NovelToon NovelToon

SHOTGUN

1st : Unexpected Attack

Lima tahun sejak kepergian mereka dari Miami ke Salzburg, ketenangan mulai mereka rasakan. Hidup tanpa tekanan ataupun bahaya yang kapan saja dapat mengancam keselamatan mereka. Selain itu, kepindahan mereka dapat dimanfaatkan untuk hal yang positif. Setidaknya mereka dapat membantu orang - orang yang tertindas di sekitar mereka dengan kemampuan yang mereka miliki.

Terhitung baru lima tahun mereka tinggal di Salzburg, namun keluarga Armstrong sangat disegani di kota itu. Mereka dikenal sebagai keluarga dari pengusaha sukses Jack Armstrong. Jack memiliki seorang istri bernama Aletta serta dua orang putri yaitu Alya dan Audrey. Meski keluarga itu memiliki masa lalu yang kelam, mereka menutupi fakta - fakta tentang kejahatan mereka dulu. Bukan hanya sang ayah yang terlibat melainkan sang putri sulung, Alya juga ikut menjalani usaha gelapnya. Jadi tak heran, jika wanita itu terlihat sangat dingin. Sedangkan Audrey sangat bertolak belakang dengan Alya, bahkan hanya Audrey satu - satunya keluarga yang tidak mengetahui usaha gelap sang ayah.

Namun, ketenangan mereka tidak bertahan lama saat mata - mata Carlos mulai menemukan keberadaan mereka. Itu dimulai sejak Aletta menghadiri acara Fashion Week di Wina. Mereka mengikuti semua pergerakan Aletta jika saja seorang bodyguard tidak menyadari keberadaan orang - orang itu.

"Nyonya? Sepertinya orang - orang itu mengikuti kita sejak tadi" seru salah seorang bodyguard.

"Apa kau yakin?" Selidik Aletta sambil menatap tajam bodyguard itu.

"Iya, saya sangat yakin. Karena sejak tadi saya memperhatikan gerak - gerik orang - orang yang ada di sekitar kita dengan alat ini. Dan mereka selalu mengikuti kemana arah kita pergi" jelasnya sembari menunjukkan sebuah tablet yang menampilkan beberapa rekaman CCTV yang ada di sana.

"Baiklah, aku paham. Berikan ponselmu padaku, aku akan tunjukkan pada mereka seberapa bahayanya kita" ujar Aletta sembari menunjukkan smirk andalannya.

🔫🔫🔫

"Ada apa?"

"Ini aku Aletta"

"Aletta? Mengapa kau menggunakan ponsel Beny? Dimana ponselmu?"

"Aku sengaja tidak menggunakannya. Karena aku tidak ingin ada yang melacaknya"

"Apa maksudmu?"

"Entahlah mereka anak buah siapa? Yang pasti mereka sedang memata - matai kami"

"Kalian dimana saat ini?"

""Mirabell"

Setelah panggilan terputus, Jack pun bergegas meraih jaket kulit yang tersampir di kursinya. Alya yang sejak tadi ada di ruang kerja Jack hanya menatap aneh pergerakan daddynya itu.

Daddy terlihat terburu - buru.

"Daddy, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Alya.

"Tidak ada. Daddy hanya lupa jika beberapa menit lagi ada pertemuan dengan kolega Daddy"

"Meeting? Dengan pakaian seperti itu?"

"Hm, bukan. ini hanya acara non formal. Seperti hangout mungkin"

"Owwhh" jawab Alya dengan bibir yang membulat. "Hati - hati kalau begitu."

"Tetaplah di rumah dan jagalah adikmu!" pinta Jack sarkastik sebelum hilang dibalik pintu.

"Apa maksud daddy?" Alya bertanya pada dirinya sendiri. "Entahlah." lanjutnya sambil mengedikkan bahunya tak peduli lalu pergi dari ruang kerja Jack.

