik, ia takut bertemu calon mertuanya itu karena sangat galak mirip setan alas.

"Kamu sih mas, aku kan udah bilang pakai sutra gitu loh biar aman. Walaupun kita main di hotel, aman dari amukan warga tapi gak aman dari amukan emak kalau udah kayak gini. Emak pasti marah!"

"Yasudah ayo periksa dulu gimana?"

"Yaudah ayo mas, motormu ambil dulu sana di proyek mu. Aku tunggu sini," titah sumin sambil menekan perutnya yang kram.

Setyo bekerja sebagai tukang bangunan di pinggiran kota tempat sumin tinggal. Mereka saling kenal saat sumin sering mengantarkan makan siang untuk bapaknya ke proyek yang sama dengan setyo.

Pak sukman tau jika anaknya menjalin hubungan dengan setyo, namun karena sumin ngeyel dan tukang nesu jadi pak sukman membiarkan saja selagi masih wajar.

"Ayo dek, mas cuma ada tiga ratus ribu. Apa cukup di bawa ke klinik?"

"Cukup mas, aku ada seratus ribu ini tadi minta sama bapak," sumin lekas naik ke motor setyo, mereka berdua pergi menuju klinik terdekat untuk periksa kandungan. Dengan raut wajah tegang dan kumal karena mereka pergi saat terik matahari, mereka akhirnya masuk ke klinik yang bersih dan dingin.

"Mbak aku mau periksa kandungan, aku udah telat dua minggu," ujar sumin sambil mendekati resepsionis.

"Silahkan ambil nomor antrian ya buk, dikarenakan masih ada pasien lain. Silahkan di sebelah sana," ucap wanita cantik berpendidikan itu sambil tersenyum ramah.

"Mbak bisa abo^ris gak?" Tanya sumin tiba tiba.

"Gendeng, kamu ngapain tanya gitu dek? Aku kan ada, dia anakku jangan sembrono kamu," setyo tampak naik pitam dengan penuturan sumin.

"Maaf ya buk, kami tidak melayani abo^rsi,"

"Walah, yowes," sumin langsung mengambil nomor antrian dari mesin di dekat pintu masuk. Ia dan setyo menunggu antrian dengan perasaan gusar.

"Mas aku takut,"

"Udah dek gak papa, mas tanggung jawab kok. Itu kan anaknya mas," setyo berusaha menenangkan sumin, ia sebenarnya bahagia karena itu artinya ia akan segera menikah dengan wanita pujaannya.

"Mas tapi aku takut di usir emak, kamu tau kan emak galaknya kayak apa? Mana kalau ngomong pedesnya minta ampun. Aku sampe pingin tuli aja kalau emak udah ngomong," keluh sumin.

"Ya namanya juga emak emak, pasti pengen yang terbaik buat anaknya. Tapi dek... Kamu mau kan nikah sama mas?"

"Ya mau lah, kalau gak mau ngapain juga aku mau di kawini mas sebelum waktunya? Kita udah kelon, masa gak nikah,"

"Antrian nomor 43," panggil resepsionis.

"Masuk kesana mbak?" Tanya sumin.

"Iya buk, masuk saja kesana nanti di arahkan bu dokter. Suaminya boleh ikut menemani buk,"

"Ohh....ya terimakasih," sumin langsung menyeret setyo masuk ke dalam ruangan.

Hampir 10 menit sumin di periksa, dokter wanita itu juga tampak tersenyum beberapa kali, "Alhamdulillah buk, ibuknya hamil sudah 3 minggu. ibuknya sehat jadi pertumbuhan janinnya juga bagus,"

"He? Hamil tenan? Bu dok jangan bercanda sampean," sumin langsung bangun dengan mata melotot tak percaya.

"Benar buk, ibuknya hamil. Saya tidak bercanda,"

"Ya allah mas, hamil beneran,"

"Ya mau gimana lagi dek, nasib. Sudahlah mas kan tanggung jawab, mas tidak akan kabur,"

Setelah selesai dan membayar, mereka pulang dengan keadaan gelisah karena takut, "mas apa kita ke dukun beranak aja ya minta di gugurkan?"

