Namaku Hiroaki, umurku 17 tahun, dan seperti yang kalian tau, aku ini seorang jomlo. Ada satu hal yang membuatku penasaran. Yaitu, tentang masa laluku saat, atau lebih tepatnya masa lalu saat aku berumur 10 tahun.
Aku kehilangan ingatan di umurku yang ke-10, aku tak tau kenapa, mungkin karena kecelakaan. Jadi, selama 10 tahun terakhir aku tak dapat mengingat apapun. Dan untuk ingatan tentang keluargaku, entah kenapa ingatan itu tak ikut hilang, apa karena kami-sama itu baik padaku. Tapi, kenapa hanya ingatan tentang keluargaku yang masih aku ingat sangat jelas, sedangkan ingatan selain itu, aku tak bisa mengingatnya, ha~ lupakan hal itu.
Dan untuk sekarang, aku hidup sebagai anak kos di jepang dan aku juga suka anime dan juga manga sebagai hiburan dikala bosan, karena aku seorang jomlo yang butuh sebuah hiburan. Aku lebih memilih hidup sendiri, kenapa? Karena aku tak ingin merepotkan orang tuaku. Ayahku adalah pemilik tempat bela diri yang terkenal dan ibuku sudah meninggal saat aku berusia dua tahun. Hidupku normal layaknya anak kos biasa. Aku sekolah di SMA Yokohama yang terkenal dan aku adalah siswa kelas dua di sekolah itu.
Hari selasa tanggal 17 Maret.
Tepat di pagi hari jam 06.30 aku bangun dari tidur lelapku. Aku tidur di lantai, kenapa tidur di lantai? Karena aku tidak punya uang untuk membeli kasur atau semacamnya.
Jam 07.00 aku bersiap-siap, baik itu mandi, makan, dan menyiapkan keperluan sekolahku.
Saat setelah semua kegiatan itu selesai, aku melihat jam yang ada di dinding kos-kosanku. Jam menunjukkan 07.15.
"Wah gawat!! Aku bisa terlambat!"
Aku bergegas berangkat menuju ke sekolah. Aku berlari sekuat tenaga, di depanku ada sebuah jalan kecil untuk menyingkat waktu perjalanan ke sekolah. Aku tanpa pikir panjang langsung berbelok.
Gubrakk
Aku menabrak seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut putih panjang yang usianya kira-kira 17 tahun atau sama sepertiku. Gadis itu memakai seragam sekolahku, mungkin dia juga salah-satu murid di sekolahku.
"Ahhh." (Gadis)
Gadis itu jatuh terduduk karena bertabrakan denganku, sedangkan aku berhasil mendarat dengan mulus karena aku pernah ikut dalam pelatihan bela diri dan di ajari langsung oleh sang master. Dan sang master itu adalah ayahku Yamato, seorang ahli bela diri yang menjuarai banyak sekali perdandingan dan bahkan namanya melegenda dalam seni ilmu bela diri.
(Kembali ke topik)
Saat aku akan melihat ke arah gadis itu. Aku berpikir, mungkin aku bisa melihat sesuatu yang istimewa, karena di sekolahku semua murid siswi menggunakan rok yang pendek.
"Mungkin hari ini adalah hari keberuntunganku." itulah yang aku pikirkan.
Saat aku melihat gadis itu sialnya tiba-tiba ada cahaya dewa yang menutupi hal yang istimewa itu.
Dan itu membuatku emosi.
"Woywoywoywoy! Cahaya apaan itu, mengganggu pemandangan saja!"
Kemudian gadis itu berdiri.
"Cih, hilang sudah kesempatan sekali seumur hidup!"
Dengan tenang aku menghampiri gadis itu dan menanyakan keadaannya.
"Apa kau tidak apa-apa?"
"Hi-chan." Dengan suara kecil (Gadis)
Dan aku tentu saja mendengar hal itu. Tapi aku tak tau apa yang dia maksud, tapi sepertinya dia menyebut kata 'Hi-chan'.
"Apa kita penah bertemu sebelumnya?"
"Ehh. Maaf, se-sepertinya aku salah orang."
"Ohh, apa kau tidak apa-apa?"
Gadis itu berdiri.
"A-ku tidak apa-apa."
"Anu. Sebelumnya, maaf sudah menabrakmu."
"Y-ya tidak apa-apa." (Gadis)
Karena penasaran aku bertanya ke gadis itu.
"Emm. Apa kamu juga murid di SMA Yokohama?"
"I-iya." (Gadis)
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita berangkat bersama? Lagi pula sekolah kita sama."
Tanpa pikir panjang aku mengatakan hal itu.
"Cih. Sial, tiba-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulutku. Mungkin ini efek seorang jomlo. Bagaimana kalau dia menolak! Mungkin aku bisa mati karena malu." itulah yang aku pikirkan.
"B-baiklah kalau begitu." (Gadis)
Tapi di luar dugaan, gadis itu menerima ajakanku.