Alya pergi menuju dapur lalu membuka kulkas untuk mengambil sekaleng soda dan menenggaknya. Matanya tearah pada Audrey yang sibuk memasak.

"Sedang apa?" tanya Alya lalu menyandarkan punggungnya di kulkas.

"Astaga, pertanyaanmu itu benar - benar aneh. Sudah tahu aku sedang memasak, kenapa bertanya?" cerocos Audrey sembari berkacak pinggang.

"Iya, iya aku tahu kau sedang memasak. Maksudku apa yang sedang kau masak itu?" jelas Alya gemas sampai - sampai ia menggigit bibirnya sendiri.

"Owh. Kalau begitu kan aku mengerti. Aku sedang masak Lasagna. Apa kau juga mau?"

"Memang dasarnya kau saja yang bodoh. Tentu mengapa tidak?" ledek Alya lalu beranjak dari tempatnya.

"Aku tidak bodoh tahu. Aku marah padamu. Kau tidak boleh makan lasag----" ucapannya terputus saat Alya membekap mulutnya dengan tangan. Alya mengisyaratkan untuk tetap diam saat menyadari ada segerombolan orang yang berhasil masuk ke pekarangan rumah mereka.

"Diam. Ada banyak orang diluar. Kau harus bersembunyi! Ikut aku!" ujar Alya pelan sambil menarik Audrey dan membawa gadis itu ke kamarnya sambil mengendap-endap.

Sesampainya, di kamar Alya dengan cepat gadis itu menggeser lemari buku miliknya dan memperlihatkan sebuah pintu rahasia.

"Alya? Apa yang ingin kau lakukan? Dan siapa mereka semua?" tanya Audrey dengan kebingungan dan menatap Alya yang hanya bisa menghela napasnya kasar.

"Aku tidak tahu siapa mereka. Cepatlah masuk! Kau akan aman disana. Percayalah padaku! Jangan takut!" seru Alya meyakinkan Audrey untuk tetap tenang.

Dorr... Dorr... Dorr...

"Arggh." Dengan cepat Alya menutup mulut Audrey.

"Ssttt. Jangan berisik! Nanti kita akan ketahuan. Tenanglah!. Sekarang masuklah! Kau akan aman disana!"

"Tapi, bagaimana denganmu?"

Alya tersenyum tipis lalu menjawab, "Tidak usah pikirkan aku. Aku akan baik - baik saja. Percayalah! Jaga dirimu baik - baik! Masuklah! Aku akan menggeser lemarinya lagi"

"Baiklah. Berjanjilah padaku! Kau akan baik - baik saja" Ucap Audrey tak kuasa menahan air matanya.

Dan suara tembakan pun kembali terdengar. Membuat Alya mendorong paksa Audrey ke dalam ruangan itu sambil mengatakan, "Aku janji. Aku akan kembali."

"ALYA? Please be careful!" teriak Audrey dengan mata yang berkaca - kaca.

Setelah itu, Alya mengambil empat buah pistol. Dua pistol diselipkan di pinggangnya dan duanya lagi di genggamannya. Alya keluar dengan pistol di kedua tangannya. Dan menembak orang - orang tak bertanggung jawab yang sudah mengganggu ketenangan keluarganya. Alya menembaki mereka tanpa henti sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang tidak dapat dikenali wajahnya karena tertutup masker hitam. Orang itu mengarahkan pistolnya tepat ke dada Alya. Spontan Alya pun mengarahkan pistolnya ke arah orang itu juga. Keduanya sama - sama terdiam. Alya menatap tajam tepat ke mata orang bermasker itu tanpa rasa takut sedikit pun.

"Turunkan pistolmu! Atau aku akan menembus jantungmu dengan peluruku" pintahnya yang justru membuat Alya semakin geram. Namun, mau tak mau Alya menjatuhkan pistolnya lalu berlutut di lantai dengan kepala tertunduk dan kedua tangan terangkat. Orang itu mengambil pistol Alya yang terjatuh di lantai sambil menatap rendah Alya yang menyerah di hadapannya. Orang itu tertawa bangga dengan kedua tangan direntangkan sembari membelakangi Alya yang masih terduduk di lantai.

