Sebuah desa terpencil bernama desa Khaitawan yang begitu asri dihiasi dengan segala aktivitas penduduk desa. Desa yang sebagian besar bermatapencaharian petani, untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak lupa dengan pegunungan yang berderet yang begitu indah nan hijau , persawahan yang dikelilingi area hilir sungai, dan area hutan yang memancarkan setiap eksistensinya.
Pagi yang begitu cerah menyambut kedatangan anak mahasiswa dari kota yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata. Tentu KKN adalah matakuliah yang wajib dilaksanakan di dunia perkuliahan. Greisy dan kelima temannya kini merapikan satu kontrakan yang akan ditempati. Kontrakan itu adalah tempat yang disediakan oleh pihak desa.
“Guys,sekarang kita berbenah terlebih dahulu. Susun setiap barang kalian dengan rapi, dan ingat kamar cewek di samping dan kamar cowok berada di lorongan menuju dapur,” tutur Garvin selaku ketua tim KKN mereka.
“Ok,” jawab mereka serentak.
Mereka kembali dengan segala aktivitas mereka.
Tok tok
“Permisi adik-adik mahasiswa,” sapa seseorang dari pintu depan. Garvin langsung berjalan menuju pintu. Salah satu perempuan menyusul Garvin.
“Eh iya pak. Ada keperluan apa yah pak, ke sini?" tanya Garvin bernada sopan
“Saya mengucapkan terimakasih atas kedatangan kalian datang ke sini. Saya selaku kepala desa di sini, sangat terhormat adik-adik mahasiswa melakukan KKN di sini. Perkenalkan saya Hazel Wisnama,” tutur pak Kepala desa memperkenalkan diri.
“Eh iya pak, saya Garvin ketua tim di sini. Dan ini Greisy teman saya, sedangkan yang lain sedang sibuk untuk merapikan barang-barang mereka.” Garvin dan Greisy menyalam pak Hazel.
“Kami juga terimakasih pak, karena penduduk di sini mau menerima kedatangan kami. Mohon kerjasamanya selama beberapa hari ke depan,” tutur Greisy. "Oh iya pak, silahkan duduk!"
“Begini nak, saya ingin bicara terkait desa di sini, apa boleh teman yang lainnya dipanggil dulu ke sini?"
“Baik pak, tunggu sebentar saya panggil dulu! Sekalian saya buatkan teh dulu yah pak.”
“Iya nak terimakasih.”
Greisy melirik Garvin sejenak untuk mengajak bapak itu bicara sebentar. Garvin paham dan langsung mengajak pak Hazel bicara basa-basi.
Kemudian datanglah teman lainnya, yang sudah berpakaian santai, tak lupa Greisy membawa nampan berisi cemilan yang di bawa dari kota dan teh manis yang disuguhkan kepada pak Hazel dan teman lainnya.
“Maaf sebelumnya menganggu waktu adik sekalian. Saya ke sini untuk menjelaskan terkait desa ini. Pertama kalian bisa melakukan apa saja yang berhubungan dengan program untuk desa ini, selagi itu masih bisa diterima masyarakat, saya rasa dan masyarakat di sini tidak keberatan. Kedua, adik-adik boleh bepergian kemana saja dan juga bisa membantu masyarakat di sini selagi itu tidak membuat adik-adik kerepotan. Ketiga, saya melarang keras adik-adik jika bepergian ke seberang desa, di mana itu adalah hutan terlarang. Kami pihak desa tidak berani mengusik apalagi mencoba menyusuri hutan itu. Saya harap adik-adik bisa memahami apa yang saya jelaskan," jelas pak Hazel.
“Maaf pak, memang ada apa itu di hutan itu?
Mengapa disebut hutan terlarang?” tanya Greisy penasaran.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara detail. Saya harap kalian tidak pergi atau mencoba menyusurinya,”ucap pak Hazel serius.
“Ih, seram juga di sini. Aku merasa seperti di desa berhantu saja. Oh, mama aku mau pulang,” tutur Valerie takut dengan rengekan ala manjanya.
la mendekat merangkul tangan Garvin.
“Val, lepaskan! Yang sopan tahu, ada pak Hazel di sini.” Melepaskan rangkulan Valerie. Valerie merenggut dan mendekat diri di sebelahnya temannya bernama Jois, sama halnya jois pun ketakutan.