"Heh ngawur aja kamu, anak ini gak salah apa apa. Sudahlah dek, lagipula kalau gak gini kita gak bakalan nikah karena emakmu itu gak merestui aku meminangmu. Kamu mau berpisah denganku setelah 2 tahun berpacaran?" Tanya setyo sambil memarkirkan motornya di depan warteg.

"Sudah ayo makan dulu, masih ada sisa uang ini buat makan," ajak setyo masuk ke dalam warteg.

*****

setyo datang ke rumah sumin setelah magrib. Ia membawa martabak khas anak mudah ngapel ke rumah camer.

"Assalamu'alaikum buk,"

"Hehh kenapa kamu kesini? Aku kan sudah bilang aku tidak merestui hubungan kalian," pekik mak Jum saat melihat setyo berdiri di ambang pintu.

"Mak apa sih, mas setyo baru dateng harusnya di suruh masuk dulu. Lagi pula dia kan calon suamiku, mbokya jangan kasar kasar," sumin langsung menghampiri setyo dan membawanya masuk untuk duduk di ruang tamu.

"Loh loh siapa yang izinkan dia masuk? Keluar sebelum mak ambilkan kayu di dapur!"

"Mak aku hamil anaknya mas setyo, aku mau menikah. Ini lihat testpack positif dan ini juga foto usg kehamilan ku tadi di klinik," entah keberanian dari mana sumin tiba tiba mengatakan itu tanpa rasa takut.

"APA!!!!.....pak anakmu pak! Pak! Mbudeki banget sih, bapak!!!"

"Opo sih buk mbokya jangan teriak teriak, udah melam loh gak enak di denger tetangga," pak sukman baru saja selesai sholat magrib, ia langsung menghampiri sumin dan setyo di ruang tamu.

"Ini nih, bapak terlalu memanjakan sumin. Dia sekarang hamil! Anak pria miskin ini! Mau di taruh mana wajah emak? Punya anak gadis satu satunya malah hamil duluan? Mas mu loh min gak pernah ngecewain emak sekalipun. Selalu banggain emak,"

Sumin terlihat menunduk dengan takut, ia sudah tak punya nyali lagi jika sudah di datangi bapaknya. "Maaf mak, pak,"

"Maaf maaf, enak kamu bilang maaf. Udah pergi kamu dari sini,"

"Mak jangan gitu dong mak, aku mau tinggal di sini sama mas setyo. Kerjaan mas setyo kan disini," protes sumin.

"Gak gak, jangan tinggal disini. Kenak sial nanti aku kalau kamu tinggal disini. Bisa bisanya meteng disek, kalau lakimu sugeh gak papa. Lah ini? Min kamu ini goblok banget sih jadi orang! Udah sana keluar dari rumah ini. Gak mau aku nampung anak sial kayak kamu,"

"Heh buk, sudahlah. Biarakan mereka disini dulu sampai besok. Biar mereka bisa urus pernikahan di kua sini, jangan galak galak to buk lagipula ini sudah waktunya sumin menikah," lerai pak setyo dengan lembut.

"Loh loh kok enteng banget cangkem mu pak, aku gak sudi pokoknya! Aku loh cari uang sampai jungkir balik buat kasih makan ini anak. Bisa bisanya malah bikin aku malu. Moh ah! Gah aku liat mukanya lagi!"

"Buk, ibuk," panggil pak sukman saat mak jum memilih pergi masuk ke dalam kamar.

"Sudah, tyo kamu pulang saja. Besok kamu kesini lagi dan urus pernikahan kalian di kua. Bikin selametan kecil kecilan aja di sini, kalau kau geden ya di rumahmu. Aku gak mau mak jum merasakan malu yang berkepanjangan,"

"Nduk, kamu ini juga gegabah sekali, gatel banget jadi wadon. Gak inget ta kamu sebelum melakukan itu pada emak dan bapak? Gak inget kamu pada kami sebelum kelon? Bisa bisanya, sudah kamu tidur di rumah wak mu saja. setyo juga lekas pulang ke kosanmu," usir pak sukman.