"Pengecut seperti dia kalian anggap jagoan. Bahkan dengan pistolku saja dia sudah takut. Apanya yang jagoan? Apa jagoan takut dengan pistol? Hah?" ceplos orang itu. Alya menggeram keras membuat orang itu membalikkan tubuhnya menghadap Alya yang saat ini menatapnya tajam dengan wajah memerah. Tanpa ia sadari, Alya sudah menyiapkan pistol di tangan kirinya. Tak menunggu lama, Alya mengarahkan pistolnya ke dada kiri orang itu dan menarik pelatuknya.

Dorr...

Peluru itu berhasil menembus dada orang itu, namun meleset. Orang itu sempat berpindah sehingga peluru itu mengenai bahu sebelah kanan.

"Sial!!!" umpatnya. Orang itu pun limbung dan tak dihiraukan Alya. Saat ini Alya terfokus pada orang - orang yang masih bisa berdiri tegap. Alya menembaki semua orang itu, tetapi tidak di dadanya melainkan di kedua kaki mereka. Alya tidak ingin membunuh mereka, tetapi bukan berarti Alya bisa memaafkan mereka.

Dorr...

"Akkhh" rintihnya saat sebuah peluru menembus lengan kanannya.

"ALYA!!!"

💢💢💢

2nd : Don't Worry

Aletta yang baru saja tiba di rumah memekik terkejut dengan kekacauan yang terjadi. Tanpa menunggu lama, wanita itu mencari kedua putrinya dan langkahnya terhenti saat melihat putri sulungnya yang sedang diobati oleh seorang laki - laki yang merupakan teman dari Alya.

"Ya Tuhan! Apa yang terjadi pada putriku?" ceplos Aletta.

"Maaf, karena saya terlambat menolong Alya" ucap laki - laki itu sambil menundukkan kepalanya.

"Ini semua bukan kesalahanmu, tidak perlu minta maaf" sergah Alya cepat lalu bangkit dari duduknya dan memakai sweater untuk menutupi lengan kanannya yang terluka.

"Mommy tidak perlu khawatir, kami baik - baik saja" jawab Alya santai.

"Tapi, kamu terluka Alya!" Sela Aletta lalu mendekati putri sulungnya dan memperhatikannya dari dekat. Alya hanya tersenyum tipis melihat tingkah Aletta.

"Mommy don't worry! Ini hanya luka kecil. Alya baik - baik saja" tukasnya. Yah luka ini adalah yang pertama sejak lima tahun lalu. Sambungnya dalam hati.

"Aku harus keluarkan Audrey terlebih dahulu" ucap Alya lalu beranjak meninggalkan Aletta dan teman laki - lakinya itu.

"Bagaimana dengan Audrey? Apa dia baik - baik saja?" tanya Aletta sontak menghentikan langkah Alya dan berbalik menghadapnya.

"Audrey baik - baik saja. Dia berada di tempat yang aman" Jawab Alya yakin. "Dan untuk kau. Aku sangat berterima kasih padamu, Calvin" lanjutnya lalu bergegas menuju kamarnya.

Di kamarnya Alya mengganti sweaternya karena ada bercak darah disana. Alya tidak ingin Audrey melihatnya dan sedih jika tahu dirinya terluka. Dengan cepat Alya mengganti pakaiannya dengan sebuah kaos hitam berlengan panjang, yabg bisa menutupi lengannya yang terluka. Setelah itu, Alya menggeser lemari bukunya hingga sebuah pintu terlihat. Alya pun membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.

"Audrey?!" panggilnya sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah. "Audrey?! Where are you?" panggilnya lagi dengan suara yang lebih besar.

"Alya?! Apa itu kau?" seru seorang gadis dari balik sofa yang ada di ruangan itu. Mendengar itu, tak pelak membuat Alya menghela napasnya lega dengan sebuah senyuman manis terukir di wajahnya.

