"Dengan ini pengadilan memutuskan bahwa Rahma azzahra dan Aska Aditya resmi bercerai" Ujar seorang hakim sembari memukul palu tiga kali
Rahma yang mendengar ini tak kuasa menahan air matanya lagi, bagaimana tidak, pernikahan yang baru saja dia bangun harus kandas dalam usia belum genap 2 tahun. Diam diam Rahma melirik kursi yang seharusnya diisi oleh Aska mantan suaminya yang kala itu tidak hadir.
Sidang perceraian berjalan lancar karena Aska suami rahma atau lebih tepatnya mantan suami rahma tak hadir selama proses mediasi dan sidang kedua, hingga pada sidang ketiga pihak pengadilan dengan tegas mengambil keputusan verstek.
Satria yang saat ini menjadi pengacara Rahma yang mendengar keputusan hakim pun segera berdiri dan menyalami beberapa petugas pengadilan.
***
Di dalam Mobil saat perjalan pulang dari pengadilan agama, air mata Rahma masih tetap mengalir, Impiannya untuk memiliki Rumah tangga yang bahagia hancur. Bahkan bukan rumah tangga bahagia yang ia dapatkan justru hanya penderitaan yang ia rasakan.
"Apa yang akan aku katakan pada Syifa, dia masih sangat kecil untuk memahami semua ini" Ucap Rahma dalam hati ketika mengingat putrinya.
"Jangan bersedih hanya karena laki laki pengecut dan tidak pernah menghargai kamu Rahma, airmata kamu terlalu berharga untuk menangisi laki laki itu, kamu berhak bahagia, masa depanmu masih sangat panjang" Ujar Alvian ayah Rahma yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Iya ayah, Rahma tidak sedih karena perceraian ini, justru Rahma merasa sangat lega karena lepas dari pernikahan ini" Jawab Rahma
"Tapiii, Rahma bingung yah, bagaimana dengan Syifa, sekarang Syifa memang masih kecil dan jarang sekali menanyakan ayahnya, tapi suatu saat pasti Syifa akan menanyakan ayahnya, Rahma takut yah, entah apa yang Rahma takutkan yang jelas Rahma khawatir dengan Syifa yah" Lanjut Rahma dengan air mata yang masih menetes.
"Kamu yang sabar ya nak, untuk sekarang tenangkan pikiran dan hati kamu, jangan terlalu memikirkan yang belum pasti terjadi, kita hadapi bersama sama ya, kamu tidak sendiri, masih ada ayah,bunda, kakak kakakmu dan juga adikmu, kami akan selalu ada untuk kamu dan Syifa" Ucap ayah Rahma berusaha menenangkan Rahma
"Iya ayah, Terimakasih ayah selalu ada untuk Rahma" Ucap Rahma sambil bersadar di pundak ayahnya
"Sudah seharusnya nak" Jawab Alvian mengelus kepala Rahma
***
Malam hari di dalam kamar, Rahma sedang menidurkan putri kecilnya dengan sebuah nyanyian sholawat sambil mengelus elus rambut Syifa.
"Allâhumma shalli 'alâ Sayyidinâ Muhammadin thibbil qulûbi wa dawâ-ihâ wa 'âfiyatil abdâni wa syifâ-ihâ wa nûril abshâri wa dliyâ-ihaa wa 'alâ âlihî wa shahbihî wa sallim"
Setelah Syifa tertidur, airmata Rahma pun kembali menetes.
"Maafkan mamah nak, mungkin mamah bukan ibu yang baik, diusia kamu yang masih sangat kecil mamah dan papah harus berpisah, mungkin ini yang terbaik untuk kita nak, mamah janji akan selalu membahagiakan kamu nak walau tanpa papah, biarlah papah mu bahagia dengan pilihannya, kita juga harus bahagia disini ya nak, do'ain mamah ya sayang, supaya mamah bisa menjadi ibu sekaligus ayah buat kamu, mamah akan selalu berjuang demi kebahagiaan kamu nak" Ucap Rahma seraya mencium kening Syifa.
"Besok tanggal 30, hari ulang tahun kamu nak, tidak terasa kamu sudah 1 tahun ya sayang, dan di hari ulang tahun kamu, mamah dan papah malah berpisah" Gumam Rahma kembali meneteskan airmatanya.