"Mungkinkah ini pertanda?!" itulah yang aku pikirkan saat dia menerima ajakanku.
Aku sangat senang hingga sampai-sampai aku berusaha melakukan hal yang konyol.
"A-anu, sebaiknya kita harus bergegas." (Gadis)
"I-iya, ayo kita berangkat." (Hikari)
Aku dan gadis itu berjalan ke sakolah bersama-sama. Sebelum sampai di sekolah aku bertanya kepada gadis itu.
"Em. Ka-kalau bo-boleh tau namamu siapa?"
Aku sangat gugup karena ini pertama kalinya aku berjalan berdampingan bersama gadis cantik.
"Namaku Rin." (Rin)
"Rin, ya. Nama yang bagus." Itulah yang ada di pikiranku.
"Salam kenal Rin-san. Namaku Hiroaki."
"Panggil Rin saja." (Rin)
"Baru beberapa menit bertemu langsung pakai nama depan, sungguh tantangan yang sangat sulit." pikiranku mulai kacau dan aku mulai gugup.
"R-Rin-san." (Hikari)
"Rin saja." (Rin)
"R-Rin." (Hikari)
"Salam kenal juga Hiroaki." Rin tersenyum.
Aku melihat dia dengan mudahnya tersenyum sambil mengatakan itu.
Setelah itu tak ada pembicaraan lagi.
Kami berdua sampai di depan gerbang sekolah.
Aku berpisah dengan Rin di depan gerbang, karena mungkin kelasku dan dia berbeda.
Ting, ting, ting, ting. Suara bel sekolah.
Jam 07.30 bel masuk berbunyi.
Aku segera bergegas masuk ke kelas.
11 B adalah kelasku, terdapat di lantai dua dari tiga lantai yang ada di bangunan sekolah ini. Dan tempat duduk favoritku adalah dibagian pojok belakang dekat dengan jendela, agar aku bisa terhindar dari perhatian guru dan juga, aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi mengenai langsung tepat ke wajahku.
Jam pelajaran pertama di mulai. Bu guru memasuki kelas dan sebelum memulai pelajaran bu guru memberitahukan sesuatu.
"Hari ini kalian dapat teman baru!" (Bu Guru)
"Apa? Teman baru?" (Siswa)
Siswa yang ada di kelas kebingungan.
"Rin silahkan masuk." (Bu Guru)
Aku merasa tidak asing dengan nama itu. Aku melihat seorang wanita berambut putih panjang memasuki kelasku wajahnya tak asing bagiku.
"Perkenalkan, dia adalah murid pindahan, namanya Rin, akrablah dengannya." (Bu Guru)
"Wahh cantik banget!!" (Siswa Laki-laki)
Semua siswa laki-laki yang berada di kelasku mulai ribut.
"N-namaku Rin, s-salam kenal." (Rin)
Aku terkejut.
"Rin! Bukannya dia gadis yang tadi pagi berangkat bersamaku. Ternyata dia murid pindahan, pantas saja. Mungkin dia tersesat tadi. Ha..." pikirku
"Hiroaki!" (Bu Guru)
"Y-Ya bu guru!" (Hikari)
"Nah Rin-san, di samping Akarui ada bangku kosong kamu bisa duduk di sana." (Bu Guru)
Aku melihat Rin berjalan ke arahku, dan sebelum dia duduk ia menyapaku.
"Halo Hiroaki, kita bertemu lagi." (Rin)
"I-Iya."
Aku melihatnya tersenyum. Kemudian ia duduk di tempat duduknya yang berada di sampingku.
Aku melihat seluruh laki-laki di dalam kelas melihatku dengan tatapan sinis seperti ingin membunuhku.
"Baiklah, sekarang kita mulai pelajarannya." (Bu Guru)
****
Ting ting ting ting.
Jam 09.30 waktunya istirahat dan semua guru keluar dari kelas.
Aku berniat ke kantin untuk membeli sebuah roti. Tapi, aku di hadang oleh semua siswa laki-laki yang ada di kelas.
"Woy, woy. Mau kemana kau Hiroaki." (Siswa lk 1)
Dengan tenang aku menjawab.
"Sudah jelas, sekarangkan waktunya istirahat. Jadi, aku mau ke kantin untuk membeli roti."
"Biar aku saja yang belikan." (Siswa lk 2)
"B-baiklah. Tapi kenapa?"
"Kau selesaikan masalah ini dulu, sebelum selesai kau tak akan kami beri kesempatan untuk keluar!" (Siswa lk 2)
"Jadi kalian menantangku?"
"B-bukan, sudah berikan saja uangnya biar aku yang belikan." (Siswa lk 2)
Akupun memberikan uang yang mau aku belikan roti kepadanya, kemudian dia keluar.
"Jadi? Apa maksud kalian menghadangku?"
Salah satu siswa itu kemudian berbicara padaku.
"Kau tega Hiroaki." (Siswa lk 3)
"Apa maksudmu?" (Hikari)
Aku tak paham apa yang dikatannya.