"Yah, ini aku. Come on!" ajak Alya. Sementara, Audrey bangkit dari posisinya lalu berlari dan memeluk sang kakak cukup erat.

"Astaga! Lepaskan! Aku tidak bisa bernapas kalo seperti ini" gerutu Alya lalu melepaskan pelukan sang adik.

"Kau tahu? Aku sangat khawatir denganmu. Aku takut kau akan terluka" cerocos Audrey dengan air mata yang mulai menetes.

"Sudah. Jangan menangis! Aku baik - baik saja" tukas Alya lalu menghapus jejak air mata sang adik dan menarik Audrey keluar dari ruangan itu.

Setelah berhasil keluar, Alya menggeser kembali lemari bukunya lalu berniat meninggalkan kamarnya. Belum sempat ia melangkah, Alya menyadari adiknya terdiam di tempatnya dengan tatapan khawatir mengarah padanya. Alya memegang kedua bahu Audrey lalu menatap tepat ke kedua manik gadis itu.

"Hei! Aku baik - baik saja. Kau tak perlu khawatir" seru Alya berusaha menenangkan sang adik sembari menepuk pelan pipi Audrey yang justru menitihkan air matanya. Melihat itu, Alya pun tak tega dan menghapus air mata Audrey.

"Astaga! Sudahlah! Jangan menangis lagi! Semuanya sudah baik - baik saja" bujuk Alya lalu memeluk Audrey yang terlihat ketakutan.

"Alya! Aku takut... Aku sangat takut."

"Tidak ada yang perlu kau takutkan lagi. Semuanya akan baik - baik saja" ujar Alya sambil mengelus lembut punggung Audrey.

"Aku hanya takut mereka akan datang lagi..."

"Ssstt.. Tidak usah dipikirkan yang penting sekarang semuanya sudah membaik"

Audrey mengganggukan kepalanya dan Alya pun melepaskan pelukannya. Dengan sigap Alya menghapus jejak air mata di wajah sang adik lalu melihatnya dari dekat. Kedua tangan Alya terangkat dan menyentuh kedua sudut bibir Audrey lalu menariknya pelan sampai terbentuk sebuah lengkungan indah.

"Jangan menangis lagi! Tersenyumlah!"

Audrey memegang kedua tangan Alya sembari mengganggukan kepalanya.

"Terima kasih karena sudah melindungiku" tutur Audrey dengan suara yang terdengar sangat lembut.

"You're welcome my lil sister" jawab Alya dengan senyuman indah terukir di bibirnya dan satu tangannya terulur untuk mengacak rambut sang adik.

🔫🔫🔫

Di sebuah ruangan dengan cahaya yang minim, terdapat seorang pria tengah duduk di kursi dengan kedua kaki diletakkan diatas meja.

"Apa kalian berhasil melukai putri Jack yang bernama Alya itu?" ceplos pria itu sembari menghisap rokok. Bukannya menjawab, beberapa anak buahnya hanya menunduk pasrah. "Kenapa kalian diam saja?! Jawab!!!"

"Tuan maafkan kami, nona Vivian terluka" jawab salah satu anak buahnya dengan suara yang bergetar.

"APA?! Vivian ikut bersama kalian?!" tegas Carlos.

"I... I... Iya tuan"

"Haishh?!!"

"Tapi, tuan... Nona Vivian memang berhasil melukai gadis itu. Tapi, gadis itu juga menembak nona Vivian dan hampir semua dari kami mengalami cedera pada kedua kaki mereka akibat peluru yang ditembakan oleh Alya" jelas salah satu anak buah pria itu. Tak pelak membuat pria itu menggeram keras dan mendorong mejanya cukup kuat.

"Sialan!!!"

Pria itu bangkit dan hendak meninggalkan ruangan itu.

"Dimana Vivian sekarang?!" ketusnya.

"Nona Vivian sedang menjalani operasi di basement, tuan" kata anak buahnya membuatnya mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya.

