NovelToon NovelToon

Teman Tapi Mesra

eps 1

"Kamu sudah siap belum? Aku sudah menunggu dari tadi!" Seorang pemuda tampan dengan tinggi 180cm masuk ke dalam kamar seorang gadis yang tengah berdandan. "Jangan cantik-cantik kalo dandan. Aku nggak suka!" Sambungnya.

"Heh. Kebiasaan banget sih kamu. Main masuk kamar aku gitu aja. Untung udah pake baju." Jawab gadis itu dengan muka cemberutnya.

"Hapus tuh lipstik, norak banget pake warna merah maroon begitu. Jelek tau nggak."

"Aku sudah cantik dari embrio. Nggak usah protes, El. 5 menit lagi selesai. Lebih baik kamu keluar saja sana !!"

"Dasar nakal. Hapus nggak!"

"Oke. Aku ganti. Puas ?!" Diambilnya tisue basah kemudian ia pun mulai menghapus lipstik dan menggantinya dengan warna yang lebih soft.

"Nah, gitu kan cantik."Ucapnya sambil mengacak gemas puncak kepala Rachel. Lalu melangkah keluar kamar yang penuh dengan nuansa putih dan pink.

"Elang !!" Sentaknya tidak terima rambutnya dirusak. "Kebiasaan banget, kamu ya!!"

"Wleee..." Ledeknya sebelum menutup pintu kamar.

BRAK !!

Rachel pun melempar sembarang benda yang ada didekatnya. "Huft... Dasar Elang jelek kayak bebek." umpatnya kesal.

Setelah selesai dengan ritual dandannya, merekapun pergi bersama ke sebuah pesta.

Suara dentuman kencang mulai terdengar ditelinga mereka. Semakin masuk ke dalam, suara musik DJ pun semakin memekakkan telinga.

"Wah... rame juga yang datang."

"Kamu jangan jauh-jauh dariku!" Elang mulai merangkul pundak Rachel.

"Iihh... apaan sih. Nggak usah rangkul gitu. Aku mau kasih kado ke Sheila."

"Ya udah sama aku aja pokoknya."

"Iya, Elang... Aku bakalan sama kamu terus. Tapi please... aku cuma mau kasih ini kado ke Sheila di depan sana."

"Ya udah, jangan pake lama. Kalo udah kasihkan itu kado, buruan balik lagi kesini."

"Oke." Jawabnya dengan senyum cerianya. Rachel pun melangkah membelah lautan manusia dengan langkah yang hati-hati.

"Hai, Sheila... Happy birthday ya." Ucapnya setelah berhasil menghampiri Sheila diatas panggung. Mereka pun saling cipika-cipiki dan berbasa-basi.

"Elang mana?"

"Ada di sana. Dia cuma titip salam. Dan ini kado dariku sama Elang. Semoga lo suka, ya."

"Oh. Makasih banyak ya, Ra."

"Oke. Kalo gitu gue balik ke Elang ya. Takut ngamuk dia."

"Kenapa kalian nggak jadian aja, sih? Emang betah kena friend zone?"

"Hehehe... Temboknya tinggi banget, Sheila." Balas Rachel dengan polosnya. Tak lama Rachel pun turun dari panggung hendak menghampiri Elang yang sejak tadi terus menatapnya intens.

Bruk

"Akh !!" Sebuah tangan kekar berhasil menangkap Rachel yang akan terjatuh.

Deg

"Lo nggak apa-apa?" Tanya pemuda yang diketahui adalah kakak Sheila yang bernama Senja. Pemuda yang tidak kalah tampannya dengan Elang itu nampak terpesona akan kecantikan Rachel.

"Eh, iya. Gue nggak apa-apa, Kak." Jawab Rachel sambil kembali berdiri merapikan rambutnya yang panjang.

"Gemesin banget nih cewek." Ujarnya dalam hati. "Maaf ya, gue nggak lihat tadi." Ucapnya tanpa berkedip melihat kecantikan Rachel.

