NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Bos Galak

Hasil Laporan

Hari itu, Safea terlihat sangat cantik dan mempesona dengan balutan blazer berwarna coklat yang membalut blouse putih miliknya, dan celana bahan yang berwarna serupa dengan blazernya menggantung apik di pinggang ramping miliknya itu. Dan sebuah name tag tersemat di dada kirinya bertuliskan Safea Alexander.

"Pagi Safea, kamu cantik sekali hari ini?" ujar salah seorang karyawan senior yang cukup dekat dengannya saat bertemu Safea di depan lift.

"Ah, terima kasih, Bu Linda." balas Safea dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya. Safea pun membungkuk sopan sebelum masuk kedalam lift yang terbuka dan setelah itu, Safea langsung memencet lantai 15 dan membiarkan lift itu akhirnya berjalan naik ke atas.

Ting!

Suara pintu lift pun terbuka. Dan Safea pun menghentikan langkahnya saat akan berjalan menuju keruangannya itu. Karena dirinya tak sengaja melihat ke arah Bosnya yang juga baru keluar dari lift khusus untuk Presdir.

"Pagi Pak," sapa Safea saat melihat bosnya itu sudah berada di kantor.

Namun yang di sapa hanya melirik ke arah Safea sekilas dan sepertinya enggan membalas sapaan dari Safea, malahan Presdirnya itu berjalan acuh.

"Idih, mentang - mentang ganteng sombong banget." gerutu Safea pelan.

Kemudian, Safea pun melanjutkan langkahnya dan masuk kedalam ruangannya yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruangan CEO. Saat memasuki ruangan, Safea pun melihat jika kedua rekan kerjanya sudah duduk di kubikel masing - masing. Safea lalu mendudukkan dirinya di kursi sekertaris lalu mulai menyalakan komputer miliknya dan memulai aktivitas kerjanya. Dan beberapa menit kemudian Safea merasakan kehadiran seseorang di kubikel kerjanya.

"Pagi Safea, apakah berkas laporan yang pak Lucas minta sudah kamu kerjakan?" tanya Alex, asisten pribadi dari Lucas yang tak kalah ganteng juga dari Bosnya itu.

"Sudah saya kerjakan, Pak." jawab Safea.

"Bagus. Nanti jangan lupa ya, kamu kasih laporan itu keruangannya Pak Lucas langsung."

"Baik Pak."

Alex pun melangkah pergi meninggalkan kubikel Safea.

***

"Bunga, proposal yang kemarin udah kamu kirim ke Bu Linda, kan?" tanya Safea. Dan Bunga pun langsung memutar kursinya menghadap ke arah Safea. Karena kubikel mereka memang letaknya berdekatan.

"Udah," jawabnya.

Safea mengangguk lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda lagi.

"Kemarin si Bos minta cash in report ke gue?" ucap Bunga tiba- tiba.

Safea mengernyit. "Terus?"

Bunga nampak berdecak. "CK! Gak peka amat, Bu! Gue minta data forecast dan budget nya." ucap Bunga mendengus kesal.

"Oh itu toh, kalau bicara makannya yang jelas. Nanti aku kasih filenya ke kamu, terus tinggal salin aja."

"Tapi Safea, kamu tahu gak sih kalau Pak Alex itu sangat tampan kan, tidak seperti Bisma." Bisma yang mendengar ucapan dari Bunga pun sedikit tersedak lalu mengerang protes.

"Hei - hei, kenapa namaku juga di bawa - bawa ke percakapan kalian yang tidak menyenangkan itu?" tapi tentu tidak di dengarkan oleh kedua gadis itu. Mereka menatap satu sama lain. Seolah mengabaikan keberadaan Bisma yang mengomel tidak terima.

"Tampan dan hot seperti Tuan Gray yang ada di film?" tanya Safea dengan kedua alisnya yang turun naik.

