HAPPY READING ☺️☺️
Dukung .. Like & Jejak Komentarnya!!
🌟🌟🌟
Belasan jam lalu, Dewi sangat tidak percaya permintaan kepala BNN di tempatnya bekerja, harus melihat data calon suaminya yang sudah berstatus tunangan. Tanpa curiga, ia meminta rekan untuk mengulur waktu, dimana Dewi menghubungi Jacky di mana tempat itu hanya mereka berdua yang tahu.
Tanpa basa basi, dalam puluhan menit sebuah jembatan yang menuju lokasi yang di share lock, mata Dewi tertutup tiba tiba, tubuhnya di seret paksa yang membuat sebuah benda tajam di pinggangnya terlepas.
Bug ..
Bug ..
Ah .. Sakit!! Dewi yang terlempar paksa, dipukul berkali kali dari belakang, hingga terdengar seorang pria memintanya menutup rapat, dan menunggu di luar.
Brugh .. Jatuh Duduk.
"Siapa kamu .. suara mu .. ?" Dewi sepertinya mengenali suara itu.
"Ya kamu sangat mengenaliku Dewi ... Hahaha."
Sebuah penutup kain dibuka paksa, membuat Dewi kaget, dimana ia masih terikat tangannya jatuh duduk.
"Jack ... kenapa kamu lakukan ini! Kita bisa bicara, aku bisa bantu kamu hanya rehabilitas saja. Aku bisa membantumu dari jeratan yang fatal, atau hukuman yang berat. Kita sudah bicarakan ini berapa jam lalu kan."
"Hahaha .. Kau pikir aku bodoh! Karena sudah ketahuan pekerjaanku, aku mana bisa melepasnya. Apalagi bayaran pekerjaanku ini, sangat besar 7x lipat dari pekerjaan perempuan bodoh sepertimu. Lagi pula, bos para petinggi mafia bandar narkotika membayar mahal demi membunuhmu. Kau, penyulit di masa depan bagiku Dewi. Jadi enyahlah dari hidupku, kau hanya jadi tumbal dengan jabatan mu itu .."
"Jack, apa maksudmu. Dan aku ini tunanganmu. Apa kau tidak percaya kata kata ku ..? Kenapa kau lakukan semua ini."
"Karena kau tunanganku, aku anggap kau itu sampah! Harusnya kau berpura pura tidak tahu, atau hilangkan semua bukti agar aku tidak tertangkap bukan suruh aku untuk menyerahkan diri, lagi pula salah satu petinggi mu itu terlibat, dan tepatnya tahu profesi atasan petinggi kami. Setiap bulan upeti lancar, jadi demi membereskan semuanya. KAU HARUS MATI. Hahaha ... Satu lagi Dewi, aku juga kenalkan dirimu dengan seorang penggantimu kelak, Vio. Doakan kami bahagia, apalagi kami sejalan dalam profesi kami."
Hahaha ..
Dewi terkejut akan wanita yang senyum, disamping Jack memberikan sebuah benda seperti gas air mata. Namun sebelum di gunakan, sebuah benda tertuju pada dirinya tanpa melesat.
DOOOR ..
DOOOR ..
DOOOR ..
ARGH ..
( Dewi tidak percaya, bahkan tunangannya masih bisa menembak tepat di dadanya, bertubi tubi. Demi bayaran mahal, dan kesulitan Jack di bidang pekerjaan haramnya itu, ia rela mengorbankan dirinya. )
'Aku bersumpah, akan membalas penghianatan dan kekejaman ini. Aku bersumpah untuk membalasnya di kehidupan lain untuk menemui mu dan semua orang yang terlibat tragedi pembunuhan ku.' Dewi yang lemas, berdarah semakin banyak darah yang mengalir masih melotot menatap Jack yang tertawa dengan seorang perempuan dan melempar sebuah bom kecil dalam ruangan pengap tersebut.
Perlahan ikatan tali tangannya terbuka, lalu ruangan itu tertutup rapat menyisakan dirinya sendiri, penuh darah sakit tak tertahankan hingga sebuah asap putih tebal membuat hidung dan matanya perih, sakit dan sulit menghirup nafas. Tetapi telinganya masih berfungsi saat Dewi menyeret dirinya tepat dibelakang pintu, berusaha menggedor gedor penuh harap bantuan seseorang membukanya. Tapi ia malah mendengar seseorang bicara dari telepon suara yang nyaring sepertinya di load speaker.