Pak Hazel menggeleng sedikit, tidak heran dengan anak zaman sekarang yang sifatnya sedikit menurun dari zaman mereka dulu.
“Nak, kalian tidak perlu takut. Selagi kalian tidak pergi ke sana, maka tidak akan yang terjadi. Jadi, semuanya tidak perlu takut. Orang desa di sini juga aman selalu jika tidak pergi ke hutan,” ucap pak Hazel memberikan pandangan positif.
“Yah, semoga saja ya pak. Jujur saya takut, tapi mau bagaimana lagi. Saya Valerie anak orang sultan harus menghadapi keadaan ini dengan terpaksa,” sungutnya dengan merengek manja.
“Iya sama Val, aku juga takut,” tambah Jois.
“Aduh kalian ini, jangan manja gitu. Lagian pak Hazel sudah bilang tidak terjadi apa-apa jika memang tidak pergi ke sana. Otak kalian saja yang berlebihan,” kesal Lily yang sedari tadi muak melihat tingkah mereka berdua.
“Betul tuh. Kita di sini tujuan dengan baik, maka pikirkan yang baik saja jangan yang buruk!" timpal Felix.
Greisy sama sekali tidak menyahut, ia memikirkan apa yang ada di hutan. Sedikit aneh jika dalam dunia canggih ini masih ada kaitan dengan hutan terlarang. Sekarang ini hutan dijadikan tempat wisata atau pendaki bagi orang ingin mencari suasana baru serta menenangkan diri. Sedangkan hutan di desa Khaitawan malah menyeramkan. Pikiran Greisy yang berkelana seakan menerka apa yang di sana. Semakin penasaran hingga ia memutuskan harus pergi ke hutan itu.
“Sudah, kalian jangan berdebat! Ingat di sini masih ada orang tua,” sarkas Garvin.
“Tidak apa-apa nak. Bapak sudah biasa menghadapi anak zaman sekarang. Oh iya, mulai besok kalian sudah bisa menjalankan program kerja kalian. Dan saya harap semoga betah di sini.”
“Iya pak,kami bakal betah kok. Oh iya pak silahkan dicicipi makanannya!”
Merekapun menikmati cemilannya sambil berbicara terkait desa Khaitawan. Sesekali dibarengi canda tawa yang bisa menghibur suasana mereka yang sempat tegang.
Keesokan paginya, suasana desa yang begitu indah di pandang mata, sedang berkumpul di lapangan. Pak Hazel yang membuka pembicaraan dan selanjutnya perkenalan dengan mahasiswa yang dari kota. Masyarakat desa tentu dengan senang hati menerima kedatangan mereka. Biasanya, tidak ada penduduk kota yang berani berkunjung ke desa mereka.
Selanjutnya anak mahasiswa KKN, mencoba pendekatan terlebih dahulu dengan masyarakat. Tidak lupa dengan membantu pekerjaan mereka. Awal yang baik bagi Greisy bisa setenang ini di desa. Membajak sawah, adalah awal pendekatan baik. Meskipun tidak pandai memakai traktor, tetapi setidaknya bisa merasakan pekerjaan di desa.
Sementara di hutan sedang terjadi perang untuk merebut daerah kekuasaan Dalbert. Para serigala dengan tabiatnya menghabisi jika sudah mengibarkan perang, walau antar sesama bangsanya mereka yang penuh ambisi ingin menguasai hutan terlarang itu sepenuhnya.
"Tuan, lebih baik kita juga ikut menyerang mereka,” usul pengawal, di mana raja dan ratu besar sedang berdiam diri di kediamannya.
"Jangan! Biarkan putraku yang habisi mereka. Kita hanya pantau dari sini,” jawab raja besar memantau dari layar bayangan putih itu.
Terlihat para pasukannya sedang melawan pasukan dari Carrinton, tidak lupa dengan putranya dengan sekali lari dapat menerkam lawan mainnya hingga terkapar di tanah.
Masih di wilayah perang, putra dari raja Dalbert bisa dengan gesitnya bisa merasakan adanya serangan terhadap dirinya. Bahkan adanya serigala yang mengeluarkan kekuatannya mampu menghindari bola kekuatan biru itu. Dan bola biru itu meledakkan suaranya menghasilkan api di sekitar area perang.
“Pergi kalian dari sini! Tidak ada gunanya kalian bisa meraih kekuasaan di daerah kami. Karena kami akan tetap di sini!” sentak Ashton Dalbert yang tersulut emosi melihat lawan mainnya.