"Sangat! Hanya bedanya jika Tuan Gray itu dingin dan tidak pernah berpacaran sedangkan Pak Lucas terkenal dengan keplayboyan nya!" Seru Bunga antusias. Dia terlihat lebih senang saat sedang membahas topik yang seperti ini. Padahal itu baru rumor saja jika CEO mereka itu seorang playboy dan belum terbukti kebenarannya.

"Hmm, Minggu ini kira - kira siapa lagi yang bakalan di marahi oleh Pak Bos?" tanya Bisma.

"Mungkin aja kamu yang bakal di marahi Pak Lucas, Bis." kata Bunga sambil tersenyum puas.

"Bunga, kenapa kamu gak coba nulis novel aja?" tanya Bisma tiba - tiba.

"Apa hubungannya obrolan kita dengan menulis novel?"

"Karena daya imajinasimu cukup bagus."ucap Bisma.

"Gaje banget." jawab Bunga.

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, suara interkom berbunyi dan itu berasal dari mejanya. Dan Safea pun langsung menekan sebuah tombol untuk mendengarkannya.

"SAFEA!! Laporan bulanan kamu kemana? Kenapa belum juga di antarkan ke ruangan saya, Hah? Bukankah tadi Alex sudah menyampaikan tentang laporan itu?" ucap Lucas dengan nada suara yang terdengar marah dan kesal.

"Iya Pak! Segera, saya langsung menuju ke ruangan Pak Lucas. Tadi saya ngobrol sebentar jadi lupa."

"Jangan ngobrol terus! Kamu tahu kan, aku itu gaji kamu sebagai sekertaris sangat mahal. Jangan malas - malasan kalau masih mau kerja sebagai sekretaris ku!" Ucap Lucas dari sebrang interkom dengan nada suaranya yang sedikit tinggi. Kemudian Lucas pun mengakhiri interkom itu.

"Ya Allah ya Tuhanku. Bunuh bosku sendiri dosa nggak sih? Baru ngobrol beberapa menit aja udah di hitung." keluh Safea pelan. Kemudian Safea pun melirik ke arah jam tangannya dan hal itu semakin membuatnya lebih terkejut.

"ADUH GAWAT! Ternyata aku udah telat setengah jam dari waktu yang di minta Pak Alex tadi! Pantas saja tadi si Bos itu suaranya udah kaya macan galak."

Safea pun kemudian langsung berlari menuju ke ruangan CEO. Ya, pasalnya Safea tidak ingin jika Bosnya itu mengeluarkan suara nuklirnya yang bisa saja membumi hanguskan segala laporan yang sudah ia susun dengan susah payah itu. Dan Safea sejujurnya sangat takut jika nantinya akan di berhentikan dari pekerjaannya karena kesalahannya ini.

Tok.. Tok.. Tok.

Safea mulai mengetuk pintu ruangan CEO nya itu. Dadanya bergemuruh dan keringat dingin mulai perlahan keluar dari keningnya dan di tambah lagi dengan wajahnya pucatnya saat mendengar suara sahutan dari dalam.

"Ya masuk!" Terdengar sahutan dari dalam. Suaranya jelas - jelas teramat dalam.

Safea menarik nafasnya perlahan lalu membuka pintu ruangan atasannya itu dan langsung masuk kedalam.

"Selamat siang, Pak. Maaf, saya terlambat untuk memb-" ucapan Safea terhenti saat Bosnya itu langsung memotong ucapannya.

"Tutup lagi pintunya! Terus kamu minta maaf dari luar!"

"Hah?" Safea mengerjap tak mengerti saat mendengar perintah dari Bosnya itu. Tetapi, demi menyelamatkan sisa gajinya pada akhirnya Safea pun menuruti perintah bos nya itu.

"Pak Lucas, maafkan saya karena sudah datang terlambat ya, Pak!" Teriak Safea dari luar. Sebenarnya Safea juga malu saat melakukan hal seperti ini karena para karyawan berada di sekitar ruangan itu pasti bisa mendengarnya.