"Bos .. Target selesai!"
"Baiklah, kemari lah ambil bagianmu dan malam nanti datanglah ke sebuah pesta yang sangat meriah."
🪻🪻🪻🪻
Perlahan lahan matanya terbuka, entah kenapa salah satu kakinya terasa sakit, dan kepalanya pusing membuat dirinya sadar jika yang harusnya sakit itu adalah dadanya yang tertembak peluru, entah kenapa jadi seperti aneh saat menatap langit langit, kamar ini bernuansa purple abu abu pekat.
"Dimana ini ..?" lirihnya, entah kenapa ia masih ingat betul saat tunangannya lebih memilih membunuhnya demi sebuah bayaran mahal, terlebih menghilangkan jejak dirinya jadi tumbal atasannya sendiri yang terlibat. Tapi siapa itu, entahlah ia sangat ingat siapa dirinya dan luka itu dimana, dan kenapa tidak ada disini.
"Nona ... Nona .." entah kenapa suara itu terdengar jelas, entah kepada siapa sebutan panggilan itu.
"Ah .. Benar, Nona sudah siuman. Nona Juwita bagaimana, apa masih ada yang sakit. Semua ini gara gara nona Viona yang mendorong nona ke kolam, bahkan Nona tidak bisa berenang di pesta ulang tahunnya ia membuat Nona kembali celaka."
"Nona Juwita ... Dan siapa Viona ..?"
"Astaga .. tidak mungkin nona Juwita hilang ingatan, apakah nona benar benar tidak ingat apapun? Yang lain, bantu aku panggilkan dokter. Nona kita sepertinya hilang ingatan." teriak wanita paruh baya, membuat Dewi benar benar bingung bagai orang linglung.
Bahkan ia masih diam, saat yang lain sibuk memandangnya, hingga ia berdiri mencoba bangkit, namun rasa sakit salah satu kakinya, mungkin terkilir membuat nya di bantu ke sebuah meja rias, disana Dewi duduk. Ia benar benar kaget, saat menatap wajah dan rupanya yang berbeda, apakah dirinya diberi kesempatan kedua dan berada pada pemilik badan ini. Tapi kenapa dirinya bisa sampai ada di sini, bahkan menatap sekeliling kamar banyak foto dan salah satunya foto keluarga yang membuatnya diam.
"Nona Juwita benar tidak ingat apapun?" lirih wanita disampingnya.
"Tunggu! Tolong katakan padaku, siapa aku. Dan kenapa aku dipanggil Juwita. Tunggu ada apa dengan semua ini. Aku benar benar tidak ingat. Dan siapa kalian semua ..?"
Ia pun menoleh, menatap dinding kamar dengan foto gadis berusia remaja atau kurang lebih melewati diatas 17+. Tapi kenapa dengan dirinya saat ini, panggilan untuknya pun berubah dan semua seakan hormat memanggilnya dengan sebutan Nona Juwita.
'Astaga .. Apa .. Ini .. Yang .. Di Namakan pindah alam, ah tidak mungkin jika ..'
BERSAMBUNG ...
"Saya Bibi Lau, asisten almarhum Nyonya besar, yakni ibu kandung Nona Juwita. Sejak usia Nona 10 tahun saya mendampingi nona dan melindungi. Saat ini keluarga nona tidak pernah akur, bahkan adik laki laki nona Arman di pindahkan ke luar negeri ia di fitnah melecehkan Viona, dan Viona adalah adik tiri Nona Juwita. Satu lagi, Ayah nona menikah dengan sahabat ibu nona yang kini jadi saudara nona bernama Viona. Tapi sayang mereka berdua selalu jahat, berusaha mencelakai nona tanpa ayah Nona sadari, mereka licik dan banyak akal. Bibi minta maaf Nona, Nona selalu di celakai di saat bibi lengah. Andai pesta ulang tahun itu bibi tidak pergi mengantar paket, mungkin Nona tidak akan hilang ingatan. Bahkan Ayah nona saat ini sakit sakitan."