Walau sudah berteman lama dengan Sheila, Rachel baru pertama kali bertemu dengan Senja. Begitu juga sebaliknya, Senja yang baru bertemu dengan Rachel nampak langsung terpesona dengannya.

"Sama-sama, kak. Gue juga nggak hati-hati tadi."

"Lo tau siapa gue?"

"Iya tau. Kak Senja kakaknya Sheila, kan?" Jawab Rachel dengan senyum manisnya.

"Rachel!!" Panggil Elang yang nampak geram melihat kedekatan Rachel dengan Senja. "Kita pulang sekarang!"

"Jadi namanya Rachel." Ucap Senja dalam hati.

"Tapi, El." Rachel yang belum ingin pulang memasang wajah cemberutnya.

Hal itu menambah rasa gemas seorang Senja, namun sebaliknya rasa kesal terlihat pada Elang karena melihat tingkah menggemaskan Rachel yang tidak tau tempat. "Buruan. Aku tinggal kalo gitu."

"Ya udah, aku bisa kok pulang sendiri."

"Rachel..." Elang nampak tertegun mendengar jawaban Rachel yang tidak seperti biasanya.

"Biar nanti gue yang antar Rachel pulang." Suara bass itu sukses membuyarkan lamunan Elang.

"Lo siapa berani deketin Rachel-ku?"

.

.

.

tbc

eps 2

"Gue nggak suka lo deket-deket sama dia, ataupun cowok lain. Nggak boleh. Titik!!"

"Kok sekarang ngomongnya lo gue, sih?" Gumam Rachel sebelum melanjutkan ucapannya. "Dia itu kakaknya Sheila, El." Terangnya.

"Siapapun itu gue nggak peduli!" Ucap Elang dengan raut datar. "Kita pulang sekarang."

"Oke. Kita pulang sekarang. Tapi..." Sebelum melanjutkan ucapannya, Rachel meraih tangan kanan Elang dan digenggamnya erat. "Kamu jangan marah lagi, ya."

"Hm." Jawab Elang datar, tanpa melihat ke arah Rachel.

"Ketus banget kalo ngomong." Rachel menggoyangkan tangan Elang. "Jawab yang bener, El. Lihat aku."

Terlihat helaan napas panjang sebelum netra teduh itu ada saling menatap dalam, satu sama lain.

Diraupnya wajah cantik itu dengan kedua tangannya dan kedua pasang netra mereka pun akhirnya bertemu.

Melihat senyum manis itu membuat Elang akhirnya luluh dan mulai mengikis jarak secara perlahan.

Cup

"Maaf ya, sudah marah-marah sama kamu." Lirihnya setelah memberikan ciuman singkat pada Rachel.

Terlihat Rachel pun mengangguk dan tersenyum sendu. "Iya, aku maafin. Jangan gitu lagi."

"Hm." Elang pun tersenyum dan merangkulnya mesra sambil berjalan keluar dari bar.

Tingkah mereka berdua banyak dilihat oleh beberapa pasang mata. Sebagian dari mereka mungkin sudah terbiasa melihat kelakuan Elang dan Rachel dan memilih cuek, namun sebagian lainnya merasa sebaliknya. Bahkan ada yang cemburu akan kedekatan mereka berdua.

"Sheila."

"Ada apa, kak?"

"Mereka pacaran, ya?"

"Kalo kak Senja menganggapnya begitu, ya anggap saja begitu."

"Maksudnya apa? Jawab yang jelas."

"Kok jadi kepo, sih?" Sheila menatap Senja penuh selidik. "Jangan bilang kak Senja naksir sama Rachel?"

"Cukup jawab aja apa susahnya, sih?"

"Mereka nggak pacaran, mereka cuma sebatas teman aja. Puas?" Jawab Sheila setelah meneguk wine.

"Masa sih? Kok mesra banget."