"Ulangi! Karena saya tidak mendengar apa yang kamu ucapkan tadi!" ucap Lucas memberikan perintah pada Safea lagi.

Ampun! Ingin rasanya aku mengambil pisau dapur dan menodongkannya langsung ke arah Bosnya itu.

"Kenapa sih, harus kayak gini! Lagi pula aku juga bukan lagi anak TK! Menyebalkan!" gerutu Safea di dalam hati.

"Pak Lucas, saya minta maaf. Saya janji tidak akan telat lagi memberikan laporannya."

Ceklek.

Bersamaan dengan suara teriakanku, akhirnya pintu ruangan CEO itu pun terbuka kembali. Dan tampaklah wajah tampan Bosnya itu tapi sayangnya berhati iblis.

Safea merasa sedikit risih saat Bosnya itu menatap ke arahnya sambil mengamati dirinya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.

"Kamu sudah makan?" tanya Lucas tiba - tiba.

"Sudah Pak."

"Kalau begitu, kamu bisa lanjut kerja lagi. Silahkan!" Ucapnya, sambil mengambil laporan yang ada di tangan ku kemudian kembali menutup pintunya.

"Tapi pak, saya-"

Brak!

Tiba - tiba saja, Lucas langsung menutup pintu ruangannya dengan cukup keras tepat di depan matanya.

"Apa? Jadi aku di suruh cepat - cepat kesini, cuma di giniin aja? Astaghfirullah, Subhanallah, Allahuakbar!" gerutu Safea dengan nada suaranya yang terdengar cukup kesal dengan segala tingkah Bos nya itu.

***

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih like nya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen vote nya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah

Perdebatan Bos Dan Sekretaris

Menit berganti jam, dan tibalah waktunya untuk beristirahat. Jam makan siang yang sangat di syukuri pegawai kantor sepertinya. Berasa dapat bonus pokoknya.

"Kita langsung ke kantin yuk. Anak - anak sudah pada di sana." ucap Bunga sambil merapikan kertas yang ada meja kerjanya.

Safea mengangguk dan hendak berjalan ke kantin. Namun terdengar bunyi telepon dari meja kerjanya hingga membuat Safea memutuskan untuk menerima telepon terlebih dahulu dan akan menyusul Bunga dan Bisma ke kantin kantor setelah urusannya selesai.

"Hallo.." ucap Safea saat panggilan telepon itu terhubung.

"Safea!" Suara dari sebrang telepon itu terdengar mengerikan hingga membuat Safea sendiri bergidik ngeri.

"Eh, iya, Pak. Kenapa ya?" jawab Safea sedikit terbata.

"Kamu salah, kamu harus di hukum biar besok - besok tidak mengulangi kesalahan kamu lagi!" Putus Lucas tiba-tiba.

"Lho kok, mana bisa begitu, Pak! Saya kan nggak tahu tentang kesalahan saya apa, Pak. Kenapa tiba-tiba saya harus di hukum? Lagian saya itu bukan anak SD lagi, yang kalau salah itu harus ada hukumannya." protes Safea.

"Kamu lagi - lagi melawan saya. Apa kamu ingin gaji kamu itu saya potong?"

Mendengar hal itu, sontak saja Safea langsung menggelengkan kepalanya. "Jangan gitu dong, Pak? Masa iya, gaji saya di potong. Jangan menindas orang yang lemah. Pak Lucas kok tega sih?"

Lucas memutar bola matanya malas. Ya, sekretaris nya itu seperti kebanyakan drama.

"Sudahlah. Dari pada berdebat sama kamu. Lebih baik kamu ambilkan pesanan makan siang saya yang sudah datang dan sekarang si pengantar makanan itu sedang berada di lobby."

"Ish. Baru saja merasa lega, sudah di suruh - suruh lagi."

"Memang itu hukuman untuk kamu. Karena membuat laporan saja harus di revisi sampai yang ketiga kalinya."