Wanita paruh baya itu menceritakan dengan jelas, membuatnya sedih akan kehidupan malang pemilik tubuh ini. Lagi pula saat dirinya mencoba melihat cermin, tampilannya berubah dan yakin dengan seperti ini ia bisa membalas dendam pada Jack, dan petinggi yang terlibat yang berusaha membunuhnya saat itu dan mungkin ia akan membalas dendam juga pada orang yang telah mencelakai pemilik tubuh ini.
"Non .. Non Juwita masih dengarkan bibi kan ..?"
Hmm .. "Masih, bibi Lau bisa ambilkan saya sesuatu ..?" senyumnya, disana bibi memberikan sebuah album foto beserta nama nama keluarga Juwita lengkap.
Bahkan yang tak habis pikir, ia terkejut akan sebuah foto kedua dimana disana, foto pernikahan ayah nya yang kini jadi ibu tiri dan adik tirinya itu.
"Bibi siapa mereka ..?"
"Dia nyonya Gwen dan nona Viona, ibu tiri dan adik tiri nona Juwita. Apa nona juga tidak ingat mereka ..?" tanya bibi Lau, membuat nya senyum meringis.
'Jadi karena dia lemah, di khianati dan pemilik tubuh ini ada sangkut pautnya dengan hari dimana terakhir aku melihat seorang wanita dengan pria yang aku cintai ..?' batin meringis senyum miring.
"Biarkan aku berpikir dan ingat ingat lagi, dan kenapa aku pindah ke tubuh orang lain." Juwita bergumam dalam hati.
Sebelumnya aku ada janji untuk menemui Jack, tetapi aku malah di tutup kepala dari belakang seperti sebuah karung, hingga tepat di sebuah ruangan sempit segi empat, membuat aku syok. Jika Jack tega melakukan semua ini, dan dia benar benar membunuh ku, atas perintah atasannya demi diriku tidak merusak rencana profesinya.
"Bibi Lau, ini tahun berapa ..?" tanya Juwita.
"Tahun 2024, " jawab bibi Lau.
"Apa ..?" Juwita merasa terkejut, di tahun yang sama itu berarti Jack dan kepala BNN ada yang terlibat upeti main kotor sehingga mereka masih hidup, membuat aku benar benar di singkirkan.
'Lihat saja kalian! Aku akan mencari kalian, membalaskan dendam ini. Karena aku diberikan kesempatan hidup lagi, maka aku tidak akan menyia nyiakan hidupku. Aku tidak akan bodoh tertipu, atau belas kasihan lagi. Aku akan hidup dengan diriku sendiri yang baru, bahkan tidak akan pernah baik dan memaafkan seperti kehidupanku sebelumnya." Juwita menyentuh liontin bulan yang menggantung di lehernya, dan mengepalnya, berusaha menguatkan diri.
Klek!
Pintu Terbuka ..
"Oh .. Indah sekali, pemandangan sampah kecil ini, kau sudah bangun rupanya ..? Bagus kalau begitu, cepat bangun dan ikut aku. Lalu minta maaf atas kekacauan party, jangan lupa bersihkan nama Viona karena ulahmu yang sembrono!" titah seorang nyonya nyentrik.
Juwita memandang ke arah bibi Lau, meminta penjelasan siapa dia itu.
"Dia nyonya Gwen, mama dari Nona Viona." ucap bibi.
"Kenapa dijelaskan? Kau Apa .. Lupa ingatan, atau pura pura agar .." Gwen sambil tersenyum kecil.
Juwita pun bangun, ehm .. meski sedikit sakit di salah satu kakinya ia tahan untuk berdiri kokoh.
"Anakmu yang membuat kekacauan, aku yang di dorong olehnya, kenapa aku yang minta maaf seolah olah Viona yang tertindas, manipulatif sekali. Bahkan aku yakin sudah kalian rencanakan agar aku mati kan, karena aku tidak bisa berenang. Aku yakin di rumah besar ini ada cctv, tidak mungkin di pesta itu tidak ada bukan .. Kenapa tidak putar saja, di depan semua yang datang cctv itu ..?"
"Apa kamu bilang ..?" Gwen terbelalak mendekati Juwita seolah akan memukuli, sebelum Juwita menoleh kebelakang.
"Jangan Nyonya! Nona masih sakit, aku minta maaf untuknya. Tolong jangan sakiti dia!" pinta bibi Lau, menghalangi nyonya Gwen yang akhirnya mengenai pipi Lau, karena tidak berhasil memukul Juwita.