"Mana Sheila tau. tanya aja sama mereka."

...****************...

...Hari berganti......

Disebuah apartemen sederhana, Rachel baru saja terbangun dari tidurnya. Ia pun segera bergegas membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke kampus di salah satu universitas Belanda.

Kring... Mommy is calling...

"Halo, mommy..."

"Halo Rachel-nya mommy. Gimana kabarmu sayang? Apa kuliahmu lancar?"

"Kabarku baik, mom. Kuliah lancar dong... Mommy sama Daddy gimana? Sehat?"

"Iya, kami semua sehat sayang. Oh iya, liburan nanti kita akan datang ke sana, kamu mau dibawakan apa sayang?"

"Hm... Aku kangen masakan Indonesia, mom. Elang juga kemarin cerita pengin rendang balado buatan mommy."

"Apapun itu sayang, nanti mommy bawakan ya."

"Bedankt, mom !!"

"kom terug, sayang."

"Bye mommy, love you."

"Love you too, darling."

Klik

Sebuah tangan kekar melingkar erat diperut ramping Rachel, tepat setelah gadis itu meletakkan ponselnya. Siapa lagi kalo bukan Elang yang suka sekali nyelonong masuk ke dalam kamar gadis cantik itu.

"Makasih sudah ingat aku, Ra. Tau aja kamu kalo aku suka rendang."

"Elang, Kebiasaan banget, deh. Main masuk kamar orang."

"Aku kangen banget sama kamu, cup." ucapannya lirih tepat ditelinga kanan Rachel. Hal itu tentu sukses membuatnya meremang.

"Aaahh... Gombal. Kasihkan aja sama cewek-cewek kamu. Aku nggak butuh gombalan kamu yang receh itu."

"Kan cewek ku cuma kamu, Rachel."

"Idih, pake ngelak segala lagi."

"Beneran, cuma kamu Rachel. Cup." Elang pun mencium pipi kanan Rachel sedikit lebih lama. "Mau ya, jadi pacarku."

"Gila. Jangan bercanda, ah."

"Aku serius. Ra." Elang membalikkan tubuh Rachel sehingga mereka saling berhadapan.

"Tapi..."

"Husstt... Aku tau kamu juga cinta sama aku, kan?"

"El..." Rachel membuang pandangannya ke samping.

Namun Elang langsung meraih dagunya agar kembali menatap ke arahnya. "Lihat aku, Ra."

.

.

.

tbc

eps 3

Sejenak tatapan keduanya terkunci. Seolah hati mereka berbicara lewat sorot mata masing-masing.

Tidak dapat dipungkiri memang keduanya sama-sama saling suka dan bahkan saling mencintai. Namun, tembok diantara keduanya sangat tinggi.

Untuk mengalah pun mereka akan berpikir seribu kali mengingat bukan lagi kasta yang menjadi penghalang, melainkan Tuhan mereka.

"Iya, kau benar El. Aku mencintaimu, sangat. Tapi, jika kita teruskan apakah akan selamanya bersama?" Ucap Rachel pada akhirnya.

"Aku takut nantinya akan terluka, El. Aku takut kehilanganmu bahkan aku tidak bisa membayangkan nantinya akan seperti apa."

"Bisakah kamu tidak memikirkan kedepannya dulu? Kita jalani saja hubungan ini seperti biasa. Tapi dengan status yang berbeda. Bukan lagi sebagai teman tetapi sebagai kekasih, Ra." Ucap Elang dengan nada memohon. "Please..."

Rachel nampak menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa gitu, El." Nampak netra teduh itu mulai berkaca-kaca.

Hal itu membuat Elang tak kuasa melihat wajah cantik itu. Ia pun hanya bisa menunduk lesu dengan keputusan Rachel yang sukses membuat hatinya sakit.

"El..." Panggil Rachel lirih seraya meraih dagu Elang dan menariknya hingga keduanya saling memagut bibir satu sama lainnya.