Mendengar suara itu, seketika perang berhenti. Berusaha mengatur napas dan melihat area peperangan, kebanyakan terkapar pengikut Carrinton. Ashton bisa menghabisi mereka, tetapi tidak sepatutnya antar sesama bangsa menghabisi satu sama lain, mengingat populasi mereka bukanlah banyak di bumi.
“Mundur!” ujar salah satu pengikut Carrinton.
“Kami akan kembali, tunggu pembalasan kami selanjutnya!” ujar salah satu pembuat rusuh. Mereka pun keluar dari area wilayah Dalbert dengan wujud serigala.
“Maaf tuan Ashton, sepertinya tangan Anda terluka. Lebih baik diobati oleh tabib!" ujar salah satu wanita yang mana pasukan dari Dalbert.
“Aku tidak apa-apa. Lebih baik kalian balik ke tempat masing-masing! Aku ingin isitirahat sejenak di sini,” ucapnya dingin memegang pergelangan tangannya.
“Baik tuan,” jawab mereka serempak.
Ashton duduk sambil mengatur napasnya. Keringat di wajahnya yang bercucuran merasakan kegerahan di tubuhnya. la membuka jaketnya secara perlahan. Luka di pergelangan tangannya cukup dalam, ia kemudian melilitkan jaketnya untuk menghentikan darahnya.
Ashton menatap ke atas, memandang langit dihiasi bintang dan bulan. Tenang itu yang diharapkan, namun kenyataan tidak seperti itu. Ashton merebahkan dirinya, dan berusaha tenang menghadapi atas apa yang terjadi.
Di desa, Greisy dan teman-temannya telah siap makan. Tenaga mereka cukup terkuras di hari pertama bekerja dengan masyarakat. Kini mereka telah tidur lelap. Ini saatnya Greisy yang sangat penasaran dengan apa yang ada di hutan. la sengaja menggunakan waktu, di mana orang telah tidur dan akan pergi ke hutan terlarang.
Bermodalkan senter digunakan untuk cahaya penerang di jalan, topi yang dikenakan dan jaket yang melekat di tubuhnya. Ia berdiri di gerbang hutan terlarang. Tidak ada takut, nekad berjalan memasuki hutan terlarang.
Awal yang dirasakan Greisy adalah hangat, tidak seperti di luar gerbang yang dinginnya minta ampun. Tak ada tanda yang mencurigakan ia mulai menyusuri area hutan. Pandangannya di arahkan ke depan dan kanan kiri, masih terdengar jangkrik yang masih biasa dipikirannya.
Ashton yang awalnya menutup mata sesaat terbelalak kaget. Ia bangun dan berdiri, dan mencium sesuatu yang menyibak di indra penciumannya. Kepalanya menggeleng tidak percaya akan hadirnya yang memang tidak seharusnya ada di hutan. Ashton pun berubah wujud menjadi serigala dan mencari siapa yang telah memasuki hutan.
Sementara Greisy yang nekad masuk masih mencoba menyusuri jalan yang memanjang yang entah kemana tujuannya. Tidak ada suara binatang buas, melainkan suara burung hantu, dan gagak yang ditangkap oleh indra pendengarnya. Sesekali kepalanya menoleh ke depan, kanan dan kiri melihat situasi yang begitu gelapnya. Pepohonan yang begitu setia menghembuskan daunnya menemani setiap langkahnya. Greisy semakin menjadi, tidak ada tanda kehidupan yang ditangkap oleh penglihatannya. Akan tetapi, hutan tersebut masih terawat.
Tanpa disadari Greisy sudah berjalan jauh dari pemukiman desa, ia malah sedikit takut karena tidak ada yang tahu dirinya masuk ke hutan terlarang. Seperti orang bodoh yang masuk begitu berani dan pulang tanpa mendapatkan apa-apa. Greisy memutuskan untuk kembali ke pemukiman. Namun malah berjalan di satu tempat saja, tanpa mendapatkan gerbang tujuannya.
“Ahk,sial. Seharusnya aku tidak berjalan sejauh ini,” rutuknya sendiri duduk melentangkangkan kakinya ke depan, karena kakinya sudah kram.