"Injih pak kulo nyuwun ngapunten, dek aku pulang dulu ya,"

"Ya mas hati hati, jangan kabur loh. Besok kesini harusan,"

episode 2 digunjing

"wak, wak aku tidur disini ya," ucap sumin sambil menggedor-gedor pintu rumah wawaknya. Namanya karti, beliau tinggal sendiri karena suaminya sudah almarhum.

"Lapo min? Di usir emakmu lagi? Polah apa lagi kamu ini?" Tanya wak ti sambil membukakan pintu untuk ponakannya.

"Udah masuk dulu yok, aku mau cerita sama wawak," ajak sumin.

"Ada apa?"

Sumin dan wak ti duduk di ruang tv, "wak aku hamil,"

"He? Gendeng! Udah kebelet kawin ya kamu? Bisa bisanya, sama siapa? Dimana kamu ngelakuinnya? Sembarang aja kamu ini jadi orang,"

"Sama mas setyo wak, aku di hotel buatnya. Udah beberapa kali juga aku kelon, tapi yang ini kebobolan wak. Takut aku, emak marah marah tadi. Gimana ya wak, aku di usir sama emak. Gak boleh tinggal di sana,"

"Owalah to min min, aku loh udah firasat dari waktu liat kamu sama setyo di pasar. Kejadian juga ternyata, terus calon suamimu itu rumahnya dimana? Setauku dia ngekos kan disini?" Tanya wak ti sambil mengeraskan suara televisi agar cerita mereka tak mudah berhembus ke tembok tetangga.

"Di kampung wak, namanya kampung macan kidul. Aku juga gak tau sih, tapi mas setyo itu bilang kalau udah yatim. Tinggal emaknya di kampung sama embaknya yang sudah menikah,"

"Macan kidul? Plosok tenan ta min, gendeng ya kon cari suami sampe kesana?"

(Nama desa hanya fiktif ya guys, tempat juga tidak akan di sebutkan agar tidak menjadi keributan)

"Ya namanya juga cinta, aku kan ketemu mas setyo di sini. Di kota ini, bukan di kampungnya," kesal sumin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Di sana tu wingit loh min, desanya kayak mati gitu gak terjamah ajaran agama. Pelosok poll, yakin kamu mau nikah sama orang dari sana?"

"Apasih wak, jangan nakut nakutin lah. Lagian mas setyo juga gak aneh aneh kok, buktinya dia juga sholat dan ngaji disini. Itu bukti kalau di sana itu terjamah ajaran agama yang baik," protes sumin.

"Nakut nakutin bapak mu, aku ini bicara jujur. Kan sudah banyak desas desusnya jika kampung sana itu tidak ada masjid sama sekali. Ya walaupun teknologi sudah ada tapi di sana sangat susah,"

"Aduh sudahlah wak, aku mau tidur saja. Pening kepalaku, besok bangunin pagi pagi ya wak,"

"Iya lah, awas subuh kamu gak sholat. Wawak siram kamu pakai air panas,"

"Jahatnya sama ponakan sendiri," gerutu sumin sambil masuk ke dalam kamar yang sudah biasa ia tempati. Itu adalah kamar milik jamal, anak wak ti yang sedang merantau keluar pulau bersama dengan kakak sumin.

*****

"Min bangun kamu!"

"Iya wak ini loh lagi beresin selimut, sabar!" Pekik sumin sambil membereskan ranjang bekas tidurnya.

"Sholat terus mandi sana, awas kamu keluar keluar belum mandi,"

"Wak tadi malem kok aku rasanya gak tidur sendiri ya,"

"Terus sama siapa, demit? Pasti gak baca doa, udah di ajarin dari kecil juga bisa bisanya to min," maki wak ti, walaupun galak namun wak ti sangat peduli dan menyayangi sumin seperti anaknya sendiri. Bahkan ia selalu memberi uang jajan pada sumin dengan alasan ingin mengobati rindu pada almarhumah anak perempuannya.

Wak ti punya dua anak, sama halnya dengan mak jum. Anak pertama wak ti bernama jamal dan yang kedua bernama indah. Indah mengalami kecelakaan bersama bapaknya saat berangkat sekolah, mereka tertabrak kereta api sampai jasadnya tidak berbentuk.