"Saya mau tanya deh, Pak? Sebenarnya saya ini sekertaris bapak atau pembantu bapak sih? Untuk hal kecil pun, perasaan Pak Lucas selalu minta tolong ke saya. Padahal, sekertaris bapak bukan saya seorang." ucap Safea dengan segala kekesalannya memberanikan diri berbicara seperti itu pada Bosnya.

"Siapa yang bilang seperti itu. Saya tidak pernah mengatakan kalau kamu itu sebagai pembantu. Saya hanya minta tolong sama kamu." ucap Lucas dengan santainya dan tanpa merasa bersalah sekalipun.

Safea menghela nafasnya lelah, "Pak Lucas tau gak sih? Kalau doa orang yang terzolimi itu, di jabah oleh Allah SWT."

"Saya tahu. Tapi saya tidak pernah menzolimi kamu, saya itu tadi hanya meminta tolong. Seharusnya kamu bersyukur. Dengan menolong saya, kamu bisa mendapatkan pahala."

"Sudah deh, Pak! Saya malas untuk berdebat dengan Pak Lucas! Pak Lucas tadi meminta saya untuk mengambil pesanan makanan siang yang ada di lobby kan, ini saya mau ambil." ucap Safea. Tanpa banyak bicara lagi, Safea langsung memutus panggilan telepon dari Bosnya itu secara sepihak. Safea tidak memperdulikan jika Bosnya itu akan kembali tantrum karena sudah berani memarahinya.

Padahal, baru dua bulan Safea bergabung di perusahaan Asia Group dan menjadi sekretaris dari Lucas Dirgantara. Namun dia sudah mengalami hal yang seperti itu. Entahlah, kalau itu sampai setahun bisa - bisa Safea bisa terkena serangan stroke lebih awal.

Safea menghela nafasnya. Kalau terus - menerus menghadapi bosnya itu, bisa - bisa Safea akan tua lebih cepat. Wajahnya akan keriput karena sering emosi saat berhadapan dengan Bos-nya. Belum lagi, akan berakibat darah tinggi. Dan itu tentunya tidak baik untuk kesehatan.

Tidak berselang lama, Safea akhirnya kembali. Dia membawa makanan yang sudah di pesan oleh Bosnya itu.

"Ini Pak. Saya sudah ambil pesanan makan siang bapak di lobby. Sekarang Pak Lucas mau apalagi?Apa perlu saya suapin juga?"

Ya, kali ini Safea benar-benar sudah geram.

"Ya, kalau itu yang kamu mau. Kenapa saya harus menolaknya." jawab Lucas to the points.

Boleh tidak sih, jika Safea ingin memberikan racun pada Bosnya itu.

"Astaghfirullah!" gumam Safea pelan.

Ya, Safea hanya bisa beristighfar dan mengelus dadanya. Ingat, orang sabar itu di sayang Allah. Dari pada terus menerus kesal seperti ini.Safea lebih baik mengalah saja.Toh, mengalah bukan berarti kalah. Eh, tapi mereka bukan sedang ikut dalam perlombaan ya. Tau ah, intinya Safea merasa lelah dan tidak mau menanggapi Bosnya itu lagi. Capek! Gitu - gitu aja terus, paling Safea yang salah. Dan Safea pun harus secepatnya keluar dari ruangannya Lucas untuk pergi ke kantin kantor dan makan siang di sana. Karena untuk menghadapi Bosnya itu Safea harus membutuhkan energi yang sangat besar.

"Kamu mau kemana, Safea?" tanya Lucas, saat melihat Safea hendak melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya.

"Saya mau pergi ke kantin kantor, Pak. Ini kan sudah jam makan siang. Saya lapar, Pak Memangnya Pak Lucas saja yang lapar."

"Bukankah tadi kamu bilang ingin menyuapiku? Kenapa sekarang tidak jadi? Jangan plin plan seperti itu dong, Safea?" ucap Lucas mengingatkan kembali.

Safea yang sudah hendak keluar dari ruangan CEO itu pun langsung memutar tubuhnya. Safea tidak percaya, jika Bos-nya itu menganggap ucapannya tadi itu adalah hal yang serius.