Rahma teringat akan awal pertemuannya dengan Azka, dimana keduanya merupakan teman satu kampus dan satu jurusan yaitu manajemen keuangan, Hanya saja mereka beda kelas. Rahma yang merupakan mahasiswi terbaik di kampus menjadi pusat perhatian dan menjadi rebutan para mahasiswa.
Aska pun merasa tertarik dan mencoba mendekati Rahma, hingga akhirnya Rahma jatuh Cinta pada Aska dan mereka berpacaran.
Setelah Rahma mengenalkan Aska kepada kedua orang tuanya, mereka langsung melarang Rahma untuk melanjutkan hubungannya. Entah kenapa kedua orang tua Rahma memiliki firasat yang tidak baik pada Aska.
Tapi Rahma tidak mundur, dia tetap mempertahankan hubungannya dengan Aska. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah, awalnya kedua orang tua Rahma tak merestui nya, namun Rahma terus membujuknya hingga kedua orang tuanya memberikan restu.
"Andai dulu aku menuruti kedua orang tuaku, mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi pada hidupku." Gumamnya lalu ikut terlelap bersama putrinya.
***
Sementara di tempat lain, Bagas berniat untuk memberikan kejutan kepada calon istrinya. Dengan menggunakan motornya bagas menuju tempat kost Sintia calon istrinya.
Ya saat ini Bagas dan Sintia sedang merantau ke kota, Bagas dan Sintia berkerja sebagai buruh pabrik di tempat yang berbeda.
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya Bagas sampai di kosan Sintia.
Bagas turun dari motor setelah memarkirkan motornya di depan teras kosan Sintia.
Tok tok tok
"Assalamualaikum?"
Bagas mengetuk pintu kosan Sintia dan mengucap salam beberapa kali, namun tidak ada jawaban.
"Apa Sintia sedang tidak ada di kosan ya, coba saya telpon aja deh" Gumam Bagas sembari mengambil benda pipih didalam saku celananya.
Bagas pun segera menghubungi Sintia, namun dering ponsel Sintia terdengar.
"Itu suara ponsel Sintia, berarti dia ada didalam, dan aku lihat juga sandal Sintia ada di rak"
"Hahahahaha" Terdengar riuh tawa dari dalam kost Sintia.
Bagas yang mendengarnya merasa bingung karena bukan hanya tawa Sintia yang terdengar, melainkan ada suara seorang laki laki juga dari dalam
"Sintia, sedang bersama siapa dia, sepertinya ada suara laki laki juga" Gumam Bagas sembari perlahan menekan handle pintu.
Ceklek
"Pintunya tidak dikunci, apa aku masuk saja ya" Gumam Bagas lagi seraya membuka pintu pelan.
Entah kenapa tiba tiba perasaan Bagas jadi tidak enak, dan jantungnya berdegub kencang, dengan hati hati Bagas masuk kedalam kamar kost Sintia.
Alangkah terkejutnya Bagas mendapati Sintia sedang bersama seorang laki laki yang tak asing baginya dalam satu ranjang.
"Sintia" Panggil Bagas dengan suara agak tinggi
"Ba ba Bagas" Kaget Sintia
Dengan langkah gontai Bagas mendekati ranjang tempat Sintia dan Rayyan berada.
"Brengsek kau" Teriak Bagas dan langsung mencengkram kaos singlet yang di kenakan oleh Rayyan
Bugh bugh bugh
Bagas tak kuasa menahan amarahnya dan memukuli Rayyan, Rayyan pun tak tinggal diam, Rayyan membalas pukulan dari Bagas, terjadilah baku hantam antara Bagas dan Rayyan.
"Hentikan Bagas" Teriak Sintia mencoba melerai Bagas dan Rayyan, namun tak membuat Bagas dan Rayyan berhenti. Hingga akhirnya Rayyan tak sanggup lagi melawan Bagas.
Mendengar suara keributan dari salah satu kamar kost, satpam yang kala itu sedang ronda pun bergegas lari dan berusaha melerai perkelahian antara Bagas dan Rayyan.