*****

Setelah mengurus pernikahan sederhana di kua, sumin masih tinggal di rumah wak ti. Cibiran dari tetangga terus memenuhi telinganya karena punya suami miskin. Berbeda dengan doni yang merantau dan sukses, kini ia sudah mempersunting maya yang juga seorang PNS.

"Min, jangan lama lama disini sama setyo . Pulang juga kamu ke kampungnya, salam sama ibu dan kakanya,"

"Iya wak ini mas setyo juga lagi ngumpulin uang buat di bawa pulang,"

"Mana suamimu? Dah bangun belum udah jam 7 pagi ini," tanya wak ti sambil mengoseng oseng sayur di wajan.

"Sudah wak, sedang mandi. Maaf ya wak aku jadi di sini karena di usir emak,"

"Udah tau gitu, beli beras gitu loh. Masa aku yang ngasih makan terus,"

"Iya wak nanti," ucap sumin melas.

"Aku pun gak papa kamu tinggal disini, tapi makmu nanti makin marah pasti karena tau kamu numpang di sini. Apalagi berita hamilmu ini kan sudah menyebar kemana mana sampai emak mu tutup toko seminggu," ucap wak ti sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya allah to min, aku ini sampe masih syok dengan kabar hamil dan menikahmu. Kamu jadi gunjingan warga karena punya suami kere hore," lanjut wak ti.

"Wak jangan gitu lah, gitu gitu dia suamiku. Dia juga kasih aku nafkah yang cukup, nanti tak belanjakan. Tenang saja, jangan hina suamiku lagi," kesal sumin.

"Sudah cepat panggil suamimu, sarapan terus kerja sana biar dapet uang. Makmu marah pasti kalau tau kamu di kasih uang dikit sama suamimu,"

*****

Sumin berjalan menuju warung bu sri di dekat rumah wak ti. Rumah wak ti dan emaknya hanya berbeda rt, jaraknya juga lumayan dekat.

"Buk sri, beli beras sama gula,"

"Min, keluar rumah kamu akhirnya," sapa bu halimah.

"Eh iya buk, kemarin kemarin masuk angin jadi ya di rumah saja,"

"Angkatan hamil jadi udah biasa itu,"

Bu sri datang dari dapur saat mendengar obrolan pelangganya, "eh bu, ada sumin juga. Beli apa min? Tumben kamu yang ke warung,"

"Iya buk, mau beli beras 2kg sama gula 1kg, telurnya ½kg aja,"

"Buat wak mu ya?" Tebak bu sri.

"Iya buk,"

"Min, kamu beneran sudah nikah dengan setyo ? Gak nyesel kamu?" Tanya bu halimah kepo.

"Ya gimana mau nolak kan sudah hamil," cerca bu sri.

"Lagian kamu tuh kenapa sih bisa bisanya kelon sama pria kere, masih mending kamu di gibahin warga karena jadi simpananya om om kaya. Kalau ini udah hamil, sama orang kere pisan," lanjut bu sri.

Sumin hanya tersenyum saja, ia bingung mau bagaimana karena ia juga sedang menahan malu dan tangis. Ia sangat sakit hati di cerca para tetangganya karena mencintai laki laki miskin seperti setyo .

"Habis melahirkan jangan lupa kb loh sum, biar gak kebobolan lagi. Kasihan anakmu kalau merasakan miskin dan kekurangan terus,"

"Njeh buk,"

"Ini, totalnya jadi 73ribu,"

"Duluan bu ibu," pamit sumin, ia langsung berjalan cepat untuk pulang ke rumah.

"Kenapa dek?" Tanya setyo yang baru saja memanasi motor bebeknya.

"Aduh mas gak tahan aku sama mulutnya ibu ibu, di bodoh bodohin aku gara gara hamil duluan,"

"Maaf ya dek, sebentar lagi uangnya kekumpul kok. Tinggal nunggu gajian minggu ini, kita pulang ke kampung. Gak akan ada yang gunjing kita karena mereka gak tau kalau kamu hamil duluan,"

"Yaudah sana berangkat mas, cari uang yang banyak ya. Aku juga gak mau ngerepotin wak ti terus,"

"Ya dek, mas berangkat dulu,"

episode 3 gapura macan kidul

"pak," sapa setyo saat melihat pak sukman di proyek.