Kemudian ia mengedarkan padangannya ke penjuru sekelilingnya, dan mendapatkan sebuah gubuk kecil yang sepertinya bisa untuk disinggahi. Greisy bangkit berdiri dan berjalan ke gubuk itu. Sedikit meluapkan rasa lelahnya.
Dari arah jauh seorang telah mengintainya. Ia adalah Ashton, yang mendapati manusia sesuai dengan indra penciumannya. Raut wajah Ashoton yang mendelik dan menampikkan gigi taringnya, seakan siap memangsa manusia yang diintainya.
“Aku haus. Badanku pegal. Ku harap ada orang di sini menolongku," ucap Greisy lirih dengan nada yang linlung.
“Tolong!! Aku mohon tolong aku!” teriaknya dan seketika ia tidak sadarkan diri.
Melihat Wanita itu tergeletak, perlahan Ashton keluar dari tempat persembunyiannya. Ashton yang mempunyai kekuatan dengan melejitnya sampai digubuk itu. Perlahan Ashton menunduk melihat Greisy. Ia menyingkirkan rambut yang menyelimuti wajah Greisy, menyelipkan ke daun telinganya.
“Dasar manusia bodoh. Beraninya memasuki hutan terlarang ini, kalau bukan aku yang ada di sini, siap-siap kamu sudah dimangsa oleh serigala di sini,” umpat Ashton menatap tajam wajah yang pucat dan menggigil itu.
“Sepertinya dia kedinginan,” gumam Ashton membuka jaketnya dan menyelimuti Greisy Aum Aum
Suara manusia serigala yang jelas menangkap sesuatu dalam indra penciumannya.
“Sepertinya serigala lain telah menyadari manusia berada di hutan ini, lebih baik aku buat perlidungan saja untuk wanita ini."
Ashton mengadahkan kedua tangannya dan mengeluarkan sejurus tenaganya untuk membentengi area gubuk itu. Gubuk itu diberikan bayangan putih kental agar manusia serigala tidak menemukan wanita itu.
Setelah membentengi gubuk itu, Ashton kemudian mengeluarkan kekuatannya yang tersedianya api unggun seketika.
Greisy yang perlahan hangat dan tidak lagi menggigil. Cukup puas dengan hangat di tubuhnya, entah mengapa matanya sedikit terbuka melihat pria yang berbaju hitam sedang menatapnya. Mulutnya berkelut sulit mengucapkan sesuatu. Manis, pucat, rahang kerucut, dan pastinya tampan itu yang bisa'ia lihat.
“Te-terimakasih,”lirihnya dan Greisy kembali tidak sadarkan diri.
Ashton membalas dengan senyuman.
“Cantik,” gumamnya. Hatinya merasa senang dan nyaman melihat wajah teduh Greisy. Daya tarik yang begitu memikatnya, pipi tirus, bibir ranum, kelopak matanya bak bunga, dan wajah yang putih.
“Wanita pendek ini, sangat berani memasuki area hutan ini. Entah apa yang kamu lakukan di sini?"ucapnya pada Greisy,namun tidak bisa dijawab.
“Lebih baik aku menunggu subuh, baru aku antar ke gerbang hutan. Kamu pasti lelah karena tidak menemukan jalan keluar." Ashton tersenyum tulus melihat Greisy.
Pagi subuh, suara ayam berkok berkali-kali mampu membangunkan Ashoton. Ashton yang tertidur duduk bersender, sementara Greisy tertidur di mana kepalanya di paha Ashton.
“Sepertinya menjelang pagi, aku akan antar wanita ini secepatnya, sebelum ada manusia serigala menemuinya” Hendak bangun, tetapi dilihatnya wanita itu nyaman tertidur di pahanya.
“Wanita ini, masih belum juga bangun.” Perlahan ia meletakkan pergelangan tangannya ke punggung Greisy dan satu lagi ke ke kakinya. Ashton mengangkat Greisy dan Greisy yang masih nyaman di alam mimpinya, kepalanya menelusuk ke bidang dada Ashton. "Wanita yang merepotkan, dan unik.”
Dan sekelibat bayangan di perjalanan, Ashton tiba di gerbang hutan. Ia menatap Greisy dan tersenyum.
"Jangan masuk lagi ke hutan ini. Aku harap dirimu baik-baik saja,” ujarnya pada Greisy yang masih tertidur, tanpa sadar dirinya begitu perhatian pada Greisy.