Hal ini pun membuat Juwita cukup terkejut.
"Kalau kamu tidak mau dia dipukul! Cepat suruh dia Klarifikasi, minta maaf pada yang hadir di pesta. Dia yang mengacaukan semua ini dan membuat nama Viona tercoreng." Gwen pun pergi.
Bibi Lau, kembali menutup rapat pintu kamar. Lalu menelisik ke arah Juwita apakah ia baik baik saja, yang membuat hati wanita paruh baya itu lega.
Juwita masih tidak mengerti, sebab dirinya benar benar bingung. Siapa dan seperti apa pemilik tubuh ini menjalani hidup, dan sepertinya ia harus menolong pemilik tubuh ini menjalani hidup tidak lemah dan tertindas, hitung hitung ia juga berterimakasih. Setelah itu, barulah ia mencari Jack dan petinggi yang membuatnya mati.
"Nona, di dalam saja. Biar bibi yang urus dan meminta maaf, nona tidak perlu turun. Bibi akan memohon pada Nyonya besar, dan ini kesalahan bibi yang tidak teliti melihat lantai di kolam berlumut, membuat semuanya seolah nona Viona mendorong itu tidak benar. Tolong nona ikuti saja kata bibi, bibi akan buat semua ini murni kecelakaan."
"Hah .. Bibi Lau, bukankah tadi bilang padaku jika semua jelas Viona mendorong ku, kenapa klarifikasi kecelakaan."
"Dengan begini, saya tetap bisa mengawasi nona Juwita, bahkan cctv bini yakin sudah di hapus atau alasan eror lagi Nona. Dengan begitu bibi tidak akan di pecat biar semua konsekuensinya bibi tanggung, nona Juwita tolong percaya pada bibi saat ini, sampai benar benar Ayah Nona sembuh, dan bibi akan berusaha kumpulkan bukti agar Nona tidak lagi menanggung derita disakiti Nyonya Gwen."
"Bukankah disini banyak pembantu, tolong jelaskan siapa yang ada di pihak kita bibi Lau, dan terimakasih sudah ada di pihak Juwita."
Nona itu memeluk wanita paruh baya, meski bibi itu sedikit enggan dan merasa malu.
"Ada 12 orang termasuk dengan bibi, Nona. Bibi harus ke bawah, dan meminta yang lain membantu. Di bawah pasti sangat berantakan juga."
"Ya sudah bibi perintahkan saja yang lain membereskannya, Bibi tidak usah ke bawah ikut capek. Soal Nyonya nyentrik sok glamour dengan tampang pas pas itu, aku akan cari cara lain. Dia sudah harus tahu siapa aku .." Juwita kembali duduk di ranjang.
Bibi Lau, merasa Nona nya berbeda tidak seperti biasanya, setiap ia bantu tidak pernah menahannya. Tetapi kali ini, apa karena kecelakaan tenggelam, membuat seseorang berubah tingkah laku adalah hal biasa, bibi Lau berpikir meski sebenarnya sejak dulu ini yang ia inginkan, tetapi ia sangat Khawatir Nona tersayangnya mendapat luka dalam akibat tenggelam.
Juwita yang terlahir lemah, ia dua bersaudara kembar berbeda jenis kelamin. Adiknya bernama Arman, si pria cool yang berani sering membela Nona Juwita, namanya Arman. Tetapi karena sebuah kasus, membuat dirinya di kirim ke luar negri, dan tragisnya setelah di luar negeri menuju apartemen Arman kecelakaan membuatnya masih di rawat di rumah sakit ternama disana, bahkan Juwita tidak tahu keadaan adiknya sekarang, yang ia tahu Armand mengurus perusahaan baru di luar negri karena itu kata kata Ayahnya terakhir menjelaskan padanya.
Apalagi sejak ibu kandungnya meninggal. Dan ayahnya tidak di rumah, dua orang itu berlaku semena mena pada Nona Juwita. Dan tuan besar di rumah ini sudah sakit sakitan, yang membuat mereka menjadi jadi berlaku niat jahat pada Nona Juwita, membuat rumah elite ini bagai neraka saja karena mereka saat ini berkuasa.