"Hmm, gimana sumin?" Tanya pria berusia 50 tahun itu yang masih nampak sehat bugar dan perkasa.

"Baik baik saja pak alhamdulilah, kemarin baru saja sakit katanya angkatan hamil," jawab setyo sopan.

"Belum ada niatan pulang ke kampungmu tyo?"

"Insyaallah minggu ini pak, nunggu gajian. Saya juga sudah ijin sama pak mandor untuk berhenti bekerja di proyek ini,"

"Loh emangnya udah ada tabungan selama kamu belum dapat pekerjaan baru?" Tanya pak sukman khawatir, pasalnya setyo akan memawa putrinya pergi jauh ke pelosok. Ia takut sumin kelaparan dan terlantar karena setyo tak punya pekerjaan.

"Di kampung emak punya sawah pak, lumayan juga uangnya. Embak saya juga punya warung jadi bisa bantu bantu berjualan agar dapat uang,"

"Halah gak pasti banget itu, sudahlah mending di sini saja. Gak jelas, awas ya sampe anakku menderita sama kamu tyo!" Ucap pak sukman dengan mata melotot.

"Insyaallah enggak pak,"

*****

"Min, min woy! Mbudeki banget sih ni anak, min! Suminten!" Teriak mak jum dari luar rumah wak ti.

"Apa to mak, sabar gitu loh aku lagi nyuci di belakang. Lagian kan bisa masuk dulu duduk duduk disini," ucap sumin sambil mecucu.

"Ngapain kamu disini tuh, tobat aku punya anak kayak kamu. Bojo mu iku lo kon tuku omah, stres banget aku jadi omongan. Kamu malah numpang di rumah wakmu, kebangetan banget," maki mak jum sambil memijat kepalanya.

"Ya sebentar to mak, bentar lagi aku juga bakalan ke kampungnya mas setyo kok. Udahlah mak jangan marah marah terus, aku lagi hamil loh,"

"Hamil apa? Hamil anak haram? Sampai dia menikah pun, setyo tidak akan bisa jadi walinya. Nyusahin banget sih!"

"Mak!" Bentak sumin karena merasa kesal dengan penuturan emaknya yang keterlaluan.

"Apa? Bentak bentak emak kamu? Tanya sana sama pak ustadz, ngaji makannya asik kelon aja sama setyo. Tanya sama pak ustadz, tarik benang merahnya gak bakalan sah anakmu nikah sama jodohnya kalau walinya suamimu," mak jum menempeleng kepala putrinya dengan sedikit keras.

"Aduh mak, jangan gitu dong sama sumin. Aku tau mak, aku ambil jalan yang salah tapikan aku tetep anaknya mak to,"

"Hmm udah, pokoknya kamu cepet pindah. Kasihan lo wakmu ini sering di bicarakan sama orang orang. Nih...." Mak jum menyodorkan 5 lembar uang berwarna merah.

"Gak usah mak, aku dah belanjain wak ti kok," tolak sumin dengan halus.

"Halah udah ini buat pegangan, bawa buat simpanan mu di sana. Di kampung suamimu itu,"

"Makasih mak,"

"Sudah, nantikan suamimu sudah gajian kalau bisa tinggalin wakmu ini sembako sedikit sebelum pergi,"

"Iya mak, bapak gak kesini?" Tanya sumin basa basi.

"Enggak, nanti katanya kalau sudah pulang mau njenguk kamu disini. Jangan lupa tetap menunaikan ibadah sholat dan mengaji. Jangan lupakan itu dimanapun kamu berada, mau di tempat yang kotor sekalipun jangan lupakan siapa tuhanmu sedari lahir,"

"Iya mak, gak akan. Aku pasti jaga sholat kok, mas setyo juga begitu,"

"Hmm aku sebenarnya tidak rela kalau kamu tinggal disana. Aku juga gak tau kamu di sana tinggal di rumah seperti apa, mbokya suamimu suruh beli rumah disini," pinta mak jum sambil meremas tangannya sendiri.

Jujur saja ia sedih anaknya akan pergi ke desa pelosok. Walaupun tak terlalu jauh namun mak jum tidak bisa melihatnya barang seminggu sekali. Wanita itu khawatir jika anaknya di sia siakan di rumah mertua.