"Begini Pak Lucas yang terhormat. Bapak kan masih memiliki dua tangan dan keduanya masih bisa digunakan dengan baik,bukan? Kenapa sekarang Pak Lucas meminta saya untuk menyuapi bapak? Bapak kan sudah besar dan lebih tepatnya hampir tua. Apa bapak tidak malu sama anak kecil. Mereka aja sudah bisa makan sendiri loh?"

"Tapi saya hanya mengikuti apa yang sudah kamu katakan tadi. Makanya jangan bicara macam-macam, kalau tidak bisa bertanggung jawab dengan apa yang kamu ucapkan." ucap Lucas.

"Astaghfirullah." ucap Safea pelan. Dan ya, lagi - lagi Safea harus kembali beristighfar.

"Ah itu, tadi saya hanya sedang bercanda saja, Pak. Masa Pak Lucas mengaggap hal seperti itu serius sih, jangan aneh - aneh deh!"

"Oh... bercanda. Kirain beneran." ucap Lucas.

Sumpah ya, ini Safea sangat kesal sekali dengan Bosnya. Apalagi saat melihat wajah sok cool dari Bos-nya itu dan tidak ada tanda-tanda merasa bersalah sedikitpun kepadanya.

Safea menghela nafasnya. "Sudah ya, Pak. Saya sudah sangat lapar nih dan butuh tenaga. Karena nanti masih mau lanjut kerja lagi." ucap Safea setelah itu langsung membalikkan badannya dan membuka pintu ruangan CEO itu setengahnya saja karena suara dari Bosnya itu kembali menghentikan langkahnya.

"Kamu mau kemana?"

Sedangkan Safea kembali menghela nafasnya. "Pak Lucas ini tuli atau pikun sih? Kan tadi sudah saya bilang, Pak. Saya itu mau ke kantin untuk makan siang karena sudah lapar. Lagi pula jam istirahat juga hampir habis. Jadi saya harus pergi ke kantin, Pak." entah keberanian dari mana Safea berani berkat seperti itu pada Bos-nya.

"Ouh, sekarang kamu sudah berani ya! Mau aku potong gaji kamu."

"Eh, jangan Pak. Lagian Pak Lucas baperan amat sih."

"Ya sudah. Kalau begitu Kamu jangan keluar dari ruangan ini."

"Tapi Pak, saya kan lapar? Pak Lucas mau menyiksa saya ya? Atau mau bikin saya mati karena kelaparan?" ucap Safea memberanikan dirinya lagi untuk berbicara seperti itu pada Bos-nya.Karena Safea juga tidak bisa menahan emosinya yang sudah meluap. Masa hanya gara - gara ingin makan siang saja harus di atur - atur juga.

"Jangan ngegas dulu. Saya itu-" belum sempat Lucas menyelesaikan ucapannya Safea langsung memotongnya.

"Itu karena Pak Lucas yang selalu bikin saya emosi!"

"Padahal aku cuma mau bilang, kalau kamu itu tidak usah pergi karena makan siang yang sudah kamu ambilkan untukku ini terlalu banyak."

Mendengar ucapan dari Bosnya itu, sejenak Safea pun terdiam dan jadi salah tingkah sendiri.

"Ah..., ternyata seperti itu ya, Pak!" Ucap Safea yang merasa malu.

***

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih like nya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen vote nya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah

Bertemu Teman Lama

"Ah..., ternyata seperti itu ya, Pak!" Ucap Safea yang merasa malu.

"Tapi kalau kamu tidak mau juga tidak apa-apa. Nanti aku kasih ke sekretaris ku yang lain. Saya tidak mau memaksa."

Reflek, Safea pun langsung menggelengkan kepalanya.Mana mungkin dirinya itu menolak makanan enak yang seperti itu dan berkata, "Jangan dong, Pak. Saya mau kok. Mau banget malah."