Hingga akhirnya Yusuf salah satu teman Bagas yang memang tinggal di salah satu kamar kost itu datang dan langsung memegangi Bagas untuk menghentikannya memukuli Rayyan.
"Hantikan Bagas, jangan seperti ini, semua bisa kita bicarakan baik baik" Ucap Yusuf sambil memegangi Bagas agar tak memukuli Rayyan
Bagas pun berhenti dan terdiam sejenak dengan mengatur nafas untuk menghilangkan amarahnya.
Sintia dan satpam pun segera menghampiri Rayyan yang sudah tak berdaya dengan luka lebam di wajahnya.
"Pernikahan kita batal Sintia" Ucap Bagas lalu melepaskan cincin pertunangannya dan melemparnya di hadapan Sintia dan bergegas pergi.
Sintia yang mendengar itu pun segera bangun dan mendekati Bagas.
"Tidak Bagas, jangan lakukan ini" Ucap Sintia saat mengejar Bagas.
"Bagas dengarkan penjelasanku dulu" Teriaknya lagi
"Aku mohon bagas jangan seperti ini, aku tau aku salah tapi pliss jangan batalkan pernikahan kita, aku minta maaf bagas, aku khilaf" Ucap Sintia berusaha menahan Bagas agar tak melajukan motornya, namun Bagas tak menghiraukannya dan tetap melajukan motornya.
"Tunggu Bagas, aku mohon hentikan Bagas, kita bisa bicarakan baik baik Bagas" Ucap Sintia lagi dengan berusaha menahan laju motor Bagas.
Hingga motor Bagas menjauh Sintia pun jatuh menatap kepergian Bagas.
"Hiks hiks hiks" Tangis Sintia pun pecah.
"Tunggu Bagas, aku mohon hentikan Bagas, kita bisa bicarakan baik baik Bagas" Ucap Sintia lagi dengan berusaha menahan laju motor Bagas.
Hingga motor Bagas menjauh Sintia pun jatuh menatap kepergian Bagas.
"Hiks hiks hiks" Tangis Sintia pun pecah.
Yusuf yang melihat kepergian Bagas pun berusaha mengejar Bagas dengan menggunakan Motornya yang terparkir tidak jauh dari kamar kos Sintia, karena Yusuf tau bagaimana perasaan Bagas saat ini, dan Yusuf khawatir terjadi sesuatu pada Bagas.
Yusuf segera melajukan motornya mengejar Bagas tanpa menghiraukan Sintia yang sedang menangis di pinggir jalan.
Sakit hati membuat Bagas mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi tanpa arah dan tujuan.
Setelah lama mengendarai motornya, Bagas berhenti ketika merasa sudah berada jauh dari kota, Bagas berhenti tepat di sebuah jembatan dengan aliran sungai yang begitu jernih dan indah dengan bunga bunga yang berada di sekitar sungai.
"Aghhhh... Kenapa Sintia? kenapa kamu tega melakukan ini Sintia? Tinggal menghitung hari kita menikah Sintia, tapi kenapa kamu melakukan ini Sintia? Kenapa?" Pekik Bagas di sebuah jembatan yang berada di sebrang desa.
Setelah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Sintia calon istrinya selingkuh, Bagas merasa begitu kecewa, impiannya untuk bersama dengan orang yang dicintainya hancur berkeping- keping. Dan untuk kesekian kalinya Bagas harus memutuskan untuk mengubur cintanya.
Ya dulu sebelum bertemu Sintia, Bagas pernah mencintai seorang wanita tapi hanya dalam diam, karena Bagas harus menelan pil pahit ketika mengetahui bahwa wanita yang dia Cintai telah memiliki seorang kekasih dan akan segera menikah, akhirnya dia harus merelakannya bersama dengan laki laki lain, baginya yang terpenting wanita yang dicintainya bahagia.
Drettt... Drettt...
Panggilan masuk di ponsel Bagas, segera bagas mengambil ponsel di saku celananya dan membaca nama yang menelpon.
Tertulis nama Yusuf di layar ponsel Bagas.
"Hallo" Sapa Bagas setelah menerima panggilan dari Yusuf
"Gas kamu di mana, kamu baik baik saja kan? " Tanya Yusuf yang sudah berusaha mengejar Bagas tapi terlambat karena Bagas mengendarai motor dengan kecepatan tinggi hingga yusuf kehilangan jejak.