Beraninya kau melukai putriku, dasar bocah sialan!!!

🔫🔫🔫

Jack yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi bergegas masuk ke dalam rumahnya. Saat di depan pintu utama, langkah Jack terhenti saat melihat rumahnya dalam keadaan yang sangat kacau. Matanya membulat saat ia mengingat kedua putrinya yang ia tinggalkan di rumah. Jack pun segera mencari keberadaan kedua putrinya.

"Daddy?!" panggil salah satu putrinya hingga berhasil menghentikan langkahnya saat hendak menaiki anak tangga menuju kamar kedua putrinya.

"Audrey?!" seru Jack lalu beralih memeluk putri bungsunya. Sementara, Alya dan Aletta sedang merapihkan kekacauan yang terjadi hanya tersenyum simpul.

"Alya?! Bagaimana dengan Alya?" ceplos Jack yang mampu didengar sang pemilik nama.

"Aku disini, Dad. Tidak perlu khawatir, Aku baik - baik saja" jawab Alya sembari melambaikan tangannya. Melihat itu pun, Jack menghela napasnya lega. Kedua putrinya dalam keadaan baik.

Audrey pun kembali menghampiri Alya untuk membantu sang kakak. Saat Alya hendak mengangkat sebuah kotak yang terjatuh di lantai, Audrey tak sengaja meremas lengan kanan Alya yang terluka membuat gadis itu meringis.

"Arrghh..." pekiknya.

"Alya, ada apa?" tanya Audrey cemas.

"Ahh... Tidak ada, tanganku sepertinya terkilir" bohongnya lalu pergi menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Alya membuka bajunya dan menyisakan tanktop putih melekat di tubuhnya. Alya membuka perban yang membalut lukanya, karena darah kembali mengalir akibat Audrey yang tak sengaja meremas lengannya. Alya mengambil first aid kit yang ada di meja kerjanya. Ia pun mengambil kassa dan kapas lalu mulai membalut lukanya sendiri. Walaupun sedikit kesulitan, Alya tetap berusaha hingga lukanya berhasil terbalut sempurna.

Tanpa sepengetahuannya, ada seseorang yang masuk dan berdiri menatap setiap pergerakannya itu dengan tatapan khawatir.

"Alya?! Kau terluka?" 

"Daddy?!"

"Siapa yang berani melukaimu? Katakan!"

"Aku tidak bisa melihat wajahnya."

"Katakan! Siapa mereka?!"

"Mereka... Sepertinya mereka anak buah Carlos."

"Apa?"

"Daddy sudahlah! Yang penting sekarang semuanya baik - baik saja"

Aku berjanji akan memusnahkan siapapun yang berani mengancam kehidupan keluargaku. Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini, Carlos Hudson!!!

💢💢💢

3rd : Who Are They?

Hari ini adalah hari pertama Audrey memasuki dunia kampus. Yah, Audrey baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas. Seperti biasa sebelum memulai aktivitas mereka masing - masing, keluarga Armstrong berkumpul di meja makan untuk sarapan. Jack yang sudah rapi dengan kemeja putih serta jas dan celana yang berwarna senada, yaitu navy. Alya yang sudah siap dengan setelan jas dan celana panjang kotak - kotak berwarna coklat kekuningan dengan dalaman tanktop putihnya. Sedangkan Audrey dengan outfit kampusnya, celana jeans panjang dan kemeja putih polos. Sementara, Aletta memakai dress kuning selutut yang terlihat sangat menawan.

Selesai menyantap sarapan, Jack dan kedua putrinya pun berpamitan dengan Aletta. Kemudian, mereka berangkat menggunakan mobil Range rover hitam milik Jack dan diikuti oleh sebuah mobil sedan hitam yang merupakan mobil dari para bodyguard keluarga Armstrong.

Sesampainya di kampus tempat Audrey kuliah, gadis itu pun turun sembari menyapa Daddy dan kakaknya.