Bibi Lau begitu sayang pada Nona Juwita, ia janji akan terus melindungi di samping Nona Juwita sampai akhir hayat, berharap Nona Juwita menemukan kebahagiaannya.
"Bibi .. kenapa diam saja? Aku sangat lapar." Juwita senyum, memegang perutnya yang kebetulan bunyi.
"Ah .. Sebentar bibi antarkan!" Bibi Lau, segera tersadar dan cepat cepat turun ke bawah menuju dapur.
Juwita kembali menatap sekeliling kamar besar ini, ia kembali berdiri dan menatap rupanya yang sekarang.
Gila .. Wajah yang tidak serupa itu, benar benar wajah yang sudah berubah total seratus persen, dari wajah aslinya.
"Ah .. Takdir keduaku, jadi aku pindah ke tubuh orang lain. Bahkan aku tadinya mengira aku hanya pindah tempat saja, tetapi nyatanya ..?" Juwita memegang pipinya.
BERSAMBUNG ..
Yuk jejak like, vote dan komen ramaikan.
Juwita yang merasa tidak enak terlalu lama di kamar, ia mencoba membuka pintu, seolah melirik sekeliling rumah besar yang harus ia tahu agar tidak tersasar.
"Mau kemana kamu ..?" Gwen mendekati bibi Lau yang membawa nampan, berisi makanan dan segelas bening berisi air putih.
"Mau ke kamar nona Juwita. Nyonya."
"Eh .. Sejak kapan mom dia manja, baru kali ini aku lihat pelayan nya mengantar ke atas." Viona memanasi sang mama.
"Apa .. suruh dia turun ke bawah, untuk apa di antar makanan itu ke atas. Sekalian dia bersihkan dapur, dan turun menghadapi ku untuk klarifikasi dia sengaja mengacau ulang tahun Viona dengan menceburkan diri ke kolam." Gwen meneriaki pelayan.
Bibi Lau, tidak menanggapi, ia pergi cepat menuju kamar Nona. Yang membuat Gwen semakin naik satu oktaf.
"Apa kau tidak punya kuping .. Ha .."
Bibi Lau tetap jalan, hingga di arah menuju tangga ia menoleh dan memohon. "Nona sedang sakit, Nyonya harap mengertilah."
"Dasar pelayan kurang ajar! Apa kamu mau di pecat ..?" teriaknya, Gwen pun menarik pelayan tersebut hingga nampan tumpah ke lantai.
Prang ...
Bibi Lau terkejut, ia menatap makanan yang terbuang begitu saja, tanpa mendengarkan Nyonya yang masih mengomel, bahkan memunguti makanan itu membuat Gwen menginjak tangan bibi Lau, yang terkena pecahan kaca piring.
Ah ..
Meringis bibi Lau, membuat Viona di sebelahnya tertawa.
"Haha .. Itu hukuman pelayan bodoh tidak menurut seperti mu bibi tua, dasar pelayan tua jelek."
"Ku bilang, suruh dia makan di bawah, di dapur seperti biasa. Dan bukan makanan baru, tapi makanan sisa kemarin. Jika kau tidak menurut, maka aku pecat kau. Mengerti ..." Gwen tersenyum miring.
"Tapi Nyonya .."
"Dia itu juga harusnya pergi dari rumah ini, memang siapa dia. Atau kau pergi juga dari rumah ini, juga anak bodoh itu! Dia bukan siapa siapa di rumah ini. Heh .."
"Nyonya. Tapi Nona besar itu juga anak dari Tuan Steve, dan dia sah pemilik Nona besar disini, jangan lupakan Den .. Arman yang saat ini kritis di Australi, saya sudah menutup rapat semuanya. Dan anda juga bukan siapa siapa disini, jika tidak menikah dengan Tuan Steve, bahkan Tuan besar sakit keras anda tidak menjenguknya sekalipun, di rumah ini pun anda tidak merawatnya." bibi Lau, seolah keceplosan begitu kesal.
"Apa .. Kau berani berkata kurang ajar! Kau .. Pergi dari sini, dan kau .. Di PECAT. Kau bukan pelayan lagi di rumah ini .. !!" Gwen membelalak membuat bibi terdiam, mungkin hatinya tak terbendung sehingga mengungkapkan kekesalan.
"Siapa yang berani memecatnya?"