"Aku baik baik saja, kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, aku tidak apa apa, aku hanya ingin sendiri" Jawab bagas lalu mematikan telponnya.
Bagas pun kembali menaiki motornya dan melajukan motornya.
***
Entah kenapa setelah mengetahui pengkhianatan Sintia pada bagas, bagas jadi teringat pada wanita yang sempat dia cintai dulu, bayang bayang wajah wanita itu kembali hadir dan mengusik pikiran Bagas.
Bahkan saat bagas melajukan motornya tanpa arah, dia yang sedang memikirkan wanita yang dulu di cintai tidak sengaja malah menuju ke rumah wanita itu.
"Rahma, kenapa sulit bagiku untuk melupakanmu, padahal kamu sudah menikah, aku sempat berpikir dengan adanya Sintia aku akan dengan mudah melupakanmu, tapi setelah mengetahui pengkhianatan Sintia entah kenapa hati dan pikiranku selalu tertuju padamu lagi Rahma, kenapa sulit sekali melupakanmu" Gumam Bagas saat di depan rumah orang tua Rahma.
Ya, wanita yang dulu dicintai bagas adalah Rahma, bahkan dia sudah jatuh cinta pada Rahma sejak pertama kali Bagas melihatnya.
Saat itu Rahma baru pulang kuliah, Bagas yang saat itu sedang berjalan sambil bercanda dengan teman temannya tanpa sengaja bertabrakan dengan Rahma yang berjalan dari arah lain.
Bughhh
"Aww" Pekik Rahma yang jatuh terduduk, buku buku yang dipegang Rahma pun berhamburan
"Maaf mbak, maaf saya tidak sengaja" Ucap Bagas sembari menolong Rahma untuk bangun dan juga membantu Rahma memunguti bukunya.
"Tidak apa apa mas, ini juga salahku tadi tidak fokus melihat jalan" Jawab Rahma sembari memunguti bukunya
"Ini bukunya mbak" Ucap Bagas sembari memberikan buku yang dia pungut. Dan mata Bagas tak berpaling sedikitpun dari wajah Rahma
"Iya, terimakasih mas, saya permisi dulu, assalamualaikum" Pamit Rahma dan bergegas pergi.
"Cantik sekali dia" Gumam Bagas dalam hati
Bayang bayang masa itu selalu hadir di otak Bagas, awal pertemuan dirinya dan Rahma.
***
Pagi hari di Rumah orang tua Rahma tampak ramai, hari ini tepat hari ulang tahun syifa yang ke 1 tahun, semua orang di rumah itu sibuk menyiapkan sebuah pesta ulang tahun, walau hanya pesta kecil dan hanya mengundang saudara dan tetangga terdekat tapi Rahma ingin membuat ulang tahun syifa ini menjadi hari yang paling membahagiakan untuk syifa.
"Pak ini taro di sebelah sana saja" Pinta Rahma pada tukang dekor untuk memindahkan sebuah lemari yang terletak di ruang tamu ke dalam kamar kosong.
"Baik mba, untuk sofa dan meja ditaruh dimana mba? " Tanya tukang dekor
"Heummmm, sebaiknya taro di halaman belakang saja pak" Jawab Rahma
"Baik mba" Tukang dekor itu bergegas
memindahkan semua yang ada di ruang tamu ke halaman belakang, dan lemari di kamar kosong yang di tunjuk oleh Rahma tadi.
Rahma berjalan menuju dapur untuk melihat persiapan makanan yang akan dihidangkan saat pesta nanti.
Ya Rahma memilih untuk memasak makanan sendiri daripada harus katering, selain karena lebih hemat juga karena permintaan ibunya yang memang suka memasak. Dan tak ketinggalan semua saudara pun turut hadir membantu untuk memasak.