"Kami kira, kau selama ini adalah siswa yang pendiam, tapi tak kusangka, kau telah memiliki seorang pacar." (Siswa lk 3)
"Sepertinya mereka telah salah paham."
"Tunggu dulu, sepertinya kalian salah paham."
"Apa maksudmu?" (Siswa lk 1)
Aku menceritakan apa yang telah terjadi padaku tadi pagi, tentu saja aku juga menutupi sedikit kebenaran agar aku terhindar dari masalah yang lebih besar.
"Oh, seperti itu." (Siswa lk 3)
"Sepertinya kesalahpahaman mereka telah terselesaikan."
"Haha. ternyata dia bukan pacarmu, maaf sudah salah sangka." (Siswa lk 3)
"Ha ha ha ... sudah pasti, mana ada wanita cantik seperti dia menyukaiku."
Aku menjawab dengan tawa tak ikhlas.
"Sebenarnya aku berharap seperti itu." suara hatiku.
Tiba-tiba murid yang tadi mau membelikanku roti kembali ke kelas.
"Hiroaki!" (Siswa lk 2)
"Ada apa?"
"Maaf Hiroaki, semua roti yang ada di kantin sudah habis." (Siswa lk 2)
"Apa? Habis? Bagaimana bisa? Padahal istirahat saja belum sampai 10 menit tapi sudah habis secepat ini."
"Ya sudah, tidak apa-apa." (Hikari)
Siswa itu menembalikan uangku.
Kemudian, seluruh siswa yang menghadangku tiba-tiba pergi meninggalkanku sendirian.
Karena tak dapat roti untuk mengganjal perut jadi aku putuskan untuk kembali ke tempat dudukku.
Aku merenung karena selama ini aku belum pernah tidak kebagian roti dan juga aku sangat payah dalam membuat sebuah bekal.
Tiba-tiba aku mencium baru yang sedap di sampingku. Aku melihat Rin yang membawa bekal yang kelihatan enak.
Grrrrrr. suara perut kelaparan.
Perutku berbunyi karena lapar. Rin kemudian melihatku.
"Andai saja, dia menawariku makan bersama dengannya, betapa senangnya hati ini." pikirku.
"A-anu, apa kamu mau?" (Rin)
Rin menawariku bekalnya, rasanya seperti mimpi saja.
"A-apa boleh?"
"Boleh." (Rin)
Sebelum itu, aku melihat keadaan sekitar untuk jaga-jaga dari salah paham para laki-laki di kelasku.
Setelah aku rasa aman, aku pun meminta sedikit dari bekalnya.
"Bagaimana rasanya?" (Rin)
"Enak banget."
"Makasih, ini bekal buatanku sendiri, lo." (Rin)
"Wah, sudah cantik, bisa buat bekal yang enak pula, sungguh ideal gadis ini." pikirku.
Setelah itu aku kembali duduk di tempat dudukku, tepat setelah itu semua laki-laki di kelasku masuk ke kelas.
"Wihhhh. hampir saja, kalo telat sedikit saja bisa-bisa hidupku bisa dalam bahaya."
Akupun bersikap seperti biasa.
Ting ting ting ting.
Jam 10.00 waktunya pelajaran kedua.
"Bersambung"
Hari rabu Tanggal 18 maret.
Di pagi hari yang cerah tepat jam 06.15 aku bangun dari tidurku yang lelap.
"Uaaaayy." aku menguap dengan tenang dan damai.
Setelah itu aku ke kamar mandi untuk cuci muka, gosok gigi, dan mandi, setelah itu aku bersiap-siap memakai seragam dan sarapan.
Jam 07.10 aku berangkat ke sekolah. Aku melewati jalan yang ku lalui kemarin dan berharap Rin juga ada disana.
Tapi, sepertinya aku terlalu berharap. Rin tidak melewati jalan ini.
Aku segera bergegas menuju ke sekolah.
Sesampainya di sekolah aku langsung masuk ke kelas dan berharap Rin sudah ada di sana.
Tapi sepertinya aku lagi-lagi terlalu berharap, sepertinya Rin belum datang.
Ting ting ting ting.
Jam 07.30 waktunya kelas di mulai. Tapi, aku belum melihat Rin. "Mungkin dia terlambat" pikirku.
Jam pertama hampir selesai dan Rin belum datang juga.
"Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Rin."
Ting ting ting.
Bel istirahat berbunyi. Aku meminta izin pulang lebih awal, dan kebetulan yang mengajar tadi adalah guru favoritku bu Irina, dia mengajar perlajaran biologi.
"Bu Irina!"
"Ada apa Hiroaki-kun?" (Bu Irina)
"Saya boleh izin pulang lebih cepat hari ini bu?"
"Kenapa?" (Bu Irina)
"Saya merasa tidak enak badan."
"Baiklah, hati-hati di jalan, ya." (Bu Irina)
"Ha, sudah kuduga, tak ada guru yang lebih baik dari bu Irina." pikirku.