Seseorang turun dari anak tangga, bibi Lau menoleh menatap putri besar Tuannya yang sebenarnya ia menyukai perubahan nona kecilnya itu.
"Kau .. !! Dia kakinya baik baik saja, dan sepertinya tidak sakit mom?" Viona berbisik.
Juwita. Tepat turun menatap Gwen ibu tiri yang seolah olah melingkar segitiga di mana bibi Lau masih tak percaya sikap nona kecilnya itu sedikit berani menatap sangat dekat.
"Kau yang harusnya pergi Gwen. Ingat kau itu disini yang menumpang! Berani memecat pelayan pribadiku, kau cepat pergi dari rumah ini!" Juwita menatap nanar, membuat Gwen sesak nafas.
"Kamu lancang sekali, aku itu ibumu dan kamu berani bicara begitu padaku Juwita .."
"Hem .. Ibu? Hahaha kau bukan ibuku .. Dan .. Kau yang menumpang disini, kau juga yang membuat aku lancang bicara pada wanita tua seperti nenek sihir. Harusnya kau yang pergi dari sini. Ayo .. Cepat minta maaf pada bibi Lau! Sebelum aku berubah pikir."
'Apa ..'
"Mana mungkin mama harus minta maaf pada pelayan, dasar Juwita gila." Viona berteriak kecil, lalu mengumpat di balik punggung mamanya saat Juwita melotot ke arahnya.
"Kau juga harusnya pergi, dan terima akibatnya jika menyentuh pelayan pribadiku. Cepat minta maaf sekarang!" teriak Juwita.
"Aku hitung mundur .. 3 .. 2 .. " Juwita kesal karena ibu tirinya tidak mau minta maaf.
"Bibi makanan nya ..?"
"Ah .. Baik Nona, sebentar!"
"Sup hangat ah .. Atau panas juga boleh." teriak Juwita lembut, masih menatap dua wanita di depannya itu dengan tengil.
"Nona .. Ini sup nya masih hangat, atau bibi panaskan kembali."
"Bibi .. Sekarang tumpahkan ke wajah Gwen!"
"Ha .."
Apa .. Kau berani lakukan itu pada mama? Viona seolah ikut kesal maju membela.
"Jangan berani macam macam denganku Juwita, kau lupa peraturan di rumah ini!" Gwen mengancam emosi.
Byurr
Aw ..
Mangkok sup masih sedikit panas itu di raih oleh Juwita, ditumpahkan sengaja mengenai wajah Gwen hingga rembes ke bagian depan, membuat Viona gigit jari akan sikap Juwita yang biasanya lemah tak melawan.
KAU ..
"Ingat, peraturan di rumah ini hanya aku. Dan kalian semua .. Yang melihat situasi ini, kalian harus dengar baik baik. Aku pemilik sah di rumah ini, ingat papaku masih hidup. Dan aku pewaris sesungguhnya. Dua orang ini tidak ada hubungan darah denganku, bahkan mengakui Nyonya disini, ha .. sangat lucu. Jika ada yang menyentuh asisten pribadiku bibi Lau, kau berhadapan denganku. Dan peraturan di rumah ini, semua akan kembali seperti awal." Juwita senyum meninggalkan kekacauan.
Bibi Lau yang sempat terkejut akan Nona kecilnya, ia pun segera mengekor namun Juwita kembali meraih plaster dan obat merah.
"Bibi pakai ini, bersihkan lukanya. Tidak usah membereskan hal tidak penting, tugas bibi adalah bersamaku dan tidak melakukan tugas bersih bersih di rumah ini. Biarkan yang lain bertugas kebersihan di rumah ini." senyum Juwita, membuat bibi Lau menelan saliva, bahkan ia melirik yang lain ikut ngeri melihat situasi ini, atau sedikit kesal karena pekerjaannya berubah drastis.
"Baik Nona."
Sementara Gwen dan Viona ia pergi berteriak tidak jelas, hal itu membuat Juwita kembali menoleh dengan senyuman miring.
"Bibi bisa ambilkan dokumen perusahaan dimana Arman tinggal dan aku ingin bertemu Papa."
"Baik Nona, bibi akan ambil dan antar." senyumnya sedikit lega, berharap Nona Kecilnya tegas, berani seperti ini terus menerus dan keadaan rumah besar ini baik seperti dulu.
BERSAMBUNG ..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!