Perlahan Ashton membaringkan Greisy ke tanah, kemudian meninggalkan Greisy sendirian. Ashton memilih untuk bersembunyi dari arah jauh, berharap Greisy sadarkan diri dan segera meninggalkan area hutan tersebut. “ngh,”leguhnya.
“ish ahk."Greisy memegang kepalanya yang masih pusing.
Greisy bangun perlahan dan berdiri, tangan kanannya masih setia di keningnya.
“Aku di gerbang? Bukannya semalam di gubuk itu? Aw,kepalaku masih pusing,” ringisnya.
“Aku ingat. Semalam aku pingsan dan, sebentar pria itu i-iya, pria muda yang menolongku. Di mana dia sekarang?" Greisy menoleh kanan kiri belakang mencari pria itu.
Namun nihil tidak ada orang di sekitar hutan.
“Siapapun kamu, aku tahu kamu masih berada di sekitar sini. Aku ucapin terimakasih banyak, karena sudah menolongku. Aku harap kita bertemu di lain waktu. Aku masih ingat jelas wajahmu, kamu pria baik hati, terimakasih yah!" teriak Greisy yang didengar oleh Ashton. Ashton tersenyum mendengar penuturan Greisy. Yang digaris bawahi berharap bertemu dilain waktu, itu memang masih bisakah?
“Aku Greisy Hawsia, aku tidak tahu namamu, tapi aku akan memanggil pria baik. Pria baik sekali aku ucapkan terimakasih. Aku keluar, selamat tinggal,” tutur Greisy lagi kemudian keluar dari hutan itu.
“Greisy Hawsia, gadis yang menarik,” gumam Ashton.
Di pemukiman anak-anak KKN beserta warga sedang mencari Greisy. Pukul sembilan pagi tidak ada tanda-tanda munculnya Greisy. Para warga sedang was-was pakah Greisy memasuki area hutan terlarang atau tidak. Sebagian berfikir kemungkinan Greisy tersesat di daerah kampung sehingga tidak tahu arah jalan pulang.
“Greisy!”
“Greisy!"panggil mereka berteriak satu sama lain.
“Greisy kamu dimana?" begitulah teriakan para warga beserta kelima teman-teman Greisy. Masih tidak ada sahutan, mereka masih mencari Greisy di sekitar perkampungan.
“Bagaimana ini pak? Nak Greisy masih belum kita temukan?” tanya salah satu warga
“Iya, saya curiga apakah nak Greisy memasuki hutan terlarang itukah?”tanya satu warga lagi yang merasa curiga dan takut.
Para warga masih bicara satu sama lain takut akan hal itu jika terjadi.
“Tenanglah bapak dan ibu yang ada di sini. Kita lebih baik berfikir positif saja,” tutur pak Hazel menenangkan para warga.
“Ahk, a-aku takut jika Greisy malah memasuki hutan terlarang itu. Memang anak itu bikin susah saja," kesal Valerie.
"Iya betul, siapa tahu di sana dia dimakan sama binatang buas. Ih, mengerikan,” timpal Jois.
“Ih,mama aku mau pulang. Takut di sini,” rengek Valerie.
“Sudah lebih baik kita cari saja, ini bukan saatnya mengeluh,"tutur Garvin yang tidak suka rengekan dari Valerie dan Jois.
“Betul, gak usah terlalu jauh pemikirannya! Dasar perempuan manja," kesal Lily.
“Ya, terserah kita. Tuh temanmu ajah yang susah diatur,” balas Valerie.
“Sudah! Kita bukan saatnya berdebat,kita harus cari Greisy!”sarkas Garvin, Valerie dan Lily diam.
“Lebih baik kita cari nak Greisy di sekitar ladang yang dekat dengan hutan terlarang. Siapa tahu dia di sana,"usul pak Hazel
Para warga menurut saja, karena memang ladang belum disusuri oleh mereka. Garvin dan teman lainnya ikut saja, karena memang mereka belum tahu tempat di desa itu.
Greisy dengan susah payah harus berjalan melewati ladang para warga. Semua hasil pertanian yang dilabui dengan rumput dan pohon-pohonan yang menunjukkan jejak jalan yang diikuti.
Terdengar panggilan yang menyebut namanya, Greisy sadar pasti para warga tengah mencari dirinya. Karena tidak mau warga dan teman-temannya merasa khawatir, secepat mungkin ia cepat berjalan lebih jauh lagi, agar dirasa tidak dicurigai bahwa dirinya baru saja keluar dari hutan.