"Baik bu."
Aku pun segera pergi tapi tidak langsung pulang melainkan mencari Rin.
Hampir 2 jam aku berlari mengelilingi kota tapi aku tak mendapatkan hasil apa-apa. Jadi aku putuskan untuk pulang.
*****
Hari kamis Tanggal 19 maret.
Pagi hari jam 06.22 aku bangun dari tidurku. Aku langsung pergi ke kamar mandi dan mandi, setelah itu aku bersiap-siap, sarapan dan berangkat pada jam 07.12
Aku melewati jalan yang telah aku lalui kemarin dengan harapan aku bisa bertemu dengan Rin, dan sepertinya harapanku belum terkabul.
Aku segera bergegas ke sekolah. Dan sampainya di sekolah aku bergegas ke kelas dan berharap Rin ada di sana.
Sesampainya di kelas Rin tidak ada disana.
Ting ting ting ting.
Jam 08.30 pelajaran pertama dimulai.
Aku terus menunggu kedatangan Rin hingga jam pertama berakhir dan Rin tidak datang juga.
*****
Keesokan harinya.
Hari kamis Tanggal 20 maret.
Pagi hari jam 06.43
Sama seperti hari sebelumnya.
Aku bangun dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Aku melewati jalan yang kemarin-kemarin aku lalui dengan harapan aku bisa bertemu dengan Rin lagi. Tapi, sama seperti hari sebelumnya, hari ini pun aku tak bertemu dengan Rin.
Aku bergegas ke sekolah, setelah sampai di depan sekolah aku bergegas ke kelas berharap hari ini Rin masuk sekolah, dan sama seperti hari sebelumnya hari ini Rin tidak datang juga.
*****
Hari jum'at tanggal 21 maret.
Jam 06.37 aku bangun dari tempat tidurku, dan bersiap-siap. Sampai saat ini aku masih beharap agar aku bisa bertemu dengan Rin, entah kenapa aku mengharapkan ingin sekali bertemu dengan Rin, mungkinkah ini cinta.
Jam 07.15 aku berangkat melewati jalan yang aku lalui kemarin. Untuk beberapa saat aku tidak merasakan sesuatu yang aneh sampai pada akhirnya aku melihat seorang wanita memakai seragam sekolahku yang tak asing bagiku di kejar oleh dua orang mirip seperti penjahat.
"Itukan Rin, kenapa dia di kejar?" pikirku.
Rin berlari ke arahku.
"Hiroaki, tolong aku!" (Rin)
"Ada apa Rin?!"
"Tolong aku, aku mohon!" (Rin)
Tanpa pikir panjang aku memengang tanganya dan menariknya.
"Ayo!"
Aku dan Rin berlari menjauhi dua laki-laki itu. Aku melihat sebuah gudang bekas yang kumuh, kemudian aku menarik Rin untuk masuk kedalam gudang itu.
Aku menutup rapat-rapat pintu gudang itu agar mereka tak bisa masuk kedalam.
Aku bertanya kepada Rin siapa mereka.
"Rin? Apa kau tau mereka siapa?"
Rin terlihat ketakutan dan orang-orang itu ada tepat di depan gudang yang aku gunakan untuk bersembunyi.
Aku mendengar sedikit perbincangan mereka.
"Cih sial, kalau kita tidak menemukan gadis itu, bos pasti akan murka." (pria 1)
"Lebih baik kita segera cari gadis itu, jika tidak bisa gawat!" (pria 2)
"Ayo!" (pria 1)
Mereka berdua pergi tanpa menaruh rasa curiga pada gudang ini. "Tempat ini memang pantas untuk persembunyian." pikirku.
Setelah mendengar hal itu, aku penasaran. Aku berniat bertanya kembali kepada Rin tapi melihat kondisinya seperti itu akupun mengurungkan niatku.
"Hi-Hiroaki to-tolong aku." (Rin)
Aku mendengar suara Rin bergetar kerena ketakutan.
"Tidak apa-apa mereka sudah pergi, kau aman sekarang."
"Hiroaki, j-jangan tinggalkan a-aku se-sendiri, aku mo-mohon." (Rin)
Aku kasihan melihat Rin dalam kondisi seperti itu. Saat aku berniat untuk membuka pintu ternyata pintunya tidak bisa dibuka.
"Eh, ehhh!! Kenapa ini? Susah banget bukanya. Sepertinya pintu ini rusak."
"Apa aku harus bilang bahwa kita sepertinya terkurung di sini, ya."
Setelah Aku melihat keadaan Rin yang seperti itu aku tidak tega melihatnya.
Tak lama kemudian Rin tertidur.
******************
"Woywoywoywoywoywoy!!! Yang benar saja!" pikirku.
Aku melihat wajah Rin tengah tidur dengan pulas, dia kelihatan sangat manis.
"Ahhhhh! Tuhan, apa aku sanggup menahan cobaan seperti ini? Cobaan ini terlalu berat."