"Bye Daddy... Bye Alya..."

Audrey pun bergegas masuk ke gedung dan diikuti oleh tiga orang bodyguard sang Daddy. Menyadari itu, Audrey hanya menghembuskan napasnya kasar. Tiba - tiba terlintas di benaknya untuk kabur dari jangkauan para bodyguard itu. Audrey pun mempercepat langkahnya tetapi para bodyguard itu juga tetap mengikutinya.

"Haishh..." Audrey pun berlari lalu masuk ke dalam sebuah kelas yang kosong. Audrey memekik saat seseorang membekap mulutnya.

"Sstt... Diam!!!" seru orang itu lalu melepaskan tangannya dari mulut Audrey.

"Siapa kau?" ceplos Audrey dengan alis menukik. Orang itu tersenyum tipis.

"Mark, panggil saja aku Mark" Ucap orang itu sambil mengulurkan tangannya. "Namamu siapa?."

"Aku... Namaku Audrey" jawabnya sambil menjabat tangan orang yang bernama Mark itu.

"Sepertinya mereka sudah pergi" ujar Mark sembari melirik ke jendela.

"Syukurlah!"

"Memangnya mereka siapa?" tanya Mark dengan tatapan aneh.

"Ahh itu... Mereka bodyguardku" tukasnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Ohh.. Tunggu aku belum pernah melihatmu? Kau---"

"Iya, aku baru masuk. Sepertinya aku harus pergi" tutur Audrey lalu beranjak dari tempatnya.

Di depan pintu tiba - tiba langkahnya terhenti dan berbalik melihat Mark yang masih melihat ke arahnya.

"Mark?! Danke!"

"Iya"

"See you"

🔫🔫🔫

Setibanya Jack dan Alya di kantor, keduanya bergegas menuju ruang kerja masing - masing. Alya merupakan direktur di perusahaan ayahnya. Walaupun, usianya masih terbilang muda untuk menjadi seorang direktur ditambah gadis itu tak memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, bukan berarti ia tidak mampu. Justru sebaliknya, karena kemampuan yang dimilikinya lah yang mendasari sang ayah menunjuknya langsung sebagai direktur. Memang baru dua bulan yang lalu, Jack mengangkatnya sebagai direktur, tetapi berbagai pekerjaan yang dilimpahkan padanya dapat ia selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Bukan hanya itu, Alya juga sangat disenangi karyawan di perusahaan ayahnya. Karena sifatnya yang rendah hati dan ramah meskipun wajahnya terlihat dingin bagi sebagian orang yang baru melihatnya. Gadis itu juga tak segan untuk bergabung dengan para karyawan saat jam istirahat walaupun gadis itu tak banyak berbicara dan hanya memilih mendengarkan guyonan para karyawannya. Tetapi, Alya selalu menyempatkan waktunya untuk bergabung dengan para karyawannya.

"Guten morgen!" sapa Alya pada saat ia melewati para karyawannya yang sudah mulai melakukan pekerjaannya. Mendengar itu, sontak membuat mereka menjawab sapaan Alya serentak.

"Guten morgen! Nona Alya!"

Alya tersenyum mendengarkan sapaan mereka. Kemudian, masuk ke dalam ruangannya. Alya meletakkan tas samping yang ia bawa diatas meja, dan beralih mendaratkan bokongnya pada kursi kerjanya lalu membalikkanya menghadap kaca yang memperlihatkan penampakan kota dari ketinggian sekian.

Alya menopang dagunya dengan salah satu tangannya sembari menatap lurus pemandangan di luar kaca. Tiba - tiba peristiwa penyerangan di rumahnya dua hari lalu kembali terngiang di benaknya.

"Apa tujuan mereka sebenarnya?!" ceplosnya dengan pandangan yang tak fokus sembari menggigit bibir bawahnya.

Pengecut seperti dia kalian anggap jagoan. Bahkan dengan pistolku saja dia sudah takut. Apanya yang jagoan? Apa jagoan takut dengan pistol? Hah?