"Tenang saja mak, mas setyo akan selalu jaga aku. Mak gak usah khawatir gitu, aku kan juga bisa jaga diri dari orang orang yang mu berbuat jahat sama sumin,"

"Iya kamu kan orangnya durhaka banget," cibir mak jum sambil membenarkan jarik yang ia kenakan.

*****

Paginya setyo dan sumin berpamitan pada wak ti untuk pulang ke kampung dengan motor bebek setyo. Tak lupa mereka juga mampir ke rumah mak jum sebentar untuk berpamitan.

Di tengah perjalanan menuju kampung macan kidul, sumin beberapa kali merasa hawa yang tidak enak. Mungkin karena melewati bulak bulak (hutan/kebun) yang begitu panjang.

"Mas kok dingin ya,"

"Iya dek soalnya kan masuk ke pegunungan gini, wajar kalau dingin. Mau pake jaket lagi? Tadi di tas kan ada yang masih bersih," tawar setyo.

"Ndak usah mas, cuma kaget aja kok sedingin ini,"

Saat hampir memasuki gapura bertuliskan selamat datang, tiba tiba motor bebek itu macet dan mati total.

Dett dett dettt

"Loh loh dek, mati ini motornya," setyo langsung menepikan motornya di sebelah gapura.

"Aduh maaf ya dek mas lupa isi bensin tadi di sana. Habis ini bensinnya kering, apa aku telpon mbak santi dulu ya suruh anter bensin ketengan,"

"Boleh tuh mas, lagipula di hutan hutan gini mana ada yang jual bensin. Ini sampe dalem sana masih hutan mas?" Tanya sumin penasaran sambil melihat lihat ke sekitar. Ada pangkalan ojek di sebelah gapura tempat mereka menepi, namun kosong. Mungkin sedang dapat pelanggan jadi kosong semua.

"Yaudah sebentar aku telepon dulu,"

Sumin mengusap bahunya sambil bersandar di bangunan gapura, ia masih melihat lihat kesana kemari karena ia belum pernah kesini.

'Tinggalkan kampung ini'

'tinggalkan kampung ini' 

'sumin pulang kamu nak'

Sumin celingukan mencari suara suara itu, ia langsung menarik lengan suaminya, "mas denger suara ngusir aku gak mas?"

"Apa sih dek mana ada yang bicara, mana orangnya? Sudah sudah jangan bikin takut, disini sepi loh. Tunggu ya mbak santi sebentar lagi kesini," ucap setyo menenangkan istrinya yang tampak gelisah.

'pulang nduk cah ayu, jangan main jauh jauh' 

'sumin cah ayu, pulang nduk, pulang nduk jangan masuk kesini' 

Sumin langsung mengusap telinganya, bulu kuduknya berdiri beriringan dengan hembusan angin yang melewati lehernya.

"Astaghfirullah, ya allah jauhkanlah aku dari hal hal buruk," ucap sumin sambil mengusap dadanya.

"Kamu kenapa sih dek? Ada apa?" Tanya setyo penasaran saat melihat gelagat aneh dari istrinya.

"Gak papa mas tadi tiba tiba merinding aku jadi takut,"

"Heh wong edan!" Teriak mbak santi dengan wajah sumringah menghampiri adiknya dengan motor matic bagus.

"Halah mbak, pake ngomong aku wong edan. Sampean lebih edan seko aku mbak," kekeh setyo sambil menyalami tangan kakak perempuannya.

"Loh iki bojomu tyo ? Ayu ngene rek, kok pelet yo tyo ?" Kekeh mbak santi sambil menyalami tangan sumin.

"Saya sumin mbak, istrinya mas setyo,"

"Iya iya, sudah dengar dari setyo tadi malam saat di telfon. Ayo pulang, emak sudah masak," ajak santi.

Setelah mengisi bensin, setyo dan sumin melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.

'pulang!!!!' 

"Astaghfirullah," sumin menutup matanya dan komat kamit merapalkan semua doa yang ia bisa. Ia takut mendengar suara yang mengudara tanpa wujud itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!