"Buk apa ada bahan bahan masakan yang kurang? ini Rahma mau keluar ambil kue ulang tahun, barangkali ada yang kurang biar sekalian Rahma beli" Tanya Rahma saat di dapur
"Seperti nya ngga ada yang perlu dibeli lagi, udah cukup semua, sebagian juga udah ada yang mateng Ra" Jawab ibu Ratna
"Baiklah, kalau gitu Rahma pamit ya buk untuk ambil kue" Pamit Rahma
"Iya nak, hati hati ya"
***
"Permisi mbak, apa pesanan kue ulang tahun atas nama Rahma sudah jadi? " Tanya Rahma pada penjaga toko kue
"Sebentar saya coba cek dulu ya mbak" Jawab penjaga toko tersebut lalu segera pergi untuk mengecek apakah pesanan Rahma sudah jadi di belakang.
"Pesanan kue atas nama Ibu Rahma sudah jadi mbak, sudah bisa diambil di sebelah sana" Ucap penjaga toko dan menunjuk meja kasir tepat di depannya.
"Baik mbak, terimakasih" Rahma berjalan mendekati meja kasir.
"Mbak saya ingin mengambil pesanan atas nama Rahma" Ucap Rahma saat sudah di meja kasir.
Bagas yang sedang memilih Roti dekat meja kasir pun menoleh saat ada wanita yang menyebut nama orang yang sangat dia cintai, bahkan suaranya sangat ia kenal.
"Rahma" Pekik Bagas dan Rahma pun spontan menoleh ke arah Bagas.
"Ini kak pesanannya" Ucap Kasir sembari memberikan kue yang sudah di pesan Rahma.
"Terimakasih kak" Rahma bergegas keluar dari toko.
"Rahma tunggu" Teriak bagas yang mengejar Rahma hingga di depan toko.
"Kak Bagas ya?" Tanya Rahma yang sedikit lupa apakah yang di depan nya ini beneran Bagas atau bukan.
"Iya ini aku Bagas" Jawab Bagas
"Ohhh ya Ampun, kak Bagas apa kabar? maaf tadi sempat ngga ngenalin, soalnya Rahma agak lupa" Ucap Rahma sambil cengengesan karena malu sempat tidak mengenali Bagas.
"Iya tidak apa apa, Alhamdulillah kabar kak Bagas baik, kamu sendiri gimana kabarnya? "
"Alhamdulillah baik juga kak" Jawab Rahma
"Ini kue ulang tahun ya, siapa yang ulang tahun, setahu ku ulang tahun kamu masih bulan depan, apa suamimu yang ulang tahun? " Tanya Bagas sembari menunjuk bingkisan ditangan Rahma.
"Ohhh iya, ini kue ulang tahun untuk anak Rahma kak, dia ulang tahun hari ini, dan rencananya akan diadain pesta kecil untuk merayakannya. " Jawab Rahma.
"Ohhh berapa usia anak Rahma, ngga kerasa ya Rahma udah punya anak aja, maaf ya waktu Rahma nikah kaka ngga dateng, soalnya kaka lagi diluar kota"
"Iya ngga apa apa kak, usia anak Rahma baru 1 tahun kak" Jawab Rahma.
"Ya sudah kak, Rahma pamit dulu ya, takut anak Rahma nyariin"
"Ohhh iya, silahkan" Jawab Bagas
Acara ulang tahun pun akan segera di mulai, saudara dan anak anak tetangga rumah Rahma pun sudah berkumpul sambil memegang kado untuk Syifa.
Syifa terlihat sangat cantik dan menggemaskan menggunakan gaun yang indah berwarna pink dan bando berwarna senada dengan gaunnya.
Tak ketinggalan Rahma, dia pun mengenakan gaun couple'an dengan Syifa, bedanya Rahma menggunakan hijab yang warnanya senada dengan gaunnya.
"Rahma apa kita mulai saja acara ulang tahunnya? Sepertinya Aska tidak hadir, kasian para tamu sudah menunggu lama" Tanya ibu Rahma setelah melihat jam.
"Iya buk, sepertinya Aska tidak datang, saat Rahma mengundang lewat pesan pun dia tidak membalas, hanya di baca saja, jadi lebih baik kita mulai saja" Jawab Rahma dengan mata yang sudah mulai berkaca kaca, Rahma sangat kecewa pada Aska mantan suaminya, walau mereka sudah bercerai tapi Syifa tetaplah anak Aska, Rahma berharap Aska datang demi putrinya. Tapi ternyata Aska tidak datang.