"Terkurung dalam gudang bersama gadis cantik yang sedang tertidur. Betapa beruntungnya aku. Ahhhh! Tidak, tidak, tidak, tidak boleh!" (Hikari)
Aku duduk dan memejamkan mata sebentar.
******
Aku membuka mataku kembali, dan Rin dengan keadaan setengah sadar tiba-tiba mendekat kearahku.
"Woywoywoywoyyy. Yang benar saja. Ada apa dengan gadis ini?" Aku mulai panik.
Dalam posisi duduk aku berusaha untuk mundur tapi terhalang oleh tembok yang berada tepat di belakangku.
"Woy!! Sadar Rin! Apa yang kau lakukan?!"
Aku berteriak kepada Rin agar dia bangun, tapi itu sia-sia, dia tetap saja tidak bangun.
"Tuhan, aku sudah berada di ambang batas, tolong lakukan sesuatu, kalau tidak, aku tak tau apa yang akan terjadi setelah ini." aku sangat panik.
Rin mendekatkan wajahnya ke arahku, dan aku bisa merasakan nafasnya.
"Ya Tuhan, cobaan ini berat sekali untuk seorang jomlo sepertiku."
Kemudian Rin mencium pipi kananku.
"Eh? Eeeh!!? Apa yang kau lakukan Rin?" Aku mulai kebingungan.
Tiba-tiba saja seluruh ruangan gudang menjadi gelap dan tanpa sadar aku memengang tangan Rin.
"Ada apa ini? Apa ini hukuman untukku, yang telah tanpa sengaja menodai gadis cantik ini, Tuhan!" Aku mengira itu adalah hukuman untukku karena telah mendai seorang gadis.
"Eh? Kenapa ini? Kepalaku sangat sakit. Ahhhhhhhggg!!"
Tiba-tiba kepalaku sangat sakit, dan aku pun pingsan.
******
Hari - Tanggal -
Siang hari, jam - -.- -
Aku membuka mataku perlahan, aku merasakan sebuah bantal yang sangat nyaman di padu dengan hembusan angin sepoy-sepoy.
"Bantal apa ini? Aku tidak ingat kalo aku punya sebuah bantal? Rasanya sedikit nyaman." aku membuka mataku dan melihat Rin yang sedang memangku kepalaku di pahanya.
"Apa kau sudah bangun Hiroaki?" (Rin)
Rin berkata seperti itu sambil menatapku dengan senyum manisnya.
Dan dengan refleks yang cepat aku bangun dari posisi tidurku. Saat aku dalam posisi duduk, tiba-tiba kepalaku merasakan sakit yang luar biasa, dan aku memengang kepalaku dengan kedua tanganku.
Kemudian dengan cepat Rin menidurkanku kembali di pahanya.
"T-tunggu, Rin Bu-bukannya in..."
Rin memotong kata-kataku.
"Sudah, diam saja!" (Rin)
Mendengar hal itu aku hanya bisa menurut.
Rin mengelus-elus rambutku dengan lembut dan itu membuatku sangat nyaman, dan sedikit demi sedikit sakit kepala itu menghilang.
Tak lama setelah itu aku kemudian bertanya kepada Rin.
"R-Rin, sekarang kita ada dimana?"
"Entahla, aku tak tau kita ada di mana. Yang pasti kita sekarang berada di hutan." (Rin)
"Hutan, ya. Tu-tunggu dulu! Kita ada di hutan?! Bukanya tadi kita ada di gudang? Bagaimana bisa kita ada di sini?!"
"Aku juga tidak tau. Tiba-tiba saja, saat aku bangun kita sudah ada di sini. Sudah, jangan banyak bicara dulu kau harus istirahat!" (Rin)
"Ba-baiklah."
"Entah kenapa saat Rin bilang seperti itu aku tidak bisa membantahnya, apa ini efek dari ciuman yang tak di sengaja itu." tanpa sadar saat memikirkan tentang ciuman itu wajahku memerah dan aku juga melihat wajah Rin memerah, hal itu membuatku penasaran dan aku putuskan untuk bertanya.
"Ada apa denganmu, Rin? Kenapa wajahmu memerah? Apa kau sakit?"
"T-tidak apa-apa, aku baik-baik saja." (Rin)
"Oh, baiklah kalau begitu."
Kresek, kresek. Suara di balik semak.
Aku mendengar suara di balik semak-semak dan aku langsung berdiri.
"Rin, ayo bergegas!"
"Bergegas? Kenapa?" (Rin)
"Sudah jangan banyak tanya, kita harus segera keluar dari hutan ini."
"Ba-Baiklah." (Rin)
Aku dan Rin pergi berlari dari tempat itu karena aku merasa tempat itu sudah tak aman lagi.
Dan benar saja, aku melihat sesuatu yang keluar dari semak itu.
"A-Apa itu?! Aku belum pernah melihat hewan seperti itu."
Hewan itu seperti anjing tapi yang ini memiliki ekor seperti kalajengking, tingginya hampir dua meter dan dia memiliki gigi yang sangat tajam.