Alya mendesis saat perkataan perempuan itu kembali terngiang di pendengarannya bagaikan kaset rusak.

"Apa perempuan itu ingin melenyapkanku?! Ceplosnya lagi. "Dan apa kami pernah bertemu?! Perempuan itu berbicara seolah - olah ia tahu tentang diriku. Siapa dia?!" ucap Alya pada dirinya sendiri sambil mengetuk - ngetuk pelipisnya dengan jemarinya. Alya menghela napasnya seakan ingin menjernihkan pikirannya dari kejadian dua hari lalu.

Apa aku harus mengajari Audrey bela diri? Setidaknya untuk berjaga - jaga.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Alya?" seru Jack yang masuk ke dalam ruangan putrinya secara tiba - tiba dan berdiri tepat di samping Alya.

"Daddy?!"

"Apa yang sedang kamu pikirkan?!" tanya Jack lagi lalu mendudukan bokongnya pada meja.

"Apa daddy sudah mengetahui siapa mereka?!" jawab Alya yang justru balik bertanya. Jack menoleh cepat dengan dahi berkerut tetapi tak berlangsung lama.

"Daddy belum bisa memastikan siapa mereka" tukasnya lalu melipat kedua tangannya di dada. Mendengar itu, Alya hanya menghela napas frustasi.

"Apa mereka anak buah Carlos?!" ceplosnya sembari menatap sang ayah yang menoleh padanya. Jack terdiam sesaat mendengar pertanyaan putrinya yang terdengar sedang menginterogasi dirinya.

"Daddy belum bisa pastikan itu. Karena saat ini detektif Henry masih mencari tahu siapa mereka" tandas Jack. "Sebaiknya kamu tidak perlu memikirkan hal itu, biar daddy saja yang mengurusnya" tambahnya lalu beranjak dari tempatnya.

"Daddy tunggu!!!" pintanya. "Apa boleh Alya memberi saran?!" tanya Alya ragu.

"Apa itu?"

"Apa aku bisa mengajari Audrey bela diri? Supa---"

"No"

"Tapi, daddy---"

"No buts anymore."

"Dad?!"

"Kamu lupa tentang kondisinya? Dia terlalu lemah untuk hal seperti itu. Jadi kamu tidak perlu mengajari adikmu melakukan hal itu"

"Okay, i know"

Alya menutup mulutnya rapat - rapat saat ia melihat wajah ayahnya yang terlihat tak suka dengan sarannya. Setelahnya, Jack keluar dari ruangannya.

"Tapi, entah kenapa aku yakin kalo mereka adalah anak buah Carlos!" gumamnya dengan tangan yang terkepal.

"Bukankah sudah lima tahun, Dark Knight tidak perlu berhubungan lagi dengan mereka. Tapi, kenapa tiba-tiba Black Hawk melakukan penyerangan? Apa ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuan ku?" gumamnya lagi lalu menghela napasnya kasar. Hingga sebuah suara membuyarkan pikirannya.

Drrt... Drrt... Drrt...

Alya merogoh saku jas saat ponsel berdering menandakan ada telepon masuk.

"Halo"

"Kenapa?"

"Alya? Bisakah kau meminta pada daddy untuk tidak membawa mereka, aku merasa risih"

"Hm.. Soal itu kau harus bicara sendiri pada daddy"

"Alya? Please?!"

"Bicarakan itu dengan daddy baik - baik. Daddy tidak mungkin membunuhmu kan?"

"Tapi, Alya! Aku takut bicara pada daddy"

"Kalo begitu beranikan dirimu untuk bicara dengannya.."

"Alya!"

"Sudah dulu, ada sesuatu yang harus aku kerjakan"

"Al..."

Tut... Tut... Tut...

Alya meletakkan ponselnya diatas meja lalu mulai beralih pada kertas - kertas yang menumpuk di sisi kiri meja kerjanya.

💢💢💢

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!