"Tapi sepertinya tadi kamu itu tidak mau. Bukankah tadi kamu marah - marah sama saya."

"Bukannya gak mau, Pak. Tadi Pak Lucas kan gak bilang kalau mau kasih makanan itu ke saya, jadi wajar dong saya marah - marah. Apalagi kalau saya sudah lapar, kadang - kadang emosi."

Mendengar penjelasan dari Safea, Lucas hanya tersenyum dan memberikan makan siangnya itu pada Safea. "Langsung di makan! Jangan banyak bicara dan jangan protes juga." ucap Lucas memberikan perintah.

"Terima kasih ya, Pak!" Ucap Safea sambil tersenyum.

"Kalau begitu, kamu makan di sini saja. Dan setelah selesai makan kamu bisa langsung kerja."

"Seperti itu. Tapi, Pak Lucas kok tumben baik sama saya? Oh, atau jangan - jangan, Pak Lucas sebenarnya ingin berduaan dengan saya ya? Atau Pak Lucas mau modusin saya ya?" tanya Safea yang seperti tengah menggoda Bosnya.

"Jangan bicara sembarang kamu. Saya itu hanya kasihan sama kamu. Apalagi ini tanggal tua. Kamu pastinya lagi ngiritkan?"

Sial! Safea memang selalu kalah dari Bos-nya. Ya sudahlah, dari pada selalu berdebat dan tidak ada manfaatnya, lebih baik Safea melanjutkan makan siangnya saja dan itu akan membuat perutnya kenyang. Dan si Bos galaknya itu juga sedang tidak tantrum jadi dirinya harus bersikap sebaik mungkin agar tidak memancing emosinya.

***

Setelah makan siang selesai. Safea pun langsung lanjut bekerja. Begitu pun dengan kedua temannya yang terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

"Safea.." panggil Bisma.

"Iya, kenapa Bis?" tanya Safea.

"Tadi kenapa kamu gak datang ke kantin kantor?" tanyanya ingin tahu.

"Siang tadi aku dapat hukuman dari Pak Lucas. Jadi aku tidak bisa bergabung di kantin kantor bersama kalian. Maaf ya."

"Memangnya kamu buat kesalahan apalagi? Dan hukuman apa yang Pak Lucas berikan kepadamu kali ini? " kali ini Bunga yang bertanya.

"Katanya sih laporan ku yang ku kirimkan tadi pagi. Dan Pak Lucas hanya menghukum ku untuk mengambil pesanan makan siangnya yang sudah ada di lobby dan dia juga menyuruhku untuk makan siang di ruangannya."

"Hah serius, itu saja?"

"Iya Bunga."

"Sejak kapan kamu dekat dengan Pak Lucas?" tanya Bisma penasaran.

Sedangkan Safea hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan senyuman yang di paksa terlihat di wajahnya. Dan Bisma kali ini beralih menatap ke arah Bunga.

"Aku juga tidak tahu soal ini, Bisma." ucap Bunga.

"Masa?" Bisma mengerutkan keningnya sambil memandangi Bunga tak percaya.

"Hanya karena aku sahabatnya bukan berarti aku itu tau segalanya?" ucap Bunga sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku pikir kau mengetahuinya." ucap Bisma.

"Tapi sikap Pak Lucas memang akhir - akhir terlalu mencurigakan. Mungkinkah dia menyukaimu?" tanya Bunga ke arah Safea.

"Tidak. Sudahlah, lebih baik kita lanjut kerja aja. Aku tidak mau dapat hukuman aneh dari dia lagi." ucap Safea mengakhiri obrolan itu lebih cepat.

***

Pulang dari tempat kerja Safea tidak langsung pulang ke tempat apartemennya melainkan ke tempat minimarket terlebih dahulu untuk membeli beberapa makanan agar moodnya membaik. Wajahnya sangat lelah saat mengambil empat bungkus es krim rasa cokelat dan strawberry kemudian memasukkannya kedalam keranjang belanja. Ia terus menghela nafas lelah bahkan saat mengambil dua bungkus mie pedas yang sedang viral saat ini.