Walaupun hanya seekor, tapi menurutku itu terlalu besar dan terlalu mengerikan untuk hewan yang mirip seekor anjing.
Aku berlari di belakang Rin, anjing itu semakin mendekat ke arahku dan bersiap menggigitku.
"Bersambung."
"Waaaaaaa!! Anjing itu mau menggigitku!" aku mulai panik. Karena, mungkin saja jika aku digigit oleh anjing itu, aku akan tewas.
Aku berlari sekuat tenaga dan di depanku, aku melihat ada sebuah padang rumput terbuka yang sangat luas.
Aku terus berlari tanpa melihat ke arah belakang karena aku terlalu takut.
Dan aku melihat Rin yang tiba-tiba berhenti berlari setelah sampai di padang rumput itu, kemudian ia melihat ke arah belakang dan aku juga ikut berhenti.
"Rin. Kenapa kau berhenti?!"
"Sepertinya, sudah tidak ada yang mengejar kita lagi." (Rin)
Aku melihat kebelakang dan sudah tidak ada apapun lagi di belakang kami.
"Sepertinya anjing itu sudah pergi." aku mulai tenang.
Kemudian aku dan Rin berjalan menyusuri padang rumput itu, dan berharap bisa bertemu dengan seseorang untuk ditanyai.
*****
Setelah beberapa jam berjalan di area padang rumput terbuka ini, aku melihat ada seorang laki-laki dewasa dengan rambut berwarna putih terang yang berpakaian seperti seorang petualang seperti di anime-anime lengkap dengan pedang besar yang ada di punggungnya dan sebuah tameng, bersama dengan seorang gadis kecil yang memiliki rambut berwarna merah agak panjang yang juga berpakaian seperti seorang petualang jauh di depan.
"Rin, sepertinya ada orang di depan kita. Sebaiknya kita tanya saja pada mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi pada kita, mungkin saja mereka tau sesuatu."
"Ba-Baiklah." (Rin)
Aku dan Rin berjalan mendekati orang itu. Setelah itu tanpa pikir panjang aku putuskan untuk menyapa mereka.
"Ha-Halo!"
Tiba-tiba laki-laki yang bersama seorang gadis kecil itu menodongkan pedang panjang yang begitu mengkilap ke arahku. Seketika aku berhenti dan mengangkat kedua tanganku.
"Woywoywoywoy, yang benar saja!! Siall!! Aku lupa sesuatu yang penting. Apa mereka paham apa yang aku ucapkan?!"
Rin yang berada di belakangku tidak bergerak sama sekali dan dia terlihat sedang ketakutan.
"A-apa kalian paham ucapanku?"
Mereka melihat ke arahku, dan setelah itu laki-laki yang menodongkan pedangnya ke arahku mulai menurunkan arah pedangnya.
"Tenang saja, aku paham ucapan kalian." (laki-laki)
Aku dan Rin merasa lega.
Aku memutuskan untuk bertanya kepada mereka.
"Aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian."
"Apa yang ingin kalian tanyakan?" (laki-laki)
"Sebelum itu, kami akan memperkenalkan diri dulu. Namaku Hiroaki dan ini adalah temanku, Rin."
"Namaku Garden dan ini pasanganku Leona, kami adalah seorang petualang." (Garden)
"Pasangan?"
Aku terpaku dengan kata pasangan yang di ucapkan Garden.
"Bagaimana bisa, seorang pria dewasa memiliki pasangan seorang gadis kecil. Aku sungguh bingung." pikirku
Aku melihat ke arah Rin, dan dia sedang tertawa kecil. Aku penasaran dan memutuskan untuk bertanya.
"Rin? Ada apa denganmu? Mulai tadi kau kelihatan aneh?"
"Tidak ada apa-apa." (Rin)
"Baiklah kalau begitu."
Tiba-tiba Leona berbicara.
"Iya, kami adalah pasangan." (Leona)
Aku masih bingung jadi aku putuskan untuk bertanya lagi.
"Bagaimana bisa, kalian menjadi pasangan?"
Kemudian Garden memberitahuku kenapa ia bisa berpasangan dengan Leona.
"Apa kau lihat tanda yang ada di lenganku." (Garden)
Ia menunjukkan lengan kanannya yang berotot kepadaku.
Aku memperhatikan dengan teliti dan melihat sebuah tato kecil yang berbentuk macan putih ada di lengannya.
"Apa itu tandamu?"
"Iya, tanda ini bisa muncul karena ada kejadian tertentu, dan setiap letak tanda itu pasti memiliki sebab kenapa tanda itu bisa muncul di tempat itu, begitu pula bentuk tanda itu sendiri. Dan setiap pasangan pasti memiliki bentuk tanda yang sama, tapi hanya tempat tanda itu saja yang berbeda. Dan aku cukup tertarik dengan tempat dan bentuk tanda yang ada padamu." (Garden)
Ucapannya membuatku bingung.