Setelah dirasa cukup jauh dari hutan, Greisy memutuskan untuk menyahut. “Aku di sini!” teriaknya
“Semuanya aku di sini, dekat ladang!” teriaknya lagi, berusaha menyahut panggilan mereka dari arah yang mulai dekat.
“Eh ada sahutan dari ladang, itu pasti Greisy, ayo kita kesana!” ajak Garvin yakin dengan sahutan Greisy.
“Benar-benar, itu nak Greisy lebih baik kita kesana!" ucap pak Hazel.
Mereka menghampiri sahutan itu, dan benar saja tidak jauh dari penglihatannya, Greisy terlihat dari ladang itu yang entah melakukan apa dirinya di ladang."
“Greisy!! teriak Lily kegirangan, ia berlari dan memeluk Greisy.
“Kamu dari mana ah? Semua panik cariin kamu gak ada di kontrakan.”
Greisy terkekeh dan menggaruk kepalanya. Ia sedikit berpikir tidak mungkin mememberitahu tentang apa yang dilakukan.
“Maaf tadi pagi, aku hanya jala-jalan saja. Eh rupanya gak sadar tahu-tahunya aku udah di sini,” kilah Greisy dengan suara sedikit meyakinkan.
“Astaga Greisy semuanya panik sedari cariin kamu. Lain kali kalau mau pergi ajak satu teman yang lain, biar gak panik ini sekampung,” ujar Garvin yang memang tidak suka dengan tindakan Greisy.
“Tahu nih anak. Gara-gara kamu lihat kita yang kecapean nyariin kamu. Mana belum sarapan lagi, sudah ah aku mau pulang,” sungut Valerie yang memang sudah tidak tahan lagi menahan rasa lapar.
“Eit, tunggu aku Val, aku juga capek!" teriak jois mengejar Valerie
Para warga juga sudah berpulangan atas perintah pak Hazel. Greisy merasa bersalah sudah membuat kegaduhan yang diluar batasnya sendiri. Ia sudah minta maaf dan para warga memaafkannya.
“Nak Greisy, lain kali jangan nekad pergi sendirian. Kalau mau pergi minta izi dulu, agar semuanya tidak khawatir terhadap nak Greisy,” ucap pak Hazel menasehati Greisy.
“Iya pak, lain kali saya bakal minta izin. Sekali lagi saya minta maaf yah pak,”tutur Greisy menyesal.
“Iya sudah, lebih baik kita pulang saja. Mari!"
Merekapun akhirnya pulang tanpa mencurigai Greisy.
Ashton kembali ke rumah megah barkacak warnah putih, untuk memulihkan tenanganya. Ia duduk di lantai teras seraya pikirannya masih berkelana wanita yang telah ditolong. Cukup terkekeh membayangkan wanita tadi, namun entah mengapa hatinya merasa tertarik.
“Greisy wanita unik,” gumamnya masih senyum-senyum sendiri.
“Kemana saja semalam ini kamu putraku?” tanya laki-laki paru baya di belakang memecahkan kesenangan Ashton, dan ada juga wanita paru baya.
“Eh, ayah" Bangkit berdiri menggaruk kepalanya merasa kepergok oleh orang tuanya sendiri. Lalu mencium telapak tangan mereka.
“Jawab pertanyaan ayahmu nak, kamu buat mama khawatir semalam ini.”
“Ashton jalan-jalan cari angin ma. Ayah dan mama nggak usah khawatir sama Ashton,” ujarnya.
Mama mengeleng-gelengkan kepala, melihat putra semata wayangnya yang terbiasa pulang pagi. Kebiasaan habis perang pasti anaknya selalu cari angin, entah angin yang mana yang dicari.
"Lebih baik kamu istirahat. Untuk perlawanan berikutnya kamu harus hati-hati putraku. Jangan terlalu berambisi untuk mengahadapi lawan, karena bagaimanapun kita juga sesama manusia serigala, yang tidak seharusnya saling memusuhi,” ujar ayah menasehati putranya.
Pada dasarnya keluarga Dalbert tidak pernah mencari musuh atau mencari kekuasaan. Melainkan mereka menginginkan kedamaian antar bangsanya, hanya saja masih ada sesamanya yang egois dan tamak. Jika tidak dilawan mereka akan selalu bertindak semaunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!