"Mendengus terus Nona, apa tidak takut nanti hidungmu akan copot." gurau seorang lelaki di samping Safea.

Safea tersentak kaget, lalu menengokkan kepalanya ke arah tersebut. Ia diam sejenak karena kebingungan. Namun, setelah otaknya berhasil mengenali sosok yang ada di hadapannya, senyumannya itu langsung terbit di wajah cantiknya.

"Revan? Ini beneran kamu?" tanyanya dengan matanya yang masih membelalak kagum akan penampilan teman semasa SMA nya dulu.

"Iya ini gue, Revandra Pratama. Temen sebangku kamu yang paling iseng." balas Revan. Lalu mengacak rambut Safea sambil tersenyum.

"Sumpah! Tapi kenapa sekarang kamu bisa jadi ganteng banget begini sih! Perasaan dulu muka kamu itu nyebelin banget tahu gak sih?" Ya, Safea membalasnya dengan sedikit gurauan.

"Gue itu sebenarnya udah ganteng dari dulu. Cuma kamu aja yang gak nyadar, Safea." ucap Revan sambil mencubit hidung Safea gemas. Ya, mereka memang sudah sangat dekat seperti saudara kandung. Tapi sayang, saat kuliah dulu Revan melanjutkan kuliahnya ke negara A jadi mereka tidak pernah bertemu lagi semenjak lulus SMA.

Safea pun langsung memeluk temannya itu, dan menyandarkan pipinya di dada bidang Revan. "Aku kangen banget sama kamu, Van. Kok, kamu gak pernah kasih kabar sih kalau udah pulang ke negara L."

"Hahaha. Yang ganti nomor telepon itu siapa ya?" Revan tersenyum jahil sambil membalas pelukan Safea.

"Hehehe. I'm sorry Mr. Pratama. Ponselku hilang jadi harus ganti nomor telepon dong." jelas Safea sambil mendongakkan kepalanya dan Revan pun masih belum melepaskan pelukannya itu pada Safea.

"Ya udah, sekarang bagi nomor telepon kamu yang baru dan kita nanti ngobrol banyak hal di sana ya? Lepaskan pelukannya, nanti banyak yang lihat. Bisa saja nanti kita masuk kedalam berita karena di sangka bertindak mesum di minimarket loh?" ucap Safea. Dan Revan langsung melepaskan pelukannya pada tubuh Safea, lalu mereka pun bertukar nomor telepon sebelum membayar belanjaan masing - masing. Dan tentunya saja belanjaan Safea sekalian di bayar oleh Revan, walaupun sebenarnya Safea sudah menolaknya. Tapi Revan bersikeras untuk membayarnya sebagai bayaran karena sudah sembilan tahun tidak berkabar dengan Safea.

Ya, Revan dan Safea, dulu mereka duduk di meja yang sama saat SMA. Revan yang jahil dan Safea yang usil tentu saja membuat mereka sangat klop dan akrab. Tiga tahun bersama, mustahil tidak ada rasa. Karena alasan itu pulalah akhirnya Revan memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke luar negeri agar bisa melupakan rasa cintanya kepada Safea. Dan Revan pun tidak ingin merusak persahabatannya yang sudah mereka bangun. Walaupun mereka akhirnya bisa di pertemukan kembali meskipun tidak bisa saling memberikan kabar selama 9 tahun.

Sesampainya di Apartemen. Safea pun langsung mengirimkan pesan kepada Revan sambil memakan es krim rasa cokelat yang ia beli tadi saat di supermarket. Mereka berjanji untuk pergi keluar pada hari Minggu, sambil mengenang masa - masa SMA mereka katanya. Dan sekarang Safea pun juga sudah tahu, ternyata Revan sudah bekerja di sebuah perusahaan yang sangat terkenal di negara L dan dan menjadi seorang manager.

***

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih like nya dong untuk author.D

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!