"Selamat ulang tahun... Kami ucapkan"
"Selamat panjang umur... Kita kan doa kan"
"Selamat sejahtera sehat sentosa"
Selamat panjang umur... Dan bahagia"
Semua yang hadir pun ikut bernyanyi, tak terkecuali Bagas yang baru saja datang dan segera duduk di barisan belakang.
"MasyaAllah... Rahma sangat cantik, anaknya juga imut sekali, mirip mamahnya" Gumam Bagas yang matanya tak pernah lepas melihat Rahma.
"Tapi dimana suami Rahma, kenapa Rahma hanya berdua saja dengan anaknya, di sampingnya pun hanya ada orang tuanya Rahma saja." Gumam Bagas lagi yang heran karena tak melihat Aska.
***
Acara pun selesai, semua yang hadir pulang dengan membawa beberapa bingkisan yang sudah disiapkan sebagai tanda terimakasih.
Saat sudah terlihat sepi, Bagas mendekati Rahma yang sedang menggendong Syifa.
"Hallo anak cantik, Selamat ulang tahun ya" Ucap bagas saat sudah didepan Rahma dan mengelus pipi Syifa
"Kak Bagas" Kaget Syifa
"Iya, maaf ya aku dateng ke pesta, padahal tidak di undang" Ucap Bagas sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Tidak apa apa sih kak, malah aku dan Syifa seneng kaka hadir di ulang tahun Syifa, ya nak ya? " Jawab Rahma sembari menatap Syifa yang dibalas senyuman oleh Syifa.
"Ngomong ngomong suami kamu mana? Kok dari tadi belum terlihat?" Tanya Bagas sambil celingukan mencari keberadaan Aska.
"Ohhh papahnya Syifa, entahlah mungkin lagi sibuk jadi ngga bisa Hadir" Jawab Rahma
"Ohhh"
Suasana pun menjadi hening seketika...
"Emmm Syifa sayang, Om Bagas punya sesuatu nih buat Syifa" Ucap Bagas sembari memberikan sebuah bingkisan yang sedari tadi dia pegang.
"Terimakasih Om Bagas" Ucap Rahma menirukan suara anak kecil.
"Kalau gitu aku pulang dulu ya Ra, semoga Syifa suka ya kado dari Om" Pamit Bagas sembari mencubit lembut pipi Syifa dan di balas anggukan oleh Rahma
***
"Bagas kau kemana saja? Aku sudah menunggu hampir 2 jam disini" Cerca Sintia saat melihat Bagas yang baru pulang.
"Bukan urusan kamu" Jawab Bagas kesal dan segera masuk kedalam Rumah dan merebahkan tubuhnya di Sofa.
"Apa kau benar benar akan membatalkan pernikahan kita Bagas, sementara semua persiapan sudah hampir selesai?" Tanya Sintia dengan nada cemas
Bagas yang mendengar pertanyaan itu pun segera berdiri dan menyeringai.
"Kau tau pernikahan kita sudah dekat, bahkan persiapannya sudah hampir 100 persen, tapi apa? kau malah tidur dengan laki laki lain, lalu kau berharap aku bisa melanjutkan pernikahan ini Sintia, kau gila Sintia" Ucap Bagas marah
Sintia hanya terdiam dan matanya mulai berkaca kaca
"Kau tau Sintia, bagaimana perasaan aku sekarang, sakit Sintia, sakit" Ucap Bagas sambil menunjuk hatinya yang perih.
"Maafkan aku Bagas, aku khilaf, aku menyesal Bagas, tolong jangan batalkan pernikahan kita"
"Aku sangat mencintai kamu Bagas, ya aku akui aku memang tidur dengan Rayyan tapi aku tidak mencintai Rayyan! Aku hanya bermain main saja dengan Rayyan, itu juga karena kamu slalu sibuk dengan urusan kamu sendiri dan tidak punya waktu untuk ku, bahkan selama pacaran kamu tidak pernah menyentuhku bahkan menciumku pun kamu tidak pernah" Ucap Sintia
"Aku tidak pernah menyentuhmu karena aku menjaga marwah kamu sebagai perempuan, aku tidak mau merusak anak orang" Ucap Bagas
"Kalau kamu memang mencintai aku! kamu tidak akan berhubungan dengan laki laki lain, apalagi laki laki itu adalah Rayyan, temanku Sintia" Lanjut Bagas
"Sudahlah! sudah mau maghrib, lebih baik kamu pulang, kita selesaikan besok saja, aku capek" Usir Bagas yang berlalu meninggalkan Sintia dan masuk kedalam kamarnya.