Elang pun membalas ciuman Rachel dengan lembut namun sedikit brutal karena terbawa emosi. Cukup lama mereka bercumbu saling melumat dan menghisap hingga Rachel nampak kualahan dibuatnya.

"Akhh... El...Sudah cukup. Sudah siang... nanti kita terlambat ke kampus." Dengan napas yang masih tersengal-sengal Rachel menyudahi ciuman panas mereka.

Tidak ada jawaban dari mulut Elang, dia malah menarik pinggang Rachel dan memeluknya erat. "Begini dulu sebentar, 5 menit lagi."

Hangat... Nyaman... Ya, itulah yang mereka rasakan saat ini. Mungkin jika bisa ingin rasanya mereka menghentikan waktu.

"Sudah..." Rachel mendongak menatap wajah tampan Elang. "Cukup, El." Senyuman nampak diwajah cantik Rachel walau hatinya masih terasa sesak. Sebisa mungkin ia mengatur perasaannya.

"Oke sayang... Kita berangkat sekarang." Elang pun merangkul pundak Rachel posesif hingga sampai di depan mobil sport hitam milik Elang.

...****************...

Suasana kantin siang ini begitu ramai. Rachel dan Sheila nampak lahap menyantap makan siangnya.

"Laper banget gila." Gumam Sheila sambil terus mengunyah makanannya.

"Hati-hati kalo makan, ntar keselek." Tegur Rachel.

"Uhh... Pedes gila. Tumben mereka menyajikan menu pedas gini." Diambilnya jus jeruk lalu ia pun meminumnya perlahan. "Lo harus cobain ini, Ra."

"Ogah. Lo mau gue sakit perut?"

"Ya elah... Dikit doang. Nggak ngaruh kali, Ra."

"Nggak. Makasih, Sheila."

"Oia, ngomong-ngomong Elang mana?" Sheila nampak celingukan mencari sosok Elang yang tidak biasanya absen ke kantin bareng Rachel. "Kok nggak bareng ke kantin?"

"Dia ada urusan kayaknya. Kenapa? Kangen ya sama Elang?"

"Idiih, bukan gitu. Nggak biasanya aja lo sendirian. Biasanya kan dia selalu nyamperin lo."

"Ya kali harus 7 hari 24 jam bareng terus. Bosen juga kali, La."

"Lo bosen sama Elang? Apa dunia kiamat sekarang?"

"Hei ... Kalo ngomong tuh!!"

"Hehehe... Sorry."

Disisi lain, Elang yang memang nampak sibuk di ruang perpustakaan tersentak kaget saat seseorang memeluknya dari belakang.

Deg

"Kak Elang... Akhirnya gue bisa ketemu sama lo. Gue kangen banget sama lo."

Reflek Elang pun menyentak kedua tangan yang sempat memeluknya. "Lo siapa ?"

"Kakak lupa sama gue? Gue Risa. Adik kelas lo di Lexandria dulu."

"What?" Elang nampak mengingat-ingat gadis dihadapannya itu. Namun, Elang sama sekali tidak mengingatnya. "Sorry gue nggak inget." Jawabnya datar dan ia pun kembali mencari bahan untuk tugasnya.

"Lo jahat banget sih, lupain gue gitu aja. Padahal dulu kita udah pernah..."

"STOP !!" potong Elang dengan mengangkat tangannya ke depan memberi isyarat untuk berhenti berbicara. "Asal lo tau, bukan cuma lo yang pernah melakukan itu sama gue. Jadi jangan ge-er kalo gue bakalan inget sama cewek murahan kayak lo."

"Tapi kak, dulu lo bilang kalo lo nggak akan lupain gue?"

"Lo percaya gitu? Naif banget jadi cewek. Mendingan lo jauhin gue, deh."

"Tapi, kak ..."

"STOP ikutin gue !!"

.

.

.

tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!