"Apa aku juga memiliki tanda itu? Dimana?"
Aku melihat seluruh tubuhku tapi aku tak menemukan letak tanda itu.
"Hahaha. Jika kau mencari seperti itu, kau tak akan bisa menemukannya, coba lihat ini." (Garden)
Kemudian Garden menunjukkan pedangnya tepat ke arah wajahku.
Pedangnya begitu mengkilap sehingga aku bisa bercermin pada pedang itu.
Saat aku melihat ke arah pedang itu aku terkejut, aku melihat tanda dengan bentuk bintang berada tepat di pipi kananku.
"Bagaimana? Apa kau sudah bisa melihatnya? Aku penasaran, kenapa tanda itu bisa ada di pipimu? Apa ada hal baik yang terjadi, sehingga tanda itu bisa ada di pipimu?" (Garden)
"Mungkin tanda ini berada di pipi kananku karena Rin pernah mencium pipiku meskipun itu tidak di sengaja." Itulah yang aku pikirkan dan aku putuskan untuk tidak memberi tau kejadian itu kepada Garden.
"Ma-maaf aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Itu terlalu sulit."
"Hahahaha. Tidak apa-apa setiap orang pasti memiliki sebuah rahasia kecil." (Garden)
"Ha, ha, ha, ha, ha."
Aku pun ikut tertawa dengan nada tak ikhlasku dan lagi-lagi aku melihat wajah Rin memerah dan aku putuskan untuk mengabaikannya.
"Kau mungkin bisa menyembunyikannya dariku, tapi tidak dengan pasanganmu." (Garden)
"Apa maksudmu?"
Aku kebingungan dengan kata-kata Garden.
Kemudian Leona menjawab pertanyaanku
"Jiwa, pikiran, dan tubuh seorang yang telah memiliki pasangan akan menyatu. Tapi, hanya si pemilik tanda wanita yang memiliki beberapa kelebihan." (Leona)
"Kelebihan?"
"Iya, seperti, si pemilik tanda wanita bisa saja membaca apa yang ada di pikiran pasangannya, itu hanya satu dari beberapa keistimewaan dari pemilik tanda wanita. Dan satu hal yang harus kalian ingat, jika salah satu dari kalian terluka atau mengalami hal tertentu, maka pasangan lainnya juga akan merasakan hal itu." (Leona)
Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi tadi. Aku ingat bahwa tadi, sebelum datang ke sini aku mengalami sakit kepala yang luar biasa, apa Rin juga mengalami hal itu.
Aku putuskan untuk bertanya kepada Rin.
"Rin, apa tadi, sebelum kita ke sini. Saat aku mengalami sakit kepala itu, apa kamu juga merasakannya?"
Aku melihat Rin diam dan tak menjawab pertanyaanku. Jadi, aku putuskan untuk mencoba sesuatu.
Aku mendekat ke arah Garden yang sedang memengang pedangnya dan dengan sengaja aku mengiris sedikit jempol kananku pada ujung pedangnya yang tajam itu. Aku merasa kesakitan, karena ini pertama kalinya aku berani melukai diriku sendiri dan aku menahan rasa sakit itu, jempolku mengeluarkan sedikit darah.
"Ahhhhhhh." (Rin)
Rin yang berteriak kesakitan.
"Woywoywoywoy! Yang benar saja!" Aku merasa kebingungan setelah melakukan hal itu. Aku melihat Rin dan tangannya yang juga terluka tepatnya di bagian jempol sama seperti luka yang ada padaku dan aku sempat melihat sebuah tanda bintang persis seperti yang ada di pipiku berada di tangan kirinya.
"Woy bocah! Apa yang kau lakukan!! Leona cepat sembuhkan dia!" (Garden)
Aku melihat Garden marah kepadaku.
"Baiklah." (Leona)
Aku melihat Leona mendekat ke arah Rin yang berada di belakangku.
"Cahaya Penyembuh, Heal!" (Leona)
Dan tiba-tiba saja, sebuah cahaya hijau menyelimuti mereka berdua dan aku sempat kaget.
"Apa yang kau lakukan pada Rin!!"
Aku sangat khawatir kepada Rin, karena ini pertama kalinya aku melihat hal seperti itu.
"Tenang saja bocah, itu adalah sihir penyembuhan." (Garden)
Aku mendengar sesuatu yang sangat tidak masuk akal.
"Apa? Sihir?!"
"Woy bocah, jangan bilang kau tak tau tentang sihir." (Garden)
"Tidak."
"Sebenarnya kau berasal dari mana? Sihir saja tidak tau. Apa kau datang dari dunia lain?"
"Jika aku jawab seperti itu, pasti dia tidak akan percaya. Apa aku harus berbohong? Sepertinya tidak." pikirku.
Aku melihat ke arah Rin yang sudah selesai di sembuhkan oleh Leona menggunakan sebuah sihir. Tangan kananya atau lebih tepatnya jempolnya sembuh tampa bekas begitu pula dengan luka yang ada di jempolku.
"Aku memang datang dari dunia lain."
Aku menjawab seperti itu karena aku sudah yakin bahwa ini bukan di bumi lagi, dan juga aku sudah melihat hewan aneh yang belum pernah aku lihat sebelumnya, dan sekarang di tambah lagi dengan sihir. Aku jadi semakin yakin bahwa aku sudah ada di dunia lain.
Aku kira mereka tidak akan percaya kata-kataku. Tapi, di luar dugaan respon mereka sangat berbeda dari apa yang aku bayangkan.
"Apa! Pantas saja aku merasa ada yang aneh dengan kalian, mulai dari pakaian hingga respon kalian terhadap sihir. Sekarang aku sudah tidak heran lagi." (Garden)
"Kau percaya pada ucapanku?"
Aku merasa curiga. Karena, mana mungkin orang yang baru saja kau temui langsung dengan mudahnya kau percaya apa yang dikatakannya.
"Iya, lagipula beberapa tahun lalu ada dua pasangan yang dipanggil kesini jadi aku sudah tidak ragu lagi bila kau bicara seperti itu." (Garden)
"Oh baiklah."
Akupun merasa tenang setelah mendengar penjelasannya.
"Jadi? Kalian dari istana mana?" (Garden)
Aku kebingungan.
"Istana? Apa maksudmu?"
"Bukannya kau di panggil ke dunia ini oleh sebuah kerajaan, melalui sebuah lingkaran sihir." (Garden)
"Lingkaran sihir? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?"
"Baiklah aku akan menjelaskannya. Pertama, setiap pasangan yang di panggil ke dunia ini pasti melewati lingkaran sihir. Kedua, setiap pasangan yang di panggil ke dunia ini pasti mewakili satu kerajaan. Ketiga, katanya, setiap pasangan yang di panggil itu, dipilih secara acak atau bisa beda dunia, tempat, dan waktu. Jadi, mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Keempat, setiap pasangan akan langsung di suruh untuk membuat sebuat kontrak di tempat pemanggilan itu ada yang melalui ciuman atau hal lain." (Garden)
Aku kembali berusaha mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi padanya sebelum datang kedunia ini.
"Sepertinya semua yang kaukatakan itu, tidak terjadi padaku."
Aku melihat Garden kaget setelah mendengar perkataanku.
"Apa?! Bagaimana bisa? Aku belum pernah lihat ada pasangan dari dunia lain yang datang ke sini tanpa melewati cara-cara yang aku sebutkan tadi." (Garden)
"Apa maksudmu?"
"Hanya itu satu-satunya cara agar pasangan dari dunia lain bisa di panggil ke dunia ini." (Garden)
"Aku tidak tau tentang hal itu, yang pasti sebelum aku ada disini, aku ada di sebuah ruangan dan tiba-tiba saja ruangan itu menjadi hitam dan juga kepalaku sakit, setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi. Dan saat aku membuka mataku aku sudah ada di dalam hutan dan bukan di istana."
Tentu saja aku merahasiakan tentang ciuman itu.
"Hmmm. Kasusmu ini cukup langkah atau bahkan baru kali ini terjadi. Lebih baik kita segera ke kota untuk mencari tau tentang masalah kalian, siapa tau ada orang yang paham tentang masalah kalian ini." (Garden)
"Kota?"
Leona menjawab pertanyaanku lagi.
"Iya, kalian mau ikut'kan, lagi pula kami baru saja menyelesaikan sebuah misi dan ingin kembali untuk ke kota untuk mengmbil imbalan." (Garden)
"Misi?"
"Woy. Bocah, kau tidak lupa'kan apa yang pertama kali kami ucapkan tadi, bahwa kami adalah seorang petualang." (Garden)
Sebenarnya aku lupa, tapi untuk cari aman aku berbohong.
"T-tentu saja aku ingat."
"Baiklah kalau begitu, sekarang kita berangkat." (Garden)
Kemudian aku menghampiri Rin dan memegang tangannya dan aku berjalan mengikuti mereka berdua.
"Ha. Si pemilik tanda wanita bisa membaca pikiran pasangannya, ya. Pantas saja Rin bertingkah aneh mungkin dia sudah tau. Tu-tu-tu-tunggu dulu, tadi saat aku tidur di pangkuannya aku sedang berpikir tentang kejadian saat aku berada di gudang, gawaaaatttt!! Berarti, dia sudah tau!" Pikiranku mulai kacau.
Aku melihat Rin sedang menundukkan kepalanya. Dan tiba-tiba saja tanpa sebab yang jelas, wajahku memerah.
Leona sedang melihatku dan dia tersenyum.
"Menurutku, kalian itu cocok." (Leona)
Dan entah kenapa setelah mendengar hal itu, wajahku semakin memerah.
"Hahaha, sudalah Leona, jangan kau ganggu mereka." (Garden)
Aku dan Rin pun berjalan menuju ke kota bersama dengan Garden dan Leona.
"Bersambung"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!