Sintia terdiam sejenak dengan airmata yang mulai membasahi pipinya, lalu bergegas keluar untuk pulang, saat diluar dia berpapasan dengan ibu minah yang notabennya adalah ibu dari Bagas.
"Sintia, kamu kenapa? " Tanya ibu minah saat melihat Sintia keluar sembari terisak.
"Bagas bu, Bagas"
"Bagas kenapa Sintia?" Tanya ibu minah khawatir
"Bagas mau membatalkan pernikahan kami bu" Jawab Sintia dengan airmata yang terus menetes.
Bagai tersambar petir, pernikahan tinggal menghitung hari bahkan undangan besok akan dibagikan, tapi ia malah mendengar pernikahan yang sudah di tunggu tunggu malah dibatalkan oleh anaknya.
"Apa! Bagas membatalkan pernikahan kalian" Kaget bu Minah
Sintia hanya mengangguk sambil terus terisak.
"Tapi kenapa Sintia, kenapa bagas membatalkan pernikahan kalian, ada apa sebenarnya Sintia?" Cecar bu minah
Sintia hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menangis.
"Ya sudah kamu tenangkan diri dulu ya, biar ibu bicara dengan Bagas, dan ibu akan coba bujuk Bagas supaya pernikahan kalian tetap dilaksanakan" Ucap bu minah mencoba menenangkan Sintia sembari memeluknya
"Sudah hampir maghrib, kamu pulang dulu saja ya Sintia, besok kita bicarakan lagi" Ucap bu minah sembari melepaskan pelukannya
Sintia pun hanya mengangguk dan bergegas pergi menggunakan motornya.
***
Bagas menatap jendela kamarnya dengan pandangan kosong, bayangan saat melihat Sintia tidur dengan Rayyan sahabatnya kembali menghantui, hanya menyisakan rasa sesak di dalam dada.
'Kenapa nasib percintaan ku selalu saja berakhir seperti ini' Gumam Bagas dalam lamunannya
Drtt drttt
Ponsel Bagas berbunyi membuyarkan lamunan Bagas.
[Assalamualaikum kak Bagas, ini aku Rahma kak, ohh iya kak terimakasih ya udah dateng di acara ulang tahun Syifa dan terimakasih juga untuk kadonya, Syifa sangat suka sama bonekanya, sampe dibawa bawa terus loh kak, kemana mana selalu dibawa, bahkan sekarang lagi tidur pun sambil meluk boneka pemberian kakak] Pesan dari Rahma yang membuat Bagas kembali tersenyum
[Syukurlah kalau Syifa menyukai bonekanya, aku ikut senang] balas Bagas singkat
Setelah membaca balasan dari Bagas, Rahma membuka akun sosial medianya yang sudah lama tak ia buka.
[Jika menyakiti aku bisa membuatmu bahagia
Maka lakukanlah itu, tanpamu ku yakin bisa
Ikhlas ku mencintaimu, ikhlas ku kehilanganmu
Semoga kau bahagia dengan pilihanmu itu
Kau bersama dia, aku bersama doa] tulis Rahma dalam statusnya, sembari mengupload sebuah video klip lagu Cinta dalam doa milik syauqi yang tak sengaja ia temukan dan sepertinya lagu itu cocok dengan kisah hidupnya sekarang.
Bagas yang sedang menunggu pesan balasan dari Rahma pun membuka akun sosial medianya, scrolling status yang hadir di berandanya, lama dia scrolling tapi Rahma tak kunjung membalas pesannya.
Tanpa sengaja Bagas melihat status Rahma yang baru saja di upload oleh Rahma di akunnya.
"Apa maksud dari status Rahma ini" Gumam Bagas saat selesai membaca caption yang tertulis dalam status